Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dhea Amanda Widana Putri

NIM : 09020420022

Mata Kuliah : Hasil Laut Komersil

Perikanan budidaya merupakan suatu kegiatan produksi biota perikanan dalam wadah
atau kondisi yang dapat dikendalikan (Sahfitri & Haji, 2018). Sektor perikanan budidaya menjadi
satu diantara aset negara Indonesia yang memiliki potensi sangat besar. Potensi tersebut menjadi
upaya revitalisasi dalam perikanan dengan tujuan dapat memberikan kontribusi untuk keamanan
pangan, peningkatan pendapatan, peningkatan lapangan pekerjaan, dan pendapatan devisa bagi
negara (Caroline & Lahindah, 2017). Selain itu, perikanan budidaya juga diharapkan untuk dapat
meningkatkan kapasitas produksi perikanan di Indonesia dan memberikan dampak untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Cahyanurani & Ummah MR, 2020). Menurut
Kementerian Kelautan Perikanan (2016) dalam (Caroline & Lahindah, 2017) menunjukkan
bahwa di setiap tahunnya terdapat peningkatan area yang dijadikan sebagai perikanan budidaya.
Pada tahun 2014 menunjukkan di Indonesia mempunyai luas area total yang dijadikan sebagai
perikanan budidaya yaitu seluas 1,25 juta hektar (Caroline & Lahindah, 2017). Sedangkan
volume dari produksi perikanan budidaya mencapai 14,2 juta ton (Caroline & Lahindah, 2017).
Pada tahun 2017, volume dari produksi perikanan budidaya semakin meningkat, yang membuat
sektor perikanan budidaya dapat melakukan target ekspor produksi perikanan mencapai US$
7,62 miliar (Caroline & Lahindah, 2017).

Peningkatan luas area total yang digunakan sebagai sektor perikanan budidaya dan
pencapaian target ekspor dari sektor perikanan budidaya, perlu diimbangi dengan adanya
ketersediaan pakan ikan yang memadai dan dengan nilai yang ekonomis. Pemenuhan kebutuhan
pakan dalam perikanan budidaya menjadi aspek yang penting. Pakan ikan yang dibutuhkan
dalam perikanan budidaya yaitu pakan yang efisien, berkualitas, dan memiliki harga yang
terjangkau. Karena pakan menjadi penyusun biaya terbesar dalam struktur biaya produksi
perikanan budidaya yang totalnya menjadi 70% dari keseluruhan biaya. Tingginya biaya pakan
ikan menjadi satu diantara permasalahan dalam perikanan budidaya (Caroline & Lahindah,
2017). Biaya ikan memiliki sifat elastis yang apabila terjadi perubahan maka para pembudidaya
akan sangat merespon (Rochvita & Permadi, 2021). Oleh sebab itu, perlu adanya efisiensi dari
peningkatan pakan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ikan agar dapat menekan biaya
produksi (Putra et al., 2022). Penyebab dari tingginya pakan ikan karena ketersediaan pakan ikan
dalam negeri masih terbatas, dan masih mengandalkan dari pemenuhan produk impor. Selain itu,
tingginya biaya pakan dikarenakan oleh faktor cuaca untuk pakan alami (Rochvita & Permadi,
2021). Oleh sebab itu, perlu adanya solusi dalam mengatasi ketersediaan pakan ikan yang
efisien, berkualitas, dan memiliki harga terjangkau. Satu diantaranya dengan meningkatkan
produksi pakan ikan melalui program gerakan pakan ikan mandiri (Gerpari).

Gerakan pakan ikan mandiri (Gerpari) merupakan satu diantara usaha atau solusi untuk
mendorong kemandirian kelompok pembudidaya untuk dapat memproduksi, mengembangkan
bahan baku yang berasal dari lokal, dan menjadi penyedia dari sarana produksi pakan
mandiri(Caroline & Lahindah, 2017). Dengan adanya gerakan pakan ikan mandiri akan dapat
mengurangi ketergantungan impor bahan baku pakan ikan. Selain itu, gerakan tersebut memiliki
potensi dalam mendorong perokonomian pada perikanan budidaya. Karena pelaku usaha
perikanan budidaya dapat dijadikan sebagai usaha kelompok atau komersial yang kemudian
dapat disesuaikan dengan peraturan Peredaran Pakan Ikan Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya (DJPB) (Wardono et al., 2017).

Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat dengan menggunakan berbagai jenis dari
bahan baku pakan nabati atau hewani dengan memperhatikan kendungan gizi, sifat, dan ukuran
ikan (Putra et al., 2022). Dalam gerakan pakan ikan mandiri, diharapkan adanya pakan buatan
yang lengkap dari keseluruhan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan dari ikan yang
dibudidaya. Menurut (Sunarno et al., 2017) kelengkapan pada pakan buatan, yaitu:

a. Protein
b. Karbohidrat
c. Lemak
d. Vitamin
e. Mineral

Berdasarkan (Caroline & Lahindah, 2017) bahan baku lokal yang sedang dikembangkan
di Bandung, yaitu:
a) Dedak padi
b) Tepung ikan
c) Tepung darah sapi
d) Tepung jagung
e) Bungkil kepala
f) Bungkil kedelai

Sedangkan, berdasarkan (Sunarno et al., 2017) bahan baku lokal yang dikembangkan di
Kabupaten Klungkung, Bali, diantaranya:

1. Tepung ikan
2. Kacang koro
3. Bungkil Kelapa
4. Dedak padi
5. Polar
6. Ampas tahu
7. Jagung halus
8. Rumput laut

Bahan-bahan lokal tersebut dapat dijadikan alternatif pakan ikan karena memiliki
kandungan nutrisi bahan baku seperti sumber protein, sumber energi, mineral, dan vitamin.
Selain itu, bahan-bahan tersebut memiliki tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas, dan harga
yang baik (Sunarno et al., 2017). Bahan-bahan tersebut kemudian dapat disosialisasikan kepada
pelaku usaha perikanan budidaya, yang kemudian dapat dipraktekan langsung untuk dapat segera
dilaksanakan. Dengan adanya sosialisasi tentang gerakan pakan ikan mandiri menggunakan
bahan baku lokal, akan membuat pelaku usaha perikanan budidaya terbantu dan juga dapat
menambah penghasilan dengan melakukan usaha jual beli terhadap pakan ikan yang telah dibuat.
Bahan baku lokal menjadi alternatif dalam pengurangan biaya produksi perikanan budidaya
tetapi juga tetap dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dari ikan.
Daftar Pustaka

Cahyanurani, A. B., & Ummah MR, R. (2020). Studi Kualitas Air pada Tambak Budidaya
Anggur Laut (Caulerpa racemosa) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara. Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan, 11(2), 58–65.
https://doi.org/10.35316/jsapi.v11i2.670

Caroline, & Lahindah, L. (2017). Analisa Dan Usulan Strategi Pemasaran Dengan Metode
QSPM. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, XVI(2), 86–102.

Putra, I., Aulia, A. H., Dwifani, A. P., Ramadani, D., Fitriansyah, F., Diva, F., Karimah, P.,
Indriartini, R. T., Tifany, S., & Putri, W. K. (2022). Pembuatan pakan ikan tenggelam
dengan bahan baku lokal di desa simpang beringin making sinking fish feed from local
ingredients in simpang beringin village. 4(1), 5–8.

Rochvita, A., & Permadi, J. (2021). The New Normal of Fishery Agribusiness: Study on The
Strategy Of Recovery of Aquaculture during Covid-19 Emergency in Magelang. JURNAL
AGRIKAN (Agribisnis Perikanan …, 14(2), 622–634.
http://www.jurnal.ummu.ac.id/index.php/agrikan/article/view/895%0Ahttp://
www.jurnal.ummu.ac.id/index.php/agrikan/article/download/895/619

Sahfitri, I. A., & Haji, A. (2018). Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan. Budidaya
Perikanan FIKP UMRAH Journal, November, 1–12.

Sunarno, M. T. D., Kusmini, I. I., & Prakoso, V. A. (2017). Pemanfaatan bahan baku lokal di
klungkung, bali untuk pakan ikan nila best (oreochromis niloticus). Media Akuakultur,
12(2), 105. https://doi.org/10.15578/ma.12.2.2017.105-112

Wardono, B., Rahadian, R., & Tajerin, T. (2017). Model Bisnis Usaha Pakan Ikan Mandiri
Berbasis Masyarakat Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, 12(1), 57. https://doi.org/10.15578/jsekp.v12i1.6301

Anda mungkin juga menyukai