Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................3
1.5 Keaslian Penelitian...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................1
2.1 Buku KIA.............................................................................................................1
2.1.1 Pengertia Buku KIA..........................................................................................1
2.1.2 Isi Buku KIA.....................................................................................................2
2.1.3 Tujuan Buku KIA.............................................................................................3
2.1.4 Manfaat Buku KIA...........................................................................................3
2.1.5 Sasaran Buku KIA& Juknis Penggunaan Buku KIA........................................4
2.1.5.1 Sasaran Buku KIA......................................................................................4
2.1.5.2.Sasaran Petunjuk Teknis Penggunaan Buku KIA......................................5
2.2 Pengetahuan Ibu...................................................................................................5
2.2.1 Pengertian Pengetahuan....................................................................................5
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..............................................6
2.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu..................................................................................8
2.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaat Buku KIA..............................9
2.3 Dukungan Keluarga...........................................................................................11
2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga......................................................................11
2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga............................................................................12
2.3.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga..............................13
2.4 Nasehat Bidan dan Dokter.................................................................................14
2.4.1 Peran tenaga kesehatan..................................................................................15
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL..........19
ii
3.1 Kerangka Konsep...............................................................................................19
3.1.1. Variabel Penelitian.....................................................................................19
3.1.2. Gambar Bagan Kerangka Konsep..............................................................19
3.1 Hipotesis............................................................................................................20
3.4 Definisi Operasional..........................................................................................20
BAB IV METODE PENELITIAN..............................................................................22
4.1 Metode Penelitian..............................................................................................22
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................22
4.3 Populasi dan Sampel..........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masalah kesehatan ibu dan anak. Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara
dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (Hanum, 2018).
Kementerian Kesehatan mengatakan tingkat pemanfaatan dan penggunaan
buku kesehatan ibu dan anak (KIA) di Indonesia masih belum sesuai dengan harapan.
Tingkat keterisian buku tersebut hanya sebatas pelayanan kesehatan pada masa
kehamilan hingga masa persalinan. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2016,
81,5 persen ibu hamil memiliki buku KIA, tetapi hanya 60,5 persen yang bisa
menunjukkannya. Itu pun dengan tingkat keterisian paling banyak pada pelayanan
kesehatan pada masa kehamilan dan bayi baru lahir.
Hasil analisis data riskesdas 2013 dan sirkesnas 2016 menunjukkan terdapat
keterkaitan antara kepemilikian buku KIA dengan tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu yang memiliki buku KIA lebih sering melakukan
pemeriksaan kehamilan, lebih banyak bersalin dengan pertolongan tenaga kesehatan,
dan lebih banyak bersalini difasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang tidak
memiliki. Buku KIA secara umum adalah agar ibu dan anak mempunyai catatan
kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun.
Sedangkan fungsi secara khusus adalah Untuk mencatat atau memantau kesehatan ibu
dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting
bagi ibu, keluarga dan masyarakattentang kesehatan, gizi dan paket pelayanan KIA.
Buku KIA adalah alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah
kesehatan ibu dan anak, catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk
rujukannya.
Terdapat data 30% ibu hamil di Indonesia yang tidak memiliki buku KIA, dan
10% tidak dapat menunjukkan buku KIA, kondisi ini mengakibatkan risiko
peningkatan angka kematian ibu. Beberapa faktor terkait dengan pemanfaatan buku
KIA diantaranya adalah dukungan keluarga dan tenaga kesehatan (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui “Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Nasehat Bidan dan
Nasehat Dokter Dengan Pemanfaatan Buku KIA Di Kelurahan Saigon”.
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Hubungan
Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Nasehat Bidan dan Nasehat Dokter Dengan
Pemanfaatan Buku KIA Di Kelurahan Saigon.
3
3. Bagi Dinas Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kinerja program
kerja pemerintah untuk menekan AKI dan AKB.
4
menggunakan analisis
univariat berupa distribusi
frekuensi dan analisis
bivariat mengguakan uji chi-
squre pada tingkat
kepercayaan 95%.
4 Hubungan Metode : observasional Hasil : Setelah dilakukan uji regresi logistik Data sampel, variabel
Pengetahuan Dan dengan desain cross- didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan lokasi
Sikap Ibu Pada sectional dengan sampel para (p=0,910) dan sikap ibu (p=0,904) pada informasi penelitiannya berbeda
Informasi Mp-Asi ibu yang memiliki balita usia MP-ASI di buku KIA dengan pemberian MP-ASI.
Di Buku KIA 6 – 24 bulan yang tinggal di Simpulan : Pengetahuan dan sikap ibu pada
dengan Pemberian Kelurahan Bandarharjo informasi MP-ASI di buku KIA tidak berhubungan
Mp-Asi Balita Usia Semarang Utara dengan dengan pemberian MP-ASI.
6-24 Bulan Di jumlah sampel minimun 46
Kelurahan responden
Bandarharjo
Semarang Utara
5 Gambaran Metode penelitian yang Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan Data sampel dan
Pengetahuan Ibu digunakan adalah metode karakteristik yaitu usia yang lebih banyak 26-30 variabel penelitiannya
Tentang deskriptif dengan pendekatan tahun sebanyak 15 responden (50,0%). berbeda serta metode
Pemanfaatan Buku potong lintang . Sampel Berdasarkan karakteristik pendidikan adalah penelitian yang
Kesehatan Ibu Dan penelitian ini adalah semua pendidikan rendah (tamat SD, tamat SMP) berbeda
Anak (KIA) Di ibu yang mempunyai balita sebanyak 17 responden (56,7%). Berdasarkan
Kelurahan Wanasari di Kelurahan Wanasari menurut karakteristik pekerjaan yaitu yang
RW. 013 Kabupaten RW. 013 pengambilan tidak bekerja sebanyak 19 responden (63,3%).
Bekasi/ sampel dilakukan dengan Berdasarkan Pengetahuan ibu yaitu
Karminingsih/ 2021 teknik total sampling berpengetahuan cukup sebanyak 12 responden
dengan responden dalam (40,0%). Dan untuk pemanfaatan buku KIA
kriteria inklusi berjumlah 30 sebanyak 19 responden (63,3%).
responden.pengambilan data Kesimpulannya di Kelurahan Wanasari RW.013
menggunakan data primer tahun 2020 responden memanfaatkan buku KIA
dan memiliki pengetahuan dengan baik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) telah dirintis sejak 1997 dengan
dukungan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Buku KIA berisi
catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan
anak balita). Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) juga memuat informasi tentang
cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Buku KIA adalah buku yang
berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan
anak mulai dari bayi baru lahir hingga balita, serta berbagai informasi cara merawat
kesehatan ibu dan anak. (Depkes RI, 2015).
Buku KIA memuat informasi MP-ASI yang sederhana namun lengkap.
Sayangnya penggunaan buku KIA sebagai media edukasi dan informasi masih
kurang. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu pada
informasi MP-ASI di buku KIA dengan pemberian MP-ASI. Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) merupakan alat yang digunakan untuk memantau perkembangan ibu dan
anak sampai usia 6 tahun. Masyarakat awam lebih mengenal buku ini dengan sebutan
buku pink dikarenakan warna dominan adalah warna pink. Buku ini pertama kali
digunakan di negara Jepang yang dikenal dengan sebutan Boshi techo (buku ibu).
Pada Tahun 1980 pemerintah Indonesia bekerjasama dengan JICA (Japan
International Coorporation Agency) dalam satu program internship untuk melakukan
uji coba penggunaan buku KIA di Salatiga. Pada Tahun 2006 penggunaan buku KIA
menjadi program nasional dalam upaya pemerintah untuk menekan angka kematian
ibu dan anak yang masih tinggi di Indonesia.
Buku KIA merupakan sarana awal yang dimanfaatkan untuk mengetahui
adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, sebagai media komunikasi
dan edukasi yang memberikan informasi yang penting bagi ibu dan keluarga dan
1
masyarakat mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk berkaitan dengan
rujukannya. Tujuan penggunaan buku ini adalah meningkatkan kemandirian keluarga
dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Pemerintah berharap dengan penggunaan
buku KIA secara efektif dapat menekan angka kematian ibu dan anak.
Sebagai buku yang telah digunakan di 30 negara di dunia, WHO (World
Health Organization) dalam konferensi Maternal and Child Handbook yang diadakan
di Bangkok Tahun 2018 memberikan rekomendasi penggunaan buku KIA sebagai
alat dasar rekam medis keluarga di seluruh dunia. Hal yang sama juga di nyatakan
oleh World Medical Assosiation mendukung pengembangan dan meningkatkan
promosi penggunaan buku KIA di seluruh dunia (Nakamura, 2019).
Menurut Depkes RI (2015), pada dasarnya isi buku KIA terdiri dari 2 bagian
yaitu bagian pertama untuk ibu dan selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu
berisi tentang identitas keluarga, catatan pelayanan kesehatan ibu hamil, penyuluhan
pemeriksaan kehamilan secara teratur, penyuluhan perawatan kehamilan sehari-hari
dan makanan ibu hamil, tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan melahirkan, tanda
kelahiran bayi dan proses melahirkan, cara menyusui dan perawatan ibu nifas, tanda
bahaya pada ibu nifas, cara ber-KB, catatan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru
lahir, dan yang terakhir blangko surat keterangan lahir. Bagian untuk anak berisi
tentang identitas anak, tanda bayi lahir sehat dan perawatan bayi baru lahir, tanda
bahaya pada bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, tanda bayi dan anak sehat
serta perawatan anak sehari-hari, perawatan anak sakit, cara pemberian makan pada
anak, caramerangsang perkembangan anak, cara membuat MP-ASI (Makanan
Pengganti Air Susu Ibu), catatan pelayanan kesehatan anak, catatan imunisasi
mencakup Hepatitis B, BCG, DPT, Polio dan Campak termasuk catatan pemberian
vitamin A, serta di bagian belakang buku juga terdapat kartu Menuju Sehat (KMS).
2
2.1.3 Tujuan Buku KIA
Secara garis besar manfaat buku KIA dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat
umum dan khusus. Manfaat buku KIA secara umum yaitu ibu dan anak mempunyai
catatan kesehatan yang lengkap. Sedangkan manfaat secara khusus yaitu pertama
untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak, yang kedua adalah alat
komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu,
keluarga dan masyarakat tentang paket (standar) pelayanan KIA. Ketiga merupakan
alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu
dananak. Keempat yaitu sebagai catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak
termasuk rujukannya (Depkes RI dan JICA, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku Petunjuk Teknis Penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) manfaat buku KIA yaitu:
a. Sebagai media KIE
Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama yang digunakan
untuk meningkatkan pemahaman ibu, suami dan keluarga/pengasuh anak di
panti/lembaga kesejahteraan sosial anak akan perawatan kesehatan ibu hamil
sampai anak usia 6 tahun. Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu dan anak
yang sangat lengkap termasuk imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi,
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan, serta upaya promotif dan
pereventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak. Bilamana
3
diperlukan tenaga kesehatan dapat menggunakan media KIE lain sebagai alat
bantu untuk lebih memperjelas penyampaian pesan-pesan yang disampaikan
pada Buku KIA. Media tersebut dapat berupa poster, leaflet, flipchart, audio
visual, dan sebagainya.
b. Sebagai dokumen pencatatan pelayanan KIA
Buku KIA selain sebagai media KIE juga sebagai alat bukti pencatatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dan berkesinambungan
yang dipegang oleh ibu atau keluarga.Oleh karena itu semua pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk imunisasi, SDIDTK serta catatan penyakit
dan masalah perkembangan anak harus tercatatdengan lengkap dan benar.
Karena pencatatan pada Buku KIA digunakan sebagai bahan bukti:
1) Memantau kesehatan ibu dan anak termasuk mendeteksi secara dini
masalah kesehatan ibu dan anak.
2) Memastikan terpenuhinya hak mendapat pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara lengkap dan berkesinambungan.
3) Yang digunakan pada sistem jaminan kesehatan pada saat mengajukan
klaim pelayanan.
4) Untuk menerima bantuan bersyarat pada program pemerintah atau swasta.
Selain fungsi yang telah disebutkan, Buku KIA juga sebagai sarana
komunikasi antara pemberi pelayanan kesehatan dalam sistem
rujukan.Adapun Manfaat Buku KIA dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi
Tenaga Kesehatan adalah pemberi pelayanan KIA (antara lain dokter, bidan,
perawat, pengelola gizi, penanggung jawab imunisasi, petugas laboratorium
dan lainnya), dapat dikatakan bahwa Buku KIA mendorong tenaga kesehatan
untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar (Kemenkes RI, 2015).
4
dilanjutkan penggunaanya sampai anak usia 6 tahun.
b) Sejak kehamilan ibu diketahui kembar maka ibu hamil diberi Buku KIA
sejumlah janin yang dikandungnya (jika kembar 2 diberi tambahan 1, jika
kembar 3 diberi tambahan Buku KIA 2 dst).
c) Jika buku KIA hilang maka selama persediaan masih ada, ibu/anak mendapat
Buku KIA baru.
2) Sasaran tidak langsung Buku KIA:
a) Suami/anggota keluarga lain, pengasuh anak di panti/lembaga kesejahteraan
sosial anak.
b) Kader.
c) Tenaga kesehatan yang berkaitan langsung memberi pelayanan kesehatan ibu
dan anak (antara lain dokter, bidan, perawat, petugas gizi, petugas imunisasi,
petugas laboratorium).
d) Penanggung jawab dan pengelola program KIA Dinkes Kabupaten/Kota
selain memfasilitasi penerapan buku KIA di wilayahnya juga memastikan
kesinambungan ketersediaan dan pemanfaatan buku KIA.
Sasaran dari Petunjuk Teknis Penggunaan Buku KIA ini adalah tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak baik di fasilitas
kesehatan primer ataupun rujukan (Kemenkes RI, 2015).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
5
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017).
Notoadmojo (2012) menyatakan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
6
c. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga
status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.Seseorang
yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan
baik tapi jika sosial budayanya kurang baik makapengetahuannya akan
kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat
pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah
rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas
yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
d. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam
individu karena adanya interaksi timbalbalik ataupun tidak yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh individu.Lingkungan yang baik
akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan
kurang baik makapengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.
e. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri
sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.Pengalaman seseorang tentang suatu
permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara
menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah
dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai
pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.
f. Usia
Semakin bertambahnya usia makaakan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga
akan semakin membaik dan bertambah.
7
2.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu
e. Sintesis (Synthesis)
8
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
9
dan tindakan (domain psikomotor). Pengetahuan atau domain kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
pengetahuan yang diperoleh. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Tindakan (domain psikomotor) merupakan suatu perbuatan nyata yang dapat
diamati atau dilihat. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan
(overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sikap ibu yang sudah positif terhadap kunjungan K4 harus mendapat konfirmasi dari
suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
melakukan kunjungan K4. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor
dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami, orang tua atau mertua sangat
penting untuk mendukung tindakan ibu melakukan kunjungan k4.Masih rendahnya
pemanfaatan buku KIA masih terkendala oleh rendahnya pengetahuan dan sikap ibu
tentang manfaat dari buku KIA dan sebagian ibu juga menganggap hal-hal yang
berhubungan dengan buku KIA hanya sekedar buku catatan pemeriksaan (Yayu,
dkk,2015).
10
2.3 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya terdapat
hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata yang
dilakukan oleh keluarga (suami, istri, saudara, mertua, orang tua) kepada ibu
(Hidayat, 2011). Menurut Ayuni (2020), anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan. Menurut teori Friedman dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. (Psychologymania, 2012).
Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan dimana sifat dan jenis dukungannya berbeda-beda dalam berbagai tahap
dalam siklus kehidupan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain
(orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek dimana bentuk
dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan
individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai.
Keluarga dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu (Psychologymania, 2012) :
a. Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, suami,
istri, anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah
dengan anak-anak yang belum kawin, atau ibu dengan anak-anak yang belum kawin
b. Keluarga luas (extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-
anak (baik yang sudah kawin atau belum), cucu, orang tua, mertua maupun kerabat-
kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Ibu memerlukan seseorang
yang dapat memberikan dukungan dalam merawat anaknya termasuk dalam hal
pemberian imunisasi. Dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi
ibu karena suami merupakan keluarga inti dan orang yang paling dekat dengan ibu,
sehingga dukungan suami saat ini menjadi hal yang sangat perlu dilakukan
Friedman (2013).
11
2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga
12
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Bentuk dukungan ini
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin diperdulikan dan dicintai
oleh keluarga. Dukungan emosional meliputi ungkapan rasa empati,
kepedulian, dan perhatian terhadap individu. Dukungan ini diperoleh dari
pasangan atau keluarga, seperti memberikan pengetian terhadap masalah yang
sedang dihadapi atau mendengarkan keluhannya.
Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan
bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan
pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil
menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang
lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya
ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak
bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris
dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yuliani (2019) dengan Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 yang dapat
disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan cakupan
imunisasi campak rubella. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR (Odd ratio) =3,379
artinya ibu yang berumur 20- 35 tahun, akan berpeluang memberikan imunisasi
campak rubella pada bayinya sebesar 3,379 kali dibandingkan dengan ibu yang
umurnya < 20 tahun dan > 35 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa usia ideal
untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak, harus mempersiapkan tiga hal
yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial atau ekonomi,
secara umum seorang perempuan dikatakan siap secara fisik sekitar usia 20 tahun bila
13
dijadikan pedoman kesiapan fisik. Friedman (2013) menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,
suatu 13 hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin hubungan yang lebih
demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan
yang ada lebih otoritas dan otokrasi.
Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan,
afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial
bawah. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliani (2019) yang mengatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara penghasilan ekonomi ibu dengan cakupan imunisasi
campak rubella. Tingkat ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cakupan imunisasi. Pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan seseorang dari
pekerjaan yang dilakukan. Keluarga yang penghasilannya berkecukupan akan
memenuhi kebutuhan hidupnya, itu akan berpengaruh terhadap perilaku individu
tersebut untuk melakukan pemberian imunisasi campak terhadap bayi nya.
Sebaliknya, keluarga yang penghasilan rendah, mereka mengalami kesulitan
untuk memenuhi kebutahan hidupnya. Faktor lainnya adalah adalah tingkat
pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi
dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit. Pendidikan pada hakekatnya
bertujuan mengubah tingkah laku sasaran pendidikan. Tingkah laku baru (hasil
perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan (educational objective),
sehingga tujuan pendidikan pada dasarnya adalah suatu deskripsi dari pengetahuan,
sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya yang diharapkan akan dimiliki sasaran
pendidikan pada periode tertentu (Triana, 2015).
14
bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. Tenaga kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya saling
berkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan ketenagaan medis lainnya
(Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996).
Selain dukungan keluarga, terdapat juga dukungan oleh tenaga medis,
nasehat dokter merupakan salah satu bentuk dari dukungan tenaga medis. Pada setiap
kunjungan, dokter memberikan nasehat dan pesan kepada orangtua ataupun calon
orang tua bagaimana pentingnya pemanfaatan buku KIA.
15
informasi sangat diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk
memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat yang salah
terhadap kesehatan dan penyakit.
Komunikasi dikatakan efektif jika dari tenaga kesehatan mampu
memberikan informasi secara jelas kepada pasien, sehingga dalam
penanganan anemia selama kehamilan diharapkan tenaga kesehatan
bersikap ramah dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil (Notoatmodjo,
2007). Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang
informasi yang diberikan, dan juga memberikan pesan kepada ibu hamil
apabila terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulangi sendiri segera
datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan (Mandriwati, 2008).
2) Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.
Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar
mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Syaifudin (2006) motivasi adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai
motivator tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga
kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan
dalam meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke
arah pencapaian tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012).
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator
memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan,
menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang
dihadapi, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan
masalah tersebut (Novita, 2011). Tenaga kesehatan sudah seharusnya
memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk patuh dalam
mengkonsumsi tablet besi dan menanyakan apakah ibu hamil sudah
16
mengkonsumsi tablet besi sesuai dengan aturan yang diberikan. Tenaga
kesehatan juga harus mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil
dengan penuh minat, dan yang perlu diingat adalah semua ibu hamil
memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga dorongan
juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi
(Notoatmodjo, 2007).
3) Sebagai fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan
dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga
kesehatan dilengkapi dengan buku pedoman pemberian tablet zat besi
dengan tujuan agar mampu melaksanakan pemberian tablet zat besi tepat
pada sasaran sebagai upaya dalam menurunkan angka prevalensi anemia
(Santoso, 2004).
Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam
suatu forum dan memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator
tidak hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja, tetapi
seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator
secara khusus, sepertimenyediakanwaktu dan tempat ketika pasien ingin
bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Sardiman, 2007)
4) Sebagai konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain
dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-
perasaan klien (Depkes RI, 2006). Proses dari pemberian bantuan tersebut
disebut juga konseling. Tujuan umum dari pelaksanaan konseling adalah
membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan yang optimal dalam
menentukan batas-batas potensi yang dimiliki, sedangkan secara khusus
konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan
17
membimbing ibu hamil mencegah timbulnya masalah selama proses
kehamilan (Mandriwati, 2008).
Seorang konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau
mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau
mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan
interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dapat menyimpan rahasia,
mendorong pengambilan keputusan, memberi dukungan, membentuk
dukungan atas dasar kepercayaan, mampu berkomunikasi, mengerti
perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti keterbatasan yang
dimiliki oleh klien (Simatupang, 2008).
18
BAB III
Pengetahuan Ibu
Dukungan
Keluarga
Pemanfaatan
Buku KIA
Nasehat Bidan
Nasehat Dokter
19
3.1 Hipotesis
20
dukungan kepada 1 = tidak
ibu dalam
pemanfaatan
buku KIA
Nasehat bidan Peran Bidan Wawancara Kuesioner 0= Ordinal
kesehatan untuk mendukung
membantu ibu jika skor T ≥
dalam mean skor T
pemanfaatan 1 = tidak
buku KIA mendukung
jika skor T <
m
Nasehat dokter Peran Dokter Wawancara Kuesioner 0= Ordinal
kesehatan untuk mendukung
membantu ibu jika skor T ≥
dalam mean skor T
pemanfaatan 1 = tidak
buku KIA mendukung
jika skor T <
m
Pemanfaatan Buku Buku berisi Wawancara Kuesioner 0= tidak Ordinal
KIA catatan kesehatan lengkap
ibu dan anak Jika skor T <
mean
1= lengkap
Jika skor T ≥
mean
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan kita
lakukan (Sutanto dan Sabri, 2013).
a. Populasi kasus
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kota Pontianak..
b. Populasi kontrol
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memiliki catatan
lengkap buku KIA di Lingkungan Puskesmas SaigonKota Pontianak.
22
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya diukur
dan yang nantinya akan dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sutanto
dan Sabri, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden ibu hamil yang
melakukan pelayanan kesehatan di Puskesman Saigon Kota Pontianak.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling
yang digunakan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan karena peneliti sengaja
memilih sampel kepada siapapun yang ditemui peneliti atau by accident pada tempat,
waktu dan cara yang telah ditentukan (Sukardi, 2013).
Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden ibu hamil yang melakukan
pelayanan kesehatan di Puskesman Saigon Kota Pontianak.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka dalam
penelitian ini ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut
a. Kriteria Inklusi
1) Berdomisili di Kota Pontianak
2) Memiliki kriteria yang sama dengan kelompok kasus atau kriteria
kontrol matching dengan kasus. Adapun matchingnya adalah sebagai
berikut :
a) Ibu Hamil
b) Memiliki Buku KIA
3) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
2) Tidak berdomisili di Kota Pontianak.
23
3) Tidak memenuhi kriteria matching.
24
4.5 Analisis Data
Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara
membandingkan nilai p (p value) dengan tingkat signifikan 95% dan α sama dengan
0,05, yaitu :
a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara variabel bebas dab variabel terikat.
b. Jika nilai p > 0,05 maka Ho gagal diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti Sihole. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Buku KIA dengan
Kunjungan K4. Jurnal Kesehatan. Volume 11, Nomor 3.
Rina Hanum & Mey Elisa Safitri. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Hamil Tentang Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Namu Ukur. Jurnal
Bidan Komunitas. Vol. 1 No. 3 Hal. 152-160 I e-ISSN 2614-7874.
Tjut Alini. 2021. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang
Pemanfaatan Buku KIA. Jurnal Ilmiah Maksitek. ISSN. 2655-4399. Vol. 6
No. 3.
26