ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam dicurahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad Sallalahu ‘Alaihi Wassalam.
Makalah yang berjudul “Makalah Bioakustik” ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Biomedik. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah ikut berkontribusi dalam proses penyusunan makalah.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam segi penulisan, penyusunan
kalimat dan tata bahasa. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca.
Demikian makalah ini disusun, semoga bermanfaat dan berguna
kedepannya.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep mengenai bunyi dan intensitas bunyi.
2) Untuk mengetahui pemanfaatan konsep bunyi dalam bidang kesehatan dan
medis.
3) Untuk mengetahui konsep kebisingan.
4) Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kebisingan.
5) Untuk mengetahui cara penanggulangan dampak dari kebisingan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.1. Diafragma pengeras suara bergerak : (a) radial keluar, (b)
radial ke dalam
Pemampatan ini menyebabkan tekanan udaranya lebih besar daripada
tekanan normal. Daerah yang tekanan udaranya lebih besar ini disebut rapatan.
Rapatan ini mirip dengan daerah rapatan pada kumparan-kumparan dalam
gelombang longitudinal pada slinki. Setelah menghasilkan rapatan, diafragma
membalik arah gerakannya menjadi radial ke dalam. Gerakan diafragma ke dalam
menghasilkan suatu daerah yang dikenal sebagai regangan. Regangan
menyebabkan tekanan udara lebih kecil daripada tekanan normal. Regangan ini
mirip dengan daerah regangan pada kumparan-kumparan dalam gelombang
longitudinal pada slinki. Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat dinyatakan bahwa
bunyi termasuk gelombang longitudinal. Pada dasarnya sifat-sifat bunyi sama
dengan sifat-sifat gelombang longitudinal, yaitu dapat dipantulkan (refleksi),
dibiaskan (refraksi), dipadukan (interferensi), dan dapat dilenturkan (difraksi).
Gelombang bunyi merupakan gelombang tiga dimensi, karena medium
gelombangnya bersifat tiga dimensi. Suatu sumber titik di permukaan air (medium
dua dimensi) akan menghasilkan gelombang lingkaran, artinya muka
gelombangnya berbentuk lingkaran. Sedangkan dalam medium tiga dimensi,
sumber titik akan menghasilkan gelombang bola, artinya muka gelombangnya
(yaitu tempat kedudukan titik-titik dalam medium dengan fase sama) berbentuk
bola.
4
b. Gelombang audiosonik adalah gelombang yang mempunyai frekuensiantara
20 sampai 20.000 Hz. Gelombang audiosonik merupakan gelombangyang
mampu didengar oleh pendengaran manusia dan sebagian besarbinatang.
c. Gelombang ultrasonik mempunyai frekuensi di atas jangkauanpendengaran
manusia, yaitu lebih besar dari 20.000 Hz. Kelelawar padamalam hari
memancarkan gelombang ultrasonik dari mulutnya. Gelombangini akan
dipantulkan kembali bila mengenai benda. Dari gelombang pantulyang
didengar tadi, kelelawar dapat mengetahui jarak dan ukuran benda yangberada
di depannya.
5
fp= frekuensi pendengar (Hz)
fs= frekuensi sumber (Hz)
V= kecepatan bunyi di udara (340 m/s)
Vp=kecepatan pendengar (m/s)
Vs= kecepatan sumber (m/s)
6
Sebaliknya, pada malam hari lapisan udara di permukaan lebih rapat
daripada di atasnya. Sehingga, arah rambat bunyi dibiaskan mendekati garis
normal (melengkung ke bawah). Akibatnya, suara teriakan yang cukup jauh
pada malam hari terdengar lebih jelas.
3. Difraksi Gelombang Bunyi
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang ketika melewati celah,
yang ukuran celahnya se-orde dengan panjang gelombangnya. kaca pembatas
loket pembayaran di sebuah bank yang sengaja dibuat dengan beberapa lubang
kecil agar gelombang bunyi tidak memantul, walaupun arah rambat bunyi
tidak berupa garis lurus.
Gelombang bunyi mudah mengalami difraksi karena gelombang bunyi di
udara memiliki panjang gelombang sekitar beberapa sentimeter sampai
beberapa meter. Bandingkan dengan cahaya yang memiliki panjang
gelombang berkisar 500 mm.
4. Interferensi Gelombang Bunyi
Interferensi Gelombang Bunyi terjadi jika beda lintasannya merupakan
kelipatan bilangan bulat dari setengah panjang gelombang bunyi,
secaramatematis dituliskan sebagai berikut.
dengan n = 0, 1, 2, 3, ...
n = 0, n = 1, dan n = 2 berturut-turut untuk bunyi kuat pertama, bunyi kuat
kedua, dan bunyi kuat ketiga.
5. Pelayangan Bunyi
Interferensi yang ditimbulkan dari dua gelombang bunyi dapat
menyebabkan peristiwa pelayangan bunyi, yaitu penguatan dan pelemahan
bunyi. Hal tersebut terjadi akibat superposisi dua gelombang yang memiliki
frekuensi yang sedikit berbeda dan merambat dalam arah yang sama. Jadi, satu
pelayangan didefinisikan sebagai dua bunyi keras atau dua bunyi lemah yang
7
terjadi secara berurutan, (layangan = kuat — lemah — kuat atau lemah — kuat
— lemah).
Jika kedua gelombang bunyi tersebut merambat bersamaan, akan
menghasilkan bunyi paling kuat saat fase keduanya sama. Jika kedua getaran
berlawanan fase, akan dihasilkan bunyi paling lemah.
Secara matematis pelayangan bunyi dapat dinyatakan sebagai berikut:
fp = | f1 - f2 |
Keterangan:
fp = frekuensi pelayangan (Hz)
f2 = frekuensi gelombang 2 (Hz)
f1 = frekuensi gelombang 1 (Hz)
dengan :
I = intensitas bunyi (watt/m2 )
P = daya sumber bunyi (watt, joule/s)
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m2)
8
Tabel Taraf Intensitas Bunyi
9
bidang kedokteran.
1. Alat Pendengaran
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.
Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Gelombang
suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh
membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di
ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam.Telinga
dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang
berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat
labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab
untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan.Rangsang sensorik yang
masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf
akustik
2. Ultrasonik dalam Bidang Medis
Dalam bidang kedokteran, diagnose penyakit dengan menggunakan ultrasonik
merupakan salah satu contoh penerapan konsep gelombang bunyi yang sangat
menarik. Gelombang ultrasonik dengan intensitas yang sangat tinggi, yaitu
107W/m2, digunakan untuk diagnose dan pengolahan seperti menghancurkan
jaringan dalam tubuh yang tidak diinginkan (misalnya tumor atau batu ginjal).
Gelombang ultrasonik dapat juga digunakan untuk terapi, misalnya untuk
memberi pemanasan pada bagian tubuh yang luka.Prinsip kerja ultrasonik dalam
bidang kedokteran adalah pulsa bunyi dengan frekuensi tinggi di arahkan ke tubuh
dan pantulan bunyi dari organ tubuh atau bagian yang luka selanjutnya di di
deteksi. Dengan teknik ini, tumor, kantung cairan, dan pertumbuhan abnormal
yang lain dapat di deteksi, aktivitas katup jantung dan perkembangan jenis dapat
di pantau, dan informasi tentang berbagai organ tubuh seperti otak, hati, dan ginjal
dapat diperoleh. Frekuensi ultrasonik yang digunakan untuk diagnosis berkisar
antara 1MHz hingga 10 MHz. laju bunyi dalam jaringan tubuh mendekati laju
bunti dalam air atau sekitar 1540 m/s. dengan demikian, untuk frekuensi 1 MHz
diperoleh 𝜆 = 1,5 mm. panjang gelombang dengan ukuran 1,5 mm ini
menunjukkan batas ukuran benda yang dapat di deteksi.
10
Untuk frekuensi yang lebih tinggi tentu akan diperoleh panjang gelombang
yang lebih pendek lagi sehingga deteksi organ tubuh akan semakin teliti.
Gelombang ultrasonik juga bermanfaat sebagai kaca mata orang buta.Dengan
menggunakan alat yang bisa mentranmisikan dan menerima gelombang
ultrasonik.Pulsa ultrasonik dikirim dan kemudian benda akan memantulkan pulsa
tersebut dan ditangkapkembali oleh alat tersebut. Pulsa pantul ini diubah menjadi
bunyi yang memberitahkan kepadaorang tersebut berapa jauh suatu benda dengan
dirinya.
2.3. Kebisingan
2.3.1. Klasifikasi Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi lima bagian, yaitu :
1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady state, wide band
noise), misalnya suara mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll.
2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow
band noise), misalnya suara mesin gergaji sirkuler, katup gas, dll.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya arus lalu lintas, suara
pesawat terbang dibandara, suara kereta api
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya tembakan meriam,
ledakan.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya suara mesin tempa, pandai besi.
Sementara itu, jenis-jenis bising yang sering dijumpai dalam industri dan
sektor-sektor kegiatan ekonomi lainnya yaitu :
1. Bising dengan spektrum frekuensi luas (steady wide-band noise) termasuk
kisaran frekuensi yang lebar seperti mesin di bengkel, kipas angin, dapur
peleburan, dan tanah putar di pabrik semen.
2. Bising dengan spektrum frekuensi sempit (steady narrow-band noise), yang
energinya dari suara sebagian besar terkonsentrasi dalam beberapa frekuensi
seperti gergaji putar.
3. Bising terputus (impact noise), yaitu bunyi dalam suatu waktu yang pendek
tunggal seperti mesin tempa, pancang fondasi.
11
4. Bunyi impact berulang, seperti rivetting.
5. Bunyi berulang (intermittent niose) seperti suara lalu lintas yang terdengar di
rumah atau kantor, dan suara pesawat terbang yang terdengar di sekitar
lapangan terbang.
12
memang tidak menimbulkan mental illness akan tetapi dapat memperberat
problem mental dan perilaku yang sudah ada.
Reaksi terhadap gangguan ini sering menimbulkan keluhan terhadap
kebisingan yang berasal dari pabrik, lapangan udara dan lalu lintas. Umumnya
kebisingan pada lingkungan melebihi 50 – 55 dB pada siang hari dan 45 – 55 dB
akan mengganggu kebanyakan orang. Apabila kenyaringan kebisingan meningkat,
maka dampak terhadap psikologis juga akan meningkat. Kebisingan dikatakan
mengganggu, apabila pemaparannya menyebabkan orang tersebut berusaha untuk
mengurangi, menolak suara tersebut atau meninggalkan tempat yang bisa
menimbulkan suara yang tidak dikehendakinya.
3. Gangguan patologis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap
alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen.
4. Komunikasi
Kebisingan dapat menganggu pembicaraan. Paling penting disini bahwa
kebisingan menganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang di bicarakan
oleh orang lain, apakah itu berupa:
a. Percakapan langsung (face to face).
b. Percakapan telepon.
c. Melalui alat komunikasi lain, misalnya radio, televisi dan pidato.
Tempat dimana komunikasi tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah
sekolah, area latihan dan test, teater, pusat komunikasi militer, kantor, tempat
ibadah, perpustakaan, rumah sakit dan laboratorium. Banyaknya suara yang bisa
dimengerti tergantung dari faktor seperti : level suara pembicaraan, jarak
pembicaraan dengan pendengaran, bahasa/kata yang dimengerti, suara lingkungan
dan faktor-faktor lain.
13
bunyi dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Penempatan penghalang (barrier)
pada jalan transmisi dapat dilakukan dengan membuat penghalang (barrier) pada
jalan transmisi diantara sumber bising dengan masyarakat yang terpapar. Sebagai
contoh, penanaman pohon bambu disekitar kawasan industri dapat mereduksi
bising yang diterima masyarakat, ataupun proteksi kebisingan pada masyarakat
yang terpapar dapat dilakukan dengan penggunaan sumbat telinga pada
masyarakat yang berada dekat kawasan industri yang menghasilkan kebisingan
Strategi Umum Penanganan Kebisingan :
a. Langkah awal selalu menangani kebisingan pada sumbernya dengan cara
mengatur sedemikian rupa agar sumber bunyi mengeluarkan intensitas bunyi
minimal. Bila memungkinkan, bungkamlah sumber kebisingan dengan cara
memberikan penutup yang melingkupi sumber tadi dari bahan yang memiliki
hambatan suara tinggi.
b. Bila tidak memungkinkan menangani sumber kebisingan langsung, maka
tangani media rambat bunyi. Getaran mesin dapat merambat melalui lantai
yang akan menjadi kebisingan diruang lain. Pemakaian pegas atau perdam
getaran langsung pada mesin akan memotong rambatan bunyi. Permukaan-
permukaan yang tidak memantulkan bunyi akan sangat membantu mengurangi
kebisingan.
c. Jika kedua hal diatas tidak memungkinkan, maka terpaksa penanganan
kebisingan dilakukan pada penerima bunyi. Pelindungan telinga (ear
protector) sangat dibutuhkan untuk melindungi telinga dari ketulian akibat
kebisingan yang berat.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa bunyi ternyata memiliki
kaitan yang sangat erat dalam dunia kedokteran dan kesehatan. Salah satunya
dapat didapatkan dalam pemanfaatan bunyi dalam alat pendengar dan beberapa
terapi kesehatan. Namun, bunyi juga dapat berdampak negatif jika berbicara
mengenai ‘kebisingan’, yakni suatu fenomena yang berhubungan langsung
dengan bunyi.
Kebisingan menimbulkan dampak negatif berupa gangguan fisiologis,
gangguan psikis, gangguan patologi organi, hingga gangguan komunikasi.
Sehingga diperlukan penanggulangan seperti mengurangi intensitas bunyi sumber
bunyi, menangani media rambat bunyi, serta dianjurkan pula untuk menggunakan
alat pelindung telinga.
3.2. Saran
Tim Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
kendala dalam mendapatkan sumber referensi yang valid. Sehingga untuk
kedepannya, ada baiknya untuk mencari dan menggali lebih banyak lagi sumber
referensi, terutama sumber referensi yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
16