Anda di halaman 1dari 22

“PEMERIKSAAN RAPID PLASMA REAGIN MENGGUNAKAN UJI FLOKULASI

METODE KUALITATIF”

oleh :
Arfa’at Nur Wahid (PO714203201006)

Dosen Pengampuh :
Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI SARJANA TERAPAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT) atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum individu yang berjudul
“Pemeriksaan Rapid Plasma Reagin (RPR) menggunakan Uji Flokulasi Metode Kualitatif”.
Salawat dan salam selalu kita curahkan kepada baginda Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam (SAW), yang telah diutus ke permukaan bumi ini untuk menuntun manusia dari
lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Imunoserologi II.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT,
2. Dosen mata kuliah praktikum Imunoserologi II Ibu Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST.,
M.Kes,
3. Kedua orang tua saya dan
4. Diri saya sendiri yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan
praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 20 Maret 2022

(Arfa’at Nur Wahid)

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………....
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Manfaat Praktikum .............................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PRAKTIKUM...................................................................................3
A. Hari/Tanggal Praktikum......................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum................................................................................................................3
C. Prinsip Pemeriksaan.............................................................................................................3
D. Dasar Teori..........................................................................................................................3
E. Alat dan Bahan.....................................................................................................................11
F. Prosedur Kerja......................................................................................................................11
G. Interpretasi Hasil.................................................................................................................12
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode....................................................................................12
BAB III : KETERBATASAN PRAKTIKUM.....................................................................13
A. Ruangan...............................................................................................................................13
B. Alat dan Bahan....................................................................................................................13
C. Alat Pelindung Diri..............................................................................................................13
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
LAMPIRAN............................................................................................................................17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Treponema pallidum......................................................................10


Gambar 2.2 Interpretasi Hasil Pemeriksaan....................................................................11
Gambar 2.3 Dokumentasi Hasil Pemeriksaan ................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara
berkembang, salah satunya adalah penyakit sifilis. Penyakit sifilis adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.[1] Beberapa sifat dari penyakit ini
adalah : perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam perjalanannya dapat menyerang
semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai masa laten,
dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga
menimbulkan kelainan kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan
seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui luka, transfusi, dan jarum suntik.[2]
Secara garis besar diagnosa terhadap sifilis terbagi menjadi 3 yaitu pemeriksaan
sediaan langsung (mikroskopik), uji serologi dan berdasarkan biologi molekuler atau
Polymerase Chain Reaction (PCR) serta tidak dapat dilakukan pemeriksaan kultur
bakteri.[3] Pemeriksaan sediaan langsung dengan menggunakan mikroskop lapangan
gelap (dark field) merupakan metode yang paling spesifik dan sensitif memastikan
diagnosis sifilis primer uji serologi dilakukan untuk mendeteksi antibodi dalam darah
karena infeksi yang terjadi.[4] Pemeriksaan PCR dilakukan untuk mendeteksi
Deoxyribonucleic Acid (DNA) bakteri Treponema pallidum dengan menggunakan DNA
template berupa gen TpN44.5a, TpN19, TpN39, poLA dan TpN47.[5]
Uji serologi pada sifilis meliputi uji non treponema dan uji treponema. Kelompok
yang termasuk uji non treponema antara lain : Rapid Plasma Reagin (RPR)/Veneral
Disease Research Laboratory (VDRL), Wasserman (WR), Kolmer, Khan, Automated
Reagin Test (ART) dan Reagin Screen Test (RST).[6] Kelompok yang termasuk uji
treponema antara lain : Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA), Reiter
Protein Complement Fixation Test (RPCF), Fluorescent Treponema Antibody
”Absorbed” Assay (FTA-ABS) dan Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay
(TP-PA). Di antara tes tersebut yang ditetapkan di pelayanan kesehatan adalah RPR dan
TPHA.[5]
Tes serologi sifilis yang umum digunakan di pelayanan kesehatan adalah RPR dan
TPHA. Tes RPR digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap bahan lipid sel-sel
Treponema pallidum yang hancur (non spesifik), skrininng dan untuk memantau

1
perjalanan penyakit setelah pengobatan tes TPHA digunakan untuk mendeteksi antibodi
spesifik terhadap bakteri Treponema pallidum.[5]
B. Manfaat Praktikum
1. Mengetahui gambaran umum mengenai penyakit sifilis.
2. Mengetahui cara pemeriksaan RPR menggunakan uji flukolasi metode kualitatif.
3. Mengetahui cara menginterpretasikan hasil pemeriksaan RPR menggunakan uji
flukolasi metode kualitatif.

2
BAB II
TINJAUAN PRAKTIKUM

A. Hari/Tanggal Praktikum
Praktikum dilakukan pada Jumat, 11 Februari 2022.
B. Tujuan Praktikum
Untuk mendeteksi secara kualitatif adanya antibodi non treponema (reagin) yang
terdapat pada sampel yang diperiksa.
C. Prinsip Pemeriksaan
Rapid Plasma Reagin adalah uji antibodi non-treponemal untuk mendeteksi regain.
Reagin adalah antibodi non treponemal yang dibentuk pada orang yang terinfeksi sifilis.
Antigen berupa suspensi karbon partikulat yang dilapisi dengan cardiolipin, yang dapat
membentuk aglutinasi terhadap reagin yang terdapat dalam serum. Reaksi aglutinasi
terlihat bentuk flokulasi hitam yang dapat dilihat secara makroskopik dan menunjukkan
adanya antibodi tersebut dalam sampel yang diuji.[7]
Reaksi flokulasi antara reagin pada serum pasien dengan antigen lipid yang terdapat
pada reagen RPR. Lipid yang tetap tersebar dalam serum normal tetapi akan terlihat
menggumpal berwarna hitam bila bergabung dengan reagin. Maka dari itu disebut reaksi
flokulasi yaitu proses aglomerasi atau penggumpalan partikel menjadi flok (serpihan).
D. Dasar Teori
1. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema subspesies
pallidum (T. pallidum) yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik. Secara
umum infeksi sifilis dapat dibedakan menjadi dua yaitu : sifilis yang didapat/acquired
(ditularkan melalui hubungan seks atau jarum suntik dan produk darah yang tercemar)
sifilis kongenital (ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan).[1]
a. Etiologi
Treponema pallidum merupakan spesies Treponema dari famili
Spirochaetaceae, ordo Spirochaetales.[8] Bakteri Treponema pallidum ditemukan
oleh Schaudinn dan Hoffman pada tahun 1905. Treponema pallidum merupakan
bakteri gram negatif berbentuk spiral halus dengan panjang 5-15 mikron dan lebar
0,25 mikron, setiap lekukan gelombang berjarak 1 mikron dan rata-rata setiap
bakteri terdiri dari 6-14 gelombang dan bergerak secara aktif. Spiral dari
Treponema pallidum sangat halus maka hanya dapat dilihat pada mikroskop

3
lapangan gelap dengan menggunakan teknik immunofluoresensi. Bakteri ini
bersifat anaerob dan diantaranya bersifat patogen pada manusia.[2]
b. Cara Penularan dan Patogenesis
Penularan sifilis menurut WHO (1999) dalam Sudrajad (2014) diketahui dapat
terjadi melalui :
1. Penularan secara langsung yaitu melalui kontak seksual. Penularan yang terjadi
sekitar 95%-98% dan melalui lesi penderita sifilis.
2. Penularan tidak langsung kebanyakan terjadi pada orang yang tinggal bersama
penderita sifilis. Kontak terjadi melalui penggunaan barang pribadi secara
bersama-sama, seperti handuk dan pisau cukur yang terkontaminasi oleh bakteri
Treponema pallidum.
3. Melalui kongenital yaitu penularan pada wanita hamil penderita sifilis yang
tidak diobati dimana bakteri Treponema pallidum dalam tubuh ibu hamil akan
masuk ke dalam janin melalui sirkulasi darah.
4. Melalui darah yaitu penularan terjadi melalui transfusi darah dari penderita
sifilis pada donor darah pasien, namun demikian penularan melalui darah ini
sangat jarang terjadi.
Treponema pallidum masuk ke tubuh melalui selaput lendir yang utuh, atau
kulit yang mengalami lesi, menuju kelenjar limfe, kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah, dan diedarkan ke seluruh tubuh. Setelah beredar beberapa jam,
infeksi menjadi sistemik walaupun tanda-tanda klinis dan serologi belum jelas.
Perjalanan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya.
Kisaran satu minggu setelah terinfeksi Treponema pallidum, ditempat masuk
timbul lesi primer berupa ulkus. Ulkus akan muncul selama satu hingga lima
minggu, kemudian menghilang.[2]
c. Manifestasi Klinik
Penyakit sifilis dibagi menjadi dua stadium yaitu stadium dini dan lanjut.
Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis primer, sekunder dan laten dini
sedangkan sifilis stadium lanjut terbagi menjadi sifilis laten lanjut dan sifilis tersier
(neurosifilis, sifilis kardio-vaskular, gumatous).
1) Stadium Dini
a) Sifilis Stadium Primer
Sifilis primer ditandai oleh adanya makula berwarna merah muda yang
lokasinya terutama pada alat genital. Makula tersebut kemudian akan

4
berubah menjadi bentuk papular dan mengalami ulserasi (primary chancre).
Diagnosis sifilis primer dapat ditegakkan dengan menemukan bakteri
Treponema pallidum dan berdasarkan pemeriksaan imunoserologi. Bila hasil
pemeriksaan imunoserologi negatif maka perlu dilakukan pemeriksaan
imunoserologi ulang dengan interval waktu 3 minggu kemudian.[2]
b) Sifilis Stadium Sekunder
Stadium sekunder berkembang 2-12 minggu setelah kemunculan sifilis
primer. Manifestasi klinis sifilis sekunder jika tidak diobati dapat berupa
berbagai ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya
simetris, tersebar luas, dapat berupa makula, papula, folikulitis, papulo
skuamosa dan pustul, jarang disertai keluhan gatal dan biasanya berwarna
merah atau cokelat kemerahan. Kelainan kulit pada stadium ini dapat
menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the great imitator.[6]
c) Stadium Sifilis Laten
Sifilis laten dapat terjadi setelah stadium primer dan kelanjutan dari
sifilis sekunder yang tidak diobati. Manifestasi klinis sifilis sekunder akan
sembuh secara perlahan-lahan, kemudian memasuki stadium sifilis laten
yang dibedakan menjadi dua yaitu sifilis dini (˂1 tahun setelah terpapar
sifilis) dan sifilis lanjut (>1 tahun setelah terpapar sifilis). Hasil pemeriksaan
imunoserologi yang positif pada stadium ini harus diulang setelah 2 minggu
untuk uji konfirmasi.[2]
2) Stadium Lanjut (sifilis stadium tersier)
Sifilis tersier (Late Syphilis) ditandai dengan adanya gejala sifilis yang
menetap yaitu 3 sampai 4 tahun setelah stadium sifilis primer. Gejala jangka
panjang yang dapat terjadi ialah: Infeksi neurologis (neurosifilis) mati rasa pada
lengan, tungkai dan wajah, kelumpuhan, kebutaan bertahap, perubahan kondisi
mental dan akhirnya demensia, infeksi kardiovaskular peradangan kronis pada
pembuluh darah aorta yang mengakibatkan pembentukan aneurisma,
ketidakmampuan katup aorta dan, dalam jangka panjang akan menyebabkan
gagal jantung kongestif, lesi granulomatosa (gumatous) nodul kenyal tanpa rasa
sakit yang sebagian besar terlihat pada kulit, mulut, dan tenggorokan yang
mungkin mengalami ulserasi, atau terbentuk sebagai lesi pada tulang panjang,
yang biasanya menyebabkan nyeri tulang pada malam hari. Diagnosis sifilis

5
tersier ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan hasil pemeriksaan
imunoserologi.[9]
3) Sifilis Kongenital
Penyakit yang ditularkan kepada janin dalam uterus dari ibu yang positif
menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap masa
kehamilan dan setiap stadium sifilis. Dahulu beberapa pendapat menyatakan
infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan
Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi sebelum atrofi.
Tetapi kenyataannya dengan pengamatan menggunakan mikroskop elektron
dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.[1]
d. Diagnosis Laboratorium
Diagnosis sifilis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan sindrom
dan pemeriksaan serologi. Secara umum, tes serologi sifilis terdiri atas dua jenis,
yaitu uji non treponema dan uji treponema.[4]
1) Uji Non-Treponema
Uji serologi non-treponema adalah pemeriksaan terhadap antibodi non-
spesifik dalam serum/plasma pasien. Tes non-treponema dibagi menjadi 2 yaitu
tes fiksasi komplemen yang meliputi tes Wasserman (WR) serta Kolmer dan tes
flokulasi yang meliputi RPR/VDRL, Khan, Automated Reagin Test (ART), dan
Reagin Screen Test (RST).[5]
Tes yang dianjurkan adalah RPR dan VDRL secara kuantitatif dari
beberapa tes non treponema, karena secara teknis lebih mudah, cepat dan
sensitif daripada tes fiksasi komplemen yang meliputi Wasserman/Kolmer serta
baik untuk evaluasi pengobatan. Reaksi yang terjadi antara antibodi non-
treponema/reagin yang terdapat dalam serum/plasma pasien dengan antigen
lipoid yang terdapat pada reagen yang akan menunjukkan flokulasi/gumpalan-
gumpalan hitam yang menyebar dalam lingkaran tes.[6]
2) Uji Treponema
Uji serologi treponema adalah pemeriksaan terhadap antibodi spesifik
terhadap antigen Treponema pallidum. Tes treponema digunakan untuk
menentukan apakah hasil positif dari tes nontreponema benar-benar positif atau
positif palsu. Hasil positif dari tes treponema pada spesimen serum/plasma
merupakan indikasi kuat terinfeksi Treponema pallidum.[1]

6
Uji serologi treponema meliputi Treponemal pallidum Imobilization Test
(TPI), Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay (TP-PA), Treponema
pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) dan Fluorescent Treponema
Antibody ”Absorbed” Assay (FTA-ABS), Reiter Protein Complement Fixation
Test (RPCF) dan Rapid Test Syphilis.[1]
• Treponemal pallidum Imobilization
Tes ini menggunakan bakteri Treponema pallidum yang masih aktif
sebagai antigen dan termasuk paling spesifik. Dalam serum penderita sifilis
yang telah ditambahkan komplemen, bakteri yang semula masih dapat
bergerak aktif akan mengalami imobilisasi.[6]
• Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay
Tes TP-PA adalah tes yang paling banyak digunakan di Amerika. Partikel-
Partikel gelatin yang disensitisasi dengan antigen Treponema pallidum lalu
ditambahkan kedalam pengenceran serum. Ketika antibodi Treponema
pallidum (IgG, IgM, atau keduanya) beraksi dengan partikel gelatin sensitisasi
akan terbentuk aglutinasi di sumur mikrostrips.[10]
• Treponema pallidum Hemagglutination Assay
Tes TPHA adalah tes untuk mendeteksi adanya antibodi Treponema
pallidum akan bereaksi dengan antigen treponema yang menempel pada
eritrosit ayam kalkun/domba sehingga terbentuk aglutinasi dari
eritrositeritrosit tersebut.[1]
• Fluorescent Treponema Antibody ”Absorbed” Assay
Tes FTA-ABS dilakukan sebagai tes konfirmasi terhadap infeksi sifilis.
Tes ini menggunakan teknik immunoflouresens indirect untuk mendeteksi
antibodi reaktif, termasuk membunuh Treponema pallidum. Tes FTA-ABS
hanya dilakukan pada keadaan tertentu.[6]
• Reiter Protein Complement Fixation Test
Tes RPCF digunakan untuk skrining karena biayanya murah, tetapi
terkadang didapat hasil reaksi positif semu. Hasil reaksi positif semu dapat
terjadi bila fraksi protein tersebut kurang murni misal mengandung
lipopolisakarida.[6]
• Rapid Test Syphilis
Rapid Test Syphilis adalah tes cepat untuk mendeteksi adanya antibodi
spesifik Treponema dengan prinsip imunokromatografi. Penggunaan rapid test

7
ini sangat mudah. dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat
sekitar 10-15 menit, jika dibandingkan dengan tes TPHA atau TPPA. Rapid
test Syphilis memiliki sensitivitas antara 85- 98%, dan spesifisitas antara 93-
98%.[4]
e. Pencegahan
Prinsip pencegahan yang dapat dilakukan dengan pencegahan primer,
sekunder dan tersier. Adapun bentuk pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
sebagai berikut :
1) Pencegahan Primer
Sasaran pencegahan terutama ditujukan kepada kelompok orang yang
memiliki resiko tinggi tertular sifilis. Bentuk pencegahan primer yang
dilakukan adalah dengan prinsip ABCDE yaitu :
• A (Abstinensia), tidak melakukan pengaruh seks secara bebas dan berganti-
ganti pasangan.
• B (Be Faithful), bersikap saling setia dengan pasangan dalam pengaruh
perkawinan atau pengaruh jangka panjang tetap.
• C (Condom), pencegahan yang dilakukan dengan memakai kondom yang
benar dan konsisten untuk orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B.
• D (Drug), tidak menggunakan narkoba/napza.
• E (Education), pemberian informasi kepada kelompok yang memiliki resiko
tinggi untuk tertular sifilis dengan memberikan leaflet, brosur, dan stiker.[11]
2) Pencegahan Sekunder
Sasaran pencegahan terutama ditujukan pada mereka yang menderita
(dianggap suspect) atau terancam akan menderita. Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat dapat dilakukan dengan cara mencari penderita sifilis,
meningkatkan usaha surveilans, dan melakukan pemeriksaan berkala kepada
kelompok orang yang memilik resiko untuk terinfeksi sifilis. Bentuk
pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara :
• Melakukan cek darah untuk mengetahui infeksi sifilis.
•Pengobatan injeksi antibiotika Benzatin benzilpenicilin untuk menyembuhkan
infeki sifilis.[11]
3) Pencegahan Tersier
Sasaran tingkat ketiga ditujukan kepada penderita tertentu dengan tujuan
mencegah jangan sampai mengalami cacat/kelainan permanen, mencegah agar

8
jangan bertambah parah/mencegah kematian karena penyakit tersebut. Bentuk
pencegahan tersier yang dapat dilakukan dengan melakukan pengobatan
(injeksi antibiotika) yang bertujuan untuk menurunkan kadar titer sifilis dalam
darah.[11]
2. Pemeriksaan Rapid Plasma Reagin
Pemeriksaan serologi RPR adalah salah satu pemeriksaan non-treponema untuk
penyakit sifilis. Pemeriksaan ini mendeteksi imunoglobulin yang merupakan antibodi
terhadap bahan-bahan lipid sel Treponema pallidum yang terdiri dari kardioplin,
kolesterol dan lesitin. Antibodi ini dapat timbul sebagai reaksi terhadap infeksi sifilis,
namun antibodi ini juga dapat timbul pada berbagai kondisi lain, yaitu pada infeksi
akut (misalnya : infeksi virus akut) dan penyakit kronis (misalnya : penyakit autoimun
kronis). Oleh karena itu, tes ini bersifat non-spesifik dan bisa menunjukkan hasil
positif palsu. Perlu di ingat jika hasil positif pada pemeriksaan non-treponema/RPR
tidak selalu berarti bahwa seseorang pernah atau sedang terinfeksi sifilis. Hasil
pemeriksaan serologi ini harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan spesifik terhadap
Treponema. Pemeriksaan RPR juga digunakan untuk memantau status pengobatan
pada penderita sifilis dengan melihat nilai titer antibodi. Nilai titer tersebut dinyatakan
secara semi kuantitatif, seperti : 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32.[1,4]
Pemeriksaan RPR menggunakan kartu flocculation non-treponema dengan
metode immunoassay. Reagen pemeriksaan RPR berupa mikro-partikel karbon yang
dilapisi oleh antigen non-treponema. Reaksi yang terjadi antara antibodi
nontreponema/reagin yang terdapat dalam serum/plasma pasien dengan antigen lipoid
yang terdapat pada reagen RPR akan menunjukkan flokulasi/gumpalan-gumpalan
hitam yang menyebar dalam lingkaran tes. Hasil pemeriksaan RPR dilaporkan sebagai
reaktif atau non-reaktif berdasarkan ada atau tidaknya gumpalan hitam pada lingkaran
tes.[4]
Komposisi reagen pada KIT berupa :
 Antigen Carbon RPR (suspensi karbon yang stabil dilapisi dengan kardiolipin-
kolesterol dan natrium azida 0.95 g/L)
 Kontrol positif (serum manusia dan natrium azida 0.95 g/L)
 Kontrol negatif (serum hewan dan natrium azida 0.95 g/L).[7]
Uji flokulasi RPR digunakan untuk menentukan antibodi non treponemal (regain).
Antigen yang digunakan pada pengujian terdiri dari cardiolipin dan lechitin yang
diekstraksi dari jantung sapi dan dimurnikan kemudian disuspensikan dalam alkohol.

9
Untuk mempermudah reaksi, ke dalam suspensi antigen dalam alkohol ditambahkan
kolesterol. Reagin mempunyai daya sifat mengubah daya larut antigen sehingga timbul
flokulasi.[7]
Uji RPR ini merupakan uji yang non spesifik untuk sifilis. Semua sampel yang
reaktif harus diuji kembali dengan metode TPHA dan FTA-ABS untuk mengonfirmasi
hasil. Hasil strong reactive (reaktif kuat) ditandai dengan terbentuknya aglutinasi dalam
jumlah yang sangat banyak sedangkan hasil weak reactive (reaktif lemah) ditandai
dengan terbentuknya aglutinasi pada permukaan papan aglutinasi dengan jumlah yang
sangat sedikit.[12]
Hasil false positive (positif palsu) ditemukan pada penyakit seperti infeksi
[12]
mononukleosis, pneumonia, toksoplamosis, kehamilan dan autoimun. Suhu tinggi
dapat menyebabkan komponen uji mengering pada kartu dan memberikan hasil positif
palsu. Jika perlu tempatkan kartu dibawah penutup yang lembab.[7]
Haemoglobin (10 g/L), bilirubin (20 mg/dL) dan lipid (10 g/L) tidak akan
mengganggu pemeriksaan. Rheumatoid factor dengan konsentrasi 300 IU/ml dapat
mengganggu pemeriksaan. Hasil yang baik didapatkan dengan menggabungkan data
laboratorium dan gejala klinis.[12]

Gambar 2.1 Struktur Treponema pallidum


(Sumber : Buku Bakteriologi Klinik)
Reaksi antigen dengan antibodi merupakan reaksi yang tidak kasat mata, oleh karena
itu sangat penting dilakukan pelabelan menggunakan senyawa pada reaksi tersebut.
Senyawa label merupakan senyawa yang dikonjugasikan pada antigen/antibodi yang
berupa enzim, senyawa berfluoresensi, senyawa luminescence, partikel, radioaktif dan
sebagainya. Konjugasi antara senyawa label dengan antigen/antibodi akan memberikan
visualisasi terjadinya reaksi antigen dengan antibodi.[13]

10
Pembacaan dihitung dan dilaporkan menurut kriteria sebagai berikut :
 Flokulasi sedang dan besar (Reaktif)
 Flokulasi kecil (weak reaktif/sedikit reaktif)
 Tidak ada flokulasi (non-reaktif).[7]

Gambar 2.2 Interpretasi Hasil Pemeriksaan


(Sumber : Fajrunni’mah, Rizana., dan Retno Martini W, 2017)
E. Alat dan Bahan
1. Mikropipet 50 µl
2. Tip
3. Slide test putih
4. Batang pengaduk
5. Pengatur waktu (timer)
6. Sampel (serum)
7. Reagen RPR
F. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Tes kit dan sampel serum dikondisikan pada suhu kamar sebelum digunakan
3. Meneteskan sebanyak 50µl sampel serum pada lingkaran slide tes
4. Menghomogenkan reagen RPR lalu diteteskan sebanyak 50 µl pada lingkaran slide tes
yang telah berisi sampel serum
5. Menghomogenkan reagen RPR dengan sampel serum pada lingkaran slide tes
menggunakan batang pengaduk lalu dihomogenkan secara manual selama 8 menit
sambil diperhatikan reaksi flokulasi yang terjadi antara reagen RPR dan sampel
serum.
Catatan :

11
Suhu tinggi dapat menyebabkan komponen uji mengering pada kartu dan
memberikan hasil positif palsu. Jika perlu tempatkan kartu dibawah penutup yang
lembab.[7]
G. Interpretasi Hasil Praktikum

Gambar 2.3 Dokumentasi Hasil Pemeriksaan


(Sumber : Data Primer, 2022)
Keterangan : non reaktif (tidak terdapat antibodi pada sampel yang diperiksa).
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode
1. Kelebihan Metode
a. Pemeriksaan mudah
b. Waktu keluar hasil singkat/cepat
c. Sampel mudah diperoleh (serum, plasma atau whole blood)
d. Tidak memerlukan alat khusus
e. Tidak perlu membawa sampel ke laboratorium khusus
2. Kekurangan Metode
Tidak dapat membedakan antara infeksi aktif dan nonaktif dan tidak dapat
dipakai untuk menilai hasil pengobatan.[14]

12
BAB III
KETERBATASAN PRAKTIKUM

A. Ruangan
Pada saat melakukan praktikum, ruangan yang digunakan kurang besar/luas. Sehingga
menyebabkan beberapa kelompok ada yang berkerumun (tidak berjarak).
B. Alat dan Bahan
Salah satu keterbatasan dari praktikum yang dilakukan adalah kekurangan alat dan
juga bahan seperti kontrol positif, kontrol negatif dan alat rotator.
C. Alat Pelindung Diri
Karena keterbatasan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dari kampus, beberapa
APD disediakan oleh mahasiswa itu sendiri. Seperti penutup kepala/head cap, pelindung
wajah/face shield, sarung tangan medis/handscoon dan sandal laboratorium. Dikarenakan
sandal laboratorium yang tidak tersedia, sehingga mahasiswa menggantinya dengan
sepatu yang digunakan ke kampus sehari-hari.

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pemeriksaan serologi RPR adalah salah satu pemeriksaan nontreponema untuk
penyakit sifilis. Pemeriksaan ini mendeteksi imunoglobulin yang merupakan antibodi
terhadap bahan-bahan lipid sel Treponema pallidum yang terdiri dari kardioplin,
kolesterol dan lesitin. Prinsipnya yaitu terjadi reaksi flokulasi antara reagin pada serum
pasien dengan antigen lipid yang terdapat pada reagen RPR. Lipid yang tetap tersebar
dalam serum normal tetapi akan terlihat menggumpal berwarna hitam bila bergabung
dengan reagin. Maka dari itu disebut reaksi flokulasi yaitu proses aglomerasi atau
penggumpalan partikel menjadi flok (serpihan). Hasil pemeriksaan pada praktikum ini
tidak terlihat terbentuknya flokulasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang
diperiksa tidak mengandung antibodi non spesifik terhadap Treponema pallidum.
B. Saran
Pada pembelajaran praktikum, sebaiknya digunakan kontrol positif dan negatif
sehingga praktikan dapat melihat secara langsung visualisasi hasil pemeriksaan positif
dan negatif.

14
DAFTAR PUSTAKA

[1] Maharani, Eva Ayu. & Noviar, Ganjar. Imunohematologi Dan Bank Darah. Jakarta :
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2018
[2] Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edk 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2016
[3] Suryani, Devi PA & Sibero, Hendra T. Syphilis.J Majority. 2014; 3 (7): 7- 15.
[4] Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis Di
Layanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
[5] Triana, T. Mira Nevy & Endang. Sifilis. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP Haji Adam Malik Medam. 2017
[6] Budianto, Daniel Dwiki. Pemeriksaan Sifilis Dengan Metode VDRL pada Mahasiswa
Universitas Setia Budi Surakarta. KTI. Program Studi D III Analis Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta. Surakarta.. 2017.
[7] Marliana, Nina., dan Retno Martini Widhyasih. Imunoserologi. 2018. Diakses pada 20
Maret 2022 http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/
Imunoserologi_SC.pdf
[8] Hutapea, N.O. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edk 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2016.
[9] BPACNZ. Syphilis: Testing for the Great Imitator. Best Practice Advocacy Centre New
Zealand. 2012: 10-18. https://bpac.org.nz/BT/2012/June/06_syphilis.aspx
[10] Efrida, Elvinawaty. Imunopatogenesis Treponema Pallidum dan Pemeriksaan Serologi.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3): 572–87.
[11] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Pedoman Nasional Penanganan
Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
[12] Naully, P G, Khairinisa, G. Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi untuk D3
Teknologi Laboratorium Medis [internet]. Cimahi : Stikes Jenderal Achmad Yani;
2018 [5 Februari 2022]. 12. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Panduan-Analisis-
Laboratorium-Imunoserologi-untuk-D3-Teknologi-Laboratorium-Medis.pdf
[13] Damayanti, R., & Indrawati, A. Preparasi Strip Imunokromatografi Koloid Emas untuk
Deteksi Cepat Aeromonas hydrophila. Acta VETERINARIA Indonesiana; 2020. 8(3),
31-39.

15
[14] Taghipour YD, Kharrazi S, Amini SM. Antibody conjugated gold nanoparticles for
detection of small amounts of antigen based on surface plasmon resonance (SPR)
spectra. Nanomed Res J; 2018. 3: 102–108.

16
Lampiran 1 : Biodata Diri

BIODATA DIRI

Nama Lengkap : Arfa’at Nur Wahid


Nama Pangggilan : Fa’at
Tempat, Tanggal Lahir : Baraka, 9 Mei 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Pramuka, Kel. Baraka, Kec.
Baraka, Kab. Enrekang, Sulawesi
Selatan
Golongan Darah : AB
Status : Mahasiswa
Nama Instansi : Poltekkes Kemenkes Makassar
Prodi/Jurusan : Sarjana Terapan/Teknologi Laboratorium Medis
Hobi : Jalan-jalan
Alamat E-mail : arfaatnurwahid@gmail.com

+62 813 5491 8625

@arfaat_nurwahid

Media Sosial :

17
18

Anda mungkin juga menyukai