Pembimbing:
Dr.dr. Toha Muhaimin, M.Sc
Pembimbing Puskesmas:
dr. Dwi Yunita Putri
Nama Anggota:
Hasmi Yunita Siregar 2019730044
Muhammad Fatha Nurrahman 2019730071
Nadila Amalia Sadeli 2019730083
Putri Indah Ayu Ningsih 2019730092
Salma Mardhiyana 2019730097
Silsa Aina Ibra 2019730101
Jasmine Nafiisa Habibah 2019730132
Reyhan Yudha Hartono 2019730150
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan diagnosa komunitas ini mengenai. Laporan ini disusun
sebagai bagian tugas untuk menyelesaikan Stase Ikakom 1.
Dalam melaksanakan tugas diagnosa komunitas ini, kami tidak lupa untuk senantiasa
mendoakan keberkahan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Aalaihi Wassalam, serta keluarga,
sahabat, dan seluruh umat yang mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Semoga Allah
senantiasa memberikan rahmat dan keberkahan kepada mereka.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan maupun pembahasan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan laporan ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan sarana dan
prasarana untuk pembuatan laporan kasus ini. Kami juga berterima kasih kepada Dr. dr. Toha
Muhaimin, M.Sc selaku dosen pembimbing kampus, bapak Rusyono,SKM.MM dan bapak
Ebi,S.Farm selaku pembimbing dari dinas kesehatan, bapak iin solihin selaku kepala puskesmas,
dr. Dwi Yunita Putri sebagai dokter pembimbing puskemas kami yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan, dan Semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ vi
BAB I .............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 4
1.3 Manfaat.................................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
2.1 Puskesmas ............................................................................................................................. 5
2.2 PIS-PK................................................................................................................................... 7
2.3 Hipertensi .............................................................................................................................. 8
BAB III......................................................................................................................................... 19
3.1 Metode Diagnosis Komunitas ............................................................................................. 19
3.2 Daftar indikator kesehatan .................................................................................................. 20
3.3 Penentuan Skala Prioritas Masalah ..................................................................................... 22
3.4 Langkah Diagnosis Komunitas ........................................................................................... 23
BAB IV ......................................................................................................................................... 24
4.1 Profil Komunitas Umum ..................................................................................................... 24
4.2 Data Kesehatan Masyarakat ................................................................................................ 29
BAB V .......................................................................................................................................... 32
5.1 Identifkasi Masalah Kesehatan............................................................................................ 32
5.2 Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat ........................................................................... 34
5.3 Diagram Fishbone ............................................................................................................... 35
5.4 Penyusunan Upaya Perbaikan Kesehatan ........................................................................... 35
5.5 Cara Pemecahan Yang Terpilih........................................................................................... 36
5.6 Langkah Puskesmas Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Masyarakat Tersebut ............. 36
BAB VI ......................................................................................................................................... 38
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 38
ii
6.2 Saran .................................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 40
LAMPIRAN................................................................................................................................. 42
iii
DAFTAR BAGAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
LATAR BELAKANG
1
10 BESAR PENYAKIT
2
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja
tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun
tidak mencakup aspek pembiayaan.
Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan wilayah kerja puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang:
• Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
• Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
• Hidup dan lingkungan sehat
• Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
Tugas puskesmas yaitu melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan, puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan pendekatan
keluarga agar terjadi peningkatan jangkauan sasaran dan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Hipertensi merupakan gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskular,
yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya
satu mekanisme tunggal. Menurut Kaplan Hipertensi banyak menyangkut faktor genetik,
lingkungan dan pusat-pusat regulasi hemodinamik.
Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan faktor penting, karena hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Masalah
ketidakpatuhan umum dijumpai dalam pengobatan penyakit kronis yang memerlukan
pengobatan jangka panjang seperti hipertensi.
Obat-obat antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan
darah pada pasien hipertensi. Kepatuhan sering menjadi masalah pada pasien yang menderita
penyakit kronik yang membutuhkan modifikasi gaya hidup serta pengobatan jangka panjang.
Ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi secara potensial dapat meningkatkan
morbiditas, mortalitas serta biaya pengobatan.
Untuk memberikan intervensi kesehatan komunitas yang tepat, petugas kesehatan
harus melakukan survey langsung ke masyarakat. Oleh karena itu, kami melakukan survey
3
kesehatan komunitas untuk menentukan masalah kesehatan apa yang paling mengganggu saat
ini di wilayah kelurahan Purwaharja khusus di RT 08 RW 17 dan 18.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan Diagnosis Komunitas adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum :
Menyusun laporan profil komunitas dengan menggunakan survey PIS-PK (Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga) di lingkungan Wargamulia RT 18 dan RT 17, RW 08
Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.
Tujuan Khusus :
1. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat dari hasil PIS-PK di lingkungan
Wargamulia RT 18 dan RT 17, RW 08 Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja
Kota Banjar.
2. Menyusun langkah perbaikan melalui Penyuluhan dengan beberapa media seperti
leaflet, poster, video edukasi dan tabel ceklis pemantauan minum obat di lingkungan
Wargamulia RT 18 dan RT 17, RW 08 Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja
Kota Banjar.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dalam penyusunan laporan diagnosis komunitas adala
sebagai berikut:
● Bagi Puskesmas
1. Laporan Hasil survey PIS-PK yang telah disusun dapat dipergunakan untuk
tindakan promotif, tindakan preventif dan sebagai data epidemiologi untuk fasilitas
kesehatan.
2. Penetapan masalah kesehatan masyarakat dilakukan untuk mengetahui prioritas
masalah kesehatan di daerah Purwaharja.
● Bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan komunitas tentang Hipertensi dan bahaya ketidak patuhan
minum obat antihipertensi di Kelurahan Purwaharja RW.08 RT.17 dan RT.18.
2. Intervensi dilakukan untuk pengobatan dan pencegahan masalah kesehatan
masyarakat di Kelurahan Purwaharja RW.08 RT.17 dan RT.18.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya.
5
oleh dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer, serta Tenaga Kesehatan lainnya
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer, serta Tenaga
Kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan UKP tingkat pertama harus
dilakukan sesuai dengan standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan etika
profesi. Pelayanan kesehatan dilakukan dalam bentuk:
a. rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit;
b. pelayanan gawat darurat;,
c. pelayanan persalinan normal;
d. perawatan di rumah (home care);
e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
Dalam melaksanakan UKM dan UKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
sampai dengan Pasal 54, Puskesmas harus menyelenggarakan kegiatan:
a. manajemen Puskesmas;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat;
d. pelayanan laboratorium; dan
e. kunjungan keluarga.
Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.4 Peran puskesmas dalam penatalaksanaan kesehatan masyarakat sesuai dengan
pedoman
Dalam penatalaksanaan kesehatan masyarakat puskesmas memiliki 2 jenis
pelayanan yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP). Sasaran kelompok yang dituju pada UKM ialah keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Sedangkan UKP merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang tujuannya untuk meningkatkan, mencegah, menyembuhkan
penyakit, mengurangi penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan. Pembangunan kesehatan yang diselenggaran di puskesmas dilaksanakan
untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu mencapai
6
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Hal tersebut dicapai melalui program UKM dan UKP yang
dilaksanakan pada wilayah kerja puskesmas.
2.2 PIS-PK
2.2.1 Definisi PIS-PK
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan
suatu program puskesmas yang menggunakan pendekatan keluarga untuk
meningkatkan jangkauan sasaran yg melibatkan lintas program dan lintas sektor.
2.2.2 Prioritas
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat)
area prioritas yang meliputi:
1. penurunan angka kematian ibu dan bayi;
2. penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
3. penanggulangan penyakit menular; dan
4. penanggulangan penyakit tidak menular.
2.2.3 Indikator
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan
sebuah keluarga sebagai berikut:
1. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
3. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
4. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
5. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
6. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
7. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
8. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
9. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
10. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
11. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
7
12. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi
Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi adalah kelainan
sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai
normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan.
8
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.
2.3.3 Epidemiologi Hipertensi
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%).
Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat
serta 32,3% tidak rutin minum obat.
9
juga berperan dalam hipertensi, dimana RAAS menyebabkan timbulnya retensi
natrium dan air serta meningkatkan resistensi vaskular. Fungsi RAAS pada tubuh yaitu
membantu mengatur homeostasis tekanan volume pada ginjal, dimana ia
mempertahankan perfusi pada keadaan kekurangan volume cairan ekstraseluler akibat
kehilangan natrium dan cairan.
Selain itu, hormone natriuretik yang terdiri dari Atrial Natriuretic Peptide
(ANP), B-type Natriuretic peptide (BNP), C-type Natriuretik Peptide (CNP) dan
urodilatin memiliki peran penting terhadap sensitivitas garam dan terjadinya hipertensi,
karena memiliki sifat natriuretik dan vasodilator yang berperan dalam keseimbangan
natrium dan tekanan darah, sehingga pada populasi yang menerapkan diet tinggi
natrium memiliki risiko kejadian hipertensi. Jika terjadi gangguan pada fungsi
natriuretik, maka kadar natriuretik peptide dalam serum akan meningkat. Hal tersebut
dapat mengakibatkan peningkatan ANP dan BNP yang dapat berisiko terhadap
terjadinya hipertrofi ventrikel, gagal jantung, dan aterosklerosis (Huether and
McCance, 2019).
2.3.5 Faktor Resiko Hipertensi
2.3.5.1 Faktor Yang Tidak Dapat Dimodifikasi:
1. Umur
Semakin bertambah usia maka semakin besar prevalensi terserang
hipertensi. Pada orang dengan lanjut usia pembuluh darah arteri menjadi kaku dan
sempit serta kehilangan elastisitas dan kelenturannya sehingga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
2. Jenis Kelamin
Wanita cenderung memiliki tekanan darah sistolik yang lebih rendah
dibandingkan laki-laki dikarenakan terdapat hormon estrogen pada perempuan.
Tetapi setelah usia 65 tahun angka kejadian hipertensi pada perempuan cenderung
lebih tinggi karena kadar hormon estrogen yang rendah, sehingga sel-sel endotel
akan hancur dan memicu timbulnya plak dalam pembuluh darah, sehingga
pembuluh darah menyempit dan menyebabkan hipertensi.
10
3. Riwayat keluarga
Variabilitas tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Jika kedua
orangtua mengalami hipertensi, maka dapat diturunkan ke anak sebesar 60%. Dan
berkurang setengah persen jika hanya salah satu orangtua yang menderita
hipertensi.
11
Erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko timbulnya
hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah.
2) Konsumsi Makanan Tinggi Garam
Konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh. Garam bersifat menarik air diluar sel agar tidak keluar tubuh, sehingga
akan terjadi peningkatan volume dan tekanan darah.
3) Konsumsi Minuman Beralkohol
Mekanisme terkait hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi
belum terlalu jelas, namun diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam
peningkatan tekanan darah.
5. Stress
Stress dapat berperan dalam meningkatkan tekanan darah, namun apabila
faktor stressor telah dihilangkan maka tekanan darah dapat normal kembali.
12
2.3.7 Manifestasi Hipertensi
Pada umumnya, kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak
menunjukkan gejala maupun keluhan sehingga hipertensi disebut sebagai “the silent
killer” karena merupakan penyakit yang mematikan tanpa disertai munculnya gejala-
gejala. Penderita baru mempunyai keluhan setelah muncul komplikasi pada organ
target, berikut beberapa tanda dan gejala kerusakan organ (Setiati et al., 2014):
1. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attack, defisit sensoris atau motorik.
2. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, pembengkakan pada kaki.
3. Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit pucat
anemis.
4. Arteri perifer: extremitas dingin, klaudikasio wa intermiten.
13
2.3.9.1 Farmakologi
Dalam konsensus Penalatalaksanaan Hipertensi (PERHI) tahun 2019, telah
disepakati bahwa salah satu pertimbangan dalam memulai tatalaksana
medikamentosa yaitu pada nilai atau ambang tekanan darah dengan batas <140/90.
5 golongan obat antihipertensi utama yang rutin direkomendasikan yaitu: ACEi,
ARB, beta blocker, CCB, dan diuretik.
a. Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme (ACE): menjaga agar pembuluh
darah agar tidak terlalu mengalami penyempitan dengan merelaksasi pembuluh
darah. Contoh obat golongan penghambat ACE adalah enalapril, lisinopril,
perindopril, dan ramipril.
b. Angiotensin II Receptor Blocker (ARBs): menjaga pembuluh darah agar tidak
terjadi penyempitan. Contoh obat golongan ARB adalah candesartan,
irbesartan, losartan, valsartan, dan olmesartan.
c. Calcium Channel Blocker (CCB): mencegah kalsium memasuki sel otot
jantung dan pembuluh darah. Sehingga pembuluh darah dalam keadaan rileks.
Contoh obat golongan penghambat kanal kalsium adalah amlodipin, felodipin,
dan nifedipin.
d. Diuretik: menghilangkan kelebihan air dan natrium (garam) dari tubuh dan
mengurangi jumlah cairan di dalam darah. Diuretik utama untuk pengobatan
hipertensi adalah thiazide. Diuretik sering dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya. Contoh obat golongan diuretic adalah indapamide dan
Bendroflumethiazide.
e. Beta Blocker: membantu jantung berdetak lebih lambat dan dengan sedikit
kekuatan. Beta Blocker biasanya hanya digunakan sebagai opsi cadangan atau
pada kondisi lain. Contoh obat golongan beta blocker adalah atenolol dan
bisoprolol (National Heart Lung and Blood Institute, 2022).
14
Hypertension (DASH) yang tinggi kalium dan kalsium, diet rendah natrium,
aktivitas fisik, dan batasi konsumsi alkohol (Yulanda and Lisiswanti, 2017)
a. Merubah Pola Makan Direkomendasikan merubah pola makan dengan
mengkonsumsi bahan makanan seimbang yang terdiri dari biji-bijian,
perbanyak konsumsi sayuran, dan buah-buahan termasuk sumber makanan lain
yaitu produk susu rendah lemak, unggas, ikan, kacang-kacangan, dan
mengurangi konsumsi makanan manis, minuman manis, dan daging merah.
Perubahan pola makan ini dapat dicapai melalui salah satu cara yaitu dengan
mengikuti rencana Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang
menekankan penderita hipertensi untuk mengkonsumsi lebih banyak buah dan
sayuran, tetapi mengurangi produk susu, daging merah lemak jenuh, makanan
manis, dan minuman manis. Dengan pendekatan diet DASH tersebut,
diharapkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,5 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 3 mmHg (Verma et al., 2021).
b. Pembatasan Asupan Natrium Didapatkan bukti bahwa mengurangi asupan
natrium dapat mengurangi tekanan darah. Rekomendasi penggunaan natrium
disarankan tidak lebih dari 2.400 mg per hari yaitu setara dengan 5-6 gram NaCl
perhari atau 1 sendok teh garam dapur perhari. Pada penderita hipertensi yang
membatasi konsumsi natrium 2.400 mg perhari diharapkan terdapat penurunan
tekanan darah sebesar 2/1 mmHg atau sebesar 7/3 mmHg untuk penderita
hipertensi yang membatasi natrium 1.500 mg perhari. Beberapa makanan yang
mengandung lebih banyak natrium yaitu makanan kaleng, makanan kemasan
(kering atau beku) (Verma et al., 2021).
c. Aktivitas Fisik dan Penurunan Berat Badan Disarankan melakukan aktivitas
fisik aerobik sedang hingga kuat setidaknya 4 kali per minggu dengan durasi
rata-rata 40 menit per sesi.Telah dilaporkan banyak manfaat dengan melakukan
aktivitas fisik intensitas sedang minimal 150 menit per minggu yaitu penurunan
angka kematian seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, diabetes
melitus tipe 2, sindroma metabolik. Beberapa contoh latihan aktivitas fisik
aerobik dengan intensitas diantaranya seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang. Selain itu, penurunan berat badan sekitar 10 kg juga dapat
15
menurunkan tekanan darah sistolik hingga 5 sampai 20 mmHg (Verma et al.,
2021).
d. Berhenti Merokok Penggunaan tembakau merupakan penyebab utama
kematian yang dapat dihindari dan secara signifikan dapat meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler. Tembakau dapat meningkatkan secara langsung
terhadap aktivitas saraf simpatik, dimana pada prosesnya meningkatkan
kebutuhan oksigen melalui peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan
kontraktilitas otot jantung. Penelitian menyatakan bahwa berhenti merokok
setelah serangan jantung atau operasi jantung dapat menurunkan risiko
kematian hingga lebih dari 33% selama lima tahun (Verma et al., 2021).
e. Berhenti Konsumsi Alkohol Asupan minuman beralkohol secara kronis
memiliki hubungan dengan tekanan darah tinggi dan menunjukkan resistensi
terhadap obat anti hipertensi. Dan telah dibuktikan bahwa penurunan konsumsi
alkohol dapat menurunkan tekanan darah. Pembatasan konsumsi alkohol yaitu
kurang dari 2 gelas per hari untuk pria atau 1 gelas per hari untuk wanita (Lilly,
2020).
16
2.3.11 Konseling dan Minum Obat Anti - Hipertensi
1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang
harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah)
dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk
mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat
dan berapa kali minum sehari.
2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan
obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada
gejala.
4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar
gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi
hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
2.3.12 Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti Hipertensi Dengan Pasien Hipertensi
Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 ada sebanyak 34,11% penduduk
indonesia dengan usia ≥ 18 tahun menderita hipertensi. Dalam pengobatannya pasien
hipertensi membutuhkan lebih dari satu obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan
darahnya. Penyebab ketidakpatuhan terhadap pengobatan antihipertensi bersifat
multifaktorial dan mencakup penyebab yang terkait dengan sistem perawatan
kesehatan, terapi farmakologis, penyakit pasien dan status ekonomi. Rendahnya
kepatuhan minum obat antihipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan
besarnya peningkatan tekanan darah dan merupakan indikator yang memperburuk
prognosis hipertensi. Hal ini sesuai dengen penelitian sebelumnya yang mengatakan
bahwa sebanyak 5,3% orang memiliki pengetahuan yang buruk mengenai hipertensi.
Pendidikan seseorang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan
meminum obat antihipertensi selain itu tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh
terhadap pola hidup yang dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi seperti merokok,
meminum alkohol dan kebiasaan berolahraga Sebagian besar individu yang didiagnosis
17
hipertensi akan mengalami peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia.
Hipertensi ringan sampai sedang yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko penyakit
aterosklerotik pada 30% orang dan kerusakan organ pada 50% orang dalam waktu 8-
10 tahun setelah onset. Pasien dengan hipertensi resisten juga memiliki risiko terhadap
prognosis yang buruk, terutama orang dengan penyakit komorbid tertentu (seperti
penyakit ginjal kronis, penyakit jantung iskemik). Sedangkan, pada pasien dengan
hipertensi resisten yang memiliki hasil tekanan darah yang rendah memiliki risiko yang
rendah terhadap beberapa komplikasi kardiovaskular (seperti kejadian stroke, penyakit
jantung koroner atau gagal jantung) (Alexander, 2019).
18
BAB III
METODE
19
3.2 Daftar indikator kesehatan
Indikator kesehatan adalah variabel yang dipergunakan untuk menilai tingkat kesehatan
masyarakat. Adapun sifat indikator kesehatan berupa:
● Absah: Variabel tersebut mampu mengukur kondisi yang memang ingin diukur
● Terpercaya dan Obyektif: Hasil yang diperoleh harus sama jika dilakukan orang lain pada
situasi yang sama
● Sensitif: Variabel tersebut harus peka terhadap perubahan dari situasi yang dinilai
● Spesifik: Variabel tersebut hanya menggambarkan perubahan dari situasi yang dinilai saja
● Mampu laksana: Data yang diperlukan untuk menilai variabel tersebut harus mampu
diperoleh
● Relevan: Variabel tersebut harus dapat memberikan sumbangan pemahaman dari situasi
yang dipelajari
Indikator yang digunakan pada laporan ini adalah indikator kesehatan PIS-PK dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Indikator Kesehatan PIS-PK
3 Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Jika di keluarga terdapat bayi (usia 12 – 23
bulan), bayi tersebut mendapatkan
imunisasi HBO, BCG, DPT-HB1, DPT-
HB2, DPT-HB3, Polio 1, Polio 2, Polio 3,
Polio 4, Campak.
4 Bayi Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Jika di keluarga terdapat bayi (usia 7-23
Esklusif bulan) mendapatkan asi saja selama 6
bulan pertama kehidupan bayi, tanpa
20
diberikan makanan/minuman lain,
termasuk air putih (kecuali obat-obatan
dan vitamin).
9 Anggota Keluarga Tidak Ada Yang Jika anggota keluarga dalam 1 kartu
Merokok keluarga tidak ada yang merokok
10 Keluarga Sudah Menjadi Anggota Berlaku untuk semua umur dalam anggota
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) keluarga dan memiliki kartu Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
11 Keluarga Mempunyai Akses Atau Apabila dalam 1 rumah terdapat sarana air
Menggunakan Sarana Air Bersih bersih (sumur tertutup,PDAM,sumur
pompa,mata air terlindungi)
21
3.3 Penentuan Skala Prioritas Masalah
Dalam mengidentifikasi suatu masalah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti
kemampuan sumber daya manusia, biaya, tenaga, teknologi dan lain-lain. Untuk itu dilakukan
penilaian prioritas masalah dari yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak. Dalam
menentukan prioritas masalah, peneliti menggunakan suatu alat pendekatan yaitu metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth).
Hindri Asmoko dalam jurnalnya berjudul Teknik Analisis Permasalahan Menentukan
Masalah Prioritas menyebutkan bahwa metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan
prioritas masalah dengan mempertimbangkan tiga komponen sebagai berikut:
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu
tersebut.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah- masalah lain jika masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam
keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Kemungkinan-kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dan penyebab isu masalah
akan semakin memburuk jika dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode
teknik scoring. Caranya dengan menentukan Urgency, Seriousness dan Growth dengan
menggunakan skala nilai 1-5, suatu masalah dengan skor tertinggi merupakan prioritas dari
masalah tersebut.
22
3.4 Langkah Diagnosis Komunitas
23
BAB IV
PENYAJIAN DATA
24
4.1.2 Data Demografik
4.1.2.1 Situasi Kependudukan
Kondisi demografi suatu daerah tercermin dari beberapa aspek seperti
jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, struktur penduduk, sebaran
penduduk, dan ketenagakerjaan. Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil menunjukkan bahwa pada tahun 2020, jumlah penduduk Kota Banjar
mencapai 205.482 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,53 persen.
2. Sekolah 53 19,49%
3. PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD 11 4,04%
5. Wiraswasta/Pedagang/Jasa 26 9,56%
6. Petani 1 0,37%
7. Nelayan 0 0,00%
8. Buruh 22 8,09%
25
No Lapangan Kerja Penduduk Jumlah Presentase
2. Sekolah 53 19,49%
3. PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD 11 4,04%
9. Lainnya 35 12,87%
3. SD/MI 73 26,84%
4. SLTP/MTS 72 26,47%
5. SLTA/SMA 58 26,32%
6. AK/Diploma 8 2,94%
7. Universitas 12 4,41%
26
Dapat dilihat berdasarkan tabel diatas Pendidikan terbanyak di daerah
puskesmas purwaharja pada tahun 2022 di posisi pertama adalah SD sebanyak 73
penduduk. Dilanjut pada posisi kedua SMP sebanyak 72 penduduk dan pada posisi
ketiga adalah SMA sebanyak 58 penduduk.
1 Kasubag TU 1
2 Dokter 2
3 Dokter gigi 1
4 Perawat 7
5 Perawat gigi 1
6 Bidan 7
7 Sanitarian 1
8 Tenaga gizi 1
9 Apoteker 1
10 Ass. apoteker 2
11 Tenaga analisis 2
12 Tenaga administrasi 3
13 Penyuluh kesmas 1
14 Adminkes 1
27
15 Tenaga surveilans 1
Purwaharja 55 18 8 3 2 2
28
sebanyak 55 orang. Dilanjut pada posisi kedua RW siaga sebanyak 18 porang dan pada
posisi ketiga adalah Posyandu sebanyak 8 penduduk.
Purwaharja 0 2 1 2 3 2
29
No Masalah Total Jumlah Presentase Jumlah
Ya Tidak Ya Tidak
30
8 Penderita gangguan 0 0 0 0 0 0
jiwa mendapat
pengobatan dan
tidak ditelantarkan
31
BAB V
PEMBAHASAN
32
Dari metode USG tersebut didapatkan prioritas masalah berupa ketidakpatuhan
minum obat antihipertensi, merokok, dan tidak memiliki JKN.
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Penyebab dari hipertensi sendiri adalah konsumsi garam yang terlalu tinggi dan
pola hidup yang tidak sehat. Namun, hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan dengan
melakukan pola hidup sehat dan teratur meminum obat antihipertensi. Pola hidup yang
disarankan bagi penderita hipertensi adalah melakukan olahraga teratur, mempertahankan
berat badan ideal dan mengurangi konsumsi garam. Salah satu masalah kesehatan di
lingkungan Kelurahan Purwaharja adalah masih banyak penderita hipertensi yang tidak
teratur meminum obat antihipertensi, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pasien mengenai konsumsi obat antihipertensi. Jika hipertensi tidak
dikendalikan dengan baik, penyakit ini dapat bermanifestasi menjadi penyakit stroke, gagal
ginjal, penyakit jantung dan ensefalopati.
2. Merokok
Merokok menjadi masalah lain kesehatan masyarakat Kelurahan Purwaharja.
Rokok mengandung banyak zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida, tar, nikotin, dll.
Bahan berbahaya ini jika dikonsumsi dapat mengakibatkan banyak penyakit seperti
penyakit paru, kanker, kerusakan mata, kerusakan gigi bahkan impotensi. Rokok bukan
hanya berbahaya bagi perokok aktif namun juga berbahaya bagi orang-orang disekitarnya
atau yang dikenal dengan perokok pasif, sering menghirup asap rokok dapat meningkatkan
risiko kanker paru-paru sebesar 20-30%.
33
mendaftarkan diri. Manfaat utama dari JKN adalah memberi perlindungan atas biaya rawat
jalan dan rawat inap ketika pasien sakit.
34
5.3 Diagram Fishbone
35
paling sesuai dan dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh penderita
hipertensi di RW 08, Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja.
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan kepada individu,
masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan kondisi saat seseorang dapat berperan
sebagaimana seharusnya. Tujuan intervensi adalah membawa perubahan kearah yang lebih
baik sehingga tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya.
Merujuk dari beberapa akar penyebab masalah yang telah diuraikan didapatkan pada
perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa akar penyebab masalah yang
diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah terhadap ketidakpatuhan dalam
mengkonsumsi obat antihipertensi. Pertimbangannya adalah intervensi yang berupa tindakan
nyata dan mampu dilakukan untuk memecahkan akar penyebab permasalahan. Akar penyebab
masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kesadaran akan bahaya hipertensi.
2. Minimnya kesadaran akan pemeriksaan rutin agar hipertensi menjadi terkontrol.
3. Rendahnya rasa keinginan untuk meminum obat anti hipertensi karena tidak ada nya gejala.
4. Kurangnya kesadaran perilaku berobat ke pelayanan fasilitas kesehatan.
36
hidup dan program sistematis diperlukan untuk mencegah epidemi kasus hipertensi di Asia
tenggara. Dinyatakan bahwa salah satu strategi untuk mencegah hipertensi adalah dengan
memanfaatkan masyarakat mendukung. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan kegiatan
skrining dan pengendalian faktor risiko dan promosi kesehatan sebagai bentuk promotif dan
upaya pencegahan sangat penting untuk mencegah hipertensi.
Metode kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penyuluhan, dilakukan dengan metode ceramah menggunakan alat bantu berupa power
point dan leaflet yang akan dibagikan masing-masing ke peserta. Juga dilakukan diskusi
dengan masyarakat tentang bagaimana selama ini paradigma mengenai berat badan
berlebih, pola makan serta penjelasan mengenai hipertensi dan cara mencegah dan
mengatasi melalui perubahan pola hidup dan aktivitas fisik. Setelah selesai penyuluhan,
lalu dilakukan diskusi dan tanya jawab untuk menilai antusiasme para peserta mengenai
topik yang telah diberikan.
b. Skrining yaitu melibatkan secara langsung tenaga dan kader kesehatan dengan mengukur
tekanan darah kepada para peserta.
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga
binaan yang bertempat tinggal di lingkungan wargamulia RW 08 Kelurahan
Purwaharja di wilayah kerja Blud UPDT Puskesmas Purwaharja 1, Kecamatan
Purwaharja, Kota Banjar, Provinsi Jawa Barat maka dilakukanlah diskusi kelompok
dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu "Tingkat Kepatuhan Pasien
Hipertensi Dalam Mengkonsumsi Obat Antihipertensi Di RW 08 Lingkungan
Wargamulia Kelurahan Purwaharja Wilayah Kerja Blud UPTD Puskesmas
Purwaharja 1 Periode Maret - April 2023”
38
6.2 Saran
Bagi Puskesmas
1. Optimalisasi program puskesmas terpadu dan juara (PUSPA) dan inovasi puskesmas
berupa gerakan cepat mengatasi hipertensi dan diabetes melitus (GRASI MERCEDES)
yang telah dilaksanakan oleh puskesmas dalam program penyakit tidak menular.
2. Memberdayakan kader PTM yang telah terbentuk di Puskesmas Purwaharja 1.
3. Bila diperlukan, puskesmas bisa membentuk posbindu PTM yang baru.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. VI. Jakarta Pusat: Interna Publishing; 2014.
2. Kemenkes. Hipertensi penyakit paling banyak diidap masyarakat. 2021; Tersedia pada:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-paling-banyak-
diidap-masyarakat.html
3. Woro Endah Tyashapsari M, Karim Zulkarnain A. PENGGUNAAN OBAT PADA
PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT Dr. KARIADI SEMARANG. Maj Farm. 2012;8(2):145.
4. Kemenkes, Masalah dan Tantangan Kesehatan Indonesia Saat Ini. 2022; Tersedia pada :
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/masalah-dan-tantangan-kesehatan-indonesia-
saat-ini
5. Alexander, R.M., 2019. Hypertension: Practice Essentials, Background, Pathophysiolog.
American Heart Association. URL https://emedicine.medscape.com/article/241381-
overview?icd=ssl_login_success_221011#a6 (accessed 10.16.22).
6. Carey, R.M., Calhoun, D.A., Bakris, G.L., Brook, R.D., Daugherty, S.L., Dennison-
Himmelfarb, C.R., Egan, B.M., Flack, J.M., Gidding, S.S., Judd, E., Lackland, D.T.,
Laffer, C.L., Newton-Cheh, C., Smith, S.M., Taler, S.J., Textor, S.C., Turan, T.N., White,
W.B., 2018. Resistant hypertension: Detection, evaluation, and management a scientific
statement from the American Heart Association. Hypertension 72, E53–E90.
https://doi.org/10.1161/HYP.0000000000000084
7. Lilly, L.S., 2020. Pathophysiology of Heart Disease, 7th ed. Wolters Kluwer.
8. Manuntung, N.A. and K.M., 2019. Terapi perilaku kognitif pada pasien hipertensi. Wineka
Media.
9. National Heart Lung and Blood Institute, 2022. Hypertension. URL
https://www.nhlbi.nih.gov/health/high-blood-pressure/treatment (accessed 10.16.22).
10. Verma, N., Rastogi, S., Chia, Y.C., Siddique, S., Turana, Y., Cheng, H. min, Sogunuru,
G.P., Tay, J.C., Teo, B.W., Wang, T.D., Tsoi, K.K.F., Kario, K., 2021. Non-
pharmacological management of hypertension. J Clin Hypertens 23, 1275–1283.
https://doi.org/10.1111/JCH.14236
40
11. Yulanda, G., Lisiswanti, R., 2017. Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan
Hipertensi Primer Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari.
12. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021 Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia
13. http://repository.bkpk.kemkes.go.id/3514/1/Laporan%20Riskesdas%202018%20Nasional
.pdf
14. Jurnal Kedokteran universitas lampung Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/602/606
41
LAMPIRAN
42
43
44
Lampiran 2 : Undangan
45
Lampiran 3 : Daftar Hadir
46
Lampiran 4 : Dokumentasi Melakukan Survey PIS - PK
47
Lampiran 5 : Dokumentasi Diskusi
48
Lampiran 6 : Dokumentasi Kegiatan Hari H (Intervensi)
49
Lampiran 7 : Leaflet dan Poster
50
Lampiran 8 : Tabel Pemantauan Minum Obat Hipertensi
51
Lampiran 9 : Bukti Upload Media Sosial
52