Anda di halaman 1dari 8

http://teknikelektronika.

com/pengertian-uji-hipotesis-jenis-jenisnya/

http://saputro64.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-fungsi-ciri-ciri-jenis-jenis_4796.html

http://www.penalaran-unm.org/artikel/penelitian/379-konsep-dasar-pengujian-
hipotesis.html

https://docs.google.com/document/d/1sghj_vj7Aia2H1IZXwMu6jX66MCr2-
z8VChB2WlgMuo/edit?pli=1

Pengertian Uji Hipotesis dan Jenis-jenisnya Uji Hipotesis adalah cabang Ilmu Statistika
Inferensial yang dipergunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara statistik
dan menarik kesimpulan apakah menerima atau menolak pernyataan tersebut. Pernyataan
ataupun asumsi sementara yang dibuat untuk diuji kebenarannya tersebut dinamakan
dengan Hipotesis (Hypothesis) atau Hipotesa. Tujuan dari Uji Hipotesis adalah untuk
menetapkan suatu dasar sehingga dapat mengumpulkan bukti yang berupa data-data dalam
menentukan keputusan apakah menolak atau menerima kebenaran dari pernyataan atau
asumsi yang telah dibuat. Uji Hipotesis juga dapat memberikan kepercayaan diri dalam
pengambilan keputusan yang bersifat Objektif.

Contoh dari Pernyataan Hipotesis yang harus diuji kebenarannya antara lain :

Mesin Solder 1 lebih baik dari Mesin Solder 2


Metode baru dapat menghasilkan Output yang lebih tinggi
Bahan Kimia yang baru aman dan dapat digunakan

Pengambilan Keputusan dalam uji Hipotesis dihadapi dengan dua kemungkinan kesalahan
yaitu :

Kesalahan Tipe I (Type I Error)

Kesalahan yang diperbuat apabila menolak Hipotesis yang pada hakikatnya adalah benar.
Probabilitas Kesalahan Tipe I ini biasanya disebut dengan Alpha Risk (Resiko Alpha). Alpha
Risk dilambangkan dengan simbol .

Kesalahan Tipe II (Type II Error)

Kesalahan yang diperbuat apabila menerima Hipotesis yang pada hakikatnya adalah Salah.
Probabilitas KesalahanTipe II ini biasanya disebut dengan Beta Risk (Resiko Beta). Beta Risk
dilambangkan dengan simbol

Dalam Pengujian Hipotesis, diperlukan membuat 2 pernyataan Hipotesis yaitu :

Pernyataan Hipotesis Nol (H0)


Pernyataan yang diasumsikan benar kecuali ada bukti yang kuat untuk
membantahnya.
Selalu mengandung pernyataan sama dengan, Tidak ada pengaruh, Tidak
perbedaan
Dilambangkan dengan H0
Contoh : H0 : 1 = 2 atau H0 : 1 2

Pernyataan Hipotesis Alternatif (H1)

Pernyataan yang dinyatakan benar jika Hipotesis Nol (H0) berhasil ditolak.
Dilambangkan dengan H1 atau HA
Contoh H1 : 1 2 atau H1 : 1 > 2

Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri, Jenis-jenis, dan Pengujian Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban tersebut masih
perlu diuji kebenarannya. Seorang peneliti pasti akan mengamati sesuatu gejala, peristiwa,
atau masalah yang menjadi focus perhatiannya. Sebelum mendapatkan fakta yang benar,
mereka akan membuat dugaan tentang gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi titik
perhatiannya tersebut.
2. Fungsi Hipotesis
Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam suatu rencana penelitian, setidaknya
ada empat yaitu:
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah
pendidikan, peneliti harus melangkah lebih jauh dari pada sekedar mengumpukan fakta
yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara fakta-
fakta tersebut. Antar hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang
penting untuk memahami persoalan. Pola semacam ini tidaklah menjadi jelas selama
pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan
memberikan arah dan mengemukakan penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat diuji dan
divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat
mebantu kita untuk memperluas pengetahuan.
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian.
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai dengan suatu
pertanyaan, akan tetapi hanya hubungan antara variabel yang akan dapat duji. Misalnya,
peneliti tidak akan menguji pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid
menyebabkan peningkatan hasil belajar murid secara nyata? akan tetapi peneliti menguji
hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut komentar guru terhadap hasil pekerjaan
murid, menyebabkan meningkatnya hasil belajar murid secara nyata atau yang lebih
spesifik lagi skor hasil belajar siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya akan lebih tinggi dari pada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas
pekerjaan mereka sebelumnya. Selanjutnya peneliti, dapat melanjutkan penelitiannya
dengan meneliti hubngan antara kedua vatiabel tersebut, yaitu komentar guru dan prestasi
siswa.
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat
data yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana,
hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus
dipilih dan diamati adalah fakta yang adahubungann nya dengan pertanyaan tertentu.
Hipotesislah yang mentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis ini dapat memberikan dasar
dalam pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis jufga dapat
menunjukkan analisis satatistik yang diperlukan dan hubungannya yang harus menunjukkan
analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan
mencegahnya menjadi terlalu sarat.
Sebagi contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang, latihan pra sekolah bagi anak-anak kelas
satu yang mengalami hambatan kultural. Hipotesi ini menunjukkan metode penelitian yang
diperlukan serta sampel yang harus digunakan. Hipotesis inipun bahkan menuntun peneliti
kepada tes statistik yang mungkin diperlukan untuk menganalisis data. Dari pernyataan
hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil
eblajr dikelas satu dari sampel siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah
mengalami program pra sekolah dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami
progaram pra sekolah. Setiap perbedaan hasil belajar rata-rat kedua kelompok tersebut
dapat dianalaisis denga tes atai teknik analis variansi, agar dapat diketahui signifikansinya
menurut statistik.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Akan sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan
menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut. Artinya, peneliti dapat
menyusun bagian laporan tertulis ini diseputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula,
sehingga membuat penyajian ini lebih berarti dan mudah dibaca.
3. Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal.
Hal hal tersebut diantaranya :
1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-
variabel.
3) Hipotesis harus dapat diuji
4) Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :


- Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus
dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan
kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa
perubahan pada variabel yang lain.

- Hipotesis harus Dapat Diuji


Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data-data empiris.

- Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan


Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati
untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap
ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar
dari laporan penelitian sebelumnya.

- Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana


Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif,
hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang
dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.
4. Jenis-Jenis Hipotesis
a. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis, yang diuji
adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Ex: tidak ada hubungan antara
warna baju dengan kecerdasan mahasiswa.
b. Hipotesis Kerja (H1)
Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil perhitungan H1 tersebut, akan
digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian.

5. Pengujian Hipotesis
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang
dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang
memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus
menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya
seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia
dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah
menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti
harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai
usaha untuk mencari kebenaran.

A. Pengertian Pengujian Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa yunani yang mempunyai dua kata ialah kata hupo(sementara)
dan thesis (pernyataan atau teori). Jadi, hipotesis merupakan pernyataan sementara yang
masih lemah kebenarannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah sebagai
dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau lebih. Sehingga dapat diartikan bahwa
hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya.

Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya
masih sementra atau lemah kebenarannya. Hipotesis statistik akan diterima jika hasil
pengujian membenarkan pernyataannya dan akan ditolah ika terjadi penyangkalan dari
pernyataannya. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung
ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah, sehingga menimbulkan resiko. Besar
kecilnya resiko dinyatakan dalam bentuk probabilitas.

B. Bentuk-Bentuk Hipotesis

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif adalah dugaan tantang nilai suatu variable mandiri. Tidak membuat
perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh bila rumusan masalah penelitian sebagai
berikut ini, maka hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.
Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (H1)
selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain diterima sehingga dapat dibuat
keputusan yang tegas, yaitu kalau H0 ditolakpasti H1 diterima.

Contoh : Seorang dokter mengatakan bahwa lebih 60% pasien kanker adalah karena
merokok.

H0: 0.90
H1: <0.90

2. Hipotesis Hubungan (Asosiatif)

Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan
antara dua variable atau lebih. Contoh rumusan masalahny adalah apakah ada hubungan
antara gaya hidup dengan kesuksesan?. Rumus dan hipotesis nolnya adalah: Tidak ada
hubungan antara gaya gaya hidup dengan kesuksesan. Hipotesis statistiknya adalah:

H0 : = 0

H1 : 0

C. Menentukan Taraf Nyata (Significant Level)

Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis
terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan a (alpha). Semakin
tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis
yang diuji, padahal hipotesis nol benar. Besarnya nilai a bergantung pada keberanian pembuat
keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan yang akan ditolerir. Besarnya
kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of test) atau daerah
penolakan (region of rejection).

D. Menentukan Kriteria Pengujian

Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak
hipotesis nol (H0) dengan cara membandingkan nilai a tabel distribusinya (nilai kritis)
dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya.

1. Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai
positif atau negatif dari tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.

2. Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai
positif atau negatif dari tabel. Atau nilai uji statistik berada di dalam nilai kritis.

E. Taraf Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis

Menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat
dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan inteval estimate atau sering disebut confidence
interval. A point estimate adalah suatu taksiran parameter populasi berdasakan satu nilai data
sampel. Sedangkan interval estimate adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan
nilai interval data sampel.

Menaksir parameter populasi yang menggunakan point estimate akan mempunyai resiko
kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan interval estimate.
Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia 10 jam/hari akan mempunyai kesalahan yang
lebih besar bila dibandingkan dengan nilai taksiran antara 8 sampai dengan 12 jam. Makin
besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya. Biasanya dalam penelitian
kesalahan taksiran ditetapkan lebih dahulu, yang digunakan adalah 5% dan 1%.

Penaksiran parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua
kesalahan yaitu:

1. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak Ho yang benar (seharusnya diterima).
Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan yang dalam bentuk penggunaannya
disebut sebagai taraf nyata atau taraf signifikan (level of significant). 1 - disebut sebagai
tingkat keyakinan (level of confidence), karena dengan itu kita yakin bahwa kesimpulan yang
kita buat adalah benar, sebesar 1 - .
2. Kesalahan Tipe II adalah bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat
kesalahan untuk ini dinyatakan dengan yang dalam bentuk penggunaannya disebut
sebagai fungsi ciri operasi (operating characteristic function). 1 - disebut sebagai kuasa
pengujian.

Daftar Pustaka

Hasan, Iqbal. 2005. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta : Bumi
Aksara.

Munir, Renaldi. 2012. Probabilitas dan Statistik. Bandung : Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika ITB.

Shoni, Muja. 2012. Konsep dasar Pengujian Hipotesis. http://muja-


shoni3.blogspot.com/2010/12/konsep-dasar-pengujian-hipotesis.html. Diakses pada tanggal
14 Agustus 2014. Makassar.

Sekretariat: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Lantai 2 Kampus Gunung Sari Baru Universitas Negeri
Makassar,
Kode Pos 90222, Telp. 085240733977, Email: info@penalaran-unm.org
Copyright 2015 by Humas LPM Penalaran UNM

Anda mungkin juga menyukai