Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan mempunyai rasa keingintahuan
tentang sesuatu, mendorong manusia untuk meneliti dan menghasilkan
kebenaran. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan
terlebih dahulu, ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni
menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting
yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan
hipotesis. Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari
sebuah persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam
proses penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan
secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengmpulan data
empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah.Dalam
melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan harus
mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang
relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut dengan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini
dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang
akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui
teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan
kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah
alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat
ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik
terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus
mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana bentuk/ pola hubungan
dalam penelitiannya, bagaimana pola berpikir dalam menyusun hipotesis dan
jenis- jenis hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini
akan membahas mengenai hakikat hipotesis hingga pola hubungan variabel yang
berkaitan dengan penarikan hipotesis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipotesis dalam penelitian ?
2. Apa Jenis-Jenis Hipotesis?
3. Apa fungsi hipotesis dalam penelitian ?
4. Apa saja ciri- ciri hipotesis dalam penelitian ?
5. Bagaimana penjelasan mengenai hipotesis yang baik ?
6. Bagaimana menguji hipotesis ?
7. Bagaimana peranan hipotesis dalam penelitian ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipotesis dalam penelitian.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja jenis-jenis hipotesis.
3. Untuk mengetahui fungsi hipotesis dalam penelitian.
4. Untuk mengetahui ciri- ciri hipotesis dalam penelitian.
5. Untuk mengetahui penjelasan mengenai hipotesis yang baik.
6. Untuk mengetahui cara menguji hipotesis.
7. Untuk mengetahui peranan hipotesis dalam penelitian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani : hypo yang artinya di bawah,


thesis artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah
yang mengikuti kaidah- kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti dan terarah.
Dalam penggunaannya sehari- hari hipotesa ini sering juga disebut dengan
hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang
diperkirankan secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap
dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini hipotesis sangat
berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah
merupakan pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan
dalam menjawab rumusan masalah dalam hipotesis haruslah berdasar pada
teori dan empiris.
2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir
deduktif dalam rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari
kesimpulan umum berupa premis-premis. Adapun kebenaran logika deduktif
menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-premis itu
merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran
ilmiahnya, maka dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari
premis-premis itu mempunyai kepastian kebenaran pula.
3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan
prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian. Hipotesis belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu
hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang
diajukan dalam penelitiannya.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Oleh karena itu, setiap penelitian
yang dilakukan memiliki suatu hipotesis atau jawaban sementara terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut akan dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar
adanya atau tidak benar. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak
dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.

B. Jenis – jenis Hipotesis


1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan
mengenai hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif
antara dua variable atau lebih sesuai dengan teori. Jenis hipotesis ini juga
sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang akan
diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis
tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan
perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis
tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan
eksperimen.
2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori
rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses)
yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2) hipotesis alternative (alternative
hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak
ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
siswa SD.
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain.
Contohnya, Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses
(hipotesis terarah) dan non directional hipotheses (hipotesis tak terarah).
(Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi Arikunto, 1989 :57)
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan
oleh peneliti, di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang
menyatakan bahwa variabel independent memang sudah diprediksi
berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar
dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan menggunakan metode curah pendapat (diskusi).
Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang
diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel
independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Frankel dan Wallen
(1990: 42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa
peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian
yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan
metode mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.
3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi
hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang
mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Sedangkan
hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub
dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).

C. Fungsi Hipotesis
Ada beberapa fungsi hipotesis yaitu :
1. Memperkenalkan penelitian untuk berpikir dari awal suatu penelitian
2. Menentukan tahap atau prosedur penelitian
3. Membantu menetapkan bentuk untuk penyajian, analisis dan interprestasi data.

D. Ciri – ciri Hipotesis


Ciri – ciri hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan
dalam bentuk kalimat tanya.
2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti
bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan
yang sedang atau akan diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat
dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya
akan sulit mencapai hasil yang objektif.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas
sifatnya.
E. Karakteristik Hipotesis Yang Baik
Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa,
sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur ebelum dilakukan
pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis
yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu
yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-
129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan
penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau
diterangkan.
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara
variabel-variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua
variabel atau lebih.
3) Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat
testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
4) Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum
yang sebelumnya sudah mapan.
5) Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996:
16) bahwa ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:
a.       Bisa diterima oleh akal sehat.
b.      Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
c.       Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d.      Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.

F. Menguji Hipotesis
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni
berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus
mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita
mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis, apakah
harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti
cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia
dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang
diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin,
jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus
menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran.

G. Peranan Hipotesis Dalam Penelitian


Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai
berikut
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
4. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang
akan diteliti (diamati).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana
jawaban tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang
dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan,
tetapi bertuan menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.
Hipotesia merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka
kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah- kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti dan
terarah. Dalam penggunaannya sehari- hari hipotesia ini sering juga disebut dengan
hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih
dahulu karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis
dengan benar. Dalam hal ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan
hipotesis yang baik dan benar, yang tentunya mempunyai tahapan-tahapan.
Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis,
pengujian hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti
terbukti kebenarannya atau tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.

B. Saran

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari bahwa
dalam penulisan ini sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis menerima
kritikan dan saran yang membangun untuk kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Elvinaro Ardianto, 2011 .Metodologi Penelitian untuk Publik Relations .


Bandung : Simbiosa Retakama Media

Husaini Usman, dkk. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara

Margono, 2010 Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Nazir, Moh.2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung :


Alfabeta

Sumardi Suryabrata. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada

Anda mungkin juga menyukai