Anda di halaman 1dari 3

Nama : Silviaturrohmah

Nim : 2002016075

Mata Kuliah : Keadvokatan

ARAH BARU PEMBANGUNAN KELAUTAN INDONESIA UNTUK


PERKEMBANGAN KELEMBAGAA EKONOMI KELAUTAN

Dalam kehadiran Peraturan Pemerintah (PP) No 13 Tahun 2022 tentang


Penyelenggaraan Keamanan, Keselamatan, dan Penegakan Hukum di Wilayah Perairan
Indonesia dan Wilayah Yurisdiksi Indonesia, dan Peraturan Presiden No 34 Tahun 2022
tentang Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia 2021-2025, harus dicermati dengan
saksama dalam penatakelolaan pembanguan kelautan Indonesia.

Dua kelompok domain utama dalam penatakelolaan kelautan Indonesia yang harus
disinkronkan satu sama lain ialah aspek ekonomi kelautan dan aspek keamanan laut. Dalam
rencana aksi kebijakan kelautan Indonesia dari tujuh pilar yang dipedomani, ekonomi
kelautan tampak mengakar pada sumber daya alam (baca: perikanan), wisata bahari,
bioteknologi laut berbasis inovasi, pengolahan dan daya saing produk perikanan, transportasi
laut, industri jasa kelautan, pengelolaan ruang laut dan konservasi, dan energi baru terbarukan
serta budaya bahari.

Perikanan ditekankan pada pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dalam wilayah


pengelolaan perikanan. Sementara itu, wisata bahari masih belum terdiferensiasi
antara natural based tourism atau artificial based trourism. Ketika sistem infrastruktur dan
pelayanan didorong kepada Kementerian Pariwisata, seharusnya Kementerian Kelautan dan
Perikanan menyiapkan komponen daya tariknya tetap terpelihara dengan baik. Begitu juga
soal bioteknologi kelautan, yang sampai saat ini belum mendapat tempat dalam pembangunan
perikanan dan kelautan. Momentum covid-19 seharusnya diambil sebagai saat untuk
mendorong berbagai produk bioteknologi kelautan sebagai imunostimulan dalam
memperkuat daya tahan tubuh.

Banyak biota laut laut yang mengandung immunostimulan seperti microalgae dari


spirulina, teripang, sponge, sea mollusk, sea star, kuda laut, sea slug dan ikan lainnya.
Namun, sangat sedikit yang kemudian dikembangkan dan menjelma sebagai produk ekstraksi
dan siap pakai. Riset eksplorasi dari jenis-jenis di atas menyebutkan beberapa kandungan
seperti omega 3, 6, asam lemak, vitamin A, B, B12, probiotik, dan carragenan adalah
kandungan yang dapat memperkuat imunostimulan.

Potensi yang dapat menghasilkan ekonomi besar tersebut sampai saat ini belum dilirik
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai sumber ekonomi baru dari laut. Industri
pengolahan belum mampu mendorong daya saing yang lebih baik dari produk perikanan.
Target pencapaian IKU masih pada peningkatan volume bahan baku dan produk olah serta
konsumsi ikan. Industri pengolahan sudah harus bergerak pada sistem branding product untuk
ekspor, kualitas produk olahan, dan standar kualitas mutu yang layak ekspor. Transportasi
laut, yang sudah berkembang cukup lama, harus diperkuat mekanisme dan sistem
pengelolaan standar pelabuhan yang berkualitas.

Adaptasi teknologi 4.0 pada pengelolaan pelabuhan baik pelabuhan umum maupun
pelabuhan kargo diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pelabuhan dan
menurunkan harga logistik yang masih sangat tinggi. Dalam hal industri jasa kelautan saat ini
yang belum kita lihat secara maksimal ialah produk dari jasa ekosistem kelautan. Ketika jasa
wisata sudah dikalkulasi kegiatan wisata, jasa dalam pengelolaan iklim dan industri sains
harus kita bangun.

Keberadaan ekosistem mangrove, lamun, rumput laut, dan fitoplakton ialah sistem
produksi primer yang sangat potensial menyerap karbon di udara. Jasa ekosistem dalam
mereduksi karbon ialah nilai ekonomi jasa kelautan yang belum digarap sama sekali.

Industri-industri yang berpotensi sebagai pelepas karbon dapat berkontribusi secara


ekonomi dalam perlindungan ekosistem atau distribusi pendapatan untuk memastikan
keberlanjutan ekosistem dan lingkungan. Dalam konteks industri sains kelautan, sampai saat
ini kita belum memperhitungkan potensi ekosistem sebagai sumber sain dan iptek. Indonesia
ialah negara yang kaya ekosistem terumbu karang, mangrove, biota laut termasuk ikan,
budaya bahari, serta potensi kebencanaan sebagai sumber sains.

Dalam konteks budaya bahari, kita masih berpotensi mendorong keanekaragaman


budaya bahari sebagai pendorong ekonomi kelautan. Kearifan lokal masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil, tradisi masyarakat, serta local wisdom lainnya masih banyak untuk digali,
termasuk juga energi baru terbarukan. Ketika kita mendorong EBT dari kelautan, selalu
dibenturkan pada soal efisiensi dan nilai ekonomisnya. Pada tahap awal mungkin belum akan
ekonomis, tetapi setelah berkembang kita akan mampu menentukan titik optimal dari industri
EBT ini, baik yang berbasis algae maupun dari energi laut lainya.

Kehadiran PP No 13 Tahun 2022 harus diikuti dengan penguatan atau rencana revisi
UU 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Semangat yang diusung PP 13 Tahun 2022 itu ialah
semangat persatuan, koordinasi dan efektivitas, dan efisiensi. Lebih jauh dijelaskan dalam PP
tersebut bahwa keberadaan sistem informasi terpadu, perencanaan anggaran terpadu, serta
sistem patroli yang akan dilakukan juga disiapkan secara sinergi.

Ketika patroli bersama dilakukan, Badan Keamanan Laut (Bakamla) dapat berperan
sebagai pusat koordinasi dengan melibatkan instansi teknis dan instansi terkait. Lebih jauh
dijelaskan bahwa patroli bersama dilakukan melalui operasi keamanan dan keselamatan laut
yang diatur dengan aturan kepala badan. Ketika kita berbicara soal efisiensi, kemudahan
koordinasi dan pengelolaan anggaran dari PP No 13 itu, perlu banyak reposisi tata kelola
pengawasan, penegakan hukum, dan penindakan di laut. Tanpa mengubah peran, reposisi
kelembagaan menjadi diperlukan agar tercipta koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi yang
lebih baik.

Dalam konteks internasional dinamika yang terjadi juga dapat direspons dengan cepat
di bawah satu komando yang melalui diplomasi maritim yang baik. Jangan sampai kejadian
tumpahan minyak di Montara 2015 terulang dan penyelesaiannya menjadi penyakit kronis
yang menahun. Arah baru pembangunan kelautan Indonesia sesungguhnya ialah penguatan
kelembagaan ekonomi kelautan secara utuh sehingga sektor ekonomi perikanan dan kelautan
dapat tumbuh lebih kuat dan berdaya saing. Kontribusi PNBP nasional tidak lagi hanya
bertumbuh pada penangkapan dan budi daya, tapi harus lebih berkembang dengan
bioteknologi dan pengolahan, energi terbarukan, wisata dan budaya bahari, jasa ekosistem
dan lingkungan, serta industri sains kelautan dan perikanan. Kesuksesan itu tentu akan lebih
mudah terkawal dengan adanya sistem keamanan laut yang lebih kondusif dan integratif.

Anda mungkin juga menyukai