Desi Ariyanti
Memy Aviatin
Novita Latuconsina
Nurina Prapurandina
Depok
1
DAFTAR ISI
A. Teknik Pencitraan In Vivo dari Penggunaan Pembawa Nano Untuk Penghantaran Obat Tertarget........ 3
I. Pendahuluan.................................................................................................................................. 3
B. Lactoferrin and antitransferrin-modified liposomes for brain targetting of the NK3 receptor agonist senktide: Preparation
and in vivo.................................................................................................................. .................................................. 18
II. Pendahuluan.................................................................................................................................... 18
II.1 Material................................................................................................................ ..........................19
II.2 Pembuatan Liposom...................................................................................................................... 19
II.3 Pembuatan Immunoliposomes ........................................................................................ 19
II.4 Eksperimen mikrodialisis otak in vivo................................................................ 20
II.5 Prosedur Analitik.................................................................................................21
II.6 Histologi.............................................................................................................. 21
II.7 Uji distribusi jaringan Senktide........................................................................... 21
II.8 Analisis LC / MS................................................................................................. 21
II.9 Statistik................................................................................................................ 21
II.10 Hasil Penelitian................................................................................................. 23
II. 11 Kesimpulan.......................................................................................................30
C. In vitro and in vivo evaluation of folate receptor- targeted a novel magnetic drug delivery system for
ovarian cancer therapy....................................................................................................... ................. 32
III.1 Pendahuluan................................................................................................................................. 32
III.2 Isi dan Pembahasan..................................................................................................... ................. 32
III.3 Studi in vivo.......................................................................................................... ........................ 38
III.4 Analisis Statistik .......................................................................................................................... 41
III.5 Hasil Penelitian............................................................................................................................. 41
D. In vitro and in vivo evaluation of folate receptor targeted a novel magnetic drug delivery system for ovarian
IV.1 Pendahuluan..................................................................................................................................... . 54
2
A. Teknik Pencitraan In Vivo dari Penggunaan Pembawa Nano Untuk Penghantaran
Obat Tertarget (Rana, S. et.al. 2015)
I. Pendahuluan
Teknik pencitraan noninvasive semakin banyak digunakan dalam proses mengevaluasi
penghantaran obat pada organ target. Metode-metode yang digunakan meliputi gamma
scintigraphy, functional magnetic resonance imaging (fMRI/MRI), X-ray computed
tomography,
optical imaging, positron emission tomography (PET), dan fluorescence imaging. Teknik
pencitraan noninvasif mulai banyak digunakan pada penelitian preklinis dan klinis karena
kemampuannya dalam mengukur perubahan kecil di dalam tubuh. Selain itu, instrumen
yang digunakan pada hewan hampir serupa dengan instrumen yang digunakan pada
manusia. Teknik pencitraan ini menyediakan informasi yang berharga berkaitan dengan
parameter anatomis, morfologis, fisiologis, dan fungsional serta proses molekular dan
selular yang terjadi pada hewan coba. Peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai
sifat fungsional dan fisiologis dari jaringan target meliputi aliran darah, permeabilitas
jaringan, metabolisme, densitas jaringan, proliferasi selular dan oksigenasi. Teknik-teknik
saat ini juga digunakan untuk mengevaluasi penghantaran obat tertarget dengan
menggunakan sistem pembawa obat terbaru.
3
Gambar 1.1 Teknik pencitraan in vivo noninvansif untuk evaluasi penghantaran obat
tertarget berbasis pembawa nano
Tabel 1.2 Daftar radionuklida yang digunakan pada teknik gamma scintigraphy
4
Penemuan radiolabeling untuk obat dan pembawanya yang digunakan untuk
meneliti distribusi in vivo telah banyak diusahakan. Selain non invasive, metode evaluasi ini
juga memiliki manfaat dalam hal memonitor pergerakan dari formulasi menuju lokasi target
dimana formula tersebut tertahan. Contohnya, antiretroviral stavudine yang secara cepat
diekskresi melalui rute ginjal dan hasil dari observasi scintigram juga menunjukkan hasil
yang selaras. Ketika formulasi liposom digunakan, formulasi tersebut secara merata
terakumulasi di hati dan limpa dan mengurangi jumlah obat yang terekskresi di ginjal.
5
Gambar 1.2 Prinsip gamma scintigraphy (Sumber : Sudha, R. et. al. 2013).
6
Walaupun media kontras CT menawarkan keamanan dan efikasi dalam proses pencitraan, media
kontras tersebut memiliki beberapa kelemahan yang menjadikannya tidak dapat digunakan untuk
semua aplikasi penggunaan:
a. Media kontras memiliki biodistribusi non spesifik
b. Oleh karena ukurannya yang kecil, media kontras cenderung mengalami klirens keluar dari
tubuh dengan cepat
c. Formulasi media kontras yang seringkali memiliki osmolaritas tinggi dan/atau viskositas
tinggi dapat memicu toksisitas ginjal dan efek samping fisiologis
d. Diperlukan konsentrasi “per dose” yang tinggi
e. Tingginya kecepatan migrasi cairan (ekstravasasi) dan ekuilibrasi antara kompartemen
intravascular dan ekstravaskular pada tingkat kapiler menyebabkan gambaran CT yang jelas
dan bermakna susah untuk diperoleh.
7
pencitraan medik lanjutan untuk keperluan diagnosis penyakit dan pengobatan. Pada umumnya
senyawa yang digunakan sebagai peningkat media kontras adalah gadolinium –berdasarkan
kemampuannya merubah waktu relaksasi dari atom di dalam jaringan tubuh dimana atom
tersebut muncul setelah pemberian oral atau intravena.
8
Cara kerjanya adalah dengan menginjeksikan agen pencitraan PET atau radiofarmasetika
11 13
yang telah digabungkan dengan radioisotope pengemisi positron seperti C, N, 15O, atau 18
F.
Radioisotop ini akan luruh dan mengemisikan positron yang mengalami annihilasi dan
mengemisikan dua sinar gamma 511 keV. Kemampuan untuk mendeteksi sinar gamma yang
diemisikan tersebut pada dua detektor yang terletak 180o merupakan kunci dari deteksi lokasi
radiofarmasetika di dalam tubuh.
PET saat ini digunakan untuk mengukur risiko dari obat baru, dimana obat yang telah
diberi label dengan pengemisi positron dan probe dapat diinvestigasi lokasi obatnya. Hal ini
dilakukan untuk memonitor uptake, distribusi, dan profil farmakokinetik secara in vivo.
Kemampuan teknik ini dalam memonitor pergerakan obat secara non invasive membuatnya
semakin akurat dalam mengukur indeks terapi obat dan efektivitas penggunaan jangka panjang
dari obat tersebut. Dengan meningkatnya penggunaan nanopartikel di bidang pencitraan
molekular, teknik PET menyediakan sinyal pencitraan untuk melihat penghantaran obat tertarget
dan informasi mengenai profil farmakokinetik dari obat.
9
Kelebihan PET yang lain adalah tersedianya berbagai radioisotope yang mengemisi
positron (dengan berbagai variasi waktu paruh) yang menjadikannya mampu digunakan untuk
berbagai keperluan pencitraan proses biologis. PET memiliki sensitivitas yang lebih besar (<10
−8 M) dan lebih spesifik pada lokasi targetnya. PET tidak sama seperti CT dan MRI yang
menampakkan anatomi, aktivitas metabolik atau fungsi tubuh dan hasil pindainya digunakan
untuk membuat suatu gambaran 3 dimensional detail tentang apa yang ada di dalam tubuh. PET
melacak radiofarmasetik yang mengemisi positron yang diinjeksikan ke dalam tubuh dan
membentuk gambaran 3 dimensional dari lokasinya. Namun, kekurangannya adalah resolusinya
lebih rendah dibandingkan MRI dan CT.
10
oleh difraksi menjadi beberapa ratus nanometer yang secara substansial lebih besar dibandingkan
dengan skala panjang molekular sel pada umumnya. Manfaat dari pencitraan fluoresens adalah
untuk mendapatkan spesifisitas kimia, sensitivitas molekul tunggal, dan kemampuan pencitraan
dinamis seperti visualisasi langsung dari interaksi molekular di dalam sel dan kemampuan dalam
menyediakan gambaran 3 dimesional dari sampel.
Gambar 1.7 Contoh instrument teknik pencitraan fluoresensi dan aplikasinya pada pengujian in
vivo
11
paparan radiasi dan memungkinkan untuk digunakan berulang kali. Teknik ini juga berpotensi
dapat mendiferensiasi beberapa jaringan lunak dan membedakan antara jaringan lunak asli
dengan jaringan yang telah diberi label baik dengan media kontas endogen atau eksogen dengan
menggunakan perbedaan antara profil penyerapan (absorption) dan penghamburan (scattering)
photon pada panjang gelombang yang berbeda. Gambaran pencitraan yang dihasilkan
memperlihatkan perbedaan penyerapan dan penghamburan photon dan kontras spesifik dari
jaringan-jaringan. Dengan demikian, teknik ini dapat digunakan untuk mempelajari aktivitas
tubuh pada level molekular yang merupakan dasar dari penentuan kondisi fisiologis dan
patofisiologis.
Pencitraan optis dapat digabungan dengan teknik pencitraan yang lain sehingga dapat
meningkatkan skala resolusinya. Selain itu, teknik ini merupakan pilihan teknik yang paling
murah dan mudah untuk mendapatkan gambaran 2 dimensional (2D) dari distribusi cairan, aliran
cairan, pembawa dan pencampuran solute, toksikologi, dan deposisi
12
Gambar 2.8 Contoh alat pencitraan optik
13
Gambar 1.9 Penggunaan umum dan perbedaan panjang gelombang yang digunakan masing-
masing teknik pencitraan biomedis. CT, computed tomography; EBCT, electron beam CT;
fMRI, functional MRI; MRI, magnetic resonance imaging; MRS, MR spectroscopy; PET,
positron emission tomography; SPECT, single photon emission CT. (Sumber : Ying, X. et.al.
2017).
Gambar 1.10 Skema perbedaan dari teknik pencitraan preklinis menunjukkan peningkatan
spesifisitas molekular dan resolusi spasial pada studi in vitro dan in vivo. BLI (bioluminescence
imaging); PET (positron-emission tomography); CT (computed tomography); MRI (magnetic
resonance imaging) (Sumber : Ghita, M. et.al. 2019).
14
Gambar 1.11 Hubungan umum antara sensitivitas molekular (yaitu konsentrasi terendah dari
media kontras/imaging probe yang masih dapat terdeteksi secara akurat) dan resolusi spasial
untuk berbagai teknik pencitraan in vivo (Sumber : Zanzonico, P. 2017).
Tabel 1.2 Fitur Utama Teknik Pencitraan Pada Uji Preklinis (Tremoleda, J.L. et.al. 2011).
15
Tabel 1.3 Jenis-Jenis Media Kontras Atau Probe Yang Digunakan (Zanzonico, P. 2017)
Tabel 1.4 Rangkuman Aplikasi dari Teknik Pencitraan (Scarfe, L. et.al. 2017)
16
Tabel 1.5 Tabel Perbandingan Manfaat dan Kerugian dari Teknik Imaging In Vivo (Dall’Ara, E.
et.al. 2016).
17
B. Lactoferrin and antitransferrin - modified liposomes for brain targetting of the NK3
receptor agonist senktide: Preparation and in vivo
II. Pendahuluan
Otak adalah organ yang tidak mudah diakses oleh senyawa karena memiliki sawar darah-
otak (BBB) terdiri dari sel endotel, pericytes, mikroglia, astrosit dan P-glikoprotein (P-gp)
membran plasma sel endotel BBB mengurangi perjalanan agen terapi potensial seperti
molekul kecil, antibodi, oligonukleotida, dan protein dari darah ke otak ekstraseluler. BBB
mengekspresikan enzim, sitoplasma dan ekstraseluler dari membran plasma. Senktide
(Succinyl-Asp-Phe-Me-Phe-Gly-Leu-Met-NH2) adalah peptida selektif NK3 agonis reseptor
tachykinin. Reseptor NK3 adalah anggota keluarga tachykinin dari reseptor peptida yang
banyak diekspresikan di otak dan senktide intraserebral (ICV) mengaktifkan neuron
dopaminergik dan meningkatkan dopamin ekstraseluler (DA) di area terminal DA. NK3
berperan penting dalam patofisiologi psikosis ditandai dengan peningkatan aktIVitas
penularan DA mesolimbik. Peningkatan DA dialisat tempurung NAc, diinduksi oleh
senktide, digunakan sebagai tes aktivitasitas agonis NK3 pusat dengan senyawa baru.
Ketidakmampuan senktide untuk melewati BBB adalah batasan utama untuk penggunaan
senktide sebagai agonis NK3 untuk menguji aktivitasitas antagonis NK3 yang bekerja secara
terpusat. Nanocarrier adalah sistem pengiriman obat yang dapat mentransfer obat ke SSP.
Permukaan liposom dapat dimodifikasi untuk mendapatkan waktu sirkulasi yang lama dan
penargetan aktif serta alat pelacak dapat digunakan untuk menargetkan reseptor BBB
spesifik (transferrin, laktoferin, insulin, reseptor lipoprotein densitas rendah) dan mencapai
akumulasi obat ke dalam parenkim SSP dengan melewati reseptor-mediated transcytosis
(RMT). Tujuan dari penelitian ini adalah pembuatan dan evaluasi liposom lama beredar
untuk penargetan aktif senktide. Antibodi anti-transferrin-monoklonal (OX26-mAb) atau
laktoferin terikat ke permukaan liposom untuk mengangkut senktide melintasi BBB oleh
RMT. Senktide bermuatan liposom dan studi mikrodialisis otak in vivo dilakukan untuk
mengetahui daya tanggap tempurung nucleus accumbens (NAc) DA terhadap senktide,
sebagai penghantaran di BBB. Liposom yang tidak diderivatisasi diuji sebagai referensi.
18
II.1 Material
Distearoylphosphatidylcholine (DSPC) Polyethylene glycol-distearoylphosphatidylethanolamine
(DSPE-PEG), DSPE-PEG-maleimide, Kolesterol 2-iminothiolane, Laktoferin, Sepharose CL-4B,
antibodi sekunder kelinci berlabel emas 10 nm, Aseto-nitril, dan uranil asetat, Konsentrator
Centriprep-30 (berat molekul: 30.000), Reseptor transferin anti-tikus OX26-mAb, Senktide
Antagonis NK3 SB222200.
19
SSL: liposom memuat senktide; SL: liposom kosong; SLOX26: liposom terkonjugasi OX26;
LOX26: senktide dimuat liposom terkonjugasi OX26; SLLtf: senktide dimuat liposom
terkonjugasi laktoferin; LLtf: liposom terkonjugasi laktoferin kosong.
II.4.2 Operasi
Tikus dibius dengan equitesin (3 ml/kg IP) dan ditempatkan dalam alat stereotaxic.
Tengkorak dibuka dan sebuah lubang kecil dibor untuk mengekspos dura di satu sisi;
dilepaskan untuk pengujian probe mikrodialisis yang dimasukkan secara vertikal pada
daerah tempurung NAc (A+2.2, L+1.0 dari bregma, V-7.8 dari dura). Pada sesi yang
sama, kateter polietilen dimasukkan ke dalam vena jugularis kanan; satu kelompok hewan
juga diimplantasikan dengan kanula ICV pada ventrikel lateral (A-0,9; L+1,5 dari bregma,
V-3,2 dari dura).
20
Gambar. 2.1 Representasi skematis dari lokalisasi pemeriksaan probe mikrodialisis bagian
dalam tempurung NAc. CPU: caudate putamen; co, sh: pusat dan tempurung dari NAc;
cc: corpus callosum; ca: komisura anterior.
II. 6 Histologi
Pada akhir percobaan, hewan dikorbankan, otak diambil dan disimpan dalam formalin (8%)
sebelum analisis histologis. Otak dipotong pada vibratome dalam irisan koronal serial (20
µm) yang berorientasi pada atlas untuk menemukan penempatan probe mikrodialisis.
21
II. 7 Uji distribusi jaringan Senktide
Otak dan hati dikumpulkan dan disimpan pada suhu -80 ℃ sampai analisis. 20 mg jaringan
otak atau hati dihomogenisasi dengan 200 µl metanol yang mengandung 0,1% asam
trifluoroasetat, disonikasi selama 15 menit dan kemudian disentrifugasi pada 9391,2 µg selama
15 menit pada 4℃. Supernatan disaring dan dianalisis LC / MS.
II. 8 Analisis LC / MS
Spektrometer massa tandem triple-quadrupole dengan autosampler ProStar 410, dua pompa
ProStar 210 dan spektrometer massa triple-quadrupole 1200 l digunakan dengan sumber
ionisasi electrospray (ESI). Perangkat lunak Varian MS workstation versi 6.7 digunakan untuk
akuisisi dan pemrosesan data. Pemisahan kromatografi dilakukan pada Kolom Synergi MAX-
RP 80A (4,6 mm, 150 mm i.d., 4 mm). Fase gerak terdiri dari 50% (v/v) asetonitril (A) yang
mengandung asam trifluoroasetat 0,1% dan 50% (v/v) air yang mengandung 0,1% asam
trifluoroasetat dan 80% A dalam 15 menit. Fase gerak, didegradasi dengan helium kemurnian
tinggi, dipompa pada laju aliran 0,3 ml/menit, volume injeksi 10 µl dan total waktu operasi 15
menit. Potensi kapiler electrospray pada 149 V, jarum 5000 V, dan pelindung 600 V. Nitrogen,
48 mTorr dan 375℃, digunakan sebagai gas pengering untuk penguapan pelarut. Spektrum
pindai penuh diperoleh dalam kisaran 100-1000 unit massa atom (amu) untuk senktide, waktu
pindai 0,75 amu, lebar pindai 0,70 amu, dan detektor pada 1450 V. Untuk ESI perumahan
ionisasi tekanan atmosfer (API) disimpan suhu 50℃. Senktide terdeteksi dalam mode
pemantauan ion tunggal (SIM) yang mengamati penambahan natrium dan kalium pada massa
865 dan 881 m/z. Waktu pemindaian 1 detik, dan tegangan detektor ditetapkan ke 2000 V,
dengan lebar isolasi m/z 1.2 quadrupole 1.
II.9 Statistik
Analisis statistik dilakukan Statistica untuk Windows. Perbedaan tingkat DA ekstraseluler atau
distribusi jaringan senktide antara kelompok dianalisis dengan analisis varians ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan perubahan keseluruhan yang signifikan menjadi sasaran post hoc
Tukey's test. Ditentukan bahwa p <0,05 signifikan secara statistik.
22
II.10 Hasil Penelitian
II.10.1 Pembuatan liposom
Liposom dibuat menggunakan metode hidrasi film dan diekstrusi berulang
melalui membran polikarbonat ukuran pori 200, 100, dan 50 nm. SSL dibuat
menggunakan DSPC, DSPE-PEG, dan kolesterol. Sedangkan SLOX26 dan SLLtf, DSPC
diganti dengan penghubung lipid DSPE-PEG-maleimide, untuk menghubungkan
penargetan (OX26-mAb atau Ltf) ke bilayer liposomal untuk mengikat tautan dengan
ikatan thioether, kemudian OX26-mAb dan Ltf diisolasi. OX26-mAb /iminothiolane,
perbandingan rasio molar 1:40 digunakan untuk memastikan tiiolasi rata-rata satu amina
primer per mAb. Tiolisasi OX26-mAb tidak mengganggu pengenalan TFR. Gugus
maleimide perlahan terhidrolisis ketika kontak dengan air, pembuatan SLOX26 dan
SLLtf harus dibuat secara cepat.
23
Gambar 2. Representasi skematis dari liposom kosong (SSL, tengah atas) dan liposom
terkonjugasi ke laktoferin (SLLtf kiri) atau OX26-mAb (SLOX26, kanan) dan skematik
pembuatan dan perlekatan kovalen OX26-mAb ke permukaan liposom kosong
24
Gambar 3. Responsivitas DA tempurung NAc terhadap senktide yang dihantarkan oleh SLOX26.
Efek senktide ICV (S, 0,2 nmol/5 µl ICV; lingkaran biru) atau senktide IV (S, 0,1 mg/kg IV;
lingkaran hitam), S dimuat dalam liposom kosong (SSL, 10 µg/kg IV; lingkaran hijau), S dimuat
liposom terkonjugasi OX26-mAb (SLOX26, 10 µg/kg IV; lingkaran ungu), kosong LOX26 (1
ml/kg IV; lingkaran abu-abu) atau liposom kosong (SL, 1 ml/kg IV; lingkaran oranye) pada
dialisat DA. Hasil dinyatakan rata-rata±SEM sebagai persentase dari nilai dasar. Lingkaran solid:
p < 0,05 vs nilai basal masing-masing; *: p <0,05 vs S IV dan SSL; #: p <0,05 vs. SL IV atau
LOX26; (ANOVA dua arah; N = 4-6 per grup). Nilai basal DA tempurung NAc adalah 52±6 (N
= 34) (fmoles/10 ml sampel, rata-rata±SEM).
II.10.4 Efek antagonisme reseptor NK3 terhadap peningkatan DA tempurung NAc yang
diinduksi oleh senktide
Ketergantungan reseptor NK3 dari peningkatan DA tempurung NAc diinduksi oleh
senktide dimuat liposom terkonjugasi OX26-mAb (SLOX26), efek antagonis reseptor NK3
SB222200 (SB, 3 mg/kg IV) diberikan 10 menit sebelum SLOX26 (10 mg/kg IV). Hasil
menunjukkan efek SB (3 mg/kg), disuntikkan 10 menit sebelum SLOX26, pada peningkatan
dialisat DA diinduksi oleh SLOX26 (10 mg/kg IV). Efek SB sendiri (3 mg/kg IV) juga
ditunjukkan. Antagonis NK3 SB memblokir DA dari efek SLOX26 tepurung NAc. ANOVA dua
arah menunjukkan pengaruh yang signifikan dari kelompok (F2,13 = 16,6; p <0,001) dan
kelompok yang signifikan x interaksi waktu (F36,234 = 1,7; p <0,005). Tes post hoc Tuckey
25
mengungkapkan perbedaan signifikan dengan nilai dasar SLOX26 dan SB + SLOX26 dan SB
(20 hingga 180 menit setelah injeksi IV).
II.10.5 Daya tanggap NAc tempurung DA terhadap senktide yang dikirim oleh liposom
terkonjugasi ke laktoferin
Percobaan ini bertujuan untuk menguji efisiensi liposom terkonjugasi laktoferin (SLLtf) untuk
mengirimkan senktide ke SSP. Hasil menunjukkan efek senktide yang dihasilkan oleh formulasi
ini (10 µg/kg IV) dibandingkan dengan obat bebas IV (0,1 mg/kg) atau senktide yang dimuat
dalam liposom kosong (SSL, 10 µg/kg IV). Kadar DA pada hewan yang diobati dengan SLLtf
meningkat secara signifikan dibandingkan dengan senktide bebas atau SSL tetapi hanya dari jam
ketiga setelah perawatan. Oleh karena itu, hasil penghantaran senktide tertunda dibandingkan
dengan SLOX26. ANOVA dua arah menunjukkan pengaruh yang signifikan kelompok (F2,9 =
18,23; p <0,001) kelompok yang signifikan x interaksi waktu (F60,270 = 2,06; p <0,0001). Tes post
hoc Tuckey mengungkapkan peningkatan signifikan ekstraseluler DA sehubungan dengan nilai
26
basal pada hewan yang diobati dengan SLLtf dan perbedaan signifikan antara senktide yang
diberikan oleh SLLtf dan semua kelompok lain (senktide dan SSL).
Gambar 5. Responsivitas DA tempurung NAc terhadap senktide yang dikirim oleh SLLtf. Efek
senktide (S, 0,1 mg/kg IV; lingkaran hitam) atau S dimuat liposom kosong (SSL, 10 µg/kg IV;
lingkaran hijau) atau liposom terkonjugasi ke laktoferin (SLLtf 10 µg/kg IV; lingkaran biru
gelap) pada dialisat DA. Hasil dinyatakan rata-rata±SEM sebagai persentase dari nilai dasar.
Lingkaran solid: p <0,05 vs nilai basal masing-masing; *: p <0,05 vs S IV; #: p <0,05 vs SSL IV;
(ANOVA dua arah; N = 4-6 per grup).
27
sehubungan dengan kelompok SLOX26. One-way ANOVA menunjukkan efek signifikan pada
kelompok (F3,8 = 2,23; p <0,0001).
Gambar 6. Distribusi senktide pada otak. Kadar senktide (mg/g jaringan) diperkirakan dengan
analisis LC / MS jaringan otak setelah pemberian IV senktide (0,1 mg/kg IV), senktide dimuat
dalam liposom kosong (SSL, 10 µmg/kg IV), senktide dimuat liposom terkonjugasi OX26-mAb
(SLOX26, 10 µg/kg IV) dan liposom terkonjugasi laktoferin (SLLtf 10 µg/kg IV); **: p <0,05
SLOX26 vs senktide IV; #: p <0,05 SLLtf vs SSL IV; x: p <0,05 SLOX26 vs LLtf; (ANOVA
satu arah; N = 4 per grup).
Gambar 7. Distribusi otak dan hati dari senktide. Kadar senktide (mg/g jaringan) diperkirakan
dengan analisis LC / MS otak dan jaringan hati setelah pemberian IV senktide dimuat dalam
liposom terkonjugasi OX26-mAb (SLOX26, 10 µg/kg IV) dan liposom terkonjugasi laktoferin
28
(SLLtf 10 µg/kg IV); **: p <0,05 hati vs otak; #: p <0,05 SLLtf vs SLOX26 dalam hati; *: p
<0,05 SLOX26 vs SLLtf di otak; (ANOVA satu arah; N = 4 per grup).
II.11 Pembahasan
Temuan utama dari penelitian ini adalah senktide yang dikirim ke SSP oleh
liposom terkonjugasi ke perangkat homing spesifik anti-transferrin-monoclonal antibody
(SLOX26) dan lactoferrin (SLLtf), dapat meningkatkan transmisi DA dalam tempurung
NAc seperti yang diperkirakan oleh mikrodialisis in vivo. Selain itu, setelah pemberian
SLOX26 dan SLLtf, kadar senktide yang terdeteksi dikuantifikasi dalam jaringan otak
oleh LC / MS. Hasil menunjukkan bahwa formulasi SLOX26 dan SLLtf adalah cara yang
efektif untuk menghantarkan senktide melewati BBB. Secara umum, nilai serapan otak
tergantung pada dua faktor: kemampuan obat untuk meresap melalui BBB dan area di
bawah kurva (AUC). Senktide adalah peptida hidrofilik sehingga mencegah penetrasi
melalui BBB dengan difusi pasif. BBB tidak menunjukkan protein atau reseptor
pembawa spesifik yang mampu mengangkut senktida dengan transportasi dimediasi oleh
pembawa atau RMT. Namun, senktide menstimulasi pelepasan DA oleh peningkatan
dialisat DA, dalam tempurung NAc setelah pemberian ICV. Senktide adalah analog
neurokinin B (NKB), ligan endogen reseptor NK3. Neuron dopaminergik dalam ventral
tegmental area (VTA) berada di bawah input fasilitator tonik NKB endogen ke reseptor
VTA NK3. Oleh karena itu, blokade reseptor NK3 diperkirakan mengurangi pelepasan
DA tonik di daerah terminal sistem mesocorticolimbic sebagai terapi "keadaan
hyperdopaminergic", seperti episode delirium dan skizofrenia. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji kemampuan liposom melewati BBB dengan
membandingkan senktide efek ICV pada pelepasan DA dalam tempurung NAc oleh
mikrodialisis dengan hasil setelah pemberian IV senktide bebas dan senktide dimuat ke
liposom kosong (SSL), atau liposom terkonjugasi OX26-mAb/Ltf ( SLOX26, SLLtf).
Pemberian IV dari senktide-SLOX26 meningkatkan dialisat DA tempurung NAc dari 20
menjadi 180 menit setelah injeksi menunjukkan efek yang mirip dengan pemberian ICV
dari senktide bebas. Efek ini dimediasi oleh reseptor NK3, oleh blokade stimulasi DA
karena pemberian SB222200 30 menit sebelum injeksi IV SLOX26 IV. Namun, senktide-
LLtf menginduksi peningkatan DA yang tertunda dibandingkan dengan pemberian
senktide-LOX26 memuncak dari 190 hingga 300 menit setelah injeksi IV. Hasil ini
29
menunjukkan kemampuan formulasi senktide-LOX26 dan senktide-LLtf untuk
merangsang transmisi DA dalam tempurung NAc yang sebanding dengan pemberian
langsung senktide ke otak (ICV). SLLtf bersaing dengan laktoferin endogen untuk situs
pengikatan reseptor yang sama, SLOX26 mengikat ke situs yang berbeda dari transferrin
dan, kurang terpengaruh kehadiran ligan endogen. OX26-mAb memiliki berat molekul
lebih tinggi dibandingkan dengan transferrin dapat menonjol ke tingkat yang lebih besar
dari permukaan liposom bermuatan negatif, sehingga meningkatkan interaksi dengan
reseptor. Salah satu karakteristik SSL adalah kemampuannya untuk meningkatkan waktu
sirkulasi dalam aliran darah sehingga meningkatkan AUC plasma. Namun, senktide
bebas, liposom kosong tidak menembus BBB karena kurangnya mekanisme transportasi
spesifik dan luas permukaan permeabilitas otak adalah 0. Setelah pemberian senktide-
SLOX26 dan senktide-SLLtf, jumlah peptida ditemukan dalam parenkim otak adalah
0,0110±0,0012 dan 0,0092±0,0005 mg/g jaringan, sekitar 0,12 dan 0,09% dari dosis yang
disuntikkan. Penyerapan senktide otak yang lebih tinggi diperoleh setelah pemberian
SLOX26 dibandingkan dengan SLLtf menegaskan bahwa TfR dan LtfR memiliki kinetik
yang berbeda pada level periferal, meskipun. Penyerapan senktide oleh hati sekitar 75
dan 100 kali lipat lebih tinggi daripada di otak untuk SLOX26 dan SLLtf. TfR dan LtfR
terlokalisasi tidak hanya di pembuluh otak otak tetapi di sel dan jaringan lain seperti
monosit, limfosit, hati, sel epitel susu, limpa, usus,. Selain itu, tingginya tingkat senktide
yang ditemukan dalam hati karena ekspresi TfR dan LtfR melimpah pada membran
plasma hepatosit. Eksresi Ltf sangat cepat (93% dari dosis), pada 5 menit setelah injeksi
IV akibat hubungan laktoferin ke hati, khususnya ke sel parenkim. Penyerapan hati
OX26-mAb, lebih rendah dari yang diukur untuk Ltf. PEG pada permukaan vesikel
meningkatkan waktu sirkulasi dalam aliran darah yang menunda proses opsonisasi
dengan demikian, pengambilan liposom oleh sel makrofag dalam hati dan limpa (sistem
fagositik mononuklear atau RES) tidak terjadi.
II.11. Kesimpulan
Formulasi liposom SLOX26 dan SLLtf cara yang efektif untuk memberikan
senktide melintasi BBB dengan RMT. Konsisten dengan efikasi dalam hal efektivas dan
kecepatan kedua formulasi dapat digunakan untuk kebutuhan terapi berbeda (akut vs
30
kronis). Pendekatan eksperimental kombinasi mikrodialisis in vivo untuk memantau efek
sentral senktide pada hewan dan uji biodistribusi. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa
liposom yang terkonjugasi dengan antibodi anti-transferrin-monoklonal dan laktoferin
dapat memberikan strategi untuk penghantaran obat hidrofilik ke SSP.
31
C. In vitro and in vivo evaluation of folate receptor- targeted a novel magnetic drug delivery
system for ovarian cancer therapy
III.1. Pendahuluan
Kanker lambung atau karsinogenesis lambung adalah penyakit yang menyebar
secara agresif dengan prognosis yang buruk dan dilaporkan merupakan penyebab paling
umum kedua kematian akibat kanker di seluruh dunia.13 Pemahaman yang tepat
diperlukan dari biologi kanker lambung dan kekurangan rejimen kemoterapi
konvensional yang diarahkan ke arah eksploitasi target molekuler yang terlibat dalam
karsinogenesisnya. Pertumbuhan epidermis overexpression faktor reseptor (EGFR)
diamati pada 27% -44% dari tumor lambung primer, dan dilaporkan menjadi indikator
hasil prognostik yang buruk dan karenanya, merupakan target terapi yang penting.4
Cetuximab (CET; Erbitux®, Merck, Darmstadt , Jerman) adalah antibodi
monoklonal IgG chimeric (MAb) yang disetujui oleh US Food and Drug Administration
untuk kanker karsinoma kolorektal dan kanker kepala dan leher yang juga telah
menunjukkan manfaat klinis terhadap adenokarsinoma lambung metastatik dalam
kombinasi dengan agen kemoterapi lainnya sebagai kombinasi dalam pengobatan lini
pertama. 5–7
III.2.1 Pengantar
Kanker lambung atau karsinogenesis lambung adalah penyakit yang menyebar
secara agresif dengan prognosis yang buruk dan dilaporkan merupakan penyebab paling
umum kedua kematian akibat kanker di seluruh dunia.13 Pemahaman yang tepat
diperlukan dari biologi kanker lambung dan kekurangan rejimen kemoterapi
konvensional yang diarahkan ke arah eksploitasi target molekuler yang terlibat dalam
karsinogenesisnya. Pertumbuhan epidermis overexpression faktor reseptor (EGFR)
diamati pada 27% -44% dari tumor lambung primer, dan dilaporkan menjadi indikator
hasil prognostik yang buruk dan karenanya, merupakan target terapi yang penting.4
32
Cetuximab (CET; Erbitux®, Merck, Darmstadt , Jerman) adalah antibodi
monoklonal IgG chimeric (MAb) yang disetujui oleh US Food and Drug Administration
untuk kanker karsinoma kolorektal dan kanker kepala dan leher yang juga telah
menunjukkan manfaat klinis terhadap adenokarsinoma lambung metastatik dalam
kombinasi dengan agen kemoterapi lainnya sebagai kombinasi dalam pengobatan lini
pertama. 5–7
Para peneliti telah tertarik untuk mengeksplorasi formulasi antikanker dalam
bentuk nanomedicines, baik sebagai kombinasi dari beberapa obat yang dimuat ke dalam
nanocarrier (kombinatorial nanomedicines) atau sebagai nanocarrier yang mengandung
obat yang secara aktif ditargetkan untuk reseptor permukaan yang diekspresikan secara
spesifik seperti EGFR (nanomedicines yang ditargetkan) untuk meningkatkan potensi
antikanker.8, 9 Nanomedisin kanker alternatif mengikuti strategi yang ditargetkan secara
molekuler telah dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi terapi kemoterapi
konvensional. Kelompok penelitian kami sebelumnya telah melaporkan pengembangan
docetaxel terkonjugasi CET (MAb) (DOCT) yang terkandung poli (γ-glutamat asam) (γ-
PGA) nanopartikel (Nps) dan menguji penargetan in vitro dan kemanjuran terapeutik
pada EGFR + ve kolor sel colorectal (HT-29) dan A549 (non-small cell lung carcinoma).
10,11
Nps yang ditargetkan ini menunjukkan akumulasi seluler spesifik EGFR, sehingga
meningkatkan ketersediaan obat kemoterapi DOCT yang potensial untuk meningkatkan
kematian sel kanker. Penelitian ini menganalisis potensi Nps yang ditargetkan (CET
MAb-DOCT-γ-PGA Nps) sebagai agen antikanker secara in vitro menuju EGFR-
overexpressing sel karsinoma lambung dan in vivo di EGFR + ve MKN-28 sel kanker
lambung berbasis xenograft dalam model tikus telanjang. Dengan demikian, CET MAb-
terkonjugasi γ-PGA Nps dimuat dengan DOCT ditemukan menjadi nanoformulasi
bertarget yang efektif untuk EGFR yang diekspresikan secara berlebihan pada kanker
lambung.
33
Hyogo, Jepang) dan DOCT dari AK Scientific, Inc. (Union City, CA, USA).
Propidium iodide (PI) dan RNAase untuk analisis siklus sel dan fluorescein
isothiocyanate (FITC) dibeli dari Sigma-Aldrich (St Louis, MO, USA). CET
(Erbitux) diperoleh dari Merck. Alexa fluor (AF) - antibodi anti-EGFR
terkonjugasi 647 (antibodi AF-647-anti-EGFR) dibeli dari Santa Cruz
Biotechnology Inc. (Dallas, TX, USA). Garis sel yang digunakan untuk penelitian
ini, yaitu, MKN-28 (sel karsinoma lambung manusia), diperoleh dari Dr Bruno
Sarmento di Instituto de Engenharia Biomédica di Portugal (dibeli dari Koleksi
Bioresources Cell Bank Jepang di Jepang). Media RPMI untuk budidaya Sel
MKN-28 dibeli dari Sigma-Aldrich.
34
3) Dalam studi pemodelan silico
Pembuatan generasi γ-PGA Nps
Struktur kimia dari γ-PGA Nps yang dibentuk melalui ikatan silang
kitosan disiapkan menggunakan perangkat lunak Chem BioUltra 11.0. γ-PGA
Nps disiapkan oleh reaksi cross-link polyionic antara kitosan kationik dan ion-
PGA.10,12,13 studi interaksi obat DOCT dianalisis dengan pembentukan struktur
tiga dimensi (3D). Chitosan bertindak sebagai agen ikatan silang ionik yang
melipat dan merakit γ-PGA dari untaian berbeda dalam bentuk bola, yang meniru
Nps eksperimental. Sistem polimer 3D dioptimalkan ke struktur paling stabil
menggunakan medan gaya MMF94 yang diimplementasikan dalam perangkat
lunak.
35
kemungkinan pengikatan obat untuk mendapatkan sistem kompleks yang stabil.
Selanjutnya, menggunakan protokol docking yang sama, CET MAb merapat ke
seluruh permukaan kompleks DOCT-γ-PGA Np untuk mendapatkan afinitas
antibodi terhadap sistem kompleks Np.
36
kandungan DNA dalam setiap fase menggunakan pewarnaan PI seperti yang
10,11
dilaporkan sebelumnya. Persentase sel MKN-28 dalam setiap fase siklus sel
(G0 / G1, S, G2 / M, sel apoptosis dan sel mati) dianalisis dengan flow
cytometer19 setelah 24 jam pengobatan dengan DOCT, DOCT-γ-PGA Nps dan
CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps (0,25 mg / mL). Percobaan dilakukan dalam
rangkap tiga (n = 3) untuk memeriksa konsistensi.
37
III.3. Studi in vivo
Eksperimen in vivo dilakukan mengikuti protokol yang disetujui untuk
analisis distribusi farmakokinetik dan organ DOCT. Tikus Albino Swiss jantan
berusia 4–6 minggu dan berat 20 g diperoleh dari fasilitas kandang hewan kecil
dan semua hewan dipelihara sesuai dengan Panduan untuk Perawatan dan
Penggunaan Hewan Laboratorium yang disediakan oleh Komite untuk Tujuan
Pengendalian dan Pengawas Eksperimen pada Hewan. Prosedur dan protokol
yang digunakan untuk melakukan evaluasi in vivo telah disetujui oleh Komite
Etik Hewan Institusional (Referensi No IAEC / 2013/3/3) yang dilakukan di
Institut Ilmu Pengetahuan Medis dan Pusat Penelitian Amrita di bawah
Universitas Amrita, Kochi, India.
Efisiensi nanoformulasi bertarget yang dikembangkan dievaluasi dengan
melakukan analisis farmakodinamik dalam model xenograft kanker lambung pada
tikus Balb / c athymic (nu / nu-ncr) jantan yang berumur 5–6 minggu dan berat
20-25 g. Eksperimen hewan dilakukan sesuai dengan hukum kelembagaan dan
pedoman etika yang relevan dari Chonnam National University Medical School
dan Chonnam National University Hwasun Hospital di Korea Selatan, dan
prosedurnya telah disetujui oleh Komite Etik Hewan Institusional (CNU IACUC-
H-2015-47). Tikus ditempatkan di dalam sistem kandang aliran laminar (Thoren
Caging Systems, Inc., Hazleton, PA, USA), dan makanan, selimut dan air yang
diberikan kepada hewan diautoklaf. Tiga kelompok uji dan satu kelompok kontrol
menjadi sasaran injeksi intravena sebagai berikut DOCT gratis (kelompok 1, n =
4); NOC yang tidak ditargetkan, DOCT-γ-PGA (grup 2, n = 4); ditargetkan, CET
MAb-DOCT-γ-PGA Nps (grup 3, n = 4) dan akhirnya salin steril (kontrol, n = 4).
Dosis pemberian sehubungan dengan studi praklinis yang dilaporkan sebelumnya
yang ada adalah tetap pada 10 mg / kg DOCT. 23-25
38
setiap kelompok (n = 4) dan empat hewan dalam kelompok kontrol. Sampel
dengan dosis 10 mg / kg DOCT (dilarutkan sebagaimana ditentukan26
menggunakan etanol / polisorbat 80 / salin) dan Nps (dengan dosis setara DOCT)
dalam salin 0,9% steril disuntikkan secara intravena melalui vena ekor lateral.
Pada titik waktu tertentu, darah diambil melalui sinus retro-orbital ke botol Asam
Sitrat Dextrose. Sampel darah disentrifugasi pada 4.000 rpm selama 5 menit
untuk mengumpulkan plasma. Sampel plasma diproses untuk pengendapan
protein menggunakan 150 mM ammonium asetat dalam metanol, diikuti oleh
inkubasi pada -20 ° C semalam.
Untuk studi distribusi organ, organ-organ (otak, jantung, paru-paru, hati,
ginjal dan limpa) dikeluarkan setelah hewan di-eutanasia, dicuci dalam larutan
garam, dikeringkan di kertas isap dan kemudian ditimbang. Organ-organ itu
dihomogenisasi dalam saline 0,9% (1 mL / g organ), yang diikuti oleh
pengendapan protein. Sampel yang dihasilkan disentrifugasi (8.000 rpm, 15
menit) dan supernatan dikumpulkan, yang selanjutnya dianalisis menggunakan
HPLC dengan protokol yang dikalibrasi. Prosedur juga dilakukan untuk kelompok
kontrol yang diberi saline untuk menghilangkan sinyal latar belakang dari
kromatogram HPLC. Konsentrasi DOCT dari sampel plasma pada setiap titik
waktu dihitung menggunakan grafik kalibrasi berdasarkan area di bawah nilai
kurva (AUC). Parameter farmakokinetik seperti konsentrasi maksimum (Cmax),
rata-rata waktu penduduk (MRT), AUC, waktu konsentrasi maksimum (Tmax),
konstanta laju eliminasi (Kel) dan waktu paruh (t1 / 2) ditentukan menggunakan
Microsoft add-in alat, pemecah PK.
39
dikembangkan oleh injeksi subkutan 2 × 106 sel / 100 μL PBS steril dengan 50
μL Matrigel di sisi kanan tikus telanjang jantan. Tumor diizinkan mencapai
volume yang cukup, dan volume tumor dihitung sebagai:
Volume tumor (mm3) 0,5= × dimensi yang lebih panjang × (dimensi yang
lebih pendek2).
40
setelah injeksi, tikus dari masing-masing kelompok di-eutanasia; ~ 1 mL darah
dikeluarkan oleh tusukan jantung ke dalam vacutainer dan disentrifugasi (4.500 rpm
selama 5 menit) untuk mengumpulkan plasma. Organ-organ diisolasi dari tubuh,
dibersihkan dalam larutan garam, dikeringkan dan dihomogenisasi dalam larutan garam.
Kemudian, 150 mM amonium asetat dalam metanol ditambahkan dengan perbandingan
1: 4 terhadap plasma dan 1: 2,5 pada organ homogenat, vortex baik selama satu menit
dan kemudian disimpan semalam pada -20 ° C untuk mengekstraksi obat dan
mengendapkan protein. Setelah semalam inkubasi, sampel dicairkan, pusaran lagi dan
disentrifugasi (8.000 rpm selama 15 menit). Supernatan dengan DOCT yang diekstraksi
diberikan ke rumah sakit medis Chonnam untuk HPLC.
41
III.5 Hasil
Persiapan dan karakterisasi CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps
Kelompok penelitian kami sebelumnya melaporkan pengembangan NET bertarget
CET MAb, yang terbukti efektif dalam terapi yang ditargetkan terhadap EGFR + ve usus
besar dan garis sel kanker paru-paru secara in vitro.10 Sintesis Np mengikuti teknik
gelasi ionik untuk Nps yang tidak ditargetkan dan lanjut kimia EDC-NHS untuk Nps
yang ditargetkan. DOCT-γ-PGA Nps disintesis oleh gelasi ionik γ-PGA menggunakan
kitosan polikationik sebagai penghubung silang, di mana DOCT dimuat dalam
nanomatrix. CET MAb terkonjugasi melalui kimia EDC-NHS antara kelompok
karboksilat bebas Nps dan kelompok amina dari antibodi. Target CET MAb-DOCT-γ-
PGA Nps (200 ± 20 nm) dan DOCT OC-PGA Nps yang tidak ditargetkan (110 ± 40 nm)
disintesis dan ditemukan memiliki nilai potensial zeta -28 ± 8 dan -17 ± 5 mV, masing-
masing. Sekitar 42% efisiensi konjugasi CET MAb diamati dari uji BCA, dan
nanoformulasi yang dikembangkan menunjukkan pelepasan DOCT yang terkendali.
42
Figure 1. In silico modeling studies. Notes: (A) ChemDraw generated structure of γ-PGA Nps formed by the
polyionic complexation between anionic γ-PGA cross-linked with cationic chitosan. Lowest binding energy
conformation of CET MAb and DOCT within γ-PGA Np assembly obtained by in silico docking calculations for (B)
nontargeted Nps (DOCT-γ-PGA Nps) and (C) targeted Nps (CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps). Abbreviations: γ-PGA,
poly(γ-glutamic acid); CET MAb, cetuximab monoclonal antibody; DOCT, docetaxel; Np, nanoparticle.
43
Karena residu Ser178 memiliki gugus amida, ia juga memediasi ikatan hidrogen
dengan ligan PGA dalam sistem Np DOCT-γ-PGA. BE antara DOCT-γ-PGA Nps dan
CET MAb adalah -10,6 kkal / mol.
44
Internalisasi seluler in vitro
Kemampuan penargetan CET MAb-γ-PGA Nps dipelajari oleh eksperimen di
atas, di mana ditemukan bahwa NET yang terkonjugasi dengan CET MAb-ikat mengikat
jumlah sel kanker EGFR + yang lebih tinggi. Mikroskopi konfokal digunakan untuk
analisis kualitatif untuk menentukan apakah Nps yang ditargetkan hanya terikat pada
permukaan atau apakah mereka dibawa ke kompartemen intraseluler (Gambar 2C).
Gambar mikroskopis confocal menunjukkan peningkatan intensitas fluoresensi di bagian
intraseluler MKN-28, menunjukkan kemampuan penargetan dan internalisasi CET MAb-
γ PGA Nps. Gambar Z-scan (Gambar 2Ca-g) melacak sinyal fluoresensi tinggi dari
FITC-CET MAb-γ-PGA Nps di bagian sel internal, ketika irisan optik dipindai dari atas
ke bawah. Gambar 2D, E menunjukkan area yang diperbesar (60 ×) sel tunggal untuk
pemahaman yang lebih baik tentang lokalisasi Np dalam sel kanker. Ini, pada gilirannya,
menunjukkan lokalisasi intraseluler FITC-CET MAb-γ-PGA Nps melalui EGFR spesifik
reseptormediated serapan oleh EGFR + ve sel kanker.33,34
Figure 2 Cellular uptake analysis. Notes: (A) EGFR expression of MKN-28 cells. Flow cytometric histograms.
Values are presented as mean ± SD of three independent experiments (n=3), showing AF-647 anti-EGFR antibody
binding on MKN-28 cells along with a confocal microscopic image. (B) Cellular binding of Nps. Flow cytometry
histograms showing the binding of Nps on the surface of MKN-28 cells with and without 1 h of pretreatment with
CET MAb. Values are presented as mean ± SD of three independent experiments (n=3). (C) Cellular internalization
of CET MAb-FITC-γ-PGA Nps. Confocal microscopic images of CET MAb-FITC-γ-PGA Np-treated MKN-28
cells, where (a–g) show different sections from the z section scanned imaging (scale bars =100 µm; 20×
magnification). (D and E) Magnified images of two different frames where single cells can be individually seen
indicating the Np localizations; 40× magnification. Abbreviations: γ-PGA, poly(γ-glutamic acid); AF, Alexafluor;
45
CET MAb, cetuximab monoclonal antibody; DOCT, docetaxel; EGFR, epidermal growth factor receptor; FITC,
fluorescein isothiocyanate; Nps, nanoparticles.
46
Figure 3 In vitro cytotoxicity evaluations. Notes: (A) Cell cycle analysis by flow cytometry. Flow cytometric
histograms showing the cell cycle profiles of MKN-28 (a) control cells and followed by 24 h treatment of (b) free
DOCT, (c) DOCT-γ-PGA Nps and (d) CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps. Data shown as mean ± SD. (B) Cytotoxicity
profile by 24 and 48 h MTT assay. (C) Flow cytometry analysis and percentage of cells depicting a reduction in the
mitochondrial membrane potential and (D) scatter plot indicating the cell populations in early and late apoptotic and
necrotic quadrants with the percentage of cancer cell death posttreatment of targeted Nps compared with that of
nontargeted Nps. For all the three assays (MTT, mitochondrial membrane potential and apoptosis), Student’s t-test
was performed to check the statistical significance between CET MAb-DOCT-γ-PGA and DOCTγ-PGA Nps.
*p,0.05, **p,0.01 and *** p,0.001. Values represent mean ± SD of three independent experiments (n=3).
Abbreviations: γ-PGA, poly(γ-glutamic acid); CET MAb, cetuximab monoclonal antibody; DOCT, docetaxel; FITC,
fluorescein isothiocyanate; Nps, nanoparticles.
Biodistribusi (Gambar 4B) DOCT gratis, NOC DOCT-γ-PGA nontargeted dan NET
CET MAb-DOCTγ-PGA target dianalisis pada titik waktu yang berbeda (30 menit, 2
jam, 24 jam, dan 4 hari) setelah pemberian dengan mengekstraksi DOCT dan diukur
menggunakan HPLC dari berbagai organ (otak, jantung, paru-paru, hati, limpa dan
ginjal). Ketiga formulasi obat mengikuti pola distribusi yang sama. Namun demikian
akumulasi dan waktu eliminasi berbeda antara DOCT bebas dan nanoformulasi. DOCT
gratis menunjukkan akumulasi hati sebelumnya (30 menit) dibandingkan dengan Nps
(Gambar 4Ba). Nps terakumulasi dalam organ yang sangat perfusi seperti jantung dan
paru-paru. Pada 2 jam (Gambar 4Bb), ketiga formulasi obat mengikuti pola akumulasi
47
yang sama, dan oleh 24 jam (Gambar 4Bc), DOCT gratis menjadi tidak terdeteksi. Pada
akhir hari ke 4 (Gambar 4Bd), nanogram DOCT dihitung dari hati dan ginjal tikus yang
diobati dengan Nps.
48
Figure 4 Pharmacokinetics (n=4) and organ distribution analysis (n=4) using HPLC. Notes: (A) Plasma
concentration of DOCT versus time profile obtained from blood drawn from the retro-orbital sinuses at different
time points from mice treated with free DOCT, DOCT-γ-PGA Nps (nontargeted Nps) and CET MAb-DOCT-γ-PGA
Nps (targeted Nps). (B) Concentration of DOCT extracted from organs excised from mice treated with free DOCT,
nontargeted DOCT-γ-PGA Nps and targeted CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps at (a) 30 min, (b) 2 h, (c) 1 day and (d)
4 days postinjection. Values represent mean ± SD of four independent animals (n=4). Abbreviations: γ-PGA, poly(γ-
glutamic acid); CET MAb, cetuximab monoclonal antibody; DOCT, docetaxel; HPLC, high-performance liquid
chromatography; Nps, nanoparticles; NT Nps, nontargeted Nps; T Nps, targeted Nps.
49
Figure 6 Qualitative biodistribution analysis using in vivo imaging in gastric cancer xenografts (n=3). Notes: (A)
Biodistribution images of mice treated with IR780-γ-PGA Nps (nontargeted Nps). (B) Biodistribution images of
mice treated with CET MAb-IR780-γ-PGA Nps (targeted Nps). The red boxes indicate the time frame during which
an enhanced fluorescence intensity was observed in the tumor indicating enhanced tumor accumulation. (C) Mean
fluorescence intensity measured from tumors as ROI using the FOBI machine plotted against time of imaging.
**p,0.01 indicating the statistical significance of targeted CET MAb-IR780-γ-PGA Nps compared with that of
nontargeted IR780-γ-PGA Nps. Values represent mean ± SD of three independent animals (n=3). Abbreviations: γ-
PGA, poly(γ-glutamic acid); CET MAb, cetuximab monoclonal antibody; FOBI, fluorescence-labeled organism
bioimaging instrument; Nps, nanoparticles; ROI, region of interest.
50
signifikan setelah nanoformulasi disuntikkan. Dua puluh empat jam setelah injeksi, konsentrasi
DOCT 20 kali lipat lebih tinggi ditemukan dalam plasma tikus yang diobati dengan Np,
dibandingkan dengan DOCT gratis. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara DOCT
konsentrasi plasma tikus yang diobati dengan Nps yang tidak ditargetkan dan ditargetkan.
Pengurangan waktu tergantung diamati dalam konsentrasi DOCT plasma, di mana DOCT
sepenuhnya tidak terdeteksi. Namun, DOCT nanoformulasi juga diamati dalam konsentrasi
rendah dalam plasma pada hari ke-4, meskipun pada hari ke-4, konsentrasinya sangat berkurang,
menunjukkan bahwa Nps dibersihkan dari tubuh. Gambar 7B menyajikan jumlah DOCT yang
diekstraksi dari tumor, di mana konsentrasi rata-rata 496 ± 91 ng / mg diamati setelah 24 jam
dalam kasus tikus yang diobati dengan Nps yang ditargetkan, yang secara statistik berbeda secara
signifikan dari DOCT bebas (10,4). ± 0,41 ng / mg) dan Nps yang tidak ditargetkan (84 ± 0,52
ng / mg). DOCT dihitung dari tumor setelah 4 hari ditemukan sekitar 47 ± 9,6 ng / mg untuk Nps
yang tidak ditargetkan dan 103 ± 16 ng / mg untuk Nps yang ditargetkan. Namun, obat gratis itu
sepenuhnya dihapus, menunjukkan retensi nanoformulated DOCT di dalam tumor. Hasil ini
menunjukkan bahwa kombinasi efek permeasi dan retensi (EPR) yang disempurnakan
meningkatkan akumulasi obat nanoformulasi dan CET MAb NG target terkonjugasi Nps
meningkatkan akumulasi tumor yang dimediasi EGFR.
51
Figure 7 Quantitative biodistribution analysis using HPLC in gastric cancer xenografts (n=4). Notes: (A) Plasma
concentration of DOCT from mice treated with free DOCT, DOCT-γ-PGA Nps (nontargeted Nps) and CET MAb-
DOCT-γ-PGA Nps (targeted Nps) on days 1 and 4 postinjection. (B) Concentration of DOCT extracted from tumors
excised from mice treated with free DOCT, nontargeted DOCT-γ-PGA Nps (nontargeted Nps) and targeted CET
MAb-DOCT-γ-PGA Nps (targeted Nps) on days 1 and 4 postinjection. Similarly, the concentrations of DOCT per
milligram of organ are represented in (C) liver, (D) lungs and (E) kidney. Heart, brain and spleen did not have
detectable levels of DOCT by HPLC. #Represents the p-value indicating the statistical significance of nontargeted
DOCT-γ-PGA Nps (nontargeted Nps) and targeted CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps (targeted Nps) with that of free
s the p-value indicating the statistical significance of targeted
CET MAb-DOCT-γ-PGA Nps (targeted Nps) with that of nontargeted DOCT-γ-PGA Nps (nontargeted Nps)
-PGA, poly(γ-
glutamic acid); CET MAb, cetuximab monoclonal antibody; DOCT, docetaxel; HPLC, high-performance liquid
chromatography; Nps, nanoparticles.
52
(baik yang tidak ditargetkan dan yang ditargetkan) diamati cukup sehat, mempertahankan
perilaku normal dan berat badan mereka. Meskipun jumlah DOCT yang terakumulasi dalam
organ tidak dibedakan sebagai bentuk bebas atau bentuk terikat Np, formulasi tidak
mempengaruhi kesehatan tikus dibandingkan dengan obat bebas. Ini bisa disebabkan oleh fakta
bahwa nanoencapsulation mengurangi paparan langsung jaringan ke konsentrasi racun yang
tinggi dari obat. Pengamatan ini menunjuk ke arah profil keamanan dan terapi DOCT
nanoformulasi dibandingkan dengan formulasi obat bebas.
53
D. In vitro and in vivo evaluation of folate receptor targeted a novel magnetic drug delivery
system for ovarian cancer therapy
IV. I Pendahuluan
54
GNP (gluconicnanopartikel) dibuatdengan 0.05 M larutan D-glucose ditambahkan
kedalam 0.06 M FeCl3, lalu diberi gas N2 pada suhu 80°C, setelah suhu menurun sampai
60°C ditambahkan larutan NaOH sampai pH 10 dan dibiarkan selama 30 menit
Selanjutnya GNP di cuci dengan air dan ethanol dan di lakukan karakterisasi denganX-
ray photoelectron spectroscopy, Xray diffraction, scanning electron microscopy (SEM),
vibrating sample magnetometer (VSM), fourier-transform infrared spectrophotometer
(FTIR)danthermogravimetric analyzer.
55
Untuk hidrazinasi CGNP
56
Untuk memasukan DOX Studi karakterisasi
ke nanopartikel dilakukan olehAnalisis
FTIR, TG dan XPS.
Apalagi morfologi
DGNPdiselidiki dengan
mikroskop elektron
transmisi
20 mg HGNP Penentuan
didispersikan dalam spektrofotometridilakuka
buffer asetat (10 mM, pH n pada 486 nm di
6,5) supernatan.
57
2. Preparation of FR-targeted magnetic drug delivery system
Ligan folat melekat pada sel hantu dan menempelpada vesicle DGNP di membran
eritrosit laludikembangkan dengan cara ;
a. Pertama-tama, sel “hantu”dipersiapkan, dengan metode seluruh darah dikumpulkan
dalam tabung yang mengandung EDTAdan disentrifugasi.
b. Plasma dan buffy coat dipisahkan darieritrosit dan sel dicuci denganfisiologissolusi
buffered (PBS). Eritrosit diinkubasi dalam buffer icecold dengan penambahan 0,1 PBS
untuk hemolisis.
c. Sel-sel “hantu”yang diperoleh dan dicuci dengan PBS. Lalu, 75 lg /mL 1,2-distearoyl-
sn-glycero-3-phosphoethanolamine (folatePEG-DSPE),diinkubasi dengan 1 ml sel
hantu pada suhu 4°C.
d. Lalusel-sel hantu disentrifugasi dan disimpan di sonic bathdan dilewatkan melalui
ekstrusi minidenganukuranpori-pori 400 dan 100nm
e. Vesikel yang diperoleh tersebar dalam 0,1PBS dan 500 lL vesikel eritrosit
diinkubasi2,5 ml DGNP pada konsentrasi 0,2 mg / mL (dalam sukrosa 1%solusi)
selama 1 jam dan pada 37°C
f. Kemudian, 25% larutan sukrosaditambahkan untuk mencapai media isotonik dan
diinkubasi. DGNPdan eritrosit yang melekat folat (FVDGNP)dimurnikan dengan
sentrifugasi dan hasil enkapsulasi dikarakterisasioleh spektrometri massa-plasma yang
digabung secara induktif
58
mengandung VDGNPdan FVDGNP (dalam larutan PBS) pada rasio 1: 1 (v / v) dan
diinkubasipada 37°C selama 2 jam. Larutan sukrosa dan PBS digunakan sebagai
kelompok kontrol negatif dan 1% Triton X-100 sebagai kelompok kontrol positif. Akhir
inkubasi, eritrosit dan nanocarrier dipisahkan dari campuran dengan sentrifugasi dan
penentuanhemoglobindenganmenggunakan spektrofotometri pada 540 nm. Rasio
hemolisis dihitung melalui absorbansi dengancaraberikut :
4. Drug release
Karakteristik pelepasan DOX dari DGNP ditentukan pada10 mMpada pH 7,4 fosfat dan
pH 5,5 asetat buffer.Partikel nano diambil dalam membran dialisis (beratmolekul: 2000
Da) dan ditempatkan padasuhu 37°C. Media dialisisdiubah untuk periode tertentu dan
diganti dengan buffer baru. Formulasi DOX gratis juga digunakan untuk profil pelepasan.
59
heparin; paru-paru, hati, ginjal, limpa, usus besar, ovarium dan jaringan otot
dikumpulkan.
Untuk ex vivoanalisis, DOX dalam organ / jaringan divisualisasikan dengan IVIS dan
organ / jaringan dihomogenisasi untuk analisis HPLC. Jaringan dicuci dengan air dan
PBS. Sekitar 100 mg sampel dihomogenisasi dalam larutan 0,1 M natrium dodesil
sulfat dan buffer Tris (pH = 8,8, 1 M). Kemudian, metanol dankloroform ditambahkan
dan disentrifugasi. Lapisan kloroform yang mengandung DOX dikumpulkan dan
dikeringkan. Pelet yang diperoleh dilarutkan dalam fase gerak: asam trifluoroacetic
(0,05 M)dan campura nasetonitril (60/40, v/v). Kondisi HPLC sebagaiberikut:
Shimadzu Prominence HPLC System, C18 Inertsil ODS3–3 kolom (15 cm 4,00 mm),
volume injeksi 20 mL,laju aliran 1 ml/min, 30°C, detektor fluoresen: ʎex 465 nm, ʎem
558 nm. Data biodistribusi (%) dihitung berdasarkanpada persentase jumlah total DOX
dalam jaringan /n organ.
b. Uji aktivitas anti kanker
Untuk pengujian pengobatan kanker ovarium, tumor model xenograftdiciptakan pada
tikus telanjang dengan sel SKOV3 ditransfeksi dengan gen luciferase (dipasok dari
Cell Biolabs Inc). Sekitar 6x106 sel SKOV3-Luc disuntikkan secara intraperitoneal.
Untuk memantau pembentukan tumor dan pengurangan volume tumor,
disuntikkanluciferin secara intraperitoneal setelah tikusdivisualisasikan dengan IVIS 5
menit kemudian atau probe 2DG-750 (ʎex 745 nm / ʎem 820 nm) diberikan melalui vena
ekor tikus selanjutnyadiamatiselama 3 jamkemudian. Ketika volume tumor mencapai
minimum 50 mm3, obat DOX disuntikkan melalui vena ekor pada interval 2-3 hari(n =
3). FDVGNP dan DOX diadministrasikan200 mL daridosis 0,5 mg DOX / kg dan juga
PBS diinjeksikanpadakelompok kontrol. Penyusutan volume tumor tikusdiamati
dengan IVIS dan pada akhir pengobatan, darahpada organ jantung dikumpulkan dan
dilakukananalisis biokimia denganVetScan VS2 analyzer.
60
6. Hasil
Sinyal pada 213, 274, 381, 488, 589 dan1270 cm struktur magnetit terverifikasi. Analisis
XRDmengkonfirmasi fase magnetit dan indeks hkl sebagai berikut: 220 di30.223, 311 di
35.5432, 400 di 43.203 dan 440 di 62.658, seperti yang disebutkan dalam penelitian.
Menurut spektrum FTIR dariGNP, puncak pada 3318, 2900, 1600 dan 1350 cmtermasuk
hidrogen terikat O-H streching, peregangan C – H,Streching C ¼ O dan C-H bending
glukosa / rantaiasam glukonat, masing-masing. Spektrum XPS terlihat danmenunjukkan
bahwa GNP memiliki rasio C / Fe 2.2 dan rasio O / Fe 5.2.Kurva histeresis GNP
memiliki sifat paramagnetik di bawahsuhu kamar dan medan magnet 1,5 T. Berdasarkan
pengukuran termogravimetri.
DimanaGNP memiliki 19% lapisan organik dan air terikat 9% dari beratnya dan partikel
nano diurai pada 325°C kecualidari struktur magnetit yang masih stabil600°C. Ukuran
GNP ditemukan 55-70 nm danNanopartikel berbentuk seperti bola.
61
Ukuran hidrodinamditemukandengannilai112 nm sejak itupartikel nano magnetik
cenderung menarik satu sama lain karenasifat magnetik dan bentuk agregat
IkatanHydrazone adalah jenis ikatan yang siap dibelahdalam lingkungan asam. Struktur
GNP karboksimetilasi dan hidrazinat diselidiki dengan XPS, FTIR dan TGanalisis. Data
XPS mengkonfirmasi karboksimetil yang baru ditambahkanterlihatpada data diatas.
62
Pada (A)diatasmenunjukanpeningkatanjumlahobat, efisiensi obat yang dimuat menurun
dengan meningkatnya DOX padaawalkonsentrasi. Ketika 3 dan 4 mg / mL konsentrasi
obat awal digunakan, jumlah obat yang dimuat sebesar280 dan 285 mg per mg
nanopartikel; namun,hasil pemuatan obat ditemukan masing-masing 47,2 dan 37,9%.
Untuk alasan ini, konsentrasi DOX awal optimal adalahdipilih sebagai 3 mg / mL.
Menurut spektrum FTIR dari DGNP yang terlihatpadagambar 3B, sinyal di3785 cm1
adalah milik streching N – H dan juga sinyal pada 1280dan 1210 cm1 milik streching C –
N yang ditemukanbaik struktur DOX maupun DGNP. Apalagi puncaknya di 1680 cm¯¹.
63
Morfologi DGNP ditentukan sebagai bentuk seperti batang yang terlihatpada gambar C
diatas dan ukuran hidrodinamik diukur sebagai140 nm (lebih besar dari GNP).
Profil pelepasan obat DOX dan FVDGNP diujipada nilai pH asam dan pH fisiologis (data
dapat dilihat pada gambar 5 (B)).
Sedangkan lebih dari 50% dari DOX dilepas dalam 3 jam pertama, DOX terikat-
pembawa dilepaskan pada pH5,5 dan pH 7,4 masing-masing sebesar 0,28 dan 0,11%.
64
Jumlah obat yang dilepaskan dalam 1 dan 3 jam adalah 2,64 dan 0,61 lg DOX / mg pada
pH 5,5 dan 7,4 dan 8,2 dan 3,81 lg DOX / mg NP dalam 24 jam. Data rilis obat
mengkonfirmasi ikatan hidrazon asam obat. DOX yang terikat hidrazon dalam medium
asam tampaknya lebih lama release dari pada pH fisiologis. Menurut hasil, efek samping
obat dapat diminimalkan dengan menggunakan sistem nanocarrier karena pelepasan obat
yang lebih rendah; Namun, lebih banyak pelepasan DOX dapat dilihat di wilayah target.
Diagram diatas menunjukan nilai DOX, DGNP, VDGNP dan FVDGNP pada masing-
masing organ tikus yang di uji coba. Pada diagram tersebut dapat dilihat nilai FVDGNP
dengan kandungan reseptor folate lebih banyak terdapat pada ovarium, hal ini disebabkan
karena adanya tumor yang banyak mengekspresikan asam folate, sehingga obat dengan
system pembawa ligan folate dapat biodistribusi lebih baik pada ovarium. Sedangkan
pada liver obat DOX dengan system pembawa nanopartikel paling banyak terdapat di hati
karena DOX mengalami metabolism dihati.
Data diatas diambil setelah 3jam pemberian, dan hasilnya tidak terdapat banyak
perbedaan, hal ini terjadi karena di bawah sinyal medan magnet obat di daerah perut
menggunakan bentuk magnetic lebih tinggi daripada DOX karena respons magnetic dari
nanocarrier. Obat didistribusikan kesemua organ menggunakan bentuk bebas. Hasil ini
diperoleh melalui uji HPLC.
Untuk mengevaluasi efek aktifitas cancer maka perlu dilakukan pengujian terhadap
seluruh tubuh hewan coba dengan pengujian IVIS Spectrum dan ex vivo analyses.
Pada gambar di bawah ini menunjukan data dari control, DOX dan FVDGNP (obat DOX
dengan kandungan ligan serta vesicle nanopartikel) terlihat bahwa FVDGNP pada hari
ke-32 mengalami penurunan volume tumor yang dapat dilihat dari mengecilnya refleksi
warna pada pengujian dengan IVIS Spectrum. Pada FVDGNP dengan pengujian
menggunakan 3 tikus yang kesemuanya secara bertahap mengalami penurunan cancer
dan sembuh secara bertahap. Pada DOX terdapat penurunan tapi tidak signifikan, dengan
masa hidup maksimal 44 hari. Pada control atau dengan sebutan PBS terjadi penambahan
volume tumor dengan masa hidup maksimal 42 hari pada tikus kedua.
65
Data lengkapnya dapat dilihat pada tabe; dibawah ini
66
67
Biodistribution
68
U/L. Di yang lainkerja, dinyatakan bahwa level CK di DOX-diadministrasikankelompok
tikus meningkat pesat akibat degenerasi myofibrillar di jantung. Namun, level CK
ditemukan sebagai383 U / L pada tikus yang diobati FVDGNP dan menunjukkan
FVDGNP menyebabkan kerusakan miokard yang lebih rendah. Padapenelitian lain
jugadisebutkanbahwadenganpenggunaanDOX yang membawa sistem partikel nano
disbanding bentuk DOX tanpa vesikle saat diselidiki dalam hal fungsi ginjal dan hati
terdapat perbedaan yang signifikan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Dall’Ara, E. et.al. (2016). Review Longitudinal imaging of the ageing mouse. Mech. Ageing
Dev. http://dx.doi.org/10.1016/j.mad.2016.08.001
Ghita, M. et.al. (2019). Integrating Small Animal Irradiators with Functional Imaging for
Advanced Preclinical Radiotherapy Research. Cancers , 11 (170) : 1-15
Rana, S. et. al. (2015). In Vivo Imaging Techniques of the Nanocarriers Used for Targeted Drug
Delivery. In P.V. Devarajan, S. Jain (eds.), Targeted Drug Delivery : Concepts and
Design. London : Springer
Scarfe, L. et.al. (2017). Preclinical imaging methods for assessing the safety and efficacy of
regenerative medicine therapies. Regenerative Medicine, 2 (28) : 1-13
Sudha, R. et. al. (2013). Nuclear scintigraphy: A Promising Tool to Evaluate Novel and Nano-
Based Drug Delivery System. In Nanotheranostic
Tremoleda, J.L. et.al. (2011). Imaging technologies for preclinical models of bone and joint
disorders. EJNMMI Research, 1 (11) : 1-14
Ying, X. et.al. (2017). Micro Computed Tomography and Volumetric Imaging in Developmental
Toxicology. In Ramesh C. Gupta (Ed.) Reproductive and Developmental Toxicology
Second Edition. pp : 1183-1205 London : Elsevier
Zanzonico, P. (2017). Noninvasive Imaging for Supporting Basic Research. In Kiessling, F. et.al
(Eds.) Small Animal Imaging Basics and Practical Guide Second Edition. Switzerland :
Springer
Maya S. Saji.U., Bruno.S., Chethampadi, G. Mohan., I.K Park., Rangasamy J. 2017. In vivo
evaluation of cetuximab-conjugated poly(γ-glutamic acid)-docetaxel nanomedicines
in EGFR-overexpressing gastric cancer xenografts. International Journal of
Nanomedicine Dovepress submit your manuscript | www.dovepress.com Dovepress 7165
O r i g in al R esearch open access to scientific and medical research Open Access Full
Text Article http://dx.doi.org/10.2147/IJN.S143529
70