Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM IMMUNOSEROLOGI

“RPR dan TUBEX”


Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Immunoserologi I

Dosen Pembimbing:
1. Heri Setiyo Bekti, S.ST., M.Biomed
2. Luh Ade Wilan Krisna, S.Si,M.Ked.,Ph.D
3. Prof. Dr.dr. IWP Sutirta Yasa, M.Si.
4. Surya Bayu Kurniawan, S.Si

Oleh:
Hafit Febri Wijaya
P07134220020
IV A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Immunoserologi I
“RPR dan TUBEX”
Oleh:

Nama : Hafit Febri Wijaya


Nim : P07134220020
Kelas : IV A/ STR

Denpasar, 22 Januari 2022

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

( Heri Setiyo Bekti, S.ST., M. Biomed) ( Surya Bayu Kurniawan, S.Si)

Mahasiswa

(Hafit Febri Wijaya)

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Immunoserologi I ini tepat
pada waktunya.
Tujuan dari penulisan Laporan Praktikum ini yaitu untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah Immunoserologi I. Selain itu tujuan penulisan Laporan Praktikum ini juga untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pemeriksaan RPR dan TUBEX bagi
pembaca serta penulis. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak pembimbing selaku
dosen yang memberikan tugas pembuatan Laporan Praktikum, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang ditekuni. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum ini.
Saya menyadari bahwa laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik, saran yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini.

Denpasar , 22 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
RPR ........................................................................................................................................... 1
IgM Salmonella Typhi (TUBEX)............................................................................................. 6

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Dokumentasi Hasil Pemeriksaan RPR…………....…………...……………………….4
Gambar 2.Dokumentasi Hasil Pemeriksaan TUBEX....………..………………………………….8
Gambar 3.Score Pemeriksaan TUBEX.....................................................................................8

iv
RPR (Rapid Plasma Reagin)
1. Acara Praktikum
Pemeriksaan RPR (Rapid Plasma Reagin)
2. Hari/Tanggal
Kamis. 20 Januari 2022
3. Metode
Metode Rapid Tes Aglutination
4. Prinsip
Rapid plasma reagin / RPR tes adalah sebuah metode non treponemal untuk
mendeteksi serologi sífilis. Antigen suspensi partikulat karbon yang dilapisi dengan
lipid kompleks aglutinasi menandakan dari serum reagin. Reagin adalah antibodi pada
serum pasien sipilitik. Visible aglutinasi dalam bentuk rumpun hitam yang bisa dilihat
secara makroskopis menunjukkan adanya antibodi tersebut dalam sampel yang diuji.
5. Tujuan
Pemeriksaan RPR merupakan pemeriksaan yang paling umum untuk
mendeteksi munculnya antibodi terhadap bakteri Treponema pallidum.
6. Dasar Teori
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat
menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan
dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan. Sifilis adalah penyakit menular
seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema
pallidum subspesies pallidum. Schaudinn dan Hoffmann pertama kali
mengidentifikasi Treponema pallidum sebagai penyebab sifilis pada tahun 1905.
Schaudin memberi nama organisme ini dari bahasa Yunani trepo dan nema, dengan
kata pallida dari bahasa Latin. Treponema pallidum subspesies pallidum (biasa
disebut dengan Treponema pallidum) merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
spiral yang halus, ramping dengan lebar kira-kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm.
Bakteri yang patogen terhadap manusia, bersifat parasit obligat intraselular,
mikroaerofilik, akan mati apabila terpapar oksigen, antiseptik, sabun, pemanasan,
pengeringan sinar matahari dan penyimpanan di refrigerator.6 Penularan sifilis
biasanya melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi, kontak langsung
1
dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita
sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan. Treponema
pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral.
Terdapat empat subspesies, yaitu Treponema pallidum pallidum, yang menyebabkan
sifilis, Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan yaws, Treponema pallidum
carateum,yang menyebabkan pinta dan Treponema pallidum endemicum yang
menyebabkan sifilis endemik (juga disebut bejel.11 Klasifikasi bakteri penyebab
sifilis adalah; Kingdom: Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas: Spirochaetes, Ordo:
Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema, Spesies: Treponema
pallidum, Subspesies: Treponema pallidum pallidum. (E Efrida,2014) Metode
definitif untuk mendiagnosis sifilis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap terhadap eksudat dari chancre pada sifilis primer dan lesi mukokutis
pada sifilis sekunder serta uji antibodi fluoresens langsung. Uji serologi lebih mudah,
ekonomis, dan lebih sering dilakukan. Terdapat dua jenis uji serologi yaitu: 1)uji
nontreponema, termasuk uji Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan
Rapid Plasma Reagin (RPR), 2)uji treponema, termasuk Fluorescent Treponemal
Antibody Absorption (FTA-ABS) dan Treponema pallidum Particle
Agglutination(TP-PA).
7. Alat dan Bahan
A. Alat :
1. Timer
2. Slide
3. Rotator
4. Pengaduk Disposible
5. Mikropipet
6. Yellow Tip
B. Bahan :
1. Reagen RPR
2. Kontrol positif
3. Kontrol negatif
C. Sampel :
Serum

2
8. Cara Kerja
Cara Kualitatif:
1. Letakkan reagen dan sampel disuhu ruang
2. Tambahkan 50 ul sampel pada lingkar slide test
3. Teteskan 1 tetes control (baik control positif atau negatif) pada lingkaran slide
yang berbeda
4. Resuspen antigen dengan lembut
5. Tambahkan 1 tetes antigen pada lingkar slide yang telah ditambahkan sampel
dan kontrol
6. Homogenkan selama 5 detik dan goyangkan selama 5 menit, kemudiaan baca
hasilnya
Semi Kuantitatif:
1. Tambahkan 50 ul salin ke lingkar 2,3,4, dan 5
2. Tambahkan 50 ul sampel ke lingkar 1 dan 2
3. Homogenkan salin dan sampel dilingkar 2 secara up and down dengan hatihati
untuk menghindari gelembung
4. Pindahkan 50 ul dari lingkar 2 ke 3
5. Lakukan seri pengenceran seperti langkah diatas sampai lingkar terakhir dan
buang 50 ul diakhir
6. Gunakan pipet steril untuk menghomogenkan setiap lingkar dari lingkar 5 ke
lingkar 1
7. Proses kualitatif dari step 3
9. Hasil
Nama Probandus:
Nama : Titi
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil Pemeriksaan:
Hasil : Negatif (Karena tidak terjadi aglutinasi)

3
Dokumentasi Hasil:

Gambar 1.Dokumentasi Hasil Pemeriksaan RPR

7. Interpretasi Hasil
• Positif : Apabila terjadi aglutinasi
• Negatif : Apabila tidak terjadi aglutinasi
8. Pembahasan
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat
menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan
dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan. Sifilis adalah penyakit menular
seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema
pallidum subspesies pallidum.
Terdapat dua jenis uji serologi yaitu: 1). uji nontreponema, termasuk uji
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). 2).
uji treponema, termasuk Fluorescent Treponemal Antibody Absorption (FTA-ABS)
dan Treponema pallidum Particle Agglutination(TP-PA). Pemeriksaan sifilis terbagi
menjadi dua tahap, yaitu pemeriksaan non treponemal dan treponemal. Pemeriksaan
non treponemal merupakan tahap skrining. Metode yang biasanya digunakan adalah
RPR. Pemeriksaan RPR bertujuan untuk mendeteksi adanya kerusakan jaringan yang
ditandai dengan adanya Reagin. Reagin merupakan antibodi yang dapat mengenali
fragmen jaringan yang terlepas. Kehadiran reagin dideteksi menggunakan kardiolipin
yang terikat pada partikel karbon. Hasil reaktif ditandai dengan terbentuknya
gumpalan setelah delapan menit dilakukan rotasi. (Patricia & Gina,2018) Uji RPR
adalah uji aglutinasi non treponema untuk mendeteksi keberadaan reagin dalam serum
manusia. Pemeriksaan ini berdasarkan pada reaksi aglutinasi yang terjadi antara
partikel karbon yang dilapisi kompleks lipid dengan reagin yang berada dalam sampel
pasien yang terkena sifilis. Uji RPR ini merupakan uji yang non spesifik untuk sifilis.
4
Semua sampel yang reaktif harus diuji kembali dengan metode TPHA dan FTAABS
untuk mengkonfirmasi hasil. Hasil strong reactive (reaktif kuat) ditandai dengan
terbentuknya aglutinasi dalam jumlah yang sangat banyak sedangkan hasil weak
reactive (reaktif lemah) ditandai dengan terbentuknya aglutinasi pada permukaan
papan aglutinasi dengan jumlah yang sangat sedikit. Pada praktikum pemerksaan
RPR-Karbon Antigen menggunakan sampel serum probandus atas nama Titi (P),
umur 20 tahun dilakukan dengan cara kualitatif dengan hasil yaitu tidak ditemukan
adanya aglutinasi dan yang ditemukan hanya campuran berwarna abu-abu sehingga
hasil tersebut dikatakan non reaktif (N) atau Negatif.
Pemeriksaan RPR mengukur antibodi IgM dan IgG terhadap materi lipoidal,
dihasilkan dari kerusakan sel host sama seperti lipoprotein, dan mungkin kardiolipin
dihasilkan dari treponema. Antibodi antilipoidal merupakan antibodi yang diproduksi
tidak hanya dari pasien sifilis dan penyakit treponemal lainya, tetapi juga sebagai
respons terhadap penyakit nontreponemal akut dan kronik yang menyebabkan
kehancuran jaringan. Jika di dalam sampel ditemukan antibodi, maka akan berikatan
dengan partikel lipid dari antigen membentuk gumpalan. Partikel charcoal
beraglutinasi dengan antibodi dan kelihatan seperti gumpalan di atas kartu putih.
Apabila antibodi tidak ditemukan didalam sampel, maka akan kelihatan campuran
berwarna abu-abu. Hasil false positive (positif palsu) ditemukan pada penyakit seperti
infeksi mononukleosis, pneumonia, toksoplamosis, kehamilan, dan autoimun.
9. Daftar Pustaka
Utari Dian. Mudiharso Titi Nurindah. (2016). PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI.
Jakarta:EGC. Hal 68
Ni Putu Anggi Fitriani. (2019). IMUNNOSEROLOGI PEMERIKSAAN RPR (Rapid
Plasma Reagin ). Diakses pada link https://pdfcoffee.com/rpr-pdf-free.html
pada 22 Januari 2022

5
IgM Salmonella Typhi (TUBEX)

1. Acara Praktikum
Pemeriksaan TUBEX (IgM Salmonella Typhi)
2. Hari/Tanggal
Kamis, 20 Januari 2022
3. Metode
Semikuantitatif in-vitro
4. Prinsip
Test ini mendeteksi adanya Antibodi Anti-O9 dalam serum pasien dengan
menilai kemampuan dalam menghambat reaksi antara antigen pada reagen coklat dan
antibodi pada reagen biru. Tingkat penghambatan sebanding dengan konsentrasi
antibodi anti-O9 dalam sampel. Pemisahan diaktifkan oleh gaya magnet. Hasil dibaca
visual terhadp skala warna
5. Tujuan
Test semi kuantitatif untuk deteksi demam typhoid yang disebabkan oleh
Salmonella typhi.
6. Dasar Teori
Demam Tifoid merupakan penyakit yang banyak terjadi di berbagai negara.
Penyebabnya adalah kuman Salmonella enterica serotype Typhii (S.typhii). 5 Bakteri
ini tergolong bakteri gram negatif dengan bentuk batang, , tidak berspora, memiliki
kapsul dan berflagella (rambut getar). Penyakit ini menjangkit manusia melalui oral
dari makanan yang terjangkit.
Gejala penyakit ringan dapat menjadi berat sehingga menimbulkan
komplikasi. Komplikasi yang terjadi terutama pada bagian intestinal berupa
pendarahan, perforasi usus, paralitik ileus, dan pancreatitis, tetapi dapat menyebar
ekstra‐intestinal antara lain gangguan kardiovaskuler, anemia hemolitik, hepatitis,
gangguan ginjal, hingga komplikasi neuropsikiatrik/ tifoid toksik.7 Pemeriksaan
laboratorium untuk penegakan diagnosis dibagi menjadi empat, yaitu: (1)
pemeriksaan isolasi bakteriologis dan biakan kuman (2) darah tepi; (3) pemeriksaan
molekuler kuman dan (4) uji serologis.
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif sederhana
yang cepat ( lebih kurang 2 menit). Sensitivitasnya mampu ditingkatkan melalui
6
penggunaan partikel berwarna, sedangkan spesifisitasnya ditingkatkan dengan
penggunaan antigen O9, antigen ini spesifik dan khas pada Salmonella serogrup D.
Tes ini mendeteksi adanya antibodi IgM. Respon terhadap antigen O9 berlangsung
cepat karena antigen O9 bersifat imunodominan yang mampu merangsang respon
imun Hal ini menguntungkan, sebab deteksi anti‐O9 dapat dilakukan lebih cepat,
yaitu pada hari ke 4‐5 ( infeksi primer ) dan hari ke 2‐3 ( infeksi sekunder ). Hasil
pemeriksaan ditentukan dengan pembacaan warna pada hasil akhir reaksi lalu
kemudian dicocokkan dengan skor yang tertera pada color scale.
7. Alat dan Bahan
Alat:
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Reaction well strip
4. Colored Stiker
5. Rotator
Bahan :
1. Reagen Biru
2. Reagen Coklat
3. Kontrol serum positive
4. Kontrol serum Negative
8. Cara Kerja
1. Alat dan bahan di siapkan pada meja praktikum.
2. Sebelum reagen digunakan, keluarkan dari kulkas dan homogenkan reagen dengan
shaker.
3. Well diletakkan diatas tempat yang datar (jangan dulu diatas skala warna), nomor
well dihadapkan ke depan.
4. Reagen coklat dipipet 45 mikron kemudian diteteskan pada well.
5. Sampel / kontrol dipipet 45 mikron diteteskan pada well.
6. Sampel / kontrol dan reagen coklat dicampur dan dihomogenkan dengan pemipetan
10 kali, jangan sampai berbusa.
7. Campuran didiamkan 2 menit.
8. 90 mikron reagen biru ditambahkan.

7
9. Well ditutup dengan sealing tape, tekan yang keras untuk mencegah kebocoran dan
shake selama 2 menit (posisinya lihat gambar, tujuannya agar larutan mengenai
seluruh permukaan well)
10. Well diletakkan pada skala warna, biarkan selama 5 menit (pakai weker) dan baca
hasil.
9. Hasil
Nama Probandus:
Nama : Titi
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil Pada Cara Kualitatif : Hasil tes Negatif dengan score 2
Dokumentasi Hasil:

Gambar 2.Dokumentasi Hasil Pemeriksaan TUBEX


10. Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan ditentukan dengan pembacaan warna pada hasil akhir
reaksi lalu kemudian dicocokkan dengan skor yang tertera pada color scale.

Gambar 2.Score Pemeriksaan TUBEX

8
11. Pembahasan
Test Tubex merupakan pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Untuk
meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini menggunakan anti¬gen O9 yang hanya
ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain.
Antigen yang menyerupai ditemukan pulacpada Trichinella spiralis tetapi antibodi
terhadap kedua jenis antigen ini tidakcbereaksi silang satu dengan yang lain.
Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D
walau tidak secara spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan
memberikan hasil negatif. Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat
mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk
mendeteksi infeksi lampau.
Prinsip pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi pada penderita. Serum
yang dicampur 1 menit dengan larutan reagen brown pada tabung berbentuk V
yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas. Kemudian 2 tetes larutan
reagen blue dicampur selama 2 menit. Tabung ditempelkan pada skala genetik.
Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan
antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna pada skala
genetik. Reagen brown mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan
antigen S. typhi O9. Reagen blue mengandung partikel lateks berwarna biru yang
diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09. Pada pemeriksaan
diatas dengan sampel atas nama Titi (P) umur 20 tahun pada pemeriksaan TUBEX
didapatkan hasil Negatif dengan score 2.
12. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan dari Pemeriksaan TUBEX (IgM Salmonella Typhi)
diatas dengan sampel atas nama Titi (P) umur 20 tahun didapatkan hasil Negatif
dengan score 2 maka pasien tidak menunjukan infeksi demam typoid.
13. Daftar Pustaka
Setiyo Heri. Ade Wilan. Surya Bayu. (2022). IMMUNOSEROLOGI I. Denpasar.
Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis. Hal 11-12
Utari Dian. Mudiharso Titi Nurindah. (2016). PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI.
Jakarta:EGC. Hal 46
I Gede Krisna Yoga Pratama1 , A.A. Wiradewi Lestari. Efektifitas Tubex Sebagai
Metode Diagnosis Cepat Demam Tifoid. Diakses pada link
9
https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/87/88#:~:text=Test%20TUB
EX%20merupakan%20tes%20serologi,sebagai%20tolak%20ukur%20penegakan
%20diagnosis. Pada 22 Januari 2022

10

Anda mungkin juga menyukai