Anda di halaman 1dari 20

Penyusunan Panduan

Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN RENCANA KERJA

1. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

1.1. Pemahaman Terhadap Pekerjaan (berdasarkan TOR)

1.1.1. Latar Belakang


1. Dalam melaksanakan pembangunan di sektor air minum dan penyehatan
lingkungan, agar program yang dijakankan dapat tepat sasaran, maka
keterlibatan masayarakat sebagai pihak penguna dalam poses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan proyek sangat diperlukan untuk meningkatkan
rasa kepemilikan masyarakat terhadap sarana, sehingga mereka akan merasa
bertanggung jawab akan keberlanjutan sarana air minum dan sanitasi.

2. Selain adanya keterlibatan masyarakat, pembangunan sektor air minum dan


penyehatan lingkungan ini juga membutuhkan suatu perencanaan yang
matang, untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
untuk melakukan perencanaan, monitoring, dan evaluasi dari pembangunan
air minum dan sanitasi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah.

3. Bahwa selama ini Methodology For Partisipatory Assesments and


Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-PHAST) terdapat
beberapa instrument yang dapat digunakan antara lain:
o Klasifikasi kesejahteraan
o Pemetaan sosial
o Tinjauan pengelolaan (menggunakan scoring)
o Tinjauan kualitas kerja
o Transect walk (melakukan penelusuran guna mengetahui
pengelolaan sumber air, tinjauan kualitas kerja dan penilaian oleh
pengguna)
o Efektifitas penggunaaan (dapat menggunakan tools kantung suara air
bersih dan kantung suara sarana jamban)
o Nilai manfaat biaya (dapat menggunakan tools Ladder)
o Suara dan pilihan (dapat menggunakan tools matrix voting)
o Alur penularan penyakit (menggunakan tools contamination route and
blocking)

4. Instrumen yang dipakai didalam Methodology For Partisipatory Assesments


and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-PHAST)
masih dalam bentuk instrument secara umum, maka perlu dilakukan
pengkajian jembali tentang pelaksanaannnya sehingga benar-benar bisa
diterapkan sesuai dengan program STBM dengan keadaan masyarakat di
wilayah Indonesia
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

5. Penyusunan panduan Methodology For Partisipatory Assesments and


Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-PHAST) ini
meliputi :
 Kegiatan Persiapan
 Assessmen literatur
 Kajian dari modul/pedoman yang sudah ada
 Uji coba panduan
 Lokakarya draft panduan berupa modul, dan
 Finaisasi draft panduan

1.1.2. Maksud, Tujuan dan sasaran


Maksud kegiatan penyusunan panduan Methodology For Partisipatory
Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-
PHAST) Indonesia adalah untuk menyediakan panduan MPA-PHAST yang sesuai
dengan kondisi sosial budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia.
Sedangkan Tujuan dari penyusunan panduan MPA-PHAST Indonesia adalah :
 Menyediakan NSPK bidang Air Minum, Sanitasi dan Higiene yang
sesuai dengan kondisi sosial budaya dan karakteristik Indonesia;
 Menyediakan panduan MPA-PHAST Indonesia yang sesuai dalam
melakukan analisa situasi air minum, sanitasi dan hygiene secara
partisipatif;
 Meningkatkan kualitas proses pelaksanaan kegiatan air minum,
sanitasi dan hygiene di Indonesia;
 Meningkatkan kapasitas fasilitator dalam pelaksanaan proses MPA-
PHAST

Sasarannya adalah bahwa metode MPA-PHAST Indonesia dapat dipakai oleh


seluruh masyarakat Indonesia serta pihak-pihak terkait dalam melakukan kegiatan
yang berbasis masyarakat, sehingga mereka akan merasa bertanggung jawab
akan keberlanjutan sarana air minum dan sanitasi yang telah dibangun;

1.1.3. Komponen dan Output


Kegiatan Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene
and Sanitation Transformation (MPA-PHAST) Indonesia, adalah:

1. Rapat Koordinasi dalam rangka persiapan untuk menyusun rencana kegiatan


2. Assesment literatur MPA/PHAST dari semua unit terkait
3. Penyusunan draft panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST
4. Uji coba panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan
5. Lokakarya hasil kajian implemantasi MPA/PHAST di 5 lokasi
6. Finalisasi draft panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST

1.1.4. Jangka Waktu & Lokasi Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan penyusunan modul Methodology For Partisipatory
Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-
PHAST) Indonesia akan berlangsung selama 120 (seratus duapulh) hari kalender,
yang akan dilakukan uji coba di 3 lokasi untuk mendapatkan masukan kepada
para penguna dan kepada pemberi kerja;

1.2. Kebijakan
Panduan penyusunan modul Methodology For Partisipatory Assesments and
Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-PHAST) merupakan
implementasi dari kebijakan AMPL berbasis masyarakat dengan menggunakan
11 prinsip yaitu :
1. Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi
2. Pilihan yang Diinformasikan sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap
kebutuhan
3. Pembangunan Berwawasan Lingkungan
4. Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
5. Keberpihakan pada Masyarakat Miskin
6. Peran Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan
7. Akuntabilitas Proses Pembangunan
8. Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator
9. Peran Aktif Masyarakat
10. Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran
11. Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya

1.3. Pendekatan & Metodologi


Metoda yang digunakan dalam penyusunan modul Methodology For Partisipatory
Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-
PHAST) Indonesia adlah :
a. Persiapan Fasilitasi Perencanaan

Setelah suatu desa/lokasi dinyatakan sebagai desa prioritas/desa sasaran


melalui Surat Keputusan Penetapan Desa, maka Fasilitator yang akan
mengawal pelaksanaan kegiatan di mayarakat, melakukan persiapan awal
sebelum memfasilitasi kegiatan perencanaan ditingkat desa. Persiapan yang
dilakukan diantaranya adalah :
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

 Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Tim di Tingkat


Desa/Kecamatan untuk menyusun jadwal kunjungan ke desa untuk
memfasilitasi perencanaan di masyarakat secara partisipatif.

 Tim Fasilitator melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pimpinan


Puskesmas dan staf untuk mendapatkan gambaran masalah kesehatan,
fasilitas kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa-desa yang
akan difasilitasi.

 Melaksanakan kegiatan pertemuan dengan aparat desa, BPD, Tokoh


masyarakat untuk membahas kerangka kesinambungan, hambatan
masyarakat dalam berpartisifasi serta strategi untuk melaksanakan proses
perencanaan secara partisipatif masyarakat, sehingga dapat memastikan
bahwa Perempuan dan laki-laki (baik dari kelompok tidak mampu dan
kelompok mampu) terlibat dalam setiap perencanaan program.

b. Pelaksanaan Fasilitasi Perencanaan

Setelah semua persiapan awal tersebut di atas telah dilakukan, maka kegiatan
perencanaan ditingkat Masyarakat pun dilakukan yang difasilitasi oleh Tim
Fasilitator dan didukung oleh Aparat Pemerintahan yan menjadi leading sector
program.

Tim Fasilitator masyarakat sebelum memfasilitasi perencanaan ditingkat desa,


terlebih dahulu akan melakukan persiapan-persiapan diantaranya persiapan
ditingkat fasilitator, persiapan di tingkat masyarakat, persiapan perlengkapan
pendukung, penyusunan rencana kegiatan. Tujuan dari persiapan tersebut
yaitu :

 Persiapan ditingkat fasilitator terlaksana dengan melakukan pembahasan


dengan sesama anggota Tim Fasilitator terkait pelaksanaan kegiatan
perencanaan yang akan difasilitasi. tujuan dari persiapan ditingkat
fasilitator ini dilakukan untuk menyamakan pandangan tentang konsep,
metodologi, alat kajian serta pembagian peran dalam tim selama proses
fasilitasi dilakukan.

 Persiapan ditingkat masyarakat, dilakukan dengan melaksanakan


koordinasi-koordinasi ditingkat masyarakat dengan tujuan untuk
membangun hubungan, kepercayaan, motivasi dan kesadaran bersama
terutama masyarakat miskin dan perempuan agar terlibat dan berperan
aktif dalam setiap tahapan kegiatan perencanaan yang dilakukan ditingkat
masyarakat.

 Persiapan perlengkapan pendukung, adalah salah satu yang dilakukan


sebelum memfasilitasi kegiatan perencanaan. Persiapan perlengkapan
pendukung ini harus dipersiapkan dengan baik karena perlengkapan
pendukung ini seperti logistik sangat berpengaruh terhadap proses
fasilitasi perencanaan yang dilakukan ditingkat masyarakat. Persiapan
logistik ini dilakukan oleh fasilitator dan dibantu oleh beberapa anggota
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan
masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pembelajaran kepada
masyarakat, jenis persiapan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan
suatu kegiatan serta untuk menumbuhkan komunikasi intensif antara
fasilitator dan masyarakat.

Penyusunan Rencana Kegiatan, juga dilakukan sebelum proses fasilitasi


perencanaan dilaksanakan. Penyusunan rencana kegiatan ini dimaksudkan
untuk merumuskan alur kegiatan, informasi kajian, alat kajian yang
dipergunakan, kelompok diskusi dan jadwal kegiatan setiap proses
perencanaan yang dilakukan bersama masyarakat. Terhadap rencana
kegiatan yang disusun, sebelum melaksanakan kegiatan dilakukan
pembahasan bersama dengan masyarakat untuk menyepakati perihal waktu
pelaksanaan dari setiap kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan.
Kesepakatan dengan masyarakat terhadap waktu pelaksanaan kegiatan ini
penting untuk kelancaran setiap proses kegiatan yang akan dilakukan.

Pelaksanaan Proses Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi

Kegiatan awal dari proses perencanaan ditingkat masyarakat pada program/proyek


yang menjadi sasaran adalah dengan melakukan identifikasi masalah, potensi dan
analisis situasi secara partisipatif oleh seluruh masyarakat baik laki-laki,
perempuan, kaya, miskin dengan menggunakan serangkaian alat kajian /tools
Metode MPA-PHAST.

Kegiatan ini dilakukan ditingkat masyarakat dan sekolah melalui serangkaian


kegiatan termasuk diskusi kelompok terfokus (FGD) dan difasilitasi oleh Tim
Fasilitator serta didukung oleh Pemerintah sebagai Leading Sektor.

Kegiatan Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisa Situasi dengan serangkain


alat/tools MPA/PHAST disesuaikan dengan kondisi desa yang akan difasilitasi
terkait dengan ada tidaknya sarana air bersih yang ada di desa tersebut, pernah
tidaknya mendapatkan bantuan Pembangunan SAB dan sanitasi serta apakah desa
tersebut sudah memiliki badan pengelola atau belum.

Rangkaian kegiatan Pelaksanaan Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisa Situasi


ini yang difasilitasi oleh fasilitator pada lokasi-lokasi program/proyek yang menjadi
sasaran adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Kondisi Umum Desa

Kegiatan identifikasi kondisi umum desa dilakukan untuk mengetahui kondisi


umum desa dan harus diperoleh dalam membantu menetapkan lokasi kajian
berdasarkan kriteria pemilihan lokasi seperti derajat kesehatan masyarakat
menurut angka diare, tingkat ekonomi masyarakat sasaran, akses masyarakat
terhadap pelayanan air bersih dan sanitasi yang ada, ada tidaknya program
sejenis.

Pada pelaksanaan kegiatan Identifikasi Kondisi Umum Desa ini, fasilitator


menfasilitasi masyarakat dengan alat kajian/tools sebgai berikut :
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan
 Pertemuan dengan Aparat Desa, Kegiatan ini dilakukan dengan aparat
desa dan bila memungkinkan juga menghadirkan tokoh masyarakat.

 Inventaris Data Komunitas, menggunakan data monografi desa dan peta


sosial dan informasi lain dari puskesmas, bidan dan lainnya. Tujuannya,
Untuk mendapatkan data umum mengenai profil desa dan keadaan
pelayanan yang ada di desa saat ini, yang dapat dibandingkan dengan data
yang akan diperoleh dari proses penilaian selanjutnya.

 Alur SejarahPengembangan SAB dan Sanitasi serta Kesehatan


(Timeline), Kegiatan ini dilakukan dalam suatu Kegiatan Fokus Discussion
Group (FGD) campuran yang dihadiri oleh laki-laki, perempuan, kaya dan
miskin. FGD ini dilakukan bersama dengan orang-orang yang mengetahui
sejarah perkembangan desa khususnya berkaitan dengan Sarana Air
bersih, sanitasi dan kesehatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menggali informasi tentang pengalaman yang lalu yang berkaitan dengan
pembangunan sarana air bersih dan sanitasi.

 Klasifikasi Kesejahteraan, dilakukan dalam bentuk Diskusi Campuran


(FGD) yang dihadiri oleh laki-laki, perempuan, kaya, miskin. Tujuannya,
untuk menklasifikasikan penduduk kedalam kategori tingkatan sosial
ekonomi, (kaya, sedang, miskin), menurut kriteria khusus setempat dan
dengan istilah yang biasa dipakai pada desa tersebut. Hasil dari kegiatan
ini untuk mengindentifikasi kelompok yang terlibat dalam FGD, pemetaan
terhadap akses orang miskin dan kaya terhadap air bersih dan sanitasi dll.

 Pemetaan Sosial, dilakukan dengan FGD campuran. Pada kegiatan


pemetaan sosial ini, fasilitator memfasilitasi masyarakat untuk memetakan
kondisi desa mereka mulai dari letak-letak rumah, letak-tetak fasilitas air
bersih dan sanitasi, letak fasilitas umum dll. Tujuan dari pemetaan ini
adalah untuk mengetahui dan mepelajari keadaan masyarakat terkait
sarana air bersih dan sanitasi, akses terhadap sarana tersebut bagi
keluarga (miskin, sedang, kaya) dll.

 Rapid Technical Assesment (RTA), kegiatan ini dilakukan dalam bentuk


FGD campuran dan kunjungan lapangan. Tujuan dari kajian ini adalah
untuk mengetahui jenis opsi SAB yang akan dibangun berdasarkan potensi
dan area, diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing opsi SAB
serta masyarakat dapat mendiskusikan jenis pilihan yang akan mereka
bangun terkait dengan Sarana air bersih dan sanitasi. Proses pelaksanaan
kegiatan ini oleh fasilitator menfasilitasi dengan jalan :
(1) Melakukan FGD untuk menggali informasi tentang potensi sumber air
untuk penyediaan SAB serta menyusun perencanaan bersama
masyarakat untuk kunjungan kemasing-masing potensi sumber air
tersebut.
(2) Kunjungan ke semua potensi sumber air bersama masyarakat,
kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui potensi sumber air yang
ada dengan melakukan pengukuran kasar tentang jarak, elevasi,
kedalaman, keberadaan, posisi sumber, kualitas dan kuantitas air.
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

2. Analisa Situasi dan Identifikasi Masalah

Pada pelaksanaan kegiatan Analisa Situasi dan Identifikasi Masalah ini


fasilitator menafasilitasi masyarakat dengan beberapa alat kajian/tools yaitu
Perencanaan transect walks, Tunjauan Pengelolaan Pelayanan, Alur
Penularan Penyakit dan Penghambat, Efektivitas penggunaan/pocket voting,
Pembagian Kerja Berdasarkan Gender dan Waktu Kerja, Hak Suara dan
Pilihan dalam Pengambilan Keputusan.

Adapun tujuan dan Proses pelaksanaan fasilitasi Kajian Analisa Situasi dan
Identifikasi Masalah yang dilakukan oleh fasilitator adalah sebagai berikut :

 Transect Walks, Kegiatan ini dilakukan dengan 2 tahapan yaitu


perencanaan dan transect walks. (1) Perencanan, Kegiatan ini dilakukan
sesaat sebelum kegiatan Transect Walks dilakukan. Tujuan dari
perencanaan ini adalah untuk menentukan titik kunjungan ke titik sarana
air bersih dan sanitasi serta untuk memastikan semua kelompok yang ada
dimasyarakat terwakili. Proses pelaksanaannya dilakukan dalam suatu
pertemuan (FGD) campuran dimana fasilitator menfasilitasi peserta FGD
untuk menentukan seberapa banyak titik-titik sarana yang biasa
dimanfaatkan oleh kelompok kaya dan kelompok miskin. Kemudian titik
sarana yang akan dikunjungi dipilih secara acak dengan cara memberi
nomor dan mengundi titik sarana yang akan dikunjungi baik yang biasa
dipakai oleh kelompok kaya maupun yang biasa dipakai oleh kelompok
miskin. (2) Transect Walks, Kegiatan ini dilakukan dengan cara
mengunjungi titik-titik air yang telah disepakati dengan mengikut sertakan
semua kelompok masyarakat. Kegiatan kunjungan ini dilakukan dengan
melaksanakan rating scale untuk menilai penggunaan pelayanan dan
kualitas pekerjaan sarana air dan sarana air bersih dan dilakukan secara
terpisah antara laki-laki dan perempuan.

 Tinjauan Pengelolaan Pelayanan, Kajian tentang pengelolaan pelayanan


dilakukan pada desa yang sebelumnya terdapat proyek/program Sarana
Air Bersih dan sanitasi dan dilakukan dengan Badan Pengelola. Jika
badan pengelola tidak ada, maka fasilitator akan melakukannya bersama
dengan masyarakat. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui dan menilai
wewenang dan komposisi dari organisasi pengelola, keterwakilan dan
pengaruhnya terhadap gender dan kemiskinan serta untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi.

 Alur Penularan Penyakit dan Penghambat (Contamination Route &


Blocking). Kegiatan ini dilakukan dalam suatu FGD kelompok kaya dan
kelompok miskin serta dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan
perempuan. Proses pelaksanaannya, fasilitator memfasilitasi peserta
dengan membagi kedalam beberapa kelompok, kemudian masing-masing
kelompok diberi satu set gambar yang berkaitan dengan alur penularan
penyakit. Selanjutnya fasilitator meletakkan gambar orang BAB dan
gambar mulut manusia secara terpisah, masing-masing kelompok diminta
untuk mendiskusikan bagaiamana kotoran manusia bisa masuk ke dalam
mulut manusia dengan memakai gambar yang diberikan kepada masing-
masing kelompok.
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

Setelah diskusi dilakukan, masing-masing kelompok mempresantasikan


hasil diskusi mereka, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dari kelompok yang lain. Setelah semua kelompok selesai
mempresentasikan hasil diskusi mereka, oleh fasilitator mengarahkan alur
kontaminasi yang benar sesuai dengan petunjuk.

Selanjutnya, setelah alur kontaminasi selesai dilakukan, fasilitator


memfasilitasi peserta tentang cara melakukan bloking teradap alur
penularan penyakit tersebut. Semua kelompok diberi satu set gambar
penghambat alur penyakit dan mendiskusikannya. Kemudian dilanjutan
dengan presentasi hasil diskusi yang dilakukan dengan menjawab semua
pertanyaan yang muncul dari kelompok lain.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu peserta/masyarakat untuk


menganalisis penularan penyakit secara luas melalui lingkungan,
mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghambat (bloking) alur penularan penyakit serta untuk mendapatkan
program kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat yang akan
dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

 Efektifitas penggunaan/Pocket Voting SAB & Sanitasi, Kegiatan ini


dilakukan dengan FGD laki-laki dan FGD Perempuan. Proses
pelaksanaannya, fasilitator menunjukkan gambar-gambar kebiasaan
penggunaan sumber air bersih, kemudian menanyakan kepada peserta
jenis sumber air yang biasa dipakai oleh masyarakat, gambar-gambar
tersebut ditempel secara horizontal dan dilanjutkan dengan penempatan
gambar jenis penggunaan Air bersih (masak, mencuci, mandi, dll) secara
vertikal serta penempatan amplop diantara gambar tersebut.

Selanjutnya peserta (satu persatu) diminta untuk memasukkan suara pada


amplop yang tersedia untuk mengetahui kecenderungan penggunaan air
bersih masyarakat pada musim kemarau dan musim hujan). Setelah
semua peserta selesai melakukannya, peserta diminta untuk menghitung
hasil vocket vothing yang dilakukan.

Kegiatan ini bertujuan Mengidentifikasi dan menganalisa pola dan perilaku


masyarakat dari kelompok kaya dan miskin, perempuan dan laki-laki yang
berkaitan dengan kebiasaan pemakaian sumber air bersih, serta hal-hal
yang perlu untuk ditingkatkan.

 Pembagian Kerja Berdasarkan Gender dan Waktu Kerja, dilakukan


dengan FGD pada kelompok kaya dan miskin dengan dipisahkan antara
laki-laki dan perempuan. Proses pelaksanaanya dilakukan dengan
meminta peserta untuk menentukan jenis pekerjaan yang berhubungan
dengan sarana air bersih, selanjutnya peserta diminta untuk
mendiskusikan jenis pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan pelatihan
seperti pengelolaan keuangan dan administrasi, penarikan iuran dan
memimpin rapat. Selain itu peserta juga diminta untk mendiskusikan jenis
pekerjaan pembangunan sarana air bersih yang biasa dilakukan oleh
perempuan dan biasa dilakukan oleh laki-laki.
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan
Hasil dari diskusi yang dilakukan fasilitator menfasilitasi peserta dengan
mendiskusikan temuan dan hasil dari pertemuan yang dilakukan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah Untuk menilai dan menganalisa pembagian
kerja, jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dibayar maupun tidak tidak
dibayar Berkaitan dengan pelayanan sarana antara perempuan dan laki-
laki serta kaya dan miskin.

 Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan, dilakukan


dengan FGD pada kelompok kaya dan miskin dengan dipisahkan antara
laki-laki dan perempuan. Proses pelaksanaannya, fasilitator menfasilitasi
peserta untuk mendiskusikan jenis-jenis keputusan yang dibutuhkan untuk
membangun SAB dan sanitasi di masyarakat. Peserta diminta
menentukan sendiri tentang hal tersebut dan fasilitator dapat memberikan
beberapa contoh pertanyaan kunci yang berkaitan dengan jenis keputusan
tersebut, seperti siapa yang akan dilibatkan dalam penentuan pilihan jenis
sarana.

Setelah peserta selesai berdiskusi, fasilitator menfasilitasi dengan


menempelkan matriks dengan gambar-gambar pengambil keputusan
secara horizontal dan dilanjutkan dengan menempelkan jenis-jenis
keputusan secara vertikal. Kemudian fasilitator menjelaskan kepada
peserta untuk memberikan pilihan untuk setiap jenis keputusan yang akan
diambil, siapa saja yang terlibat, hambatan yang mungkin dialami dalam
proses partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan
bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut.

Tujuan dari kegiatan ini adalah (1) Untuk mengidentifikasi dan


menganalisa akses (kemudahan untuk mendapatkan kesempatan) dari
perempuan dan kelompok miskin terhadap informasi tentang pengambilan
keputusan. (2) Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan pada waktu perencanaan dan perancangan
proyek.

Hasil kegiatan identifikasi masalah, potensi dan analisa situasi yang


dilakukan tersebut di atas serta hasil analisisnya dicatat dalam lembar
catatan MPA/PHAST.

Pada pelaksanaan kegiatan pengembangan sarana sanitasi di tingkat


masyarakat dilakukan secara partisipatif dengan metode Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). Pelaksanaan kegiatan STBM ini dilaksanakan
dengan kegiatan-kegiatan pemicun/ triggering yang pelaksanaannya dimulai
pada saat kegiatan identifikasi masalah, potensi dan analisis situasi.

Kegiatan STBM ini difasilitasi oleh Tim Fasilitator Masyarakat beserta dengan
Tim Kecamatan (Sanitarian) dan pelaksanaannya diilakukan dilingkungan
terkecil, RW atau dusun. Kemudian dilanjutkan oleh natural leader untuk
pelaksanaan pemicuan/triggering ke dusun lain dan tingkat desa.
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

3. Pertemuan Pleno Hasil Identifikasi Masalah (penyajian dan Klarifikasi


Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi)

Setelah Kegiatan Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi, maka


dilakukan pertemuan Pleno Hasil Kegiatan Identifikasi Masalah dan Analisis
Situasi. Pertemuan Pleno ini dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh
Tim Fasilitator Masyarakat yang dihadiri oleh masyarakat, Tim dari Kecamatan,
dan Tim Kabupaten.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pleno Identifikasi Masalah dan Analisis


Situasi ini adalah :

 Masyarakat dapat memberikan ulasan tentang temuan dan kesimpulan dari


tiap pertemuan dan kegiatan sebelumnya.

 Masyarakat mampu mengidentifikasi tindakan selanjutnya dalam


masyarakat dan dengan lembaga lainnya yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek/program, sehingga menjadi bahan masukan bagi
penyusunan Rencana Kerja Masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan pleno ini dilaksanakan dengan beberapa persyaratan


yaitu :

 Jumlah peserta pleno minimal 10 % dari total jumlah rumah tangga yang
ada di desa Jika jumlah rumah tangga lebih dari 600, Jika jumlah rumah
tangga pada desa tersebut adalah 600 atau kurang dari 600 RT, maka
jumlah peserta pleno minimal 60 orang.

 Dari total jumlah peserta yang hadir maka jumlah peserta perempuan
minimal 30 %.

 Peserta yang hadir mewakili semua dusun serta mewakili kelompok kaya
dan kelompok miskin.

Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan


persiapan-persiapan. Persiapan-persiapan dilakukan oleh anggota masyarakat
yang difasilitasi oleh Fasilitator, dengan kegiatan (1) memastikan waktu
pelaksanaan dan pelaksanaan kegiatan pleno diketahui oleh semua masyarakat
baik perempuan, laki-laki, miskin dan kaya. (2) Menentukan anggota
masyarakat yang akan membawakan hasil kegiatan identifikasi masalah dan
analisa situasi serta memastikan perempuan dan laki-laki membawakan secara
bergantian. (3) Bahan-bahan yang akan dipresentasikan dalam pleno.

Pada pelaksanaan pleno yang dilakukan, semua bahan-bahan yang digunakan


dalam pleno seperti peta sosial, hasil kegiatan PHAST dan diagram batang,
diperlihatkan kepada peserta dengan cara menempelkannya didinding tempat
pertemuan atau ditempat yang dapat dilihat dengan jelas oleh peserta.

Proses pleno pembahasan tentang Hasil Kegiatan Identifikasi Masalah dan


Analisis Situasi ini dibawakan oleh anggota masyarakat yang telah ditunjuk,
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan
dengan difasilitasi oleh Fasilitator. Proses pemaparan/penyampaiannya
dilakukan secara bergantian antara perempuan dan laki-laki.

Metoda ini akan menghasilkan sejumlah data kualitatif tingkat desa, yang
sebagiannya dapat dikuantitatifkan kedalam sistem ordinal oleh para warga desa itu
sendiri. Data kuantitatif ini dapat dianalisis secara statistik. Sehingga dapat dilakukan
analisis antar masyarakat, antar proyek dan antar waktu, serta pada tingkat program.
Dengan demikian MPA-PHAST dapat digunakan untuk menghasilkan informasi
manajemen untuk proyek skala besar dan data yang sesuai untuk analisis program.

Metodologi ini meliputi beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, perencanaan,


implementasi dan monev yang tiap tahapannya saling berpengaruh satu sama lain
dan terbagi atas tujuh variabel yaitu :

Variabel Indikator dan Sub-Variabel


A. Efektifitas dan KUALITAS SARANA
Kesinambunga  Konstruksi sesuai dengan rancangan, kualitas bahan dan
n pelayanan hasil pekerjaan

BERFUNGSI SECARA EFEKTIF


 Operasi layanan dilihat dari segi kuantitas dan kualitas air,
keteraturan layanan, dan ketersediaan air (untuk wanita/
pria, miskin/kaya)

PEMBIAYAAN YANG EFEKTIF


 Cakupan biaya investasi dan /atau operasional
 Keseragaman dan ketepatan waktu pembayaran oelh para
pengguna

MANAJEMEN YANG EFEKTIF


 Tingkat dan ketepatan waktu perbaikan (untuk wanita/ pria,
miskin/kaya)
 Kualitas pengangguran dan pencatatan keuangan
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

Variabel Indikator dan Sub-Variabel


B. Efektifitas PENGGUNAAN OLEH MAYORITAS MASYARAKAT SECARA
penggunaan HIGIENIS DAN LINGKUNGAN TERJAGA DENGAN BAIK
sarana  Proporsi dan tingkat kelompok masyarakat yang
pelayanan menggunakan layanan oleh wanita/pria, miskin/kaya
 Tingkat perubahan dalam kebiasaan penggunaan sarana air
bersih
 Keberadaan dan bentuk saluran pembuangan air kotor (dari
miskin/kaya)

C. Pelayanan DEMAND PARA PENGGUNA DIAWAL PROYEK


yang Demand-  Jenis dan proporsi kontribusi oleh wanita/pria, miskin/kaya
responsif pada awal proyek

PROYEK MEMBERIKAN APA YANG MENJADI DEMAND


MASYARAKAT
 Suara dan pilihan pengguna dalam perencanaan dan
rancangan, oleh wanita/pria, miskin/kaya

KEPUASAAN PENGGUNA
 Kepuasan pengguna oleh wanita/pria, miskin/kaya
 Perbandingan manfaat-nilai biaya berdasarkan persepsi
masyarakat untuk wanita/pria, miskin/kaya

D. Pembagian FOKUS PADA JENDER DAN KEMISKINAN PADA AWAL


dalam beban PROYEK
kerja dan  Jenis kontribusi/pembayaran masyarakat pada saat
manfaat dari pembangunan layanan (tingkat kesetaraan dalam
perspektif pembayaran oleh wanita/pria, miskin/kaya)
jender dan  Pembagian beban biaya/kontribusi antara dan di antara
kemiskinan keluarga untuk konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan
 Pembagian tenaga kerja yang ahli/tidak ahli dan dibayar/
tidak dibayar antara pria/wanita, miskin/kaya dalam
operasional dan pemeliharaan layanan
 Pembagian fungsi dan pengambilan keputusan antara
wanita/pria, miskin/kaya
Penyusunan Panduan
Methodology For Phartisipatory Assessments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia 2012
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan

Variabel Indikator dan Sub-Variabel


E. Partisipasi KESETARAAN DALAM PENGELOLAAN MASYARAKAT
Masyarakat  Tanggung jawab untuk pemeliharaan, pengelolaan,
dalam perbaikan
pembangunan  Tingkat kontrol dan monitoring masyarakat terhadap jadwal
dan konstruksi dan kualitas pekerjaan dan kontribusi masyarakat
operasional oleh wanita/pria
sarana air  Komposisi, status dan aturan serta perangkat kontrol
bersih terhadap badan pengelola sarana, akan adanya kesetaraan
dalam jender dan kemiskinan
 Jenis keahlian yang didapat dan digunakan oleh wanita/
pria, miskin/kaya
 Keterbukaan dalam pembukuan keuangan (dapat diketahui
oleh wanita/pria, miskin/kaya)

F. Dukungan PEMBERDAYAAN SISTIM ORGANISASI


kelembagaan  Ketegasan kesinambungan, kesetaraan, kepekaan jender,
terhadap demand responsif dan pengelolaan oleh masyarakat pada
partisipasi tujuan proyek, strategi dan kriteria hasil evaluasi
yang sensitif  Sistim perencanaan dan pemantauan yang memisahkan
jender dan jenis kelamin dan kelompok sosial dalam operasional
kemiskinan  Keahlian yang dicerminkan dalam jenis keterlibatan
serta demand- lembaga, tim lapangan dan pendekatan tim
responsif  Dukungan manajerial, pembangunan kapasitas dan insentif
performance staf

G. Dukungan KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKTOR YANG MENUNJANG


kebijakan  Kebijakan sektor nasional untuk air bersih dan sanitasi
terhadap bersama dengan kesinambungan dan kesetaraan sebagai
partisipasi sarana yang tegas
yang sensitif  Tingkat dimana strategi sektor nasional ada untuk memandu
jender dan pencapaian sasaran kebijakan serta penggabungan
kemiskinan partisipasi dan pengelolaan masyarakat; kepekaan jender
serta demand dan kesetaraan jender; kepekaan kemiskinan; dan demand-
responsif responsif dalam sektor proyek
Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

4. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan suatu pendekatan untuk


merubah perilaku masyarakat ke arah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
menginisiasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijik dan atau rasa malu masyarakat atau
harga diri masyarakat.
Masih banyaknya permasalahan sanitasi di beberapa daerah terkait sanitasi
diantaranya cakupan pembangunan, penyebaran penduduk dan kondisi geografis
yang sangat beragam, terbatasnya pengetahuan dan perilaku higienis masyarakat,
belum adanya kebijakan komprehensif lintas sektor untuk menyediakan fasilitas
sanitasi yang layak dan sehat, mendorong diperlukannya strategi yang dapat
menjawab permasalahan ini.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu adanya pemberdayaan sanitasi
masyarakat melalui STBM yang mencakup lima pilar yaitu:
 Tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan
 Mencuci tangan pakai sabun
 Mengelola air minum dan makanan yang aman
 Mengelola sampah dengan benar
 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman

Melalui kegiatan STBM ini diharapkan masyarakat mampu secara mandiri


meningkatkan sanitasi lingkungannya.
STBM diterapkan dengan tujuan untuk memfasilitasi masyarakat dalam memahami
permasalahan dan potensi peningkatan sanitasi di komunitasnya. Pendekatan
program ini dilakukan dengan pendekatan 5 pilar STBM dengan menggunakan
prinsip-prinsip :
a. Tanpa subsidi kepada masyarakat (tanpa pengecualian termasuk masyarakat
termiskin)
b. Bersifat tidak menggurui, tidak memaksa, dan tidak mempromosikan jamban
c.Menempatkan masyarakat sebagai pemimpin dalam pelaksanaan program di
komunitasnya
d. Memicu masyarakat terlibat secara total dalam melakukan analisa
permasalahan dan potensi pemecahannya, perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana sanitasi mereka sendiri.
Oleh sebab itu, STBM lebih bersifat fasilitator untuk mendorong masyarakat agar
dapat mengembangkan inisiatif dan kreatifitasnya dalam menemukan jalan keluar
dari permasalahan sanitasi di komunitasnya sendiri.
Terdapat 3 komponen strategis dalam pelaksanaan STBM, yaitu:

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 14


Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

a. Komponen Enabling Environment : Komponen ini mencakup advokasi kepada


para pemimpin, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam
mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program
pembangunan sanitasi perdesaan.
b. Komponen Demand Creation: Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi
merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang
higienis dan sanitair, berupa :
 Pemicuan perubahan perilaku;
 Promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi;
 Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;
 Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;
 Memfasilitasi terbentuknya komite/tim kerja masyarakat;
 Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi
c. Komponen Supply Improvment: Peningkatan penyediaan sanitasi secara
khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan
penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan
mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu :
 Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan
terjangkau;
 Menciptakan dan memperkuat jejaringan pasar sanitasi perdesaan;
 Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.

2. RENCANA KERJA

2.1. Tahap Persiapan


Sebagai indikator teknis dimulainya pekerjaan ini, setelah konsultan menerima
SPMK, maka kegiatan yang akan dilakukan yaitu mobilisasi personil dan
penyiapan kantor proyek (home base). Pada sisi substansi pekerjaan, konsultan
melakukan beberapa persiapan untuk dimulainya pekerjaan secara keseluruhan,
antara lain dengan melakukan kegiatan :

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 15


Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

2.2. Tahap Perencanaan


Sebelum tahap pelaksanaan, maka perlu dilakukan tahap Perencaan untuk
menyusun tahap pelaksanaan. Tahap perencaan kegiatan berupa :
1. Rapat Koordinasi
a. Rapat Koordinasi antara konsultan dan program/user, yang bertujuan untuk
menyepakati isi panduan MPA/PHAST berupa modul dan kurikulum, serta
materi panduan tersebut,
b. Menyusun rencana kerja penyusunan panduan MPA/PHAST, dan
mendiskusikannnya dengan pemberi kerja/user/program untuk mendapatkan
persetujuan
c. Rapat koordinasi dilakukan 3 (tiga) kali untuk persiapan antara pihak
user/program dengan konsultandalam rencana kerja penyusunan panduan;
d. Metode yang digunakan pada rapat koodinasi berupa paparan panduan
MPA/PHAST berupa modul dan kurikulum yang berisi garis besar modul dan
kurikulum serta isi materi dari konsuktan kepada instansi yang terkait
MPA/PHAST, seperti Kemenetrian Dalam Negeri, Pokja AMPL BM dan donor
agency yang terkait MPA/PHAST. Setelah paparan tersebut, maka instansi
yang terkait MPA/PHAST memberikan masukan dan arahan terhadap
paparan tersbut.

2. Assesment
Tujuan assesment adalah untuk mendapatkan suatu gambaran kegiatan
MPA/PHAST yang telah dilakukan dilokasi proyek/program berbasis masyarakat.
Cara pelaksanaan assesment dengan melakukan pencarian informasi dari
literatur-literatur berbagai instansi dan pihak lain yang melakukan pendekatan
MPA/PHAST di masyarakat serta diskusi dengan para fasilitator yang pernah
memfasilitasi atau melatih dengan pendekatan MPA/PHAST,, baik di instansi
maupun di masyarakat guna mendapatkan informasi yang utuh tentang
MPA/PHAST

2.3. Tahap Pelaksanaan


Merupakan kelanjutan dari tahap persiapan dan perencanaan, yaitu kegiatan tahap
pelaksanaan berupa :
1. Penyusunan Draft Panduan MPA/PHAST
Penyusunan Draft Panduan MPA/PHAST Indonesia yang meliputi panduan,
modul dan kurikulum MPA/PHAST. Waktu yang dibutuhkan untuk penyusunan
panduan MPA/PHAST versi Indonesia selama 1,5 bulan dan output yang
dihasilkan adalah Draft panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST yang dapat
diterapkan dengan kondisi masyarakat saat ini

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 16


Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

2. Uji Coba Modul MPA/PHAST


Demi sempurnanya draft panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST versi
Indonesia yang telah disusun serta dapat digunakan oleh fasilitator di daerah,
maka panduan perlu diuji cobakan terlebih dahulu di Jawa dan Sumatera yang
merupakan lokasi eks proyek CWSH dan WSLIC-2.
Tujuan uji coba panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST adalah untuk
mendapatkan masukan dari para pelaku atau faslitator, baik dari Dinas
Kesehatan, LSM maupun masyarakat.
Uji coba draft panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST dilakukan di 3 lokasi
dan metoda uji coba adalah dengan melakukan focus group discusion (FGD) di
masyarakat dengan waktu uji coba minimal 4 hari.

3. Lokakarya hasil kajian Implementasi MPA/PHAST


Tujuan lokakaya adalam pemaparan hasil uji coba yang telah dilakukan di 3
lokasi untuk mendapatkan masukan kepada para pengguna dan kepada pemberi
pekerjaan, untuk mendapatkan umpan balik dan persetujuan.
Pelaksanaan kegiatan lokakarya adalah pihak penyedia jasa dan peserta
lokakarya adalah Staf Direktorat Penyehatan Lingkungan (lintas program) dan
staf Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi uji coba dengan
jumlah peserta 15 orang.
Lokakarya akan dilaksanakan di Bogor selama 3 (tiga) hari

2.4. Tahap Pelaporan


Finalisasi draft panduan, modul dan kurikulum MPA/PHAST
Merupakan kegiatan akhir dari Rencana kerja kegiatan ini, yaitu berupa :
a. Menyampaikan draft panduan MPA/PHAST hasil lokakaryayang telah diperbaiki
dan finalisasi
b. Menyapkan laporan akhir hasil finalisasi secara keseluruhan draft Panduan
MPA/PHAST Indonesia

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 17


Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

Tabel 1
Rencana Jadwal Pelaksanaan

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 18


Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

Tabel 2
Komposisi Tim Fasilitator/Tenaga Ahli

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 19


Penyusunnan Panduan
Methodology For Partisipatory Assesments and Phartisipatory Hygiene and Sanitation Transformation
( MPA/PHAST ) Indonesia
Satker Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2012

Tabel 3
Jadwal Penugasan Fasilitator/Tenaga Ahli

Usulan Teknis Penyusunan Panduan MPA.PHAST Page 20

Anda mungkin juga menyukai