Nim : 2002016075
Dua kelompok domain utama dalam penatakelolaan kelautan Indonesia yang harus
disinkronkan satu sama lain ialah aspek ekonomi kelautan dan aspek keamanan laut. Dalam
rencana aksi kebijakan kelautan Indonesia dari tujuh pilar yang dipedomani, ekonomi
kelautan tampak mengakar pada sumber daya alam (baca: perikanan), wisata bahari,
bioteknologi laut berbasis inovasi, pengolahan dan daya saing produk perikanan, transportasi
laut, industri jasa kelautan, pengelolaan ruang laut dan konservasi, dan energi baru terbarukan
serta budaya bahari.
Potensi yang dapat menghasilkan ekonomi besar tersebut sampai saat ini belum dilirik
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai sumber ekonomi baru dari laut. Industri
pengolahan belum mampu mendorong daya saing yang lebih baik dari produk perikanan.
Target pencapaian IKU masih pada peningkatan volume bahan baku dan produk olah serta
konsumsi ikan. Industri pengolahan sudah harus bergerak pada sistem branding product untuk
ekspor, kualitas produk olahan, dan standar kualitas mutu yang layak ekspor. Transportasi
laut, yang sudah berkembang cukup lama, harus diperkuat mekanisme dan sistem
pengelolaan standar pelabuhan yang berkualitas.
Adaptasi teknologi 4.0 pada pengelolaan pelabuhan baik pelabuhan umum maupun
pelabuhan kargo diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pelabuhan dan
menurunkan harga logistik yang masih sangat tinggi. Dalam hal industri jasa kelautan saat ini
yang belum kita lihat secara maksimal ialah produk dari jasa ekosistem kelautan. Ketika jasa
wisata sudah dikalkulasi kegiatan wisata, jasa dalam pengelolaan iklim dan industri sains
harus kita bangun.
Keberadaan ekosistem mangrove, lamun, rumput laut, dan fitoplakton ialah sistem
produksi primer yang sangat potensial menyerap karbon di udara. Jasa ekosistem dalam
mereduksi karbon ialah nilai ekonomi jasa kelautan yang belum digarap sama sekali.
Kehadiran PP No 13 Tahun 2022 harus diikuti dengan penguatan atau rencana revisi
UU 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Semangat yang diusung PP 13 Tahun 2022 itu ialah
semangat persatuan, koordinasi dan efektivitas, dan efisiensi. Lebih jauh dijelaskan dalam PP
tersebut bahwa keberadaan sistem informasi terpadu, perencanaan anggaran terpadu, serta
sistem patroli yang akan dilakukan juga disiapkan secara sinergi.
Ketika patroli bersama dilakukan, Badan Keamanan Laut (Bakamla) dapat berperan
sebagai pusat koordinasi dengan melibatkan instansi teknis dan instansi terkait. Lebih jauh
dijelaskan bahwa patroli bersama dilakukan melalui operasi keamanan dan keselamatan laut
yang diatur dengan aturan kepala badan. Ketika kita berbicara soal efisiensi, kemudahan
koordinasi dan pengelolaan anggaran dari PP No 13 itu, perlu banyak reposisi tata kelola
pengawasan, penegakan hukum, dan penindakan di laut. Tanpa mengubah peran, reposisi
kelembagaan menjadi diperlukan agar tercipta koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi yang
lebih baik.
Dalam konteks internasional dinamika yang terjadi juga dapat direspons dengan cepat
di bawah satu komando yang melalui diplomasi maritim yang baik. Jangan sampai kejadian
tumpahan minyak di Montara 2015 terulang dan penyelesaiannya menjadi penyakit kronis
yang menahun. Arah baru pembangunan kelautan Indonesia sesungguhnya ialah penguatan
kelembagaan ekonomi kelautan secara utuh sehingga sektor ekonomi perikanan dan kelautan
dapat tumbuh lebih kuat dan berdaya saing. Kontribusi PNBP nasional tidak lagi hanya
bertumbuh pada penangkapan dan budi daya, tapi harus lebih berkembang dengan
bioteknologi dan pengolahan, energi terbarukan, wisata dan budaya bahari, jasa ekosistem
dan lingkungan, serta industri sains kelautan dan perikanan. Kesuksesan itu tentu akan lebih
mudah terkawal dengan adanya sistem keamanan laut yang lebih kondusif dan integratif.