Anda di halaman 1dari 19

Journal Reading

Penilaian Profil Klinis Anak-anak Berusia 9-16 Tahun dengan Dermatitis


Atopik

Oleh :

Alwis Asdiq 2040312152


Alysha Andini Hasibuan 2040312134

Preseptor:

Dr. dr. Satya Wydya Yenny, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV


dr. Gardenia Akhyar, Sp.KK (K), FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMIL PADANG

2020

1
Penilaian Profil Klinis Anak-anak Berusia 9-16 Tahun dengan Dermatitis
Atopik
Nitin Pandya1, Amit Agrawal2
Dari 1Assistant Professor, Department of Dermatology, 2Associate Professor,
Department of Pediatrics Gandhi Medical College and Kamla Nehru Hospital,
Bhopal, MDAhya PrDAesh, India
Correspondence to: Nitin Pandya, Department of Dermatology, Gandhi Medical College and Kamla
Nehru Hospital, Bhopal, Madhya Pradesh, India. E-mail: nitink952@gmail.com

Received - 08 April 2020 Initial Review - 17 April 2020 Accepted - 01 May 2020

ABSTRAK

Latar Belakang: Dermatitis atopik (DA) atau eksim atopik adalah kelainan kulit yang
kronis, kambuh, remisi, tidak menular, dan sangat gatal. Objektif: Penelitian ini
dilakukan untuk menentukan profil klinis DA di antara anak-anak berusia 9-16 tahun.
Material dan metode: Sebuah studi prospektif berbasis rumah sakit yang dilakukan
pDAa anak-anak berusia 9-16 tahun dalam jangka waktu 2 tahun dari Juli 2017 hingga
Juni 2019. Anak-anak diperiksa dan mencari tanda-tanda DA. Anamnesis yang detail
diikuti oleh pemeriksaan fisik dan dermatologis dilakukan untuk para siswa yang
didiagnosis dengan DA. Hasil: Di antara 1124 siswa, prevalensi DA yaitu 1,9%.
Mayoritas dari mereka adalah laki-laki (66,6%), berusia antara 9 dan 11 tahun (76,1%),
dan berlatar belakang perkotaan (57,2%). Faktor yang memperberat yang paling umum
dilaporkan adalah berkeringat (52,5%). Usia rata-rata onset dan durasi penyakit adalah
masing-masing 1,14 ± 0,35 tahun dan 0,63 ± 0,38 tahun. Mayoritas responden termasuk
dalam kategori DA kronis (80,9%). Lokasi utama yang terlibat yaitu permukaan fleksor
(66,6%) dan hampir semua anak-anak mengalami bentuk DA ringan (95,2%).
Hubungan antara pria dan tipe DA secara statistik signifikan (p = 0,03). Kesimpulan:
Dalam penelitian kami, prevalensi DA adalah 1,9%. Kami menemukan bahwa DA tipe
kronis, bentuk ringan, dan lokasi pada permukaan fleksor lebih umum di antara anak-
anak penelitian kami dan hubungan antara pria dan tipe DA secara statistik signifikan.

Kata kunci: Dermatitis atopik, anak, eksim, penyakit kulit

2
Dermatitis topik (DA) atau eksim atopik kelainan kulit yang kronik, kambuh,
remisi, tidak menular, dan sangat gatal. Telah terjadi peningkatan dua hingga tiga kali
lipat dalam prevalensi DA dalam 30 tahun terakhir1. Alasan yang bertanggung jawab
yang diajukan pada peningkatan prevalensi ini adalah perubahan polutan lingkungan,
pola menyusui, dan urbanisasi yang terus-menerus terjadi2. Hal ini banyak ditemukan
di negara-negara maju dimana mempengaruhi sekitar 15-23% dari populasi anak-
anak3,4. Meskipun dapat mempengaruhi kelompok umur apapun, distribusi berdasarkan
usia terlihat yang sehubungan dengan penyakit ini karena sebagian besar terlihat di
bawah usia 2 tahun5. Penyakit ini ditandai dengan gatal / pruritus, kulit kering,
meradang, dan mudah teriritasi. Pemicu paling umum untuk DA termasuk panas,
berkeringat, gelisah, frustrasi, alergi makanan, dan infeksi.

Etiologi pada DA masih kurang dipahami, dan berbagai teori telah diusulkan
untuk memahami patofisiologi di balik penyakit ini. Dua teori yang paling umum
adalah hambatan kulit dan hipotesis imunologis. Gangguan penghalang kulit epitel dan
disregulasi imun terkait pada kulit yang terjadi pada inang yang memiliki
kecenderungan genetik sehingga menyebabkan terjadinya DA6. Penyakit ini muncul
sebagai akibat interaksi antara berbagai faktor seperti faktor genetik, imunologis, dan
lingkungan. Di antaranya, kontribusi faktor genetik terhadap penyakit ini sekitar 80%.
Studi konkordansi yang sama menunjukkan bahwa DA memiliki dasar keluarga yang
kuat 7. Tidak ada standar baku emas untuk diagnosis DA. Kriteria diagnostik yang
paling banyak digunakan adalah kriteria Hanifin dan Rajka8 dan pada modifikasi
selanjutnya, termasuk the UK Working Party’s Diagnostic Criteria untuk DA8. Tujuan
dari tatalaksana DA adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
komplikasi infeksi pada pasien.

Ada banyak penelitian yang diterbitkan tentang sejarah alamiah, epidemiologi,


etiopatogenesis, pola klinis, dan manajemen DA dalam literatur, tetapi terdapat
kekurangan literatur mengenai profil klinis DA. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk menentukan profil klinis DA di antara anak-anak berusia 9-16 tahun

3
MATERIAL DAN METODE

Sebuah studi prospektif yang berbasis pada rumah sakit dilakukan dalam
jangka waktu 2 tahun dari Juli 2017 hingga Juni 2019. Protokol penelitian telah
disetujui oleh Komite Etik Institusional. Kriteria inklusi terdiri dari anak-anak berusia
9-16 tahun yang datang ke departemen rawat jalan dermatologi (OPD) dengan tanda
dan gejala DA atau didiagnosis dengan DA. Pasien DA dengan kelainan kulit bawaan
lainnya, ruam obat, anak-anak yang mengalami gangguan mental, dan yang orang
tuanya tidak bersedia untuk berpartisipasi dikeluarkan dari penelitian.

Setelah mendapat persetujuan tertulis dari orang tua, anak tersebut diperiksa
untuk mencari tanda-tanda dermatitis atopik. Diagnosis dermatitis atopik dibuat
berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka 8. Menurut kriteria itu, kriteria utama terdiri dari
pruritus, morfologi dan distribusi tipikal, likenifikasi fleksura pada orang dewasa,
erupsi wajah dan ekstensor pada bayi dan anak-anak, dermatitis kronis atau dermatitis
kronis yang kambuh, dan riwayat atopi pada individu atau keluarga. Gambaran minor
dermatitis atopik adalah xerosis, peningkatan serum IgE, cheilitis, dan lain-lain.
Muncul setidaknya tiga kriteria utama dan tiga minor akan dipertimbangkan. Kuisioner
telah didistribusikan. Riwayat terperinci diambil, termasuk usia, usia saat onset, jenis
kelamin, tempat tinggal, latar belakang, lama penyakit, Riwayat atopi individu dan
keluarga, variasi musiman, derajat pruritus, riwayat kehilangan air lewat epidermis,
faktor yang memperparah, riwayat alergi dan penyakit terkait lainnya.

Pemeriksaan fisik dan dermatologis menyeluruh dilakukan terhadap anak-anak


dengan dermatitis atopik. Ini termasuk pemeriksaan membran mukosa dan adneksa
kulit. Gambaran klinis mahasiswa dengan dermatitis atopik adalah dengan gejala gatal
/ pruritus, eksoriasi dan kulit kering, ichthyosis, eczema kronis yang kambuh,
likenifikasi fleksural, dan konjungtivitis berulang. Dermatitis atopik diklasifikasikan
sebagai akut, subakut, dan kronis, sesuai dengan stadium penyakit. Dermatitis atopik
akut termasuk eritema, edema, vesikulasi, dan kehilangan air lewat epidermis manakala
dermatitis atopik subakut dengan gejala kehilangan air lewat epidermis yang minimal,

4
krusta, dan sisik, dan dermatitis atopik kronis termasuk plak likenifikasi kering dan
kasar dengan atau tanpa sisik. Dermatitis atopik juga diklasifikasikan menurut anggota
utama yang terlibat (fleksor, ekstensor, wajah, dan tipe campuran) dan tingkat
keparahan dermatitis atopik (ringan, sedang, dan berat).

Tingkat keparahan dinilai menggunakan The Scoring For AD (SCORAD).


Indeks terdiri dari enam item (eritema, edema / papula, upaya menggaruk, kehilangan
air lewat epidermis / pembentukan kerak, likenifikasi, dan kulit kering) dan dua gejala
subyektif (gatal dan sulit tidur) [10]. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 23.0 dan uji statistik Chi-square digunakan untuk menilai perbedaan gender untuk
jenis dan tingkat keparahan dermatitis atopik oleh siswa. Nilai p <0,05 dianggap
signifikan secara statistik.

HASIL

Dari total 1.124 anak-anak berusia 9-16 tahun di rumah sakit peneliti dari Juli
2017 hingga Juni 2019, 21 orang anak menderita dermatitis atopik dan prevalensi
dermatitis atopik adalah sebesar 1,9%. Di antara faktor-faktor yang memperberat
dermatitis atopik, gejala berkeringat adalah yang paling sering dilaporkan oleh 11
orang (52,5%). Faktor-faktor yang memperburuk lainnya adalah stres dan debu yang
tidak dilaporkan oleh anak. (Tabel 1).

Rata-rata usia onset dan durasi penyakit yang direspon oleh anak-anak adalah
1,14 ± 0,35 tahun dan 0,63 ± 0,38 tahun. Presentasi klinis umum dari dermatitis atopik
dilihatkan pada Tabel 2. Bagian utama yang terlibat adalah pada permukaan fleksor
yaitu pada 14 orang. Hampir semua peserta dikategorikan sebagai dermatitis atopik
ringan (n = 20, 95.2%). Tidak ada satu pun dari peserta dengan dermatitis atopik berat.
Hubungan antara pria dan tipe dermatitis atopik adalah signifikan secara statistik (p =
0,03), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 1 : Profil demografis dan riwayat lengkap anak-anak dengan dermatitis atopik

5
Karakteristik Demografi Persentase (%)
Umur
1. 9-11 Tahun 16 (76,1)
2. 12- 16 Tahun 5 (23,9)
Jenis Kelamin
1. Laki-Laki 14 (66,6)
2. Perempuan 7 (33,4)
Tempat Tinggal
1. Pendesaan 9 (42,8)
2. Kota 12 (57,2)
Riwayat
1. Perburukan Cuaca 8 (38)
2. Asma 1 (4,8)
3. Atopi 2 (9,5)
4. Rhinitis Alergi 10 (47,7)
Riwayat Keluarga
1. Dermatitis Atopik 10 (47,7)
2. Asma 1 (4,8)
Faktor Yang Memperberat
1. Berkeringat 11 (52,5)
2. Musim 8 (38)
3. Kapas 0
4. Stres 0
5. Debu 0
6. Makanan 2 (9,5)

DISKUSI

Dermatitis atopik dikaitkan dengan peningkatan kadar IgE serum. Hal ini
biasanya dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan usia seperti yang biasa
terjadi pada masa kanak-kanak. Akan tetapi, meta-analisis baru yang dilakukan oleh
Abuabara dkk. menemukan bahwa prevalensi dermatitis atopik adalah serupa pada
masa kanak-kanak dan masa remaja / dewasa awal11. Tingkat prevalensi keseluruhan
adalah 1,9%. Ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan berbagai penelitian yang
diterbitkan oleh Sehgal et al. (0,98%)12, Dotterud dkk. (0,7%)13, dan Williams dkk.
(0,26%)14. Prevalensi rendah 0,42% dan 0,55% masing-masing ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dhar dan Kanwar (15) dan Dhar dkk. (2002)16 di bagian

6
utara dan timur negara itu. Tingkat prevalensi 0,01% ditemukan di Studi India Selatan
yang dilakukan oleh Karthikeyan dkk.17

Pada studi selama 12 bulan tentang prevalensi gejala asma, alergi rhino conjunctivitis,
dan dermatitis atopik di International Study of Asthma and Allergies in Childhood
(ISSAC, Phase 1), prevalensi dermatitis atopik di 56 negara ditemukan bervariasi antara
kisaran 3% dan 20,5% 18. Tingkat prevalensi yang lebih tinggi yaitu 4,6% dan 7,21%
ditemukan oleh Upendra et al. 19 dan Kumar et al. 20

Tabel 2: Presentasi klinis umum dermatitis atopik

Gambaran Presentasi Klinis Jumlah (%)

Pruritus/ gatal 17 (81)

Eksoriasi 13 (62)

Kulit kering 12 (57.1)

Gambaran klinis Ichthyosis 2 (9.5)

Eksim kronis yang kambuh 2 (9.5)

Likenifikasi fleksural 0 (0)

Konjungtivitis berulang 0 (0)

Akut 1 (4.8)
Tipe Dermatitis
Subakut 3 (14.3)
Atopi
Kronik 17 (80.9)

Lokasi predominan Fleksor 14 (66.6)

yang terlibat Ekstensor 5 (23.8)

7
Wajah 1 (4.8)

Campuran 1 (4.8)

Ringan/ mild 20 (95.2)

Severitas Sedang/ moderate 1 (4.8)

Berat/ severe 0 (0)

Tabel 3: Jenis dan tingkat keparahan dermatitis atopik berdasarkan distribusi jenis
kelamin

Laki-laki Perempuan
Parameter Chi-square (ᵡ2) P value
(n=14) (n=7)

Tipe Dermatitis Atopi

Akut (n=1) 1 - 6.23 *0.03

Subakut (n=3) 3 -

Kronik (n=17) 10 7

Severitas

Ringan (n=20) 13 7 2.86 0.09

Sedang (n=1) 1 -

Berat (n=0) - -

8
Prevalensi dermatitis atopi lebih banyak pada laki-laki (66.6%) dibandingkan
wanita (33.4%) dan memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0.03) pada
penelitian kami. Temuan dalam penelitian kami sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Sehgal et al. (83,1% adalah laki-laki)12, Dhar dan Kanwar (L: P -
2.13: 1)15, Sarkar et al. (1.6:1)21, Kaujalgi et al. (1.5: 1)22, dan Onunu et al. (1.2: 1)23.
Sebaliknya, Upendra et al.19, Kumar et al.20, dan Rajka24 menemukan perempuan lebih
dominan dalam studi mereka.
Urbanisasi dan peningkatan kualitas hidup diusulkan sebagai salah satu faktor yang
bertanggung jawab atas peningkatan prevalensi DA. Kami menemukan bahwa hampir
setengah (57,2%) anak-anak berasal dari daerah perkotaan. Sehgal et al. juga
menemukan bahwa 70% dari peserta berasal dari daerah perkotaan12. Hasil serupa
diamati oleh Dhar dan Kanwar15, Sarkar et al.21, Todd G et al.25, dan Poysh et al.26.
Namun, Kumar et al. menemukan prevalensi yang lebih tinggi di daerah pedesaan,
dengan rasio desa : kota yaitu 1.64: 120.
Kami menemukan bahwa sebagian besar siswa memiliki riwayat atopi
sebelumnya, riwayat atopi dalam keluarga, rinitis alergi, eksaserbasi saat musim dingin,
dan asma. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Sehgal et al.12, Dhar dan Kanwar15,
Dhar et al.16, Sarkar et al.20, dan Onunu et al.23. Menurut Hanifin dan Rajka, riwayat
atopi pribadi atau telah terjadi sebelumnya ditemukan pada 50% pasien dengan DA8,
sementara itu positif pada 55% pasien dalam penelitian oleh Roth dan Kierland27. Hasil
serupa diamati oleh Rystedt et al.28, Ellis et al.29, Halbert et al. [ 30], dan Al- Naqeeb
et al.31.

Usia rata-rata onset DA adalah 1,14 ± 0,35 tahun dalam penelitian ini, sebanding
dengan penelitian sebelumnya Dhar dan Kanwar (1998)15 dan Dhar et al.16. Upendra et
al. menemukan usia rata-rata timbulnya onset sekitar 2 tahun dengan lebih dari 70%
anak-anak mengalami gejala sebelum usia 5 tahun19. Rajka menemukan bahwa 60%
dari subjek penelitian memiliki onset penyakit pada 1 tahun pertama kehidupan dan
85% pada usia 5 tahun24.
Gatal / pruritus adalah keluhan utama dalam penelitian saat ini, sesuai dengan

9
temuan Sehgal et al.12, Kumar et al.20, Sarkar et al. 21, dan Roth et al.27.

Dalam penelitian ini, area fleksor (66,6%) lebih sering terlibat dibandingkan
dengan area ekstensor (23,8%) dan wajah (4,8%). Temuan itu mirip dengan penelitian
oleh Sehgal et al. 12 dan Dhar et al.16, sedangkan Kumar et al. menemukan bahwa
wajah lebih terpengaruh daripada bagian lain20. Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Dhar dan Kanwar juga menemukan hasil yang bertentangan dengan penelitian
kami. Mereka menemukan bahwa 79% pada kelompok DA fase infantil memiliki
keterlibatan wajah dibanding pada kelompok anak-anak dengan koresponden
sebanyak 74,5%15.

Tipe DA yang paling umum ditemukan dalam penelitian kami adalah DA kronis
(80,9%) yang mirip dengan temuan penelitian Upendra et al.19. Sebaliknya, Sarkar et
al. menemukan bahwa jenis eksim akut mendominasi pada pasien dengan DA fase
infantil (65,4%) sedangkan eksim likenifikasi kronis didominasi pada DA fase anak-
anak (44,4%)21. Kanwar et al. menemukan bahwa 52,7% pasien infantil memiliki
eksim akut sedangkan 47,4% pasien anak-anak memiliki tipe eksim kronis15. Dhar et
al. menemukan prevalensi terbanyak adalah eksim akut.
Faktor paling mengganggu/ memberatkan yang ditemukan dalam penelitian kami
adalah berkeringat (52,5%), diikuti perubahan iklim (38%) yang sejalan dengan
temuan penelitian Upendra. et al.19. Dhar dan Kanwar menemukan bahwa 67,14% bayi
mengalami gangguan selama musim dingin dan pada pasien DA fase anak-anak adalah
58%15. Sebaliknya, dalam penelitian oleh Dhar et al., 40% pasien mengalami gangguan
selama musim panas dan hanya 15% mengalami eksaserbasi musim dingin16. Sarkar et
al. menyimpulkan bahwa mayoritas pasien mengalami eksim pada musim dingin21.
Onunu et al. menemukan suhu tinggi dan kelembaban menjadi faktor yang paling
memberatkan/ menganggu23.

Skor severitas atau tingkat keparahan penyakit adalah ringan di hampir semua
siswa (95,2%), sejalan dengan temuan penelitian oleh Dhar dan Kanwar15 dan Al-
Naqeeb et al.31. Sebaliknya, Kumar et al. menemukan lebih banyak pasien dalam
kelompok DA sedang (44,7%) dibandingkan dengan DA ringan (42,4%)20.

10
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian kami hanya berbasis
rumah sakit dan bukan berbasis populasi sehingga tidak dapat menentukan prevalensi
DA secara tepat di masyarakat. Kami hanya melakukan penelitian di departemen rawat
jalan dermatologi (OPD) pada satu rumah sakit, sehingga membatasi generalisasi.
Selain itu, tes serum IgE untuk mengkonfirmasi korelasi antara tingkat penyakit dan
peningkatan level serum tidak dilakukan.

KESIMPULAN

DA tipe kronis, bentuk ringan, dan pada area fleksor lebih banyak ditemukan pada
anak-anak dalam penelitian kami dan hubungan antara pria dan DA signifikan secara
statistik. Karena ini adalah studi berbasis rumah sakit, prevalensi DI masyarakat tidak
dapat dideteksi. Oleh karena itu, untuk mengkonfirmasi temuan, diperlukan penelitian
dengan populasi yang lebih besar.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Boguniewicz M, Leung DY. Recent insights into atopic dermatitis and


implications for management of infectious complications. J Allergy Clin Immunol
2010;125:4-13.

2. Williams HC. Is the prevalence of atopic dermatitis increasing? Clin Exp


Dermatol 1992;17:385-91.

3. Kay J, Gawkrodger DJ, Mortimer MJ, Jaron AG. The prevalence of childhood
atopic eczema in a general population. J Am Acad Dermatol 1994;30:359.

4. Schultz Larsen F, Diepgen T, Svensson A. The occurrence of atopic dermatitis in


North Europe: An international questionnaire study. J Am Acad Dermatol
1996;34:7604.

5. Wolff K, Johnson RA. Atopic Dermatitis: Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2009.

6. Lyons JJ, Milner JD, Stone KD. Atopic dermatitis in children: Clinical features,
pathophysiology and treatment. Immunol Allergy Clin North Am 2015;35:161-
83.

7. Thomsen SF, Ulrik CS, Kyvik KO, Hjelmborg J, Skadhauge LR, Steffensen I, et
al. Importance of genetic factors in the etiology of atopic dermatitis: A twin study.
Allergy Asthma Proc 2007;28:535-9.

8. Hanifin JM, Rajka G. Diagnostic features of atopic dermatitis. Acta Derm


Venereol (Stockh) 1980;92:44-7.

9. Williams HC, Burney PG, Hay RJ, Archer CB, Shipley MJ, Hunter JJ, et al. The
U.K. working party’s diagnostic criteria for atopic dermatitis. I. Derivation of a
minimum set of discriminators for atopic dermatitis. Br J Dermatol 1994;131:383-
96.

12
10. Kunz B, Oranje AP, Labrèze L, Stalder JF, Ring J, Taïeb A, et al. Clinical
validation and guidelines for the SCORAD index: Consensus report of the
European task force on atopic dermatitis. Dermatology 1997;195:109.

11. Abuabara K, Yu AM, Okhovat JP, Allen IE, Langan SM. The prevalence of atopic
dermatitis beyond childhood: A systematic review and meta-analysis of
longitudinal studies. Allergy 2018;73:696-704.

12. Sehgal VN, Srivastava G, Aggarwal AK, Saxena D, Chatterjee K, Khurana A.


Atopic dermatitis: A cross-sectional (descriptive) study of 100 cases. Indian J
Dermatol 2015;60:519.

13. Dotterud LK, Kvammen B, Lund E, Falk ES. Prevalence and some clinical aspects
of atopic dermatitis in the community of Sør-Varanger. Acta Derm Venereol
1995;75:503.

14. Williams H, Robertson C, Stewart A, Aït-Khaled N, Anabwani G, Anderson R, et


al. Worldwide variations in the prevalence of symptoms of atopic eczema in the
international study of asthma and allergies in childhood. J Allergy Clin Immunol
1999;103:12538.

15. Dhar S, Kanwar AJ. Epidemiology and clinical pattern of atopic dermatitis in a
North Indian pediatric population. Pediatr Dermatol 1998;15:347-51.

16. Dhar S, Mandal B, Ghosh A. Epidemiology and clinical pattern of atopic


dermatitis in 100 children seen in city hospital. Indian J Dermatol 2002;47:202-4.

17. Karthikeyan K, Thappa DM, Jeevankumar B. Pattern of pediatric dermatoses in a


referral center in South India. Indian Pediatr 2004;41:373-7.

18. Bearley R, Keil V, Mutius EV, Pearce N. Worldwide variation in prevalence of


symptoms of asthma, allergic rhinoconjunctivitis, and atopic eczema: ISAAC.
The international study of asthma and allergies in childhood (ISAAC) steering

13
committee. Lancet 1998;351:1225-32.

19. Upendra Y, Keswani N, Sendur S, Pallava A. The clinicoepidemiological profile


of atopic dermatitis in residential schoolchildren: A study from South
Chhattisgarh, India. Indian J Paediatr Dermatol 2017;18:281-5.

20. Kumar MK, Singh PK, Patel PK. Clinico-immunological profile and their
correlation with severity of atopic dermatitis in Eastern Indian children. J Nat Sci
Biol Med 2014;5:95-100.

21. Sarkar R, Kanwar AJ. Clinico-epidemiological profile and factors affecting


severity of atopic dermatitis in North Indian children. Indian J Dermatol
2004;49:117-22.

22. Kaujalgi R, Handa S, Jain A, Kanwar AJ. Ocular abnormalities in atopic


dermatitis in Indian patients. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2009;75:148-51.

23. Onunu AN, Eze EU, Kubeyinje EP. Clinical profile of atopic dermatitis in Benin
city, Nigeria. Niger J Clin Pract 2007;10:326-329.

24. Rajka G. Atopic dermatitis. Correlation of environmental factors with frequency.


Int J Dermatol 1986;25:301-4.

25. Todd G, Saxe N, Milne J, Tolosana S, Williams H. Prevalence of atopic dermatitis


in Xhosa children living in rural, periurban and urban areas. Curr Allergy Clin
Immunol 2004;17:140.

26. Pöysä L, Korppi M, Pietikäinen M, Remes K, Juntunen-Backman K. Asthma,


allergic rhinitis and atopic eczema in Finnish children and adolescents. Allergy
1991;46:161-5.

27. Roth HL, Kierland RR. The natural history of atopic dermatitis. A 20-year follow-
up study. Arch Dermatol 1964;89:209-14.

14
28. Rystedt I. Prognostic factors in atopic dermatitis. Acta Derm Venereol
1985;65:206-13.

29. Ellis CN, Drake LA, Prendergast MM, Abramovits W, Boguniewicz M, Daniel
CR, et al. Cost of atopic dermatitis and eczema in the United States. J Am Acad
Dermatol 2002;46:361-70.

30. Halbert AR, Weston WL, Morelli JG. Atopic dermatitis: Is it an allergic disease?
J Am Acad Dermatol 1995;33:1008-18.

31. Al-Naqeeb J, Danner S, Fagnan LJ, Ramsey K, Michaels L, Mitchell J, et al. The
burden of childhood atopic dermatitis in the primary care setting: A report from
the Meta-LARC consortium. J Am Board Fam Med 2019;32:191-200.

15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai