PERIKANAN DI INDONESIA
DOSEN PENGAMPU :
Ir. Ridar Hendri, M.Si
DISUSUN OLEH:
Jerri Simarsoit
1704113330
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
I. PENDAHULUAN
keterkaitannya dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap interaksi terutama
mengalami gejala overfishing. Selain itu, praktik-praktik IUU fishing yang terjadi
maupun ekonomi. Kerugian negara akibat dari IUU fishing di perairan Arafura
negara-negara di dunia akibat IUU fishing mencapai US$ 10–23,5 miliar (Agnew
dkk, 2005). Ancaman IUU Fishing dipicu kondisi sektor perikanan global, dimana
juga terkait dengan perbatasan dengan negara tetangga, khususnya terkait nelayan
tradisional yang melanggar lintas batas ke negara lain. Meskipun upaya untuk
yang baik serta permasalahan bahan baku pakan dan kestabilan harga, serta
teknologi dan pasar. Disamping itu serangan hama dan penyakit ikan/udang, serta
kegiatan perdagangan produk kelautan dan perikanan antar negara maupun antar
area di dalam wilayah NKRI. Semakin meningkatnya kegiatan lalu lintas hasil
hama dan penyakit ikan berbahaya serta masuknya hasil perikanan yang dapat
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu perlu diiringi
dengan peningkatan sistem jaminan kesehatan ikan mutu dan keamanan hasil
budidaya yang bebas hama penyakit ikan berbahaya serta terjaminnya hasil
semakin meningkatnya arus lalu lintas dan menurunnya secara bertahap hambatan
tarif (tariff barrier) dalam perdagangan hasil perikanan antar negara. Keadaan ini
memicu masing-masing negara, termasuk negara mitra dagang seperti Uni Eropa,
quality and safety assurance). Sebagai anggota World Trade Organization (WTO)
kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan. Konsep perjanjian Sanitary and
tariff barrier). Untuk itu pengembangan sistem jaminan kesehatan, mutu dan
dalam negeri dipenuhi dari impor. Sebagai negara yang memiliki panjang pantai
nomor dua di dunia, sudah seharusnya kebutuhan nasional garam dapat dipenuhi
dari produksi dalam negeri. Saat ini produksi garam nasional belum dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri baik secara kuantitas maupun kualitas, yang
produktivitas dan daya saing usaha kelautan dan perikanan yang disebabkan oleh
struktur armada penangkapan ikan yang masih didominasi oleh kapal berukuran
kecil, belum optimalnya integrasi sistem produksi di hulu dan hilir, serta masih
produktivitas adalah kualitas SDM dan kelembagaannya. Saat ini jumlah SDM
yang bergantung pada kegiatan usaha kelautan dan perikanan sangat besar, namun
infrastruktur dan informasi belum memadai dan belum merata di seluruh wilayah
prosedural perbankan.
berada di daratan, wilayah pesisir, maupun lautan, tidak dapat terlepas dari
keberadaan potensi bencana alam dan dampak perubahan iklim yang dapat terjadi
di wilayah Indonesia. Bencana alam dan perubahan iklim dapat berdampak serius
kenaikan muka air laut (sea level rise) yang dapat menyebabkan tenggelamnya
air laut ke daratan, peningkatan dan perubahan intensitas cuaca ekstrim (seperti
budidaya ikan, serta kerusakan sarana dan prasarana. Oleh karena itu, penyiapan
bencana alam dan perubahan iklim, wilayah pesisir juga memiliki potensi
dan permasalahan keterbatasan lahan. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya
peningkatan daya saing bangsa di era perdagangan bebas serta penerapan MEA
pelaku usaha UMK untuk meningkatkan daya saing melalui sinergi lintas sektor
domestik, dan sertifikasi produk. Isu utama pembangunan wilayah nasional adalah
masih besarnya kesenjangan antarwilayah khususnya kesenjangan antara Kawasan
Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dalam lima tahun
(Archipelagic State) dimana laut Indonesia lebih luas dari daratan, laut menjadi
sangat vital dalam pemerataan pembangunan nasional. Melalui visi misi Presiden,
teritorial sebesar 12 mil atau lebih dikenal dengan sebutan Deklarasi Djuanda.
Deklarasi Djuanda ini telah menjadi dasar lahirnya Wawasan Nusantara, dan ini
Kapal nelayan laut asing yang berhak melakukan penangkapan ikan dalam daerah
laut Indonesia atau daerah lingkungan maritim harus didaftarkan atas nama
pemilik. • Kapal yang terdaftar diberi tanda selar dan kapal akan diberi tanda
Laut teritorial Indonesia adalah daerah laut yang membentang ke arah laut
sampai sejauh 3 mil laut dari garis air surut, pulau-pulau atau bagian pulau-pulau
yang termasuk wilayah Indonesia. Catatan: dengan adanya UU no.9 thn 1985
tentang perikanan, maka semua peraturan atau ordonansi di atas dinyatakan tidak
sampai dengan keluarnya UU no.9 thn. 1985 tentang perikanan berupa: Keppres,
SK Mentan, Instruksi Mentan, maupun SK Dirjen Perikanan. Beberapa peraturan
tersebut diantaranya:
dengan diameter kurang dari 5 mm • Nener bandeng dalam segala ukuran • Ikan
hias air tawar jenis Botia dengan ukuran di atas 15 cm (calon induk) • Udang
selar, lemuru, dan ikan-ikan pelagis sejenisnya dengan menggunakan purse seine
berukuran mata jaring: -kurang dari 2 inchi pada bagian sayap, dan -kurang dari 1
laut sebagai satwa liar yang dilindungi. G. Instruksi Mentan no. 13/1975 Dalam
3 mil dari pantai Tertutup bagi: • Perahu/kapal perikanan dengan mesin dalam (in
board) lebih dari 5 GT • Semua jenis jaring trawl • Jaring pukat dan sejenisnya –
purse seine • Jaring pukat lingkar/hanyut • Payang, dogol dan lain-lain yang
Perahu/kapal perikanan mesin dalam (in board) lebih dari 25 GT • Jaring trawl
dasar dengan tali ris lebih dari 12 meter • Jaring trawl melayang • Jaring pukat
Jalur penangkapan ikan III: 5 mil dari jalur II Tertutup bagi: • Perahu
/kapal perikanan dengan mesin dalam (in board) lebih dari 100 GT • Jaring trawl
dasar atau melayang dengan tali ris lebih dari 20 meter • Pair trawl (sepasang
jaring trawl) • Jaring pukat cincin/kolor dan sejenisnya lebih dari 600 meter. 4.
Jalur penangkapan ikan IV: di luar jalur III Terbuka bagi: • Semua jenis kapal dan
alat • Pair trawl khusus di Samudera Hindia 5. Jalur khusus bagi nelayan
tradisional
budi daya laut di perairan Indonesia L. Peraturan Pemerintah no.15 thn. 1984
konsekuensi bahwa UU no.9 thn 1985 tentang perikanan dinyatakan dicabut dan
UNCLOS I (1958) membagi laut dalam 2 kategori utama yaitu laut teritorial dan
penuh untuk mengatur , termasuk dasar laut dan udara di atas wilayah tsb, yg
disertai dengan kewajiban untuk menjamin hak lintas damai bagi kapal-kapal
asing. Kedaulatan ini berarti juga hak untuk menguasai sepenuhnya seluruh
sumber daya alam hayati dan nonhayati yg ada di wilayah laut teritorial tsb. •
UNCLOS III thn. 1982, maka wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan yg
thd pelabuhan
1995, yaitu • ALKI 1 : Selat Malaka – Laut Singapura – Laut Natuna – Laut Cina
Selatan • ALKI 2 : Selat Sunda – Selat Karimata – Laut Natuna – Laut Cina
Sulawesi • ALKI 4 : Laut Maluku – Laut Seram – Laut banda – Selat Ombai –
teritorial, ZEE dan penentuan batas landas kontinen • Dengan Papua Nugini,
India, Thailand dan Palau, mencakup penentuan batas ZEE • Dengan Singapura,
mrp negara kepulauan terbesar di dunia, krn dua pertiga wilayahnya mrp laut.
Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 (minus
5,8 juta km2, yg terdiri dari 3,1 juta km2 perairan Nusantara dan 2,7 juta km2
perairan ZEE. • Sumber daya alam: laut menyimpan potensi sumber daya alam
baik hayati maupun nonhayati serta energi gelombang laut, sedangkan di darat
sudah berkurang • Sejarah: Indonesia pernah mengalami kejayaan laut pada masa
Majapahit, Sriwijaya, Ternate dan Tidore. Itu tercermin dari kekuatan laut dalam
aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritime. Mewujudkan kualitas
hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. Mewujudkan bangsa
yang berdaya-saing. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara 2.Membuat pemerintah tidak
negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
Memulihkan dan menjaga keseimbangan antar sektor, antar wilayah dan antar
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keunggulan sumber daya manusia
sistem karantina ikan serta Pengaturan alat tangkap ramah lingkungan dan
perikanan rakyat.
2.8. Quick Win Quick Win 2015-2019 Yang Ditugaskan Kepada Kkp
Jawa, Gerakan Ekonomi Kuliner Rakyat Kreatif dari Hasil Laut, Pencanangan
2019Cold storage di 100 sentra nelayan dalam rangka SLIN sampai 2019, Sistem
Informasi Nelayan Pintar di 100 sentra nelayan sampai 2019, Jaminan pasokan
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) pembudidaya sampai 2019, Penjaminan mutu
benih di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan unit pembenihan lainnya pada 900
unit pembenihan sampai 2019, Pengembangan 100 Kebun Bibit rumput laut
dengan kultur jaringan sampai 2019, Penerapan teknologi biofloc budidaya lele
dan patin di 24 lokasi sampai 2019, Gerakan kemandirian Pembudidaya Ikan,
Penanaman mangrove 3 juta batang per tahun, Pembangunan sabuk pantai 7,5 km
Meningkatkan produksi perikanan dua kali lipat menjasi juta ton pada
lainnya, Peningkatan kualitas dan produksi usaha garam rakyat, Stock assesment,
Perairan, penataan ruang wilayah pesisir dan lautan, dan kesejahateraan di pulau-
nilai tambah dan daya saing produk hasil perikanan; Pengembangan dan
Logistik Ikan Nasional secara terpadu, efisien dan efektif mulai dari hulu sampai
https://www.slideserve.com/faunia/sejarah-peraturan-perikanan-di-
indonesiahttps://slideplayer.info/slide/11946119/
http://kkp.go.id/ancomponent/media/uploadgambarpendukung/kkp/LAPORAN/R
enstra%20dan%20Renja%20KKP/RENSTRA%20Peraturan%20Menteri%2063%
20FINAL%20(5).pdf