Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk di
gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia (Anief,1991). Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi
masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat
sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam
pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat
salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan
memperoleh penyembuhan (Anief,1991) Obat juga memiliki macam-macam
bentuk sediaan obat.
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang
digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan
obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute
pemberian sediaan. Bentuk obat sediaan oral , yaitu sediaan bentuk cair seperti
(larutan sejati, suspensi, dan emulsi), dan bentuk sediaan solid /padat (tablet,
kapsul, pil, granul, dan serbuk) dari jenis- jenis bentuk sediaan oral tersebut
dimana diantaranya memiliki perbedaan dalam penyerapan atau disebut dengan
absorbsi sehingga akan mempengaruhi kerja dari obat tersebut yang akan
berdampak pada efek yang diinginkan Respon farmakologis suatu obat, termasuk
cara kerja dan intensitas kerja obat sangat tergantung pada cara pemberiannya
yang disebut dengan Biofarmasetika, yang akan dibahas pada makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses Biofarmasetik dari sediaan Oral ?

C. Tujuan
Mengetahui proses biofarmasetik dari sediaan oral

D. Manfaat
1. Memberikan Informasi Kepada Masyarakat yang belum mengetahui
proses Biofarmasetik sediaan oral
2. Mempermudah masyarakat dalam memahami proses biofarmasetik

E. Ruang Lingkup
1. Sediaan Farmasi
2. Bentuk Sediaan Obat
3. Biofarmasetika

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu
dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI,
2008). Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat
membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan dengan tepat dan benar
maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadi
seminimal mungkin (ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum menggunakan obat,
harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan
aman (Depkes RI, 2008), Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di
maksudkan untuk di gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief,1991). Sediaan Farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (Undang-Undang No.36
tahun 2009 tentang kesehatan)Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi
dan/atau diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
( PP RI No. 72 tahun 1998 BAB II Pasal 2)Secara umum sediaan farmasi
mengandung dua atau lebih bahan obat dan eksipien, kombinasi dua bahan aktif
atau lebih dan juga dengan eksipien dapat menyebabkan terjadinya transformasidan
interaksi padat-padat secara fisika maupun kimiawi (Dooren, 1983; Byrn, 2001;
Adeyeye ). Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu
sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa
yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk
sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat
dan rute pemberian sediaan. Bentuk obat sediaan oral , yaitu sediaan bentuk cair
seperti (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), dan bentuk sediaan solid /padat
(tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).

3
Sediaan Oral antara lain yaitu , Pulvis dan Pulveres (Serbuk) adalah Bahan
atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk
serbuk dan relatif satbil serta kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar
dan obat dalam. Serbuk untuk obat dalam disebut pulveres (serbuk yang terbagi
berupa bungkus-bungkus kecil dalam kertas dengan berat umumnya 300mg
sampai 500mg dengan vehiculum umumya Saccharum lactis.) dan untuk obat
luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur). Sifat Pulvis untuk obat dalam
yaitu Cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan, Absorbsi obat lebih
cepat dibanding dalam bentuk tablet , Tidak cocok untuk obat yang mempunyai
rasa tidak menyenangkan, dirusak dilambung, iritatif, dan mempunyai dosis terapi
yang rendah. Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa
cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan
mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. (
Berat tablet normal antara 300 — 600 mg ). Sifat tablet yaitu antara lain, Cukup
stabil dalam transportasi dan penyimpanan, Tidak tepat untuk obat yang dapat
dirusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan obat yang bersifat iritatif,
Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas bahan
aktif, Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang
dapat berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari, Tablet yang
berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet.
Kapsul adalah Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau
setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang
yang umumnya terbuat dari gelatin. Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari
isinya yang terdiri dari , Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): berisi bahan obat berupa
minyak/larutan obat dalam minyak , Kapsul keras ( Hard Capsule ) yang berisi
bahan obat yang kering. Solutio adalahSediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut. Sifat dari solution yaitu antara lain, Obat homogen
dan absobsi obat cepat, Untuk obat luar mudah pemakaiannya dan cocok untuk
penderita yang sukar menelan, anak-anak dan manula, Volume pemberian besar,
Tidak dapat diberikan untuk obat-obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan ,
Bagi obat yang rasanya pahit dan baunya tidak enak dapat ditambah pemanis dan

4
perasa. Sirup adalah sediaan cair yang digunakan untuk Bentuk sediaan Cair yang
mengandung Saccharosa atau gula ( 64-66% ), Larutan Sukrosa hampir jenuh
dengan air , Sediaan cair yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk
suspensi oral. Sifat dari sirup yaitu antara lain , Homogen , Lebih kental dan lebih
manis dibandingkan dengan Solutio , Cocok untuk anak-anak maupun Dewasa.
Suspensi adalah Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya mengandung
stabilisator untuk menjamin stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu sebelum
dipakai. Sifat dari suspense yaitu antara lain , Cocok untuk penderita yang sukar
menelan, anak-anak dan manula , Bisa ditambah pemanis dan perasa sehingga
rasanya lebih enak dari Solutio , Volume pemberiannya besar, Kecepatan absorbsi
obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel yang terdispersi. Eliksir adalah
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven, untuk mengurangi
jumlah etanol bisa ditambah kosolven lain seperti gliserin dan propilenglikol,
tetapi etanol harus ada untuk dapat dinyatakan sebagai elixir. Kadar alcohol
antara 3-75%, biasanya sekitar 315%, keggunaan alcohol selain sebagai pelarut,
juga sebagai pengawet atau korigen saporis. Sifat dari eliksir yaitu antara lain ,
Cocok untuk penderita yang sukar menelan. Karena mengandung Alkohol, hati-
hati untuk penderita yang tidak tahan terhadap, Alkohol atau menderita penyekit
tertentu, Elixir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk sediaan
sirup.
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia
formulasi obat terhadap bioavaibilitas obat. Bioavaibilitas menyatakan kecepatan
dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik (Shargel dan Yu, 2005).
Universitas Sumatera Utara Fase biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-unsur
yang terkait mulai saat permberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif.
Peristiwa tersebut tergantung pada cara pemberian dan bentuk sediaan. Fase
biofarmasetik dapat diuraikan dalam tiga tahap utama yaitu liberasi (pelepasan),
disolusi (pelarutan) dan absorpsi (penyerapan) (Aiache, 1993). Liberasi
(Pelepasan) Apabila pasien menerima obat berarti ia mendapat zat aktif yang
diformulasi dalam bentuk sediaan dan dosis tertentu. Proses pelepasan zat aktif

5
dari bentuk sediaan tergantung pada jalur pemberiaan dan bentuk sediaan serta
dapat terjadi secara cepat. Pelepasan zat aktif dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan biologis dan mekanisme pada tempat pemasukan obat, misalnya gerak
peristaltik usus, hal ini penting untuk bentuk sediaan yang keras atau yang kenyal
(tablet, supositoria dan lain-lain). Tahap pelepasan ini dapat dibagi dalam dua
tahap yaitu tahap pemecahan dan peluruhan, misalnya untuk sebuah tablet
(Aiache, 1993) , Disolusi (Pelarutan) Setelah terjadi pelepasan, maka tahap kedua
adalah pelarutan zat aktif. Tahap kedua ini merupakan keharusan agar selanjutnya
terjadi penyerapan (Aiache,1993), Absorpsi atau penyerapan suatu zat aktif adalah
masuknya molekulmolekul obat ke dalam tubuh atau menuju ke peredaran darah
tubuh setelah melewati membran biologik. Penyerapan ini hanya dapat terjadi bila
zat aktif berada dalam bentuk terlarut. Tahap ini merupakan bagian dari fase
biofarmasetik dan tahap awal dari fase farmakokinetika. Penyerapan zat aktif
bergantung pada berbagai parameter, terutama sifat fisikokimia molekul obat.
Dengan demikian proses penyerapan zat aktif terjadi apabila sudah dibebaskan
dari sediaan dan sudah melarut dalam cairan biologis (Aiache, 1993).
Menurut Shargel dan YU (2005) pada umumnya produk obat mengalami
absorpsi sistemik melalui suatu rangkaian proses. Proses itu meliputi Disintegrasi
produk obat yang diikuti pelepasan obat. Sebelum absorpsi terjadi, suatu produk
obat padat harus mengalami disintegrasi ke dalam partikel–partikel kecil
melepaskan obat , Pelarutan obat dalam media “aqueous” Pelarutan merupakan
proses di mana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut.
Dalam sistem biologik pelarutan obat dalam media “aqueous” merupakan suatu
bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik , Absorpsi melewati membran
sel menuju sirkulasi sistemik. Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di
jaringan suatu organ, obat tersebut harus melewati berbagai membrane sel. Pada
umumnya, membrane sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai
membrane lipid semipermeabel. Banyak obat mengandung substituen lipofilik dan
hidrofilik. Obat–obat yang lebih larut dalam lemak lebih mudah melewati
membrane sel daripada obat yang kurang larut dalam lemak atau obat yang lebih
larut dalam air. Obat dalam Pelepasan dengan partikel pelarutan obat absorbsi

6
obat produk obat cara penghancuran obat dalam dalam padat larutan tubuh
Menurut Siswandono dan Soekardjo (2000). Adapun faktor–faktor yang
mempengaruhi proses absorpsi obat di saluran cerna antara lain yaitu , Bentuk
sediaan obat, meliputi ukuran partikel bentuk sediaan, adanya bahan-bahan
tambahan dalam sediaan, Sifat kimia fisika obat, misalnya: bentuk garam, basa,
amorf, kristal , Faktor biologis, seperti: gerakan saluran cerna, luas permukaan
saluran cerna, waktu pengosongan lambung, banyaknya pembuluh darah dalam
usus, aliran (perfusi) darah dari saluran cerna , Faktor-faktor lain, seperti: usia,
interaksi obat dengan makanan, interaksi obat dengan obat lain, penyakit tertentu.
Proses Biofarmaset sediaan Tablet yaitu setelah ditelan, tablet di dalam
lambung akan pecah (disintegrasi) menjadi banyak granul kecil yang terdiri dari
zat-zat aktif dengan eksipien antara lain zat pengisi dan pelekat. Kemudian granul-
granul ini pecah pula, zat aktif terlepas, dan jika zat larutnya cukup besar akan
larut dalam cairan lambung atau usus. Baru setelah obat larut, proses resorpsi oleh
usus dapat dimulai, proses yang disebut Farmaceutical Availability. Jelaslah dari
uraian diatas, bahwa obat bila diberikan dalam bentuk larutan akan mencapai
keadaan Farmaceutical Availability dalam waktu yang lebih singkat daripada
tablet.
TABLET

DISINTEGRATION I

GRANUL

DISINTEGRATION II

POWDER (DRUG AND EXIPIENT

DISSOLUTION

DRUG DISSOLVED IN G.I.T MEDIUM

7
ABSORPTION

DRUG IN BLOOD CIRCULATION

Proses biofarmaset pada sediaan cair seperti emulsi, larutan , dan suspensi
tanpa mengalami tahapan Disintegrasi I dan II , sehingga langsung mengalami
proses disolusi didalam medium Gastrointestinal dan terabsorbsi didalam sirkulasi
aliran darah.

SUSPENSI , EMULSI, LARUTAN

DISSOLUTION

DRUG DISSOLVED IN G.I.T MEDIUM

ABSORPTION

DRUG IN BLOOD CIRCULATION

8
BAB III
SIMPULAN

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang
digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan
obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute
pemberian sediaan. Bentuk obat sediaan oral , yaitu sediaan bentuk cair seperti
(larutan sejati, suspensi, dan emulsi), dan bentuk sediaan solid / padat (tablet,
kapsul, pil, granul, dan serbuk). Macam-macam bentuk sediaan oral tersebut
diantaranya memiliki perbedaan dalam penyerapan atau disebut dengan absorbsi
sehingga akan mempengaruhi kerja dari obat tersebut yang akan berdampak pada
efek yang diinginkan Respon farmakologis suatu obat, termasuk cara kerja dan
intensitas kerja obat sangat tergantung pada cara pemberiannya yang disebut
dengan Biofarmasetika. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses Biofarmasetika
dari suatu sediaan obat diantaranya yaitu , faktor Sifat fisiko kimia senyawa obat ,
faktor Teknologi , faktor Formulasi dan faktor Fisiologis tempat penyerapan obat.
Faktor biologis, seperti: gerakan saluran cerna, luas permukaan saluran cerna,
waktu pengosongan lambung, banyaknya pembuluh darah dalam usus, aliran
(perfusi) darah dari saluran cerna , Faktor-faktor lain, seperti: usia, interaksi obat
dengan makanan, interaksi obat dengan obat lain, penyakit tertentu. Proses
biofarmaset pada tablet yaitu , Tablet akan mengalami Disintegrasi I , menjadi
bentuk granul kemudian akan mengalami Disintegrasi II, menjadi bentuk
serbuk,kemudian akan mengalami Disolusi, melarut dalam medium
GastroInstestinal, dan akan terabsorbsi kedalam sirkulasi aliran darah namun,
Proses biofarmaset pada sediaan cair seperti emulsi, larutan , dan suspensi tanpa
mengalami tahapan Disintegrasi I dan II , sehingga langsung mengalami proses
disolusi didalam medium Gastrointestinal dan terabsorbsi didalam sirkulasi aliran
darah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wima.2009. Repository Bab 201. Jakarta: Pustaka Belajar

Sari, Putri.2011. Proses Biofarmasetika sediaan obat oral.At


http://eprints.ums.ac.id/26083/2/BAB_1.pdf

Budi. 2011. Sediaan Farmasi . At


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33515/Chapter%20II.
pdf?sequence=4&isAllowed=y

10

Anda mungkin juga menyukai