Anda di halaman 1dari 7

PGRI-an

Bpk. Andista Candra Yusro, S.Pd., M.Pd.

Oleh: Rahma Zaujatul Hafiqah

Kelas: D

Tugas 1: Mahasiswa menginventarisasi usulan program dan masukan yang ditetapkan PGRI selama
periode tahun 2011-2020 terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional terkait
dengan kesejahteraan guru, apa saja yang berhasil dan apa saja yang gol di pemerintah terkait
dengan perjuangan PGRI.

1. Pelatihan (Diklat)
Peningkatan kompetensi guru menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan
pendidikan yang bermutu. Kompetensi guru juga menjadi modal awal dalam
menumbuhkembangkan potensi peserta didik di sekolah. salah satu kompetensi
utama bagi seorang guru adalah kompetensi pedagogik, yakni kemampuan guru
dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik baik dari aspek ilmu
pendidikan, metode pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran yang
digunakan.
Perhatian PGRI kepada peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan
meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Kegiatan ini dilakukan melalui diklat
(pendidikan kilat) yang bertemakan tentang peningkatan kompetensi profesi
keguruan dan ilmu pendidikan. Diklat bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
dan wawasan guru dalam melakukan kegiatan bimbingan dan pembelajaran
terhadap peserta didik di sekolah. Peserta diklat pada umumnya merupakan guruguru
anggota PGRI di Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan peserta diklat
juga berasal dari guru-guru yang belum tergabung di PGRI.
Pelaksanaan diklat bagi PGRI memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
terwujudnya kompetensi guru yang lebih baik di Indonesia, meskipun jika
dibandingkan dengan jumlah guru, pelaksanaan diklat oleh PGRI belum sepadan.
Namun demikian guru yang pernah mengikuti diklat PGRI memiliki kompetensi
yang berbeda dengan guru yang tidak pernah mengikuti kegiatan diklat.
a) Gerakan Literasi PGRI
Dalam upaya menumbuhkan serta mengembangkan kretifitas guru, PGRI
melaksanakan sebuah kegiatan yang disebut dengan Gerakan Literasi PGRI.
Kegiatan ini berupa lomba menulis bagi guru anggota PGRI mulai dari tingkat
TK/RA sampai dengan tingkat SMA/MA/SMK/MAK. Kegiatan ini dilakukan
dengan menyelenggarakan seleksi secara berjenjang yakni mulai di tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan tingkat nasional. Pemenang lomba yang
lolos di tingkat nasional akan dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti seleksi
sekaligus mengikuti perayaan peringatan Hari Guru Nasional yang bertepatan
dengan hari lahirnya PGRI.
Jenis tulisan yang dilombakan berupa cerita anak, cerpen remaja, dan artikel
populer. Hasil seleksi naskah terbaik di tingkat nasional, sepuluh diantaranya
akan di terbitkan oleh Jpbooks. Selain lomba menulis pada kegiatan gerakan
literasi PGRI diadakan lomba inovasi pembelajaran PGRI, dimana peserta
membuat naskah yang membahas tentang inovasi kegiatan pembelajaran di
sekolah khususnya metode belajar mengajar di kelas. Gerakan Literasi PGRI ini
dilakukan setiap tahun menjelang peringatan Hari Guru Nasional.
Selain berupa lomba, gerakan literasi guru merupakan sebuah upaya PGRI
dalam memacu semangat para guru untuk aktif menulis, baik menulis novel,
buku wawasan umum, buku pelajaran, hingga opini public di media masa.
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pelatihan menulis buku di berbagai
daerah, saat ini gerakan literasi guru sedang dikobarkan oleh PGRI pusat di
semua daerah. Bahkan pada HGN ke-73 tahun 2018 lalu, PGRI mampu
menerbitkan buku dari seluruh guru di Indonesia dengan jumlah 1.800 lebih judul
buku.
Gerakan Literasi Guru PGRI juga dilakukan dengan kegiatan pelatihan,
mulai seminar menulis, TOT Guru menulis, hingga pendampingan guru menulis
79
sampai dengan penerbitan buku yang bekerjasama dengan beberapa mitranya
seperti Pustekom, Microsoft, Jawa Pos dan beberapa mitra yang lain (Muhsonah,
8 Februari 2019). Dalam mendukung gerakan literasi guru, Jawa Timur
menyelenggarakan kegiatan TOT yang dilakukan dalam tiga tahap atau sesi
pelaksanaan yakni:
1) In on in (Inservice Learning), dalam kegiatan ini peserta diberi materi dan
diberi tugas tentang tips, aturan dalam membuat tulisan, baik buku, artikel,
jurnal, bulletin hingga majalah.
2) On service Training. Tahap atau sesi ini peserta kegiatan diberikan tugas
membuat tulisan, dan dalam mengerjakannya peserta diberi waktu selama
beberapa hari untuk merampungkan tugasnya.
3) In service training, tahap atau sesi terakhir peserta wajib mempresentasikan
karyanya di hadapan peserta lain. Dengan tiga tahapan ini penulisan buku,
artikel, jurnal, cerpen, bulletin dan majalah akan dapat berjalan dengan
efektif, karena peserta selain mendapatkan teori, mereka juga langsung
dituntut mempraktekkan secara langsung.
b) b) Gerbang Kalam Guru
Upaya peningkatan kompetensi guru salah satunya dilakukan dengan
menyelenggarakan kegiatan pelatihan menulis hingga menerbitkan buku.
Program kegiatan ini dinamakan Gerbang Kalam Guru. Ide kegiatan ini
dilatarbelakangi kesadaran bahwa banyak guru memiliki potensi, wawasan, dan
keahlian yang bisa dikembangkan serta diwariskan kepada siswa dan masyarakat
Indonesia. Gagasan ini merupakan bukti keseriusan PGRI dalam meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi guru di Indonesia. Program ini pertama kali
dilaksanakan oleh PGRI Jawa Tengah yang menyadari potensi luar biasa dari
para guru. Kegiatan ini kemudian ditindaklanjuti dengan menjalin kerjasama
dengan beberapa kepengurusan PGRI di wilayah Jawa Tengah seperti Wonogiri
dan Semarang dengan melaksankan kegiatan pelatihan menulis yang diikuti para
guru dari berbagai kota di wilayah Jawa Tengah. Kegiatan pelatihan pertama kali
dilaksanakan di Wonogiri pada awal tahun 2018 lalu dengan jumlah peserta 276,
yang hasilnya sekitar 179 peserta sudah siap dengan judul bukunya masing masing.
PGRI Jawa Tengah berharap melalui kegiatan ini, motivasi para guru semakin
meningkat dalam menghasilkan karya-karya ilmiah yang nantinya bermanfaat bagi
dirinya sendiri terutama dalam PKG maupun bagi orang lain. Selain itu, kegiatan ini
menjadi terobosan baru dalam melahirkan karya-karya ilmiah yang dapat
dipublikasikan kepada masyarakat, sehingga budaya menulis di kalangan guru dapat
dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Program pelatihan menulis sampai dengan
menerbitakan buku dikembangkan PB PGRI menjadi sebuah program pengembangan
mutu guru yang di kenal dengan istilah Gerakan Guru Menulis. Program ini bekerjasama
dengan beberapa instansi seperti Pustekom (Pusat Teknologi dan Komunikasi), Jawa
Pos, dan Kompas. Masing-masing instansi menawarkan bentuk kerjasama dalam
pemanfaatan fasilitas pembelajaran yang mereka miliki. Pustekom dalam hal ini
menyediakan berbagai materi yang dikemas dalam bentuk sebuah program khusus
seperti Rumah Belajar, Jurnal Teknodik dan pembuatan media pembelajaran.
c) Pemanfaatan IT nasional
Dalam peningkatan kompetensi guru, salah satu pelatihan yang
dilaksanakan PGRI adalah kegiatan pelatihan Informasi dan Teknologi tingkat
nasional yang bekerjasama dengan Educational International dan beberapa mitra
dari Australia, Norway, Swedia dan Jepang. Pelatihan di ikuti seluruh admin atau
pengurus SIK (Sistem Informasi Keanggotaan) PGRI dari 34 provinsi (Jejen,
2018:para. 1-3). Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memperkenalkan
penggunaan offline system di Sistem Informasi Keanggotaan (SIK) PGRI. Offline
System sangat berguna bagi daerah yang memiliki kesulitan dalam mengakses
internet. Kegiatan ini dilaksanakan pada 29 Maret 2018 di Gedung PB PGRI
Jakarta.
d) Peningkatan Kompetensi Kepribadian Guru
Dalam mewujudkan kompetensi guru yang berkualitas, PGRI melaksanakan
kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi guru di Semarang. Sekertaris PGRI
Kota Semarang Khoiri menuturkan bahwa PGRI sebagai organisasi profesi guru
berkewajiban membantu para guru dalam memenuhi tuntutan kompetensi guru
yang sesuai dengan standar pendidikan (Purwanto, 2018:para.1).
Kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi guru dilaksanakan dengan
bekerjasama antara PGRI dan LPPM Universitas PGRI Semarang di Wisma P4G
Universitas PGRI Semarang pada 9-11 November 2018. Dalam pelatihan ini,
peserta kegiatan sebanyak 155 orang guru anggota PGRI dari berbagai wilayah
di jawa Tengah yang terdiri dari gur TK/RA hingga SMA/MA. Adapun tujuan
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya pada
kompetensi kepribadian, sehingga nantinya guru dalam melaksanakan tugasnya
mampu menjaga wibawanya sebagai seorang pendidik yang patut dijadikan
teladan.
2. Seminar Kependidikan
Mutu pendidikan dapat diwujudkan dengan tersedianya mutu guru. Salah satu
upaya PGRI meningkatkan mutu guru adalah menyelenggarakan berbagai
seminar baik di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, maupun tingkat
nasional. Seminar nasional pendidikan yang dilakukan PGRI biasanya
bekerjasama dengan beberapa instansi pemerintah maupun perusahaan swasta,
diantaranya Kemendikbud RI, Kemenristekdikti, Microsoft, Telkom, dan
beberapa instansi lain yang peduli pada pengembangan serta peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Kegiatan seminar dilaksanakan pada momen-momen
tertentu, seperti pada hari pendidikan nasional, hari guru nasional, hari lahirnya
PGRI dan momen penting lain. Peserta seminar adalah para guru-guru dari
berbagai wilayah di Indonesia.
3. Pengembangan Media pembelajaran
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan
dituntut menyesuaikan diri melalui pemanfaatan teknologi dalam kegiatan
pembelajaran. Kondisi ini memacu PGRI untuk memodernisasi kegiatan
pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Program kegiatan
yang telah dilakukan adalah membuat media pembelajaran berbasis IT.
a. Pengembangan Media pembelajaran
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan
dituntut menyesuaikan diri melalui pemanfaatan teknologi dalam kegiatan
pembelajaran. Kondisi ini memacu PGRI untuk memodernisasi kegiatan
pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Program kegiatan
yang telah dilakukan adalah membuat media pembelajaran berbasis IT.
a) PGRI Smart Learning and Character Center (PSLCC)
PSLCC adalah pusat pengembangan dan peningkatan kompetensi
professional guru-guru di Indonesia, terutama dalam menghadapi era Revolusi
Industri 4.0 (Cyber Physical System) yang ditandai dengan penggunaan teknologi
informasi dalam berbagai kegiatan belajar kreatif dan inovatif (PB PGRI,
2019:h.41). Program ini menjadi salah satu ide modernisasi pembelajaran dalam
dunia pendidikan di Indonesia yang tertuntut oleh pergeseran zaman dari yang
dahulu guru menjadi pusat belajar menjadi siswa sebagai pusat belajar dengan
memanfaatkan media pembelajaran berbasis IT.
Program ini merupakan sebuah ide dan gagasan baru untuk memberikan
kesempatan kepada para guru yang berusia millennia (muda) untuk
mengembangkan kompetensinya. Produk yang ditawarkan pada program ini
adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran secara
kreatif dan inovatif dengan dirupakan sebuah website dan juga aplikasi mobile
yang didalamnya mencakup beberapa sumber informasi seperti E-Test PGRI
SLC, E-Learning PGRI SLC, E-Pustaka PGRI LSC, E-Video PGRI SLC, dan EUNBK PGRI
SLC.
b. Olimpiade TIK Nusantara
Kegiatan lain yang dilakukan PGRI dalam meningkatkan serta
mengembangkan kompetensi professional guru adalah dengan
menyelenggarakan Olimpiade TIK Nasional (OTN). OTN merupakan lomba
pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) yang di gelar PGRI
di tingkat nasional. Pesertanya adalah siswa siswi yang merupakan wakil dari
seluruh provinsi di Indonesia. Meskipun demikian, para pelatihnya merupakan
guru-guru mata pelajaran TIK yang ada di sekolah mereka. Dengan tidak
langsung, OTN menuntut para guru TIK khususnya untuk terus mengupdate
informasi serta keilmuannya dalam pemanfaatan teknologi, informasi, dan
komunikasi yang sedang berkembang saat ini.
c. Penerbitan Buku dan Majalah
Hasil dari program Gerakan Literasi Guru (GLG) maupun Guru Kalam
Kalbu yang diselenggarakan PGRI kemudian diterbitkan dalam bentuk buku,
Jurnal, Majalah maupun buletin. Dalam proses publikasi PGRI bekerjasama
dengan beberapa instansi pemerintah maupun swasta seperti Pustekom dan
Jawa Pos. selain itu PGRI juga mewadahi tulisan-tulisan karya guru pada media
resmi PGRI seperti Website PGRI, blogspot PGRI, hingga majalah PGRI yakni
majalah Suara Guru yang merupakan majalah resmi PB PGRI yang dalam
perkembangannya tersedia dalam bentuk media cetak maupun media online
dan majalah Derap Guru yang diterbitkan PGRI provinsi Jawa Tengah.
4. Optimalisasi Asosiasi Guru Mata Pelajaran
Peningkatan kompetensi guru merupakan prioritas utama dalam mewujudkan
pendidikan yang bermutu. Peningkatan kompetensi guru tidak hanya dapat
dilakukan melalui pelatihan ataupun seminar semata, namun juga dapat dilakukan
dengan cara yang berbeda. Upaya lain yang dilakukan PGRI dalam meningkatkan
kompetensi guru adalah dengan mengoptimalkan peran asosiasi atau kelompok guru
mata pelajaran sebagai wadah meningkatkan wawasan, kompetensi, sekaligus
menjadi sarana untuk berbagi pengalaman maupun strategi dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.
a. Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS)
APKS dibentuk sebagai kelengkapan organisasi PGRI pada semua
tingkatan kepengurusan PGRI yang memiliki fungsi membina dan
mengembangkan profesi guru. Latar belakang dibentuknya APKS adalah kebutuhan
perangkat organisasi pada PGRI dalam peningkatan keprofesian guru. APKS menjadi
sebuah perkumpulan guru yang dibentuk PGRI dengan dikelompokkan pada
beberapa asosiasi guru mata pelajaran. Hal ini dilakukan dalam upaya memudahkan
para guru mengembangkan kompetensinya dalam bidang yang digelutinya. Wadah
organisasi ini terdiri dari para guru yang memiliki kompetensi akademik yang
sejenis misalnya guru TIK, guru matematika, guru Bahasa Indonesia dan kompetensi
akademik lainnya. APKS dalam melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi
guru memiliki satuan-satuan asosiasi berdasarkan kelompok mata pelajaran,
diantaranya Asosiasi Guru SD, Asosiasi Guru Bahasa Asing, Asosiasi Guru TIK,
Asosiasi Guru Olah Raga, Asosiasi Guru Menulis, Asosiasi Guru Matematika dan
Asosiasi Guru IPS. APKS di bentuk oleh PGRI di semua tingkatan mulai dari tingkat
pusat hingga tingkat kabupaten/kota. Anak organisasi ini dikukuhkan Pengurus
Besar PGRI pada 7 April 2018 di Gedung Guru PGRI Tanah Abang III Jakarta Pusat.
Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. (Ketua Umum PB PGRI) dalam sambutannya saat
mengukuhkan APKS ini menuturkan bahwa guru harus terus menerus
mengembangkan diri, siap untuk belajar dalam menghadirkan pembelajaran dikelas
yang berkualitas. APKS menjadi salah satu terobosan PGRI dalam mengoptimalkan
kompetensi guru di bidang pedagogik, karena melalui wadah ini para guru akan
mampu menemukan berbagai solusi terhadap problemproblem yang dihadapinya di
kelas melalui tukar pengalaman, pendapat, maupun wawasan keilmuan dari para
guru sebidang yang tergabung didalamnya. APKS sementara ini masih mencakup
beberapa bidang mata pelajaran, seperti Asosiasi Guru Kelas, Asosiasi Guru Olah
Raga, Asosiasi Guru TIK, Asosiasi Guru Penulis, dan Asosiasi Guru Bahasa Asing.
Tujuan dibentuknya organisasi ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme
guru di era revolusi industri 4.0. sekaligus menjawab tantangan zaman yang
menuntut SDM guru menjadi lebih kompetitif. APKS di bentuk untuk menguatkan
organisasi profesi guru (PGRI) melalui kegiatan peningkatan keprofesian guru. Hal
ini dilakukan PGRI agar organisasi ini semakin terdepan dalam mwujudkan mutu
pendidikan yang lebih unggul.
b. Lingkar Belajar Guru
Dalam meningkatkan kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogik
guru, PGRI di wilayahnya membuat program Lingkar Belajar Guru. Program ini
merupakan tindak lanjut dari ditunjuknya Kabupaten Banjar sebagai salah satu
dari 5 daerah/provinsi di Indonesia yang berperan sebagai piloting peningkatan
kompetensi guru. Lingkar Belajar Guru (LGB) merupakan wadah pertemuan para
guru anggota PGRI untuk menggenjot
kompetensi pedagogik guru. Biasanya dalam pertemuan ini, anggota PGRI
menentukan sendiri waktu dan tempat pertemuan. Program ini merupakan
program penyempurnaan kegiatan MGMP guru, dimana ketika di MGMP masih
ada celah problem belajar mengajar yang belum dibahas di program inilah
celahcelah itu dibahas. Program ini juga memfasilitasi para guru yang mata
pelajarannya belum terbentuk MGMP-nya. Selain itu, dalam kegiatan ini PGRI
juga mengupayakan penguatan pemahaman guru pada pendidikan karakter
melalui penanaman keteladanan guru sebagai pribadi yang patut diteladani,
sehingga nilai-nilai kompetensi kepribadian guru juga menjadi topik pembahasan
kegiatan ini.
c. Kelas Online Forum Guru
Pengembangan kompetensi pedagogik selain dilakukan dalam bentuk
pelatihan, seminar, maupun workshop, juga dilakukan melalui jejaring sosial.
Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah berbentuk kelas online melalui group
Whatsap untuk beberapa asosiasi guru mata pelajaran. Kelas online ini
dilaksanakan sebagai terobosan PGRI dalam mengupayakan peningkatan
kompetensi guru dengan tanpa banyak memerlukan waktu, tenaga, maupun biaya
mengingat kesibukan para guru.

PGRI sebagai organisasi profesi guru telah memperjuangkan nasib guru


terutama dalam meningkatkan kesejateraan guru melalui lahirnya berbagai
kebijakan pemerintah. Upaya PGRI dalam meningkatkan kesejahteraan guru
terklasifikasi pada tiga aspek penting yang disebut dengan “Tiga Layak” yakni layak
status, layak penghasilan atau upah, dan layak jaminan sosial.

Pertama, pada upaya mewujudkan layak status, PGRI melakukan beberapa upaya
diantaranya; 1)mengupayakan penerimaan ASN melalui jalur honorer K1 dan K2. Upaya ini
dilakukan melalui kegiatan audiensi dengan pemerintah dengan mengusulkan adanya
formasi khusus yang diperuntukkan bagi guru honorer dalam penerimaan ASN/CPNS,
upaya ini berhasil meyakinkan pemerintah, sehingga pada penerimaan ASN tahun 2018
telah direalisasikan. 2) pengusulan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Program ini merupakan program yang ditawarkan PGRI kepada pemerintah untuk
menyelesaikan permasalahan honorer yang telah
mengabdi lama dalam dunia pendidikan namun belum terangkat menjadi ASN karena
faktor batasan usia ataupun karena belum lolos dalam penerimaan ASN. Upaya ini
dilakukan sebagai pilihan alternatif bagi guru honorer yang usianya telah melewati batas 35
tahun, meskipun dalam penerapannya juga diperuntukkan bagi semua guru honorer. PPPK
sendiri merupakan jenis pegawai yang direkrut dengan sistem kontrak oleh pemerintah
dengan penghasilan yang sama dengan ASN. 3) program honor wiyata bakti. Program ini
merupakan usulan PGRI kepada pemerintah daerah untuk tetap menerima perekrutan guru
honorer sebagai solusi menangani kekurangan guru. 4) melakukan audiensi kepada
berbagai pihak salah satunya Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (KemenPAN-RB) RI dalam menyuarakan nasib guru-guru honorer di Indonesia.

Kedua, dalam mengupayakan layak penghasilan bagi guru, PGRI telah melakukan beragam
upaya diantaranya; 1) memperjuangkan anggaran pendidikan sebanyak 20% dari APBN,
yang secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan gaji guru di Indonesia. 2)
melahirkan program sertifikasi seiring lahirnya Undang-undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen. Peraturan tersebut benar-benar menjadi “angin segar” dan
bahkan menjadi “penghilang dahaga” bagi guru di Indonesia, di mana dalam undang-undang
tersebut mengatur program sertifikasi guru yang berlanjut dengan adanya Tunjangan
Profesi Guru (TPG) bagi guru yang telah mengikuti sertifikasi. Hadirnya sertifikasi dan TPG
cukup mengangkat martabat profesi guru, sehingga profesi guru tidak lagi dipandang
sebelah mata. Sejak program sertifikasi dilaksanakan pada tahun 2006, hingga pada 2017
masih terdapat sekitar 1.625.141 guru dari total 3.017.296 guru di Indonesia per Juni 2017
belum mengikuti program sertifikasi. Data ini sebagaimana yang disampaikan pelaksana
tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Guru dan Tenaga Pendidikan (GTK) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hamid Muhammad mengungkapkan, total guru
yang sudah melakukan sertifikasi sebanyak 1.392.155 guru. Adapun yang belum sertifikasi
terdiri atas 308.888 guru pegawai negeri sipil (PNS), sebanyak 596.888 guru tetap yayasan
(GTY), dan guru tidak tetap (GTT) sebanyak 719.354 guru. Data tersebut mengindikasikan
bahwa pelaksanaan sertifikasi masih belum signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan
guru di Indonesia. 3) mengupayakan tambahan penghasilan bagi guru melalui lobi-lobi yang
dilakukan kepada pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Hasilnya, pemerintah pusat
telah memberikan tunjangan kinerja bagi guru ASN/PNS, dan tunjangan Guru Bukan PNS
(GBPNS). Di tingkat pemerintah daerah, program yang dihasilkan antara lain dana hibah di
provinsi Jakarta melalui kerjasama dengan Forum Guru dan Tenaga Honorer Swasta
Indonesia (FGTHSI) dengan penambahan penghasilan Rp.500.000,- per-bulan. Di provinsi
Sumatera Utara, PGRI berhasil meyakinkan pemerintah daerah untuk memberikan
tambahan penghasilan bagi guru honrer sebesar Rp.90.000,- per-jam pelajaran. Saat ini
PGRI Provinsi Sumatera Utara juga tengah mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk
memberikan jatah sembako kepada guru khususnya guru honorer di wilayah tersebut. Di
Sukabumi, PGRI berhasil mengupayakan tambahan penghasilan sebesar Rp.1.600.000,- per-
bulan. Di Kota Bekasi, PGRI berhasil meyakinkan pemerintah daerah untuk memberikan
penghasilan tambahan bagi guru khususnya yang bernaung di Dinas Pendidikan mencapai
UMR Kota Bekasi. 4) melaksanakan kegiatan pelatihan wirausaha bagi guru anggota PGRI,
seperti kegiatan Star-Up Bisnis yang dilaksanakan pada pertengahan maret 2019. Kegiatan
ini mendorong guru-guru anggota PGRI untuk meningkatkan kreatifitas mereka dalam
meningkatkan kesejahteraan mereka melalui kegiatan wirausaha.

Ketiga, upaya dalam memperjuangkan kelayakan jaminan sosial dilakukan


dengan beberapa program kegiatan; 1) memberikan reward bagi guru yang
berprestasi. 2) memberikan kendaraan dan perumahan dinas bagi guru yang bertugas
jauh dari tempat tinggal khususnya di daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terpencil).
3) bermitra dengan beberapa perusahaan dalam memberikan keringanan bagi guru
untuk memiliki fasilitas hidup, seperti kerjasama PGRI dengan BNI dalam
menyediakan rumah murah dengan berbagai kemudahannya, kerjasama dengan
PT.Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air dalam memberikan potongan pembelian
tiket pesawat sebanyak 10-20%. 4) melakukan program pemberian dana pensiun
(dapen) yang berupa dana santunan kepada guru yang telah habis masa tugasnya.
Peningkatan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi sejalan dengan pendapat
Ulfatin dan Triwiyanto adalah mengadakan program penyetaraan sertifikasi. Namun,
masalahnya penyetaraan sertifikasi tidak dapat dilaksanakan secara langsung kepada
seluruh guru di Indonesia. Perjuangan PGRI sebagai rumah besar profesi guru di Indonesia
secara tidak langsung sangat dirasakan manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan guru di
berbagai wilayah di Indonesia. Rumtini berpendapat bahwa peningkatan kesejahteraan
guru melalui program sertifikasi guru yang merupakan implementasi amanah Undang-
undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberikan dampak positif terhadap
mutu input guru baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Sementara itu Musfah
mengatakan bahwa memuliakan guru dari aspek materi merupakan tanggung jawab
pemerintah, pengusaha dan orangtua siswa.

Anda mungkin juga menyukai