Anda di halaman 1dari 33

Merumuskan Hipotesis dan Memilih Pendekatan dalam Penelitian

Dosen Pembimbing :

Dr. Ina Ika Pratita, M.Hum.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nur Kholis Majid (17020104072)


Mohammad Farid Hidayatullah (17020104010)
Ainul Riza Kusuma 17020104035

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JEPANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
2020
Pendahuluan

Dewasa ini banyak mahasiswa yang kurang memahami cara merumuskan hipotesis
dan memilih pendekatan dala penelitian sehingga banyak terjadi kesalah dalam membuat
proses penelitian. Sehingga diperlukan sumber yang valid mengenai cara merumuskan
Hipotesis dan memilih pendekatan dalam penelitian .

Dalam merumuskan hipotesis perlu dipahami jenis-jenis hipotesis, kekeliruan yang


yang terjadi dalam pengujian hipotesis serta cara menguji hipotesis. Sedangkan dalam
memilih pendekatan dalam penelitian perlu diketahui jenis-jenis pendekatan, penelitian
tindakan, model penelitian, prinsip penelitian, sasasaran objek penelitian tindakan , laporan
penelitian, penentuan pendekatan. Setelah memahami tersebut diharapkan mahasiswa dapat
memahami cara merumuskan hipotesis dan memilih pendekatan sehingga proses dalam
penelitian terjadi dengan baik serta hasil dalam penelitian berkualitas.
ISI
Merumuskan hipotesis

A. Pengertian
Setelah penelitian mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber
untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
Agar dapat lebih mudah dipahami pengertian ini, perlu dikutipkan pendapat Prof.Drs.
Sutrisno Hadi MA, tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan permasalahan itu akan diselesaikan segi demi
segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi dan mencari
jawabannya melalui penelitian yang dilakukan.
Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas dua hal sesuai dengan taraf
pencapaiannya yaitu:
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik dicapai melalui
membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada praktik dicapai setelah penelitian
selesai yaitu setelah pengelolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pengertian tersebut maka dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Dari arti katanya hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata “hypo” yang artinya
di bawah dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara
menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembang
menjadi hipotesis.
 Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta
menetapkan  anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya
masih perlu diuji di bawah kebenaran. Inilah hipotesis penelitian harus berpikir bahwa
hipotesisnya itu dapat diuji. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini.
Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis.
Berdasarkan data yang terkumpul peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan
dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata
tidak terbukti.
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang terdapat pada suatu
penelitian.penelitian yang membutuhkan hipotesis merupakan penelitian kuantitatif,
sedangkan pada penelitian kualitatif diharapkan menemukan hipotesis kemudian diuji
menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai
keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa
membantu memenuhi keinginannya, sehingga mengarah ke terbuktian hipotesis. Peneliti
harus bersikap objektif terhadap data yang terkumpul. 
Peneliti dapat bersikap 2 hal terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak
mendukung terbuktinya hipotesis. 
Apabila peneliti mengambil hak kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan
proses penggantian ini. Dengan demikian peneliti telah terbukti jujur dan tegas, sesuatu yang
memang sangat diharapkan dari seorang peneliti. 

Bagaimana mengetahui kedudukan suatu hipotesis ?


1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjukkan hubungan antara variabel penyebab
dan variabel akibat ? 
2. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh
penyebab itu
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut. 
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting
sebagai pedoman kerja dalam penelitian, namun tidak selalu semua penelitian harus
berorientasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif survei atau kasus dan penelitian
development biasanya justru tidak berhipotesis. Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk
menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-banyaknya. 
Sehubungan dengan hal ini G.E.R Brurrough mengatakan bahwa peneliti berhipotesis
(penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi : 
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude )
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies )
3. Penelitian hubungan (relationship)
Ahli lain yaitu Deobold Van Dalen Mengutarakan adanya tiga bentuk inter relationship
studies yang termasuk penelitian hipotesis yaitu 
a. Case studies 
b. Causal comparative studies 
c. Correlations studies 

B. Jenis-jenis hipotesis

Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel


akibat. Namun demikian ada hipotesis yang menggambarkan perbandingan 1 variabel dari 2
sampel misalnya ;
1. Membandingkan ketangkasan berlari antara anak desa dengan anak kota terhadap
permainan sepak bola,
2. Membandingkan ketepatan menjawab soal antara mahasiswa prodi sastra dengan
prodi pendidikan terhadap soal Dokkai.
3. Membandingkan pengetahuan parenting antara orangtua berlatar belakang
pendidikan tinggi dengan orangtua berlatar belakang pendidikan SLTA terhadap
pengasuhan anak usia dini
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian
oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas, seorang ahli bernama Borg yang dibantu oleh temannya Gall (1979
: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut: 
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih
variabel
3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil
penelitian yang relevan. 
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian
1. Hipotesis kerja atau disebut dengan hipotesis alternatif,  disingkat Ha. Hipotesis kerja
menyatakan adanya hubungan antara variabel x dan y, atau adanya perbedaan antara dua
kelompok. 
Rumusan hipotesis kerja: 
A. Jika .......... Maka ..... 
Contoh: 
Jika orang banyak, makan maka berat badannya akan naik
B. Ada perbedaan antara....dan.... 
Contoh: 
Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian. 
C. Ada pengaruh ..... Terhadap .... 
Contoh : 
Ada pengaruh makanan terhadap berat badan. 

2. Hipotesis nol ( null hypotheses) disingkat Ho. 


Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam
penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak
adanya pengaruh variabel x dan terhadap variabel y. 
Pemberian nama "hipotesis nol" atau "hipotesis nihil" dapat dimengerti dengan mudah
karena tidak ada perbedaan antara dua variabel. 
Dengan kata lain selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil. 

Rumusan hipotesis nol: 


A. Tidak ada perbedaan antara.... Dengan...
Contoh: 
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat i dan mahasiswa tingkat II dalam disiplin
kuliah. 
B. Tidak ada pengaruh....... Terhadap..... 
Contoh: 
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah. 
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif ha diubah menjadi ho, agar peneliti tidak
mempunyai prasangka. Jadi peneliti diharapkan jujur tidak terpengaruh pernyataan ha,
kemudian dikembangkan lagi ke ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis. 
C. Bentuk-bentuk hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian.
Dilihat dari eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparati (perbandingan), dan asosiatif (hubungan).
Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian ada tiga yaitu hipotesis deskriptif,
komparatif, dan asosiatif hubungan.
1) Hipotesis deskriptif
Hipotesis ini merupakan jawaban semetara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri
Contoh
Rumusan masalah deskriptif
 Berapa daya tahan lampu pijar merk X
Hipotesis :
Ha : Daya tahan lampu pijar merk X ≠ 600 jam
Ho : Daya tahan lampu pijar merk X = 600jam
2) Hipotesis komparatif
Hipotesis ini merupakan jawaban semetara terhadap masalah komparatif pada
rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sempelnya berbeda, atau keadaan
itu terjadi pada waktu yang berbeda
Contoh
Rumusan masalah
 Bagaimanakah produkttivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan
dengan PT Y ?
Hipotesis
Ho: Tidak terdapat perbedaan produktifitas kerja antara karyawab PT X dan
Y
Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar atau lebih kecil dari
karyawan PT Y
3) Hipotesis asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan jawaban semetara terhadap masalah asosiatif , yaitu
yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Rumusan masalah
Adakah hubungan yang signifikan anatara penampilan pelayan toko dengan barang
yang terjual
Hipotesis
Terdapat hubungan yang positif dan signifikanan antara penampilan pelayan toko
dengan barang yang terjual.
Ho : ρ = 0 : tidak ada hubungan
Ha : ρ ≠ 0 : terdapat hubungan

D. Kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis. 

Telah berkali-kali disebutkan bahwa perumusan hipotesis dilakukan secara hati-hati


setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan landasan teori yang kuat.
Namun demikian rumusan hipotesis tidak selamanya benar. 
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya
hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi
setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa hipotesis tersebut ditolak atau tidak
terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah
tetapi setelah dicocokan dengan datanya hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini
akan berbahaya apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya. 
Contoh
 Belajar tidak mempengaruhi prestasi. dari data yang terkumpul memang ternyata
anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
tersebut terbukti. 
 Menikah muda tidak mempengaruhi kesehatan rahim wanita. dari data yang
terkumpul memang ternyata orang tua perempuan tidak ada terganggu kesehatannya.
maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tersebut terbukti
 Virus corona tidak dapat berkembang di Indonesia karena iklim indonesia membuat
virus corona susah berkembang. Dari data yang terkumpul hanya sedikit pasien virus
corona di Indonesia. Maka ditarik kesimpulan bahwa hiputesis tersebut terbutkti

Tentu saja kesimpulan ini salah menurut norma umum. Pembuktian hipotesis mungkin
benar. Akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa bahwa tidak
ada gunanya mereka belajar, apabila disimpulkan pada point kedua oleh remaja pedesaan
maka akan banyak terjadi pernikahan muda tanpa memikirkan usia ketika menikah. Apabila
disimpulkan pada point ketiga oleh masyarakat awam maka orang-orang tidak akan waspada
terhadapa virus corona karena menganggap suatu virus dapat berkembang atau tidaknya
hanya karena iklim di suatu tempat . Yang salah adalah perumusan hipotesis nya. Dalam hal
lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan
kesimpulan. Apabila terjadi hal yang demikian kita tidak boleh menyalakan hipotesisnya. 
Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan
sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara
variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut berperan. 

Misalnya: 
Faktor untung-untungan,: faktor soal tes yang sudah bocor, faktor menyontek, dan
sebagainya. 
Faktor sampel dimana sempel yang diambil adalah orang tua muda dikota, faktor
riwayat kesehatan, dan sebagainya
Faktor metode penelitian, ketahanan tubuh masyarakat, kuatnya konsumsi rempah-
rempah sebagai anti body.

Macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis


Kesimpulan dan Keputusan Keadaan Sebenarnya
Hipotesis Benar Hipotesis Salah
Terima Hipotesis Tidak membuat kekeliruan I Kekeliruan macam II
Tolak Hipotesis Kekeliruan macam I Tidak membuat kekeliruan

Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I dinyatakan


dengan a (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan b (beta).
Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan. 
Misalnya peneliti menetapkan kesalahan  a = 1% berarti bahwa jika kita menerapkan
kesimpulan penelitian,  akan ada penyimpangan sebanyak 1%. Besar kecilnya resiko
kesalahan kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti atau kesediaan peneliti
mengalami kesalahan tipe. 
Kesalahan tipe I  ini disebut taraf signifikansi pengetesan, artinya kesediaan yang
berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada
populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu
misalnya 0,5; 0,5; 0,1 dan sebagainya. 
Pada umumnya untuk peneliti-peneliti di bidang ilmu pendidikan digunakan taraf
signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obat-obatan yang risikonya menyangkut
jiwa manusia diambil 0,005 atau 0,001 bahkan mungkin 0,0001. 
Apabila peneliti menolak hipotesis atas dasar taraf signifikansi 5% berarti sama
dengan menolak hipotesis sama dengan menolak hipotesis atas dasar kepercayaan
95%,artinya apabila kesimpulan tersebut diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100
orang, akan cocok untuk 95 orang dan bagi 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.

F. Cara menguji hipotesis


Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian tentu akan
sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut.
Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif
( ha) menjadi hipotesis nol (ho). 
Untuk keperluan ini dicontohkan penerapannya pada sebuah populasi berdistribusi
normal, yang digambarkan dengan grafik seperti di bawah ini.
Dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita
menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat dua
daerah kritik yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva masing-masing dua setengah persen.
Penjelasan mengenai masalah ini lebih lanjut akan diberikan pada langkah menarik
kesimpulan.

Daerah
Penerimaan Ho Daerah kritik 2.5%
Daerah kritik 2.5% 95%

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil)dan disebut


daerah signifikansi titik sebaliknya daerah yang terletak di antara 2 daerah kritis yang diarsir
dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non signifikansi.

Apabila kita mengetahui nilai z-score, dari N-120, dan dari z score dengan rumus 
X− X
Rumus Z= 
SD

Misalnya 1,70 maka letaknya pada kurva adalah sebagai berikut. 

Daerah
Penerimaan Ho

1.96

1.70 %

Besar nya z score 1,70 terletak di daerah penerimaan hipotesis nihil. Ini berarti bahwa
hipotesis nihil yang dirumuskan diterima, atau dengan kata lain hipotesis kerja ditolak.
Uji Hipotesis

Ada beberapa tahapan dalam uji hipotesis:

a. Menentukan Ho dan Hi, yang pada prinsipnya adalah menguji karakteristik populasi
berdasarkan hasil informasi dari suatu sampel.
b. Menentukan taraf signifikan (ɑ), yaitu probabilitas kesalahan menolak hipotesis yang
ternyata benar. Jika dikatakan ɑ=5% berararti resiko kesalahan dalam mengambil
keputusan adalah 5%
c. Menentukan apakah akan dilakukan uji satu sisi atau uji dua sisi

G. Peneliti tanpa hipotesis


Apakah semua penelitian harus berhipotesis? Untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan ini kita tidak boleh berpikir pada hal yang benar dan tidak benar secara mutlak.
Ada 2 alternatif jawaban dan masing-masing mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat.
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua penelitian
diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh.
Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah
disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan
menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang
sifatnya deskriptif tidak perlu dihipotesiskan titik penelitian eksploratif yang jawabannya
masih dicari dan sukar diduga, tentu suka ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian,
banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin
problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi
problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A. 
Problematika 1: 
Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor tanda tanya (tidak dihipotesiskan).
Problematika 2:
Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor atau tanda tanya (tidak di hipotesis kan).
Problematika 3:
Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja
karyawan kantor A ?
Hipotesis:
Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A.

Berikut analisis skripsi yang menggunakan pendekatan kuantitatif ditinjau berdasarkan


hipotesisnya
Skripsi Berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Semester
Gasal Berbasis Psychowariting Kurikulum 2013 Implementasi 2016 karya Ika Fajar sari.
Pada bagian abstrak disampaikan bahwa keefektifan pembelajaran berbasis psychowariting
memiliki asil yang baik dengan skor 80% pada hasil pengamatan aktivitas siswa. Mendapat
skor 86% pada hasil pengamatan guru serta memiliki skor 87,69%pada hasil observasi guru.
Pada skripsi tersebut sama sekali tidak disampaikan rumusan hipotesis apapun namu pada
bagian abstrak tersirat bahwa hasil penelita berupa Ha diterima sehihingga media belajar
dianggap efektif

Pada skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Demonstrasi Bisu Dengan
Media Foto Terhadap Penguasaan Kosakata Verba Doushi Bahasa Jepang Siswa Kelas X
Bahasa SMA Negeri 1 Krian Tahun Ajaran 2013/2014 karya Aryani Puspitasari terdapat
hipotesis pada bab pendahuluan berupa:
ada pengaruh positif terhadap model pembelajaran kooperatif demonstrasi bisu dengan media
foto terhadap penguasan kosakata verba doushi bahasa jepang pada siswa kelas X Bahasa
SMA Negeri 1 krian tahunajaran 2013/2014.

Hipotesis diterima jka hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan diatas, dan jika ditolak
maka hasil penelitian ini bertentangan dengan pernyataan.

Ho : tidak ada pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kooperatif demonstrasi bisu
dengan media foto terhadap penguasan kosakata verba doushi bahasa jepang pada
siswa kelas X Bahasa SMA Negeri 1 krian tahunajaran 2013/2014.

H1 : ada pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kooperatif demonstrasi bisu dengan
media foto terhadap penguasan kosakata verba doushi bahasa jepang pada siswa kelas
X Bahasa SMA Negeri 1 krian tahunajaran 2013/2014.

Setelah dilakukan analisis menggunkan t-test diperoleh 5,60>t (0,05.26)= 2,06>t


(0,01.50)=2,78 dinyatakan ada perbedaan signifikan model pembe;ajaran kooperatif
demonstrasi bisu dengan media foto terhadap penguasan kosakata verba doushi bahasa
jepang pada siswa kelas X Bahasa SMA Negeri 1 krian tahunajaran 2013/2014.

Pada Skripsi berjudul Pengaruh penggunaan media aplikasi “kanben(kanji no


benkyou)”terhadap kemampuan penguasaan kanji level shokyuu (dasar) pada siswa kelas XI
Bahasa SMA di Kota Surabaya tahun pelajaran 2018/2019 Karya Maya Amelia terdapat
Hipotesis pada bagian Pendahuluan berupa :

Hipotesis penelitian

Ho : tidak ada pengaruh penggunaan media aplikasi “kanben(kanji no benkyou)”terhadap


kemampuan penguasaan kanji level shokyuu (dasar) pada siswa kelas XI Bahasa SMA di
Kota Surabaya tahun pelajaran 2018/2019

Respon siswa positif terhadap pembelajaran kanji menggunakan media aplikasi “Kanben
(kanji no benkyou)” karena membantu siswa mempelajari kanji.

Pada hasil penelitian tidak disampaikan apakah hipotesis peneliti diterima atau tidak.
Namun pada bagian abstrak disampaikan bahwa berdasarkan t hitung bahwa tidak ada
pengaruh penggunaan media aplikasi “kanben(kanji no benkyou)”terhadap kemampuan
penguasaan kanji level shokyuu (dasar) pada siswa kelas XI Bahasa SMA di Kota Surabaya
tahun pelajaran 2018/2019 , serta respon siswa positi terhadap penggunaan media aplikasi
“kanben(kanji no benkyou)”terhadap kemampuan penguasaan kanji level shokyuu
(dasar)didasarkan angket yang telah disebar. Peneliti hanya merumuskan Ho tanpa
merumuskan Ha, terdapa hipoteis deskriptif yang kurang tepat
Memilih Pendekatan
A. Jenis-jenis Pendekatan
Langkah memilih pendekatan ini sebenarnya bisa lebih tepat ditempatkan setelah
peneliti menentukan dengan tegas variabel penelitian. Dalam hal ini penulis berpendapat
bahwa antara penentuan variabel penelitian dan pemilihan pendekatan sebenarnya dilakukan
maju-mundur, bolak-balik. Variabel penelitian memang sangat menentukan bentuk atau jenis
pendekatan. Namun, jelas pendekatan juga tidak dapat diabaikan peranannya dalam
menentukan perincian variabel secara teliti. Oleh karena itu, hanya karena alasan bahwa 2 hal
tersebut tidak dapat dibicarakan sekaligus, dan yang satu harus mendahului yang lain, maka
pembicaraan masalah pemilihan pendekatan ini penulis dahulukan.
Di dalam bab terdahulu sudah disinggung berbagai jenis penelitian menurut
pendekatan atau approach-nya. Secara singkat pendekatan penelitian dapat dibedakan atas
beberapa jenis, tergantung dari sudut pandangannya, walaupun sebenarnya antara jenis yang
satu dengan jenis yang lain kadang-kadang saling over lapping.
1. Jenis pendekatan menurut teknik samplingnya adalah:
 pendekatan populasi,
 pendekatan sampel,
 pendekatan kasus.
2. Jenis pendekatan menurut timbulnya variabel adalah:
 pendekatan non-eksperimen,
 pendekatan eksperimen.
3. Jenis pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non- eksperimen.
Sehubungan dengan pendekatan jenis ini, maka dibedakan atas:
a) penelitian kasus (case-studies),
b) penelitian kausal komparatif,
c) penelitian korelasi,
d) penelitian historis,
e) penelitian filosofis.

Tiga penelitian yang pertama, dinamakan juga penelitian deskriptif, .

4. Jenis pendekatan menurut model pengembangan atau model pertumbuhan, adalah:


a. "One-shot" model, vaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali
pengumpulan data pada "suatu saat".
b. Longitudinal model, yaitu mempelajari berbagai tingkat pertumbuhan dengan cara
"mengikuti" perkembangan bagi individu. individu yang sama.
c. Cross-sectional model, yaitu gabungan antara model a dan b, untuk memperoleh data
yang lebih lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan
perkembangan individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek
dari berbagai tingkat umur.
5. Jenis pendekatan menurut desain atau rancangan penelitiannya (yang ini sebenarnya
masuk dalam pendekatan eksperimen). Walaupun ada beberapa jenis desain atau
rancangan penelitian, namun secara garis besar ada tiga rancangan dasar yaitu:
a. Rancangan rambang lugas.
b. Rancangan ulangan.
c. Rancangan faktorial.
Sedangkan rancangan-rancangan yang lain merupakan perluasan atau kombinasi dari
ketiga rancangan pokok tersebut.
Campbell & Stanley membagi jenis-jenis desain ini berdasarkan atas baik buruknya
eksperimen, atau sempurna tidaknya eksperimen. Secara garis besar mereka
mengelompokkan atas.
 Pre Experimental Design (eksperimen yang belum baik).
 True Experimental Design (eksperimen yang dianggap sudah baik).
a. Pre Experimental Design seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak
sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut juga dengan istilah "quasi experiment" atau
eksperimen pura-pura. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi
persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-
peraturan tertentu.
Ada 3 jenis design yang dimasukkan ke dalam kategori pre experimental design, yaitu (1)
One shot case study, (2) Pres test and Post Test, dan (3) Static Group Comparison.
Berikut ini disampaikan penjelasan lebih lanjut tentang masing-masing design (dalam
bahasa Indonesia ditulis dengan "desain").
b. True Experimental Design, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena
sudah memenuhi persyaratan. Yang dimaksud persayaratan dalam eksperimen adalah
adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.
Dengan adanya kelompok lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok
kontrol ini akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena
dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan.
B. Penelitian Tindakan
Dari penjelasan tentang berbagai model eksperimen tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa penelitian eksperimen sifatnya "ketat", dalam arti bahwa desainnya harus
mantap, dan tidak dapat berubah selama penelitian berlangsung. Beberapa tahun terakhir ini
berkembang dengan pesat sebuah model penelitian eksperimen yang dapat dikatakan "tidak
kaku", tetapi sebaliknya justru menuntut adanya perkembangan. Penelitian dimaksud adalah
penelitian tindakan. Untuk lebih memberikan gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh
berikut disampaikan uraian khusus tentang model penelitian tersebut secara agak panjang
mengingat jenis penelitian tersebut semakin menjadi trend.
Sejak kira-kira sepuluh tahun yang lalu, muncul sebuah pendekatan penelitian yang
langsung menjadi terkenal. Pendekatan tersebut dikenal dengan nama Penelitian Tindakan
Kelas, dari negeri asal yang berbahasa Inggris dengan istilah Classroom Action Research,
disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang
merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang
bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan
yang dilakukan berulang-ulang, prosesnya diamati dengan sungguh-sungguh sampai
mendapatkan proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.
Mengingat bahwa permasalahan pendidikan itu tidak hanya terjadi di kelas saja, tetapi
juga di luar kelas tetapi masih di dalam lingkup sekolah, maka guru dapat melakukan
perbaikan terhadap proses kerjanya. Oleh karena itu istilah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dapat dimaknai terlalu sempit. Istilah yang lebih luas dan luwes adalah Penelitian Tindakan
(PT) saja, Dengan sebutan tersebut, maka bukan hanya guru saja yang dapat melakukan
penelitian dengan pendekatan ini, tetapi juga Kepala Sekolah dan Pengawas. Bahkan di
perguruan tinggi, akhir-akhir ini juga digalakkan jenis penelitian tindakan, dengan maksud
meningkatkan mutu perkuliahan. Permasalahan yang diupayakan untuk diatasi melalui
penelitian tindakan ini cukup banyak, dan bukan hanya berkutat di ruang kelas atau
sekelompok peserta didik saja.
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang
terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada
masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan
adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.
Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan
tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang "dicoba sambil jalan"
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling
mendukung satu sama lain. Dalam proses pemecahan masalah tersebut ahli-ahli yang terlibat
terus-menerus menganalisis situasi dan proses yang terjadi, dengan sekali- kali menjenguk
teori yang mendukungnya. Dengan demikian, maka penelitian tindakan dapat dikatakan
sebagai gabungan antara tindakan bermakna dengan prosedur penelitian, yaitu dengan sadar
merumuskan tindakan yang akan dilakukan tetapi didasari dengan ilmu sebagai
pendukungnya. Tindakan dimaksud merupakan intervensi yang sudap dipilih dengan
pertimbangan masak-masak, yang berprosesnya diamati dengan cermat dan sistematis.
Dengan sifat dan tujuan seperti ítu maka penelitian tindakan yang dilakukan harus
memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata
dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani, serta berada dalam jangkauan
kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh
sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. Sebagai misal, seorang dokter
yang mau mencobakan permberian obat baru tidak boleh mengubah kebiasaan tidur
pasien.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat
sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana, dan tenaga
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan
dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut
dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-
going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan
memang tidak dapat terhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.

Namanya adalah Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami
pengertiannya sebagai berikut.

 Penelitian - kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu


untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu
hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
 Tindakan - sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang
dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
 Kelas - adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut
adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara
luas oleh umum dengan "ruangan tempat guru mengajar". Kelas bukan wujud ruangan
tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat


disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas
sebetulnya tidak sulit, karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya
secara seksama. Kadang-kadang hambatan yang muncul terletak pada bagaimana mencari
judul ketika akan memulai kegiatannya, padahal permasalahan guru sebenarnya begitu
banyak. Jika guru menyadari kelemahan hasil dari pekerjaannya, maka sebenarnya itulah hal
yang sudah tepat dijadikan judul.

Ada beberapa orang ahli yang menekuni penelitian tindakan ini. namun dalam sajian
ini dikemukakan pendapkat tentang model penelitian tindakan antara lain Kurt Lewin,
Kemmis, Henry, Mc Taggart, John Elliott, dan Hopkins. Ahli yang pertama kali menciptakan
model penelitian tindakan adalah Kurt Lewin, tetapi yang sampai sekarang banyak dikenal
adalah Kemmis dan Mc Taggart (1988).

Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa
penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu:
(a) perencanaan atau planning,
(b) tindakan atau acting.
(c) pengamatan atau observing, dan
(d) refleksi atau reflecting.

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau


kegiatan berulang. "Siklus" inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari
penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus,
bukan hanya satu kali intervensi saja. Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen
tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang
ke-2 dan ke-3, yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan.
Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu
refleksi - mencermati apa yang sudah terjadi - (reflecting). Dari terselesaikannya refleksi lalu
disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan
pengamatan lagi, begitu seterusnya. Jangka waktu untuk suatu siklus dan langkah-langkah
dalam suatu siklus sangat tergantung konteks dan setting permasalahan, bisa jadi dalam
bilangan hari atua minggu, tetapi dapat juga dalam hitungan semester atau bahkan tahun.

Satu di antara bermacam-macam lokasi atau setting penelitian tindakan adalah yang
dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah
Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan misalnya untuk
meningkatkan efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan
lain sebagainya. Dalam hal guru yang mengajar perlu berkolaborasi dengan seorang atau tim
peneliti. Baik peneliti maupun guru secara bersama-sama membuat rancangan penelitiannya,
selanjutnya guru itulah yang melaksanakan di kelas, tim peneliti yang mengadakan
pengamatan. Sesudah proses pengamatan selesai, guru dan tim peneliti mengadakan refleksi
dalam bentuk diskusi bersama. Dalam kesempatan ini guru menceritakan bagaimana hasil
evaluasi diri ketika melaksanakan tindakan, lalu tim peneliti mengemukakan hasil
pengamatannya sehingga terjadi proses refleksi yang rumit tetapi runtut.

Saat ini penelitian tindakan kelas sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di semua
jenjang dan jenis sekolah. Keunggulan penelitian ini adalah karena guru diikutsertakan dalam
penelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan, yang diamati, sekaligus yang diminta
untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan tindakan, tentu lama kelamaan
akan terjadi perubahan dalam diri mereka suatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri (self
evaluation). Keuntungan lain adalah bahwa dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru
dari dilaksanakannya PTK yang berkesinambungan, berarti kalangan guru makin
diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin
berani mengambil risiko dalam mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga
akan memberikan perbaikan serta peningkatan. Pengetahuan yang dibangunnya dari
pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori, yaitu teori tentang praktik
pembelajaran yang dilaksanakan di kelasnya. Lebih jauh lagi dapat diharapkan bahwa guru
akan menjadi terbiasa berkolaborasi dengan peneliti yang mungkin berdampak pada
keberanian menyusun sendiri tindakan kelas, mengembangkan kurikulum dari bawah, dan
menjadikan guru bersifat mandiri.

Untuk melakukan sesuatu, bahkan ntuk yang sangat sederhana sekalipun, kita
memang harus mengerahkan Perhatian, harus ada niat melakukan, dan siap melakukan
dengan serius, tapi perlu diiringi rasa santai, agar tidak ada rasa terbebani. Melakukan
penelitian tindakan kelas, dapat dianggap bekerja seperti biasanya saja, tanpa ada kekakuan,
baik situasi maupun tindakannya sendiri.

Apabila di bagian terdahulu sudah dikenal berbagai jenis penelitian, maka penelitian
tindakan yang tepat mengarah ke jenis penelitian itu adalah yang disebutkan sebagai
penelitian eksperimen. Penelitian tindakan ini dapat dimasukkan dalam kelompok penelitian
eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian eksperimen ini si peneliti sekadar
ingin mengetahui akibat dari perlakuan, tindakan, atau "sesuatu" yang dilakukan, dalam
penelitian tindakan, si peneliti mencermati betul-betul selama proses dan akibat tindakan,
sehingga diperoleh informasi yang mantap tentang dampak perlakuan yang dibuat. Dengan
kalimat sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian eksperimen
berulang dan berkelanjutan. Jika ada yang menanyakan, penelitian tindakan termasuk
kuantitatif atau kualitatif, jawaban dari pertanyaan itu adalah kualitatif, karena menggali
informasi secara rinci. Namun demikian, penelitian tindakan tidak menolak penggunaan
angka-angka untuk melengkapi data penelitiannya agar pengambilan keputusannya lebih
tepat. Peneliti boleh saja menyebarkan angket kepada siswa untuk mengetahui bagaimana
reaksi dan pendapat mereka. Data yang terkumpul boleh saja dianalisis dengan rumus
statistik, baik sederhana maupun dengan rumus-rumus.

C. Prinsip Penelitian Tindakan

Sudah dijelaskan bahwa penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti atas dasar
kesadaran untuk meningkatkan kinerja. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan atas dasar
kerelaan.

Ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan
suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.

Dari ciri tersebut maka penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting dan
lokasinya yang sekaligus tertuang dalam namanya, antara lain:
a. Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research) yaitu kegiatan penelitian
yang dilakukan dengan menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa ikut serta
memiliki program kegiatan tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis
masyarakat.
b. Penelitian tindakan kritis (critical action research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah dan
menyempurnakan situasi.
c. Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan
oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
d. Penelitian tindakan institusi (institutional action research), yaitu dilakukan oleh pihak
pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja,
proses, dan produktivitas lembaga.

Jika kita cermati, pembagian atas empat jenis penelitian tersebut tidak tepat, dan yang
sesuai dengan apa yang kita bahas hanya nomor c dan d, keduanya menunjuk pada ruang
lingkup lokasi. Nomor a dan b dapat dimasukkan ke jenis c atau d. Pemaparan tersebut
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa penelitian tindakan bukan hanya terbatas di dalam
ruang kelas saja. Penekanan dengan kata "kelas", untuk mempersempit perhatian guru agar
tercurah pada apa yang terjadi dalam sekelompok siswa di kelas.

D. Model Penelitian Tindakan

Sudah disinggung di depan bahwa penelitian eksperimen dimaksudkan untuk


mengetes dampak perlakuan. Penelitian tindakan sudah lebih jauh ke depan. Penelitian
tindakan bukan hanya mengetes sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah
mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian
tindakan ini peneliti langsung mencoba menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati
seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan dimaksud. Dengan demikian penelitian
tindakan Ini dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriptif maupun
eksperimen.

 Dikatakan sebagai kelanjutan penelitian deskriptis karena (a) penelitian tindakan dimulai
dari mencari informasi tentang keadaan sesuatu dalam rangka mencari kelemahan dengan
mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan kelemahan tersebut; (b) selama penelitian
tindakan berlangsung peneliti mengamati terjadinya tindakan kemudian mendeskripsikan
dalam bentuk informasi.
 Dikatakan sebagai kelanjutan penelitian eksperimen karena tujuan dari penelitian
tindakan adalah mengetahui dampak dari sesuatu perlakuan, yaitu mencobakan sesuatu,
lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Merupakan kelanjutan karena sesudah
diketahui dampak perlakuan, peneliti melanjutkan dengan berpikir tentang perlakuan
yang lebih baik. Perlakuan tersebut dicermati lagi untuk diketahui dampaknya, kemudian
peneliti berpikir tentang perlakuan yang lebih baik, dan sebagainya.

Akhir-akhir ini ada satu pendekatan pembelajaran yang dipopulerkan di Jepang, yang
dikenal dengan nama Lesson Study. Kalau dialihbahasakan ke bahasa Indonesia dibaca dari
belakang menjadi Study Lesson, diterjemahkan menjadi "Penelitian Pembelajaran". Makna
dari terjemahan ini adalah bahwa peneliti mencermati proses pembelajaran untuk mengetahui
apakah proses tersebut sudah baik, yaitu memberikan dampak pada siswa yang sedang belajar
sehingga prestasinya juga baik. Terkenalnya Lesson Study hampir bersamaan dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jika kita cermati model di dua jenis penelitian tersebut
hampir sama, yaitu sama-sama mengutamakan pengamatan terhadap proses. Mungkin tidak
terlalu salah apabila kita katakan bahwa Lesson Study dan PTK merupakan "saudara
sekandung". Perbedaannya terletak pada pengamat. Pengamat dalam PTK dapat satu orang,
kalau pengamat dalam Lesson Study merupakan kelompok, sehingga dapat mendiskusikan
peristiwa pembelajaran yang baru saja mereka amati.

Dalam pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajar seperti biasa dan mengerjakan
LKS yang intinya mengerjakan soal-soal setelah mempelajari ringkasan, tetapi harus
melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja melakukan sesuatu yang diarahkan oleh
guru. Ketika sampai saat refleksi, siswa diajak diskusi, ditanya tentang pembelajaran yang
mereka alami. Dari hasil refleksi itulah guru mengadakan perbaikan untuk perencanaan siklus
kedua. Sekali lagi, jadi inti PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa
yang diutamakan.

Sebenarnya ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan
kelas (PTK), tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan
oleh Kemmis & Mc Taggart. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat
langkah (dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan berikut ini.
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah
langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan
ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Jika pelaksana juga
pengamat, mungkin pengamatan dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat-
ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti
digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:

 Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan, yang


menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah
dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti
dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar
diri, karena adanya unsur subjektivitas yang mudah berpengaruh, yaitu cenderung
mengunggulkan dirinya. Dengan demikian penelitian tindakan yang baik adalah apabila
dilakukan dalam bentuk kolaborasi sebagai berikut.

Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang
sedang melakukan tindakan.

Yang dikemukakan dalam kalimat tersebut adalah aturan atau prinsip untuk salah satu
bentuk penelitian tindakan. Bentuk lain adalan peneliti melakukan sendiri pengamatan
terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan. Apabila menerapkan bentuk kedua
ini, peneliti harus mampu melakukan apa yang disebut ngrogoh sukmo (Jawa), yaitu
mengeluarkan jiwa dari badan, untuk mengamati secara objektif apa yang sedang terjadi pada
dirinya (tentu saja pengertian ini mudah terbantah, karena mana ada kegiatan ragawi yang
tidak disertai dengan jiwa). Cara penjelasan ini digunakan sebagai ibarat saja, sekadar untuk
mempermudah pemahaman. Maksud penjelasan tersebut adalah bahwa meskipun terjadi pada
diri sendiri, peneliti yang sekaligus pengamat tersebut diharapkan mampu melakukan
pengamatan diri secara objektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar,
tidak harus ditutup-tutupi.

Dalam tahap menyusun rancangan, peneliti menentukan titik-titik atau fokus peristiwa
yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah
instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini bentuk terpisah, yaitu peneliti dan
pelaksana guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada
kesepakatan antara keduanya. Oleh karena pelaksana guru adalah pihak yang paling
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran
disesuaikan dengan selera guru, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar.

 Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di


dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar. Tentu saja membuat modifikasi tetap
diperbolehkan, selama tidak mengubah prinsip. Hindari kekakuan.
 Tahap 3: Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Sebetulnya
sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan
karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2 diberikan untuk
memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat.
Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan
kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena
itu kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan
"pengamatan balik" terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil
melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi.
 Tahap 4: Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi. Itilah "refleksi" sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana
sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti dan subjek
peneliti (dalam hal ini siswa-siswa yang diajar), untuk bersama-sama mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan "memantul - seperti
halnya sinar memancar dan menatap kena kaca", yang dalam hal ini guru pelaksana
sedang memantulkan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati
kegiatannya dalam tindakan, tetapi juga di hadapan subjek yang terlibat dalam penelitian.
Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada
pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang
belum. Di samping itu, juga sangat penting artinya jika siswa yang dikenai tindakan
mengemukakan pendapat tentang apa yang dialami, serta adanya kemungkinan usul
penyempurnaannya.

Apabila dalam menjelaskan langkah ke-4 yaitu refleksi ini kita gunakan contoh
tindakan terhadap catatan siswa di atas, personil-siswa diminta mengemukakan bagaimana
perasaannya ketika catatan diambil oleh guru, bagaimana reaksi terhadap coretan-coretan
yang dibuat oleh guru, dan cara yang dilakukan oleh guru. Jika guru menggunakan pengamat
luar, diskusi dalam langkah refleksi ditanyakan kepada pengamat apa yang mereka lihat
ketika melakukan pengamatan. Perlu disepakati bersama bahwa yang dimaksud dengan
"pengamatan" dalam penelitian tindakan ini bukan hanya menggunakan mata untuk
penglihatan, tetapi juga hidung untuk penciuman, kulit sebagai alat pencecap, dan juga
telinga sebagai alat pendengar.

Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan
terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan
"dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah
sesuai dengan rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut merupakan satu siklus, yaitu satu
putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang
tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan contoh tindakan perbaikan catatan
sebagaimana dikemukakan dalam bagian terdahulu, maka yang dimaksud dengan bentuk
tindakan adalah pengumpulan catatan, mengoreksi, dan memberikan petunjuk kepada siswa
bagaimana cara membuat catatan yang baik. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah
kegiatan tunggal tetapi rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk
siklus. Informasi yang diperoleh dari langkah refleksi, merupakan bahan yang tepat untuk
menyusun perencanaan siklus berikutnya.

Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru
selesai dilaksanakan dalam satu siklus, guru pelaksana (bersama peneliti pengamat)
menentukan rancangan untuk siklus kedua. Apakah guru tersebut akan mengulangi
kesuksesan untuk meyakinkan atau menguatkan hasil, atau akan memperbaiki langkah
terhadap hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama? Hasil keputusan
tersebut dijadikan rancangan untuk tindakan siklus kedua. Dengan menyusun rancangan
untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan dengan tahap 2,3, dan 4, seperti yang
terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa
puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus
terdahulu. Tida ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus
tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, bagi guru yang akan melakukan
penelitian dalam rangka mengajukan kenaikan jabatan ungsional, Laporan Penelitian
Tindakan (LPT) sebagai salah satu bentuk Karya Tulis Ilmiah (KTI), sebaiknya tidak kurang
dari dua siklus. Apabila hasil siklus kedua berbeda dengan hasil siklus pertama, jelas peneliti
harus melakukan siklus ketiga dan selanjutnya sampai diperoleh kesimpulan yang mantap.
Jika hasil siklus kedua sama dengan siklus pertama, berarti sudah ada pemantapan.

E. Sasaran Objek Penilitan Tindakan


Dalam bahasan ini, yang dibahas adalah bagaimana hal-hal yang terjadi di
dalam kelas. Pengertian kelas dalam hal ini tidak terpaku kepada kegiatan yang
dilakukan di dalam kelas, tetapi juga kegiatan yang dilakukan di luar kelas, seperti
saat study tour, rumah, laboratorium, atau tempat yang digunakan oleh siswa
melakukan tugas praktiknya.
Komponen dari sebuah kelas dalam hal ini adalah (1) siswa itu sendiri, (2)
guru yang mengajar, (3)materi pelajaran, (4) peralatan yang digunakan, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan pembelajaran, dan (7) pengaturan yang dilakukan oleh
pemimpin sekolah. Dengan komponen-komponen yang sudah disebutkan, bahwa
objek dalam penelitian tindakan tidak selalu di dalam kelas, tetapi juga bagaimana
tindakan dalam pengaturan kelas tersebut.
Sehingga dalam hal ini, unsur-unsur yang dapat diamati dalam penelitian
tindakan adalah:
a. Unsur siswa, pengamatan yang dilakukan adalah bagaimana perilaku siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dalam setiap pembelajaran, siswa diharapkan memperhatikan dan
melakukan apa yang diarahkan oleh guru. Dalam hal ini siswa dituntut
untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran yang dibuktikan dengan
minat yang tinggi, kesungguhan, kecermatan, dan lain-lain sehingga dapat
menghasilkan hasil belajar yang optimal.
Judul-judul penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan
berupa: perilaku disiplin, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran,
ketelitian siswa saat pembelajaran berlangsusng, ekstrakulikuler, dan
sebagainya.
Unsur guru, pengamatan Judul-judul penelitian yang dapat digunakan
dalam penelitian tindakan berupa: perilaku disiplin, minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran, ketelitian siswa saat pembelajaran berlangsusng,
ekstrakulikuler, dan sebagainya.
b. Unsur guru, pengamatan yang dilakukan adalah ketika bagaimana guru
mengatur kelas, bagaimana guru membimbing dan menjaga siswa di kelas
di dalam kelas maupun sedang mengikuti study tour, atau disaat guru
sedang melakukan kunjungan ke rumah siswa.
Judul-judul penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan
berupa: bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang menggunakan
metode-metode yang digunakannya, pengajaran kelompok siswa, dan lain
sebagainya.
c. Unsur materi pembelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar
atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat digunakan ketikan guru
sedang mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang
bias diamati oleh guru, siswa, atau keduanya.
e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik
tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik susunan maupun
tingkat pencapaian.
f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di dalam kelas, sekolah, maupun
yang melingkungi siswa di rumahnya.
g. Unsur pengelolaan, ditinjau dari gerak kegiatan sehingaa mudah diatur dan
direkayasa dalam bentuk tindakan.

Dalam penelitian tindakan kelas, terdapat juga format yang digunakan oleh
peneliti atau pengawas yang akan melakukan penelitian tindakan kelas. Biasanya
format yang digunakan dibuat dengan jawaban alternative “ya” atau “tidak”, atau
bergradasi 1, 2, 3, 4 dengan keterangan:

4 -sangat tinggi, sangat baik, sangat aktif, dan lain sebagainya

3 -tinggi, baik, aktif, dan lain sebagainya

2 -rendah, tidak baik, tidak aktif, dan lain sebagainya

1 -sangat rendah, sangat tidak baik, sangat tidak aktif, dan lain
sebagainya

No Objek yang Diamati 4 3 2 1


1 Minat belajar siswa ketika melakukan tindakan
2 Kesungguh-sungguhan siswa
3 Keseriusan siswa melakukan tindakan
4 Keaktifan siswa melakukan tindakan
5 Kerjasama antarsiswa dalam kelompok
6 Kekondusifan suasana pembelajaran
7 Ketertiban siswa selama pelajaran berlangsung
8 Keriuhan siswa dan gerak-gerik siswa
9 Kelancaran langkah-langkah pembelajaran
10 Ketepatan sleesainya proses pembelajaran

F. Laporan Penelitian Tindakan


Laporan penelitian tindakan biasanya berupa karya tulis ilmiah. Karena lahan
tulisan sudah dilakukan dengan penjelasan alasan, tujuan, manfaat, dan juga isi yang
telah dilakukan dalam penelitian tindakan, maka untuk menulis laporannya akan lebih
mudah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan penelitian tindakan
adalah susunan penulisan laporan yang harus benar sesuai urutan sistematika yang
sudah ditentukan, aturan penelitian yang sudah sesuai, hasil yang jelas dengan
kelengkapan seperti table atau grafik yang menyatakan data yang jelas.
G. Penelitian Tindakan untuk Kepala Sekolah
Kepala sekolah dapat melakukan dua lokasi penelitian, yaitu di kelas (karena
kepala sekolah juga guru), dan dapat juga dilakukan di luar kelas dan di luar sekolah.
Di luar kelas kepala sekolah dapat meningkatkankualitas aspek-aspek
kepemimpinannya yang diarahkan kepada guru, siswa, dan staf sekolah yang lain,
atau aspek-aspek manajemen untuk seluruh sekolah.
Hal-hal yang diperhatikan peneliti dalam penyusunan laporan penelitiannya
adalah: (a) ide atau gagasan peneliti tentang apa yang diajukan dalam tindakan harus
terkait dengan bidang tugasnya apabila guru harus tentang pembelajaran, masalah
peningkatan mutu unsur-unsur sekolah, (b) harus tampak adanya kinerja subjek yang
dikenai tindakan, (c) harus tampak adanya siklus, dan (d) harus tampak adanya
refleksi yang hasilnya digunakan sebagai bahan peningkatan siklus berikutnya.
H. Penentuan Pendekatan
Faktor yang mempengaruhi penentuan pendekatan ini adalah:
1) Tujuan penelitian
2) Waktu dan dana yang tersedia
3) Tersedianya subjek penelitian
4) Minat atau selera peneliti
Contoh penelitian pendekatan:
Judul: Pengaruh Kualitas Belajar Mengajar terhadap Prestasi Belajar Baha
Jepang di SMA X
Alternatif pendekatan yang dapat diambil adalah:
1. Studi Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai faktor yang
pendukung terhadap kualitas belajar mengajar, kemudian menganalisa
faktor-faktor tersebut untuk dicari perannya terhadap prestasi pelajaran
Bahasa Jepang.
2. Studi Eksperimen, yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya
variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya
terhadap prestasi belajar.
I. Survey sebagai Salah Satu Pendekatan
Survei bukan hanya untuk mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud
menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang
sudah dipilih atau ditentukan, dan juga digunakan untuk membuktikan atau
membenarkan suatu hipotesis.
Menurut Van Dalen, survey merupakan studi deskriptif yang meliputi:
1. School Survey, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensidan efektifitas
pendidikan. Dengan memusatkan masalah ke dalam situasi belajar, proses belajar
mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan murid, dan hal-hal yang
menunjang proses belajar-mengajar.
2. Job Analysis, yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-
tugas umum dan tanggung jawab para karyawan, aktivitas khusus yang
dibutuhkan, keterlibatan, serta fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya, dan
fasilitas.
3. Document Analysis, yang bertujuan untuk menganalisis isi buku dengan
menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan sebagainya untuk
mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
4. Public Opinion Surveys, bertujuan untuk mengetahui pendapat umum tentang
sesuatu halmisalnya tentang rehabilitasi suatu bangunan bersejarah, tentang jalan
satu jurusan, pemasangan rambu lalu lintas, dan sebagainya.
5. Community Surveys, bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara
luas dan mendalam.
Penutup

Sesudah peneliti mantap akan permasalahannya, maka ia memulai mengerjakan


penelitiannya.sebagai pedoman kerja, ia menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah
dalam menetapkan variabel mengumpulkan data mengolah data dan mengambil kesimpulan
titik pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis.
Ada dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja yang juga disebut hipotesis alternatif
dan hipotesis nol yang juga disebut hipotesis statistik. 
Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada dua kekeliruan yang kita buat:
1. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima disebut kekeliruan Alpha
2. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta.
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal. Apabila harga z score
terletak di daerah penerimaan ho, maka ha yang dirumuskan, tidak diterima.
Ada beberapa alternatif pendekatan yang dapat diambil oleh peneliti dalam membuktikan
hipotesis yang telah dirumuskan. Jenis pendekatan ini dapat ditinjau dari segi teknik
sampling, timbulnya variabel (eksperimen non eksperimen beserta desain-desain nya) dan
model pertumbuhan. Pemilihan pendekatan ini tergantung dari tujuan penelitian, waktu dan
dana yang tersedia, tersedianya subjek penelitian serta minat dan "selera" peneliti. Studi
survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk
pengumpulan data yang luas dan banyak.
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT Rineka Cipta
Santoso singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Sugiyono. 2005. Metode Penelitiam Administrasi. Bandung : CV Alfabeta
Maya Amelia. 2019. Dalam skripsi berjudul Pengaru penggunaan media aplikasi
“kanben (kanji no benkyou)”terhadap kemampuan penguasaan kanji level shokyuu
(dasar)pada siswa kelas XI bahasa SMA di kota surabaya tahun pelajaran
2018/2019.Surabaya : Unesa
Ika Fajar Sari. 2017. Dalam skripsi berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Bahasa Indonesia Kelas X Semester Gasal Berbasis Psychowariting Kurikulum 2013
Implementasi 2016. Surabaya: Unesa

Aryani Puspitasari. 2014. Dalam skripsi berjudul pengaruh model pembelajaran


kooperatif demonstrasi bisu dengan media foto terhadap penguasaan kosakata verba doushi
bahasa jepang siswa kelas x Bahasa SMA Negeri 1 krian tahun ajaran 2013/2014. Surabaya:
Unesa

Anda mungkin juga menyukai