Anda di halaman 1dari 8

KI :

Toksikologi forensic : Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan diri
pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan.

Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang ilmu forensik. Menurut Saferstein yang dimaksud
dengan Forensic Science adalah ”the application of science to low”, maka secara umum

ilmu forensik (forensik sain) dapat dimengerti sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan

tertentu untuk penegakan hukum dan peradilan. Guna lebih memahami pengertian dan ruang lingkup

kerja toksikologi forensik, maka akan lebih baik sebelumnya jika lebih mengenal apa itu bidang ilmu

toksikologi. Ilmu toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia

atau racun terhadap mekanisme biologis suatu organisme

Toksikologi forensik adalah penggunaan toksikologi dan disiplin ilmu lainnya seperti kimia analisis,
farmakologi dan kimia klinik untuk tujuan penyelidikan hukum atau medis kasus kematian, keracunan,
dan penggunaan obat. Perhatian utama toksikologi forensik bukanlah hasil legal penyelidikan toksikologi
atau penggunaan teknologi, tetapi memperoleh dan menginterpretasi hasilnya

Miniriset : Mini riset merupakan sebuah bentuk dari karya tulis ilmiah yang dimana akan digunakan
untuk menjadi sebuah syarat masuk ke dalam sebuah kelompok organisasi tertentu.

Data postmortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui personal identification setelah korban
meninggal.

RM :

Bagaimana ciri ciri gigi perokok dan pecandu coffe ?

Gigi kuning merupakan gangguan fisik yang paling terlihat karena merokok. hal ini dikarenakan racun
nikotin yang menutupi enamel gigi(email gigi yang merupakan lapisan terluar gigi,lapisan ini menjaga
gigi agar tetap kuat dan sehat.jika lapisan ini terkikis maka gigi akan mudah mengalami
kerusakan)sehingga membuat gigi Anda berwarna kuning.

Kalo di Kopi:

Tanin merupakan jenis senyawa polifenol yang dapat pecah dalam air. Tanin ini menyebabkan senyawa
warna dalam kopi lebih mudah menempel di gigi Anda. Senyawa warna ini kemudian terus menetap di
gigi Anda sehingga mengubah warna gigi Anda. Gigi Anda berubah warna menjadi lebih kuning
dibandingkan dengan gigi orang yang tidak suka minum kopi.
Selain tanin, senyawa lain dalam kopi yang membuat perubahan warna gigi mudah terjadi adalah asam.
Asam dalam kopi dapat membuat enamel gigi menjadi lebih lunak dan kasar, sehingga noda lebih
mudah menempel dan mengubah warna gigi Anda.

Kopi mengandung tanin yang dapat meninggalkan bercak hitam atau stain pada gigi dan memicu
terbentuknya karang gigi. Untuk itu, sikat gigi dengan cara yang benar dapat mengurangi risiko
terbentuknya karang gigi yang dipicu oleh stain dari kopi.

Bagaimana pemeriksaan toksikologi forensik?

Langakah analisis toksikologi forensik adalah:

a. Penyiapan Sampel
Spesimen untuk analisis toksikologi forensik biasanya diterok oleh dokter, misalnya pada kasus
kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan oleh dokter forensik pada saat melakukan otopsi.
Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan, organ tubuh. Dalam pengumpulan spesimen
dokter forensik memberikan label pada masing-masing bungkus/wadah dan menyegelnya. Label
seharusnya dilengkapi dengan informasi: nomer indentitas, nama korban, tanggal/waktu otopsi,
nama spesimen beserta jumlahnya.
b. Uji Penapisan (Screening test)
Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. Disini analit
digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek farmakologi yang
ditimbulkan.
Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji penapisan dikelompokkan menjadi
golongan opiat, kokain, kannabinoid, turunan amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan
enyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini
berdasarkan struktur inti molekulnya.
Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat reabilitas dan
sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat.

Terdapat teknik uji


penapisan yaitu: a) kromatografi lapis tipis (KLT) yang dikombinasikan dengan reaksi warna,
b) teknik immunoassay. Teknik immunoassay umumnya memiliki sifat reabilitas dan sensitifitas
yang tinggi, serta dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif singkat, namun alat dan
bahan dari teknik ini semuanya harus diimpor, sehingga teknik ini menjadi relatif tidak murah.
Teknik immunoassay adalah teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis obat terlarang
dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan “anti-drug antibody” untuk mengidentifikasi obat dan
metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika di dalam matrik terdapat obat dan
metabolitnya (antigen-target) maka dia akan berikatan dengan “anti-drug antibody”, namun jika
tidak ada antigen-target maka “anti-drug antibody” akan berikatan dengan “antigen-penanda”.
Terdapat berbagai metode / teknik untuk mendeteksi ikatan antigen-antibodi ini, seperti “enzyme
linked immunoassay” (ELISA), enzyme multiplied immunoassay technique (EMIT), fluorescence
polarization immunoassay (FPIA), cloned enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio
immunoassay (RIA). Dibandingkan dengan immunoassay, KLT relatif lebih murah, namun dalam
pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif lebih lama.

c. Uji Pemastian (Determination test)


Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test
paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih spesifik. Umumnya uji pemastian
menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi dengan teknik detektor lainnya, seperti:
kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dengan
diode-array detektor, kromatografi cair - spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-
Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji
ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara
spesifik toksikan yang ada.
d. Analisis Data
Temuan analisis sendiri tidak mempunyai makna yang berarti jika tidak dijelaskan makna dari
temuan tersebut. Seorang toksikolog forensik berkewajiban menerjemahkan temuan tersebut
berdasarkan kepakarannya ke dalam suatu kalimat atau laporan, yang dapat menjelaskan atau
mampu menjawab pertanyaan yang muncul berkaitan dengan permasalahan/kasusyang
dituduhkan.
e. Interpretasi
Data temuan hasil uji penapisan dapat dijadikan petunjuk bukan untuk menarik kesimpulan bahwa
seseorang telah terpapar atau menggunakan obat terlarang. Sedangkan hasil uji pemastian
(confirmatory test) dapat dijadikan dasar untuk memastikan atau menarik kesimpulan apakah
sesorang telah menggunakan obat terlarang yang dituduhkan.
f. Penulisan Laporan (bukti surat/ surat keterangan/ keterangan ahli)
Setelah semua analisis selesai maka dituangkan dalam bentuk laporan yang menerangkan hasil
analisis yang menjelaskan racun apakah yang menyebabkan kematian dan hasil tersebut ditulis
dalam bentuk laporan atau bukti surat keterangan ahli.

Bagaimana perdarahan akibat zat kimia ?

Bagaimana cara menentukan waktu kematian?

Mengapa dilakukan pemeriksaan toksikologi forensic


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35361773/3._Referat_Tanatologi.pdf

https://www.researchgate.net/publication/311706937_ANALISIS_TOKSIKOLOGI_FORENSIK_DAN_INTER
PRETASI_TEMUAN_ANALISIS

Skenario 5

KI :

Pestisida :

RM :

Bagaimana efek pestisida terhadap kandungan ?

1) cacat lahir akibat endosulfan selama kehamilan


2) Menurut sebuah harian Daily Star, pada 18 Mei 2011, Pengadilan Tinggi di India mengeluarkan
perintah pelarangan produksi dan penggunaan senyawa Endosulfan sebagai insektisida.
Keputusan ini diambil untuk merespon petisi yang dikeluarkan dalam mendesak pemerintah
untuk melarang peredaran Endosulfan. Hal ini dikarenakan meningkatnya angka kematian dan
kelahiran cacat di Kerala (kota di kawasan Selatan India) yang secara rutin melakukan
penyemprotan tanaman menggunakan Endosulfan melalui udara.
3) Dalam kasus lain, kontaminan Endosulfan ditemukan pada ASI (Air Susu Ibu) para ibu yang
berasal dari Mesir, Madagaskar, Afrika Selatan, India, Indonesia, Denmark, Finlandia dan
Spanyol. Sebuah survei yang dilakukan di Denmark dan Finlandia, ditemukan kontaminan
Endosulfan di semua sampel ASI. Menariknya, bahwa kedua negara ini bukan merupakan
pengguna senyawa Endosulfan dalam angka konsumsi yang tinggi.
4) Keracunan akut dari Endosulfan dapat mengakibatkan kejang-kejang, gangguan kejiwaan,
epilepsi, kelumpuhan, edema otak, gangguan memori dan kematian. Sedangkan untuk paparan
jangka lama dapat mengakibatkan imunosupresi, gangguan saraf, cacat lahir bawaan (seperti;
kelainan kromosom, keterbelakangan mental, gangguan belajar dan kehilangan memori).
5) Bahan aktif yang dikandung pestisida dapatmenyebabkan terjadinya gangguan janin.
Beberapapenelitian membuktikan bahwa pajanan Chlorpyrifos salah satu bahan aktif pestisida
menyebabkan janin yangdikandung ibu mempunyai risiko 2,5 kali mengalamigangguan
tumbuh kembang (small size gestional age).Gangguan tumbuh kembang pada janin yang
dikandungibu salah satu penyebab terjadinya BBLR.
6) Pestisida dapat ditransfer dari tubuh ibu ke embrio atau janin dalam masa pertumbuhan.
Sebagai contoh adalah terdapatnya Lindane dan DDE di dalam cairan amnion. Pada awal
kehidupan, kebutuhan makanan lima kali lebih besar dibanding saat dewasa. Kebutuhan ini
didapat secara eksklusif dari air susu ibu, padahal makanan penting tersebut sudah
terpajan sejak bayi lahir. Ibu akan menerima akumulasi pajanan dalam tubuhnya yang
kemudian diekskresikan melalui air susu sehingga pajanan yang melewatinya akan diminum
bayi.
Ada beberapa jenis pestisida yang
dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau
bersifat teratogenik menurut MSDs, antara lain
pestisida dengan merk Durshban, Demolish,
Antracol, Goal, dan Round Up yang merupakan
golongan pestisida organofosfat dan karbamat.

Miftah Fatmawati, & Rudatin Windraswara / Unnes Journal of Public Health 5 (4) (2016)
311
Hal tersebut sesuai hasil penelitian di
Shenyang, China yang menyebutkan bahwa
paparan pestisida jenis organofosfat selama
kehamilan mempunyai hubungan yang kuat
dengan dampak buruk perkembangan otak
bayi baru lahir (Zhang, 2014).
Pestisida organofosfat dan karbamat
dalam darah akan berikatan dengan enzim
kolinesterase yang berakibat enzim tersebut
tidak dapat menghidrolisa asetilkolin, sehingga
asetilkolin menumpuk pada reseptor. dan
mengakibatkan kadar aktif enzim menjadi
berkurang (Siwiendrayanti, 2016). Enzim
tersebut berfungsi untuk memecah asetilkolin
yang memiliki tugas menyampaikan informasi
pada organ-organ tubuh, salah satunya adalah
kelenjar tiroid (Sungkawa, 2007). Hal tersebut
menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi
tidak adekuat (hipotiroidisme) yang jika terjadi
pada ibu hamil dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin di
dalam kandungannya. Hasil penelitian oleh
Suhartono dkk. (2012) menunjukan bahwa ada
hubungan antara riwayat pajanan pestisida
dengan kejadian hipotiroidisme pada WUS (p-
value 0,033) dengan proporsi riwayat paparan
pestisida pada kelompok kasus 43,2% dan
kelompok kontrol 20,0

Bagaimana hubungan kerusakan DNA dengan bayi laki laki tanpa tempurung kepala ?

Proses pestisida membuat keracunan pada kandungan

Mekanisme Keracunan Pestisida

a.Farmakokineti

Inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat dan efektif melalui oral, inhalasi, mata, dan kulit.
Setelah diabsorbsi sebagian besar diekskresikan dalan urin, hampir seluruhnya dalam bentuk
metabolit. Metabolit dan senyawa aslinya di dalam darah dan jaringan tubuh terikat pada
protein. Enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif terlibat dalam metabolisme senyawa organofosfat
dan karbamat. Selang waktu antara absorbsi dengan ekskresi bervariasi.

b.Farmakodinamik Asetilkolin (ACh) adalah penghantar saraf yang berada pada seluruh
sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom (simpatik dan parasimpatik), dan sistem saraf
somatik.xxiv Asetilkolin bekerja pada ganglion simpatik dan parasimpatik, reseptor parasimpatik,
simpangan saraf otot, penghantar sel-sel saraf dan medula kelenjar suprarenal. Setelah masuk dalam
tubuh, golongan organofosfat dan karbamat akan mengikat enzim asetilkolinesterase (AChe),
sehingga AChe menjadi inaktif dan terjadi akumulasi asetilkolin. Enzim tersebut secara normal
menghidrolisis asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Pada saat enzim dihambat,
mengakibatkan jumlah asetilkolin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik
pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang
berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Keadaan ini akan menimbulkan efek yang luas.

Organofosfat menghambat aksi pseudokolinesterase dalam plasma dan kolinesterase dalam sel
darah merah dan pada sinapsisnya. Penghambatan kerja enzim terjadi karena
organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.
Potensiasi aktivitas parasimpatik post-ganglionik, mengakibatkan kontraksi pupil, stimulasi otot
saluran cerna, stimulasi saliva dan kelenjar keringat, kontraksi otot bronkial, kontraksi kandung
kemih, nodus sinus jantung dan nodus atrio-ventrikular dihambat. Mula-mula stimulasi disusul dengan
depresi pada sel sistem saraf pusat (SSP) sehingga menghambat pusat pernafasan dan pusat
kejang. Stimulasi dan blok yang bervariasi pada ganglion dapat mengakibatkan tekanan darah
naik atau turun serta dilatasi atau miosis pupil. Kematian disebabkan karena kegagalan pernafasan
dan blok jantung. Pada pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif 2,4-
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), toksisitas akut pada manusia dapat menyebabkan neurotoksik pada
paparan melalui inhalasi dan oral, serta timbulnya kudis dan dermatitis pada kontak melalui kulit.
Toksisitas kronik pada manusia belum terlaporkan, namun toksisitas kronik (non kanker) pada
hewan uji melalui paparan oral dapat menyebabkan penurunan kadar Hb, gangguan fungsi hati dan
kelainan pada ginjal.xxviGolongan organofosfat dapat dikelompokkan menjadi sebuah grup berdasarkan
gejala awal dan tanda-tanda yang mengikuti seperti anoreksia, sakit kepala, pusing, cemas berlebihan,
tremor pada mulut dan kelopak mata, miosis, dan penurunan kemampuan melihat. Tingkat
paparan yang sedang menimbulkan gejala dan tanda seperti keringat berlebihan, mual, air ludah
berlebih, lakrimasi, kram perut, muntah, denyut nadi menurun, dan tremor otot. Tingkat paparan
yang berlebihan akan menimbulkan kesulitan pernafasan, diare, edema paru-paru, sianosis, kehilangan
kontrol pada otot, kejang, koma, dan hambatan pada jantung. Efek keracunan pestisida organofosfat
dan karbamat pada sistem saraf pusat (SSP) termasuk pusing, ataksia, dan kebingungan. Ada
beberapa cara pada respon kardiovaskuler, yaitu penurunan tekanan darah dan kelainan jantung serta
hambatan pada jantung secara kompleks dapat mungkin terjadi.

Patogenesis terjadinya keracunan

pestisida pada petani ibu hamil berawal dari

masuknya pestisida melalui kulit (kontak),

saluran pencernaan (oral), dan sistem

pernafasan (inhalasi). Pestisida kemudian

masuk ke dalam peredaran darah ibu, placenta,

dan masuk ke dalam janin, sehingga

menyebabkan terganggunya pertumbuhan

janin (Sari dkk.,2013)


Bagaimana cara mengurangi toksikologi pestisida dalam kehidupan sehari hari

http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/Endosulfan/endosulfan.htm

https://www.researchgate.net/publication/315911366_Metode-
Metode_Pengurangan_Residu_Pestisida_pada_Hasil_Pertanian/link/58ed048aaca27232c3ac3dd5/down
load

https://www.researchgate.net/publication/320102500_FAKTOR_RISIKO_PAPARAN_PESTISIDA_SELAMA
_KEHAMILAN_TERHADAP_KEJADIAN_BBLR_PADA_PETANI_SAYUR

Anda mungkin juga menyukai