PENDIDIKAN KESETARAAN
Menurut UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan nasional
diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal. Melalui jalur
pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang kini berubah
nama menjadi Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) menyelenggarakan berbagai program
yang salah satu diantaranya adalah Pendidikan Kesetaraan, yang terdiri atas (1) Program Paket A setara
SD, (2) Program Paket B setara SMP, dan (3) Program Paket C setara SMA.
Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu contoh yang saat ini banyak dikenal oleh
masyarakat sebagai program PLS yang berperan sebagai alternatif pengganti pendidikan formal adalah
Kelompok Belajar (Kejar) Paket A sebagai pengganti SD/MI, Paket B sebagai pengganti SMP/MTS, dan
Paket C sebagai pengganti Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Lulusan Kejar Paket C sama dengan
lulusan SLTA dan diterima untuk mengikuti Seleksi Masu Perguruan Tinggi. Fungsi PLS sebagai pengganti
pendidikan formal disebut sebagai substitusi yang diimplementasikan menjadi bentuk program
kesetaraan (Elih Sudiapermana dalam Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2004)
Pendidikan kesetaraan dalam PLS sampai saat ini masih setingkat pendidikan dasar dan
menengah, yaitu tingkat SD/MI, SMP/M.Ts, dan SMA/MA. Kelompok Belajar yang disingkat Kejar yang
berarti pula mengejar (karena ketinggalan) melaksanakan pembelajaran dengan cara yang fleksibel
(Oong Komar, 2004 : 219) sebagai berikut :
(a) Belajar sendiri dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri.
(b) Saling belajar antara warga belajar yang belum mengetahuan dengan yang sudah mengetahui.
(c) Belajar bersama dengan tutor.
(d) Kursus bidang pengetahuan dan ketrampilan.
(e) Magang dengan cara ikut belajar, bekerja dan berusaha dibidang tertentu kepada orang yang
sudah mahir dibidangnya.
Kelompok belajar paket A, B, dan C adalah kelompok belajar sebagai bentuk layanan pendidikan umum
oleh PLS. Kelompok belajar tersebut sudah cukup berkembang di masyarakat sebagai bentuk layanan
pendidikan kesetaraan. Program PLS adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh satuan PLS.
Program PLS dapat diselenggarakan oleh perorangan, maupun kelompok, dapat pula diselenggarakan
oleh instansi pemerintah maupun masyarakat atau swasta.
Setara artinya sederajat yakni sama derajatnya; kesetaraan berarti kesederajatan yakni kesamaan
derajatnya. Pendidikan kesetaraan adalah program PLS yang sederajat dengan program Pendidikan
Sekolah. Program PLS dalam bidang pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan umum Kejar
Paket A yang setara dengan SD/MI, Kejar Paket B yang setara dengan SMP/MTs, dan Kejar Paket C yang
setara dengan SMA/MA.
Pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh PLS sampai saat ini masih belum memenuhi makna
hakiki dari pendidikan kesetaraan. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan masyarakat dan pemerintah
terhadap lulusan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C. Masyarakat masih menganggap bahwa Kejar
Paket A, B, dan C adalah pendidikan kelas dua, yakni kelas dibawah pendidikan formal/ sekolah. Kejar
Paket tersebut adalah pendidikan yang tidak bermutu dan ijazahnya tidak dapat dipergunakan untuk
meneruskan studi dan atau untuk mencari pekerjaan. Tidak jarang kita jumpai pendapat dari para
petugas pemerintahan yang menganggap bahwa Kejar Paket tersebut merupakan pendidikan yang
murahan dan tidak memiliki kualitas yang memadai.
Pada hakikatnya Pendidikan Kesetaraan mengandung makna bahwa lulusannya adalah sederajat atau
sama derajatnya. Artinya lulusan Kejar Paket memiliki kesamaan derajat dengan lulusan pendidikan
sekolah. Lulusan Kejar Paket A sama derajatnya dengan lulusan SD/MI, lulusan Kejar Paket B sama
derajatnya dengan lulusan SMP/MTs, dan lulusan Kejar Paket C sama derajatnya dengan lulusan
SMA/MA. Berarti lulusan Kejar Paket A dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMP/MTs. Begitu pula
Kejar Paket B dan C dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMA/MA dan di Perguruan Tinggi.
Sebaliknya lulusan SD/MI dapat diterima pada program Kejar Paket B. Disamping itu para peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat pula berpindah sesuai dengan kesetaraanya.
Misalnya peserta didik pada Kejar Paket A seharusnya dapat berpindah ke SD/MI, peserta didik Kejar
Paket B dapat berpindah ke SMP/MTs, dan peserta didik Kejar Paket C dapat berpindah ke SMA/MA.
Sebaliknya siswa SD/MI dapat pula berpindah ke Kejar Paket A, siswa SD/MI dapat pula berpindah ke
Kejar Paket A, sisiwa SMP/MTs dapat pula berpindah ke Kejar Paket B dan siswa SMA/MA dapat
berpindah ke Kejar PaketC.
Program Paket A.
Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SD/MI bagi
siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan
untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama
dengan pemegang ijazah SD/MI.
Program Paket B
Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs
bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan
untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak eligibilitas yang
sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.
Program Paket C
Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara
SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan
kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak
eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.
1. Penduduk tiga tahun di atas usia SD/MI ( 13-15) Paket A dan tiga tahun di atas usia SMP/MTS
( 16 -18 ) Paket B
2. Penduduk usia sekolah yang tergabung dengan komunitas e-lerning,sekolahrumah,sekolah
alternatif,komunitas berfotensi khusus seperti pemusik,atlet,pelukis dll
3. Penduduk usia sekolah yang terkendala masuk jalur formal karena:
a. Ekonomi terbatas
b. Waktu terbatas
c. Geografis ( etnik minoritas,suku terasing)
d. Keyakinan seperti Ponpes
e. Bermasalah,(sosial,hukum)
4. Penduduk usia 15-44 yang belum tuntas wajar Dikas 9 tahun
5. Penduduk usia SMA/MA berminat mengikuti program Paket C
6. Penduduk di atas usia 18 tahun yang berminat mengikuti Program Paket C karena berbagai alasan.
1. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan pendidikan kesetaraan merupakan standar minimal meliputi: perencanaan
program,penyusunan KTSP,kegiatan pembelajaran,pengelolaan sarana prasarana,penilaian hasil belajar
dan pengawasan.Pengelolaan pendidikan menerapkan ,manajemen berbasis satuan pendidikan dengan
ciri; kemandirian,kemitraan,partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.
1. Standar Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan kesetaraan terdiri atas:
1. Biaya inverstasi
2. Biaya oprasional
3. Biaya personal
4. Standar Penilaian pendidikan
Standar penilaian pendidikan meliputi:
1. Bahan ajar/ materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lebih bersifat praktis.
PLS memberikan layanan pendidikan dengan materi ajar sesuai dengan kebutuhan warga belajar, baik
berupa pengetahuan maupun ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan yang disajikan oleh program
PLS selalu dikaitkan dengan kebutuhan praktis warga masyarakat.
1. Kurikulum fleksibel.
Kurikulum dalam PLS tidak harus baku atau tetap, tetapi bersifat luwes dan dapat berubah sesuai
dengan kesepakatan warga belajar. Misalnya jadwal dan materi ajar yang semula sudah ditetapkan,
ternyata dalam perjalanan warga belajar menghendaki perubahan; maka perubahan dapat
dilaksanakan.
1. F. Metode Pembelajaran
Sebagai bagaian dari Ilmu pendidikan PLS juga menggunakan metode pembelajaran
sebagaimana metode yang di gunakan oleh pendidikan. Metode Pembelajaran atau dahulu sering di
sebut metode mengajar dalam pendidikan pada umumnya di gunakan oleh guru di pendidikan sekolah.
Dengan beberapa modifikasi, metode pembelajaran PLS dapat di pilih dari beberapa metode berikut
ini.
1. Demonstrasi/Peragaan.
Metode demonstrasi lebih tepat digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran yang berkaitan
dengan perilaku dan atau pemahaman suatu proses. Penggunaan metode demonstrasi memerlukan
keahlian instruktur/tutor.
1. Permainan/ Game.
Metode permainan seringkali dianggap tidak tepat untuk pembelajaran. Karena permainan dianggap
bermain yang tidak memiliki unsur belajar. Namun pendapat yang demikian itu, saat ini sudah mulai
bergeser dan berganti dengan pendapat bahwa belajar yang efektif adalah belajar yang menyenangkan,
tidak mustahil dengan menggunakan metode permainan. Metode permainan memang lebih tepat untuk
pembelajaran PLS bagi anak-anak, terutama pada Kelompok Bermain (KB) atau Play Group dan atau
Tempat Penitipan Anak (TPA). Karena memang dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan kebutuhan
anak-anak adalh bermain. Oleh karena itulah metode pembelajaran bagi anak lebih tepat dengan
metode bermain. Namun demikian tidak menutup kemungkinan metode bermain digunakan untuk
pembelajaran bagi pemuda dan orang dewasa. Dengan alasan bahwa bermain sebenarnya bukan hanya
dibutuhkan oleh anak-anak. Pemuda dan orang dewasapun memerlukan bermain terutama untuk
rekreasi.
1. Simulasi.
Simulasi adalah peniruan kehidupan nyata dalam skala kecil. Simulasi sebagai metode pembelajaran
meliputi metode role playing (bermain peran). Ciri khas simulasi adalah mencontoh atau meniru
kehidupan riel, dengan berpura-pura. Contoh sederhana simulasi adalah penugasan kepada anak-anak
Kelompok Bermain untuk berpakaian seperti orang dewasa yang disenanginya pada saat Karnaval
Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. Misalnya berpakaian seperti dokter, seperti tentara, dan
sebagainya.
1. G. Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang berkaitan dengan strategi adalah metode dan pendekatan. Metode adalah cara
yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Pendekatan (approach) adalah titik tolak atau
sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Sedangkan strategi adalah perencanaan untuk mencapai
sesuatu. Strategi sering diartikan sebagai a plan of operation achieving something sedangkan metode
adalah a way in achieving something. Pada umumnya dalam pembelajaran dikenal ada dua pendekatan
yaitu:
1. Teacher centered approach yaitu pendekatan yang berpusat pada guru yang kemudian
menurunkan strategi pembelajaran deduktif dan pembelajaran ekspositori.
2. Student centered approach yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang
kemudian menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif.
Strategi pembelajaran termasuk untuk pendidikan luar sekolah secara umum dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa segi sebagai berikut:
1.) Dari segi peranan pendidik dan peserta didik.
Dari segi peranan pendidik dan pesrta didik strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Teacher oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada pendidik (guru)
maksudnya ditentukan oleh pendidik/guru.
2. Student oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik
(siswa/warga belajar) maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran diarahkan untuk kepentingan peserta
didik (siswa/warga belajar).
2.) Dari segi sistem pembelajaran
Dari segi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Content oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada materi
pelajaran/ajar/bahan ajar/pembelajaran, maksudnya adalah pelaksanaan pembelajaran selalu
berpedoman pada isi atau materi pelajaran/bahan ajar yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Process oriented yaitu pembelajaran yang berorientasi pada proses pembelajaran maksudnya
seluruh aktivitas pembelajaran ditekankan pada proses pembelajaran bukan pada yang lain.
3. Effect oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pembelajaran
maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran selalu berpedoman pada tujuan pembelajaran yang
sudah ditentukan sebelumnya.
4. Out put oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai
dalam pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran baik oleh peserta didik maupun
oleh pendidik selalu diarahkan pada pencapaian target atau tujuan yang sudah ditetapkan dengan
mengabaikan proses, tujuan maupun yang lainnya.
3.) Dari segi cara penyajian dan cara pengolahan materi pembelajaran.
Dari segi ini strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
HASIL WAWANCARA
1. Apa saja yang menjadi kendala bapak sebagai seorang tutor dalam melakukan proses
pembelajaran?
Jawab : kendalanya memang banyak, kita bervariatif karena yang di lihat adalah daya mampu mereka,
daya serap mereka, IQ mereka, variasi dari latar belakang sosial mereka, keaktifan mereka. Itu semua
yang menjadi kendalanya. Kalau dari tingkat sosialnya kebanyakan dari paket memangkondisi mereka
yang sudah prasekolah sehingga dipaksakan untuk sekolah karena kebutuhan dalam artian kebutuhan
untuk mencari ijazah. Terus dari segi keaktifan mereka, kita tidak bisa memaksakan mereka karena
mereka mempunyai jam kerja terus daya penangkapan mereka berhubungan dengan itu tadi semuanya
bervariatif yang sudah terkover disitu. Sehingga kalau kita menyampaikan materi, setidake ada
penyesuaian antara kebutuhan mereka, umpamanya pelajaran matematika, saya matematika tentang
bilangan pada mereka 2+1 atau 2-1 itu gampang tapi kalau -1-2 itu bingung, lah ini khan harus kita
aplikasikan dalam bentuk keseharian mereka pada waktu mereka mengadakan suatu bentuk transaksi
-10-20, sampean punya utang keperusahaan itu 10 juta rupiah terus panjenengan hutang lagi 20 juta
jadi berapa hutang jenengan sekarang? Jadi semuanya 30 juta. Itulah aplikasi pengajarannya. Intinya
aplikasi pengajarannya tidak bersifat monotone seperti yang kita alami pada waktu di SD, SMA yang
sifatnya monotone dan tidak komplikatif. Acuan mereka yang ada di SMP, SMA, acuan kurikulum baku
dari diknas pusat tetapi kalau paket c kita mempunyai acuan dalam bentuk modul yang diberikan
kepada mereka tetapi diberi variatif pembelajarannya yang sudah monotone, kalau kita mengajarkan
kepada mereka dengan monotone maka efek sampingnya adalah maka mereka merasa pikiran saya itu
tidak mampu pak, pikiran saya ini tidak mampu menampung pelajaran seberat itu. Keluhan itu yang
banyak saya dengar dari warga belajar dan akhirnya pembelajaran yang saya lakukan, saya beri variatif
seperti tadi yang saya terangkan.
1. Berarti disini itu membantu warga belajar hanya untuk mencari ijazah?
Jawab: kalau dikatakan ijazah itu memang iya, tapi intinya kita sebagai seorang guru asli guru nurani
guru walaupun saya hanya dari teknologi pertanian saya itu juga mengajar dan sekarang diangkat
sebagai kepala sekolah maka intinya hati nurani guru mengatakan kalau mereka mendapat ijazah tok,
kok rasanya enggak efisien. Jadi intinya kebutuhan ijazah SMA memang sangat mendesak terutama
penyerataan yang setara dengan SMA. Mereka menerima pengetahuan dan pembelajaran ilmu.
KESIMPULAN
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI,
Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6).
Seperti paparan materi makalah yang saya buat tentang tujuan menyelenggarakan pendidikan
kesetaraan, sama halnya dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan yaitu Memberikan peluang
serta memfasilitasi para warga masyarakat yang ingin menuntaskan pendidikan setara SD/MI dan
SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik. Yang penyelenggaraanya mengacu pada standart
kompetensi yang telah dibuat oleh Diknas.
Proses pembelajaran serta bahan materi yang disediakan oleh fasilitator disesuaikan dengan kebutuhan
serta situasi dan kondisi mereka sebagai warga belajar sehingga antara tutor maupun penyelenggara
dengan warga belajar harus ada kesepakatan yang disepakati oleh kedua belah pihak dalam
melaksanakan suatu proses pembelajaran.
Menyelenggarakan pendidikan kesetaraan merupakan tugas mulia dalam upaya ikut mencerdaskan
bangsa. Agar hasilnya maksimal, penyelanggaraannya tidak boleh asal-asalan, tetapi harus benar-benar
profesional. Tugas semua kalangan yang berkompeten dengan program pendidikan kesetaraan untuk
membenahi dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan di lapangan.
Jika pendidikan kesetaraan dilaksanakan secara profesional, memiliki nilai lebih dibandingkan dengan
pendidikan formal, lulusannya dapat hidup mandiri, apalagi mampu menciptakan lapangan kerja, insya
allah lulusan pendidikan kesetaraan tidak akan lagi dipandang sebelah mata.
DAFTAR PUSTAKA
http://pkbm.blogdetik.com/kebijakan-pemerintah-dalam-
pengembangan pendidikan-
kesetaraan/http://pkbm.blogdetik.com/kebijakan-
pemerintah-dalam-pengembangan-pendidikan-
kesetaraan/sekolah kesetaraan pendidikan kesetaraan
http://skbprobolinggo.web.id/?p=175
Direktorat pendidikan kesetaraan. pedoman pembelajaran pendidikan kesetaraan paket A dan paket
B. 2010
Ahmad Zein, H,2011, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember.