SRI NORMASITAH
H1041161062
SKIPSI
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas, tujjuan dari penelitian mengenai kadar
logam berat Pb dan Cd serta keadaan morfologinya di areal persawahan Kota Pontianak, antara
lain :
1. Kadar logam berat Pb dan Cd yang terakumulasi pada daging (Pila
ampulacea)
2. Kadar logam berat Pb dan Cd di air atau tanah di areal persawahan, tempat
ditemukannya keong sawah
3. Keadaan morfologi cangkang (Pila ampullacea) yang terpapar logam berat
Pb dan Cd.
Timbal atau timah hitam (Pb) pada pertambangan timbal berbentuk senyawa
sulfide (PbS). Logam timbal (Pb) secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada
bebatuan dan lapisan kerak bumi. Logam Pb di perairan ditemukan dalam bentuk Pb2+,
PbOH+, PbHCO3, PbSO4 dan PbCO+. Pb2+ diperairan bersifat stabil dan lebih
mendominasi dibandingkan dengan Pb4+. Sebagian besar logam Pb dihasilkan oleh
pencemaran aktivitas manusia, sehingga terjadi pengendapan yang berasal dari aktivitas
di darat sepertiindustri, rumah tangga dan erosi, penggunaan pupuk dilahan pertanian
(Bakri, 2017).
Logam Pb (timbal) adalah logam yang bersifat tidak esensial dan beracun.
Keberadaan logam Pb di alam akan berdampak buruk bagi biota terutama biota air.
Logam berat perairan akan diserap oleh biota melalui insang ataupun saluran
pencernaan.
Apabila biota air tahan terhadap pajanan logam berat yang tinggi, maka logam berat
tersebut akan tertimbun didalam jaringan biota tersebut, terutama dibagian hati dan
ginjalnya (Siregar, 2013). Pb dalam perairan dihasilkan oleh limbah antropogenik dan
limbah pertanian, seperti penyemprotan pestisida pada tanaman, pemberian pupuk pada
tanah yang terlalu banyak. Reaktivitas antara Pb dan partikel – partikel oksida yang
tinggi akan menyebabkan terjadinya absorbsi dan akumulasi logam Pb dari badan air
kedalam sedimen tanah. Logam Pb akan dapat diserap dari air anoksik (tanpa oksigen)
dengan sulfida atau FeS (Ulfa, 2018).
Timbal (Pb) dapat mempengaruhi beberapa organ tubuh misalnya, sistem
hemopoietik, sistem saraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem gastrointestinal, sistem
kardiovaskuler, sistem reproduksi, sistem endokrin. Timbal apabila terdapat dalam
tubuh akan terikat oleh gugus –SH dalam molekul protein dan menyebabkan terjadi
hambatan kerja sistem enzim (Putri, 2015). Timbal atau Pb di lingkungan, dapat
menggantikan unsur kalsium/Ca dan kemudian diserap tumbuhan, Pb yang berada
didalam tanah akan terikat oleh bahan organik dan sering terkonsentrasi pada bagian
permukaan tanah serta tanaman. Pencemaran tanah sangat erat kaitannya dengan
pencemaran di udara dan air. Besarnya pejerapan logam berat dalam tanah dipengaruhi
oleh sifat bahan kimia, kepekatan bahan kimia dalam tubuh, kandungan air tanah dan
sifat tanah misalnya bahan organik (Azhar, 2012).
Cadmium (Cd) adalah logam berat yang bewarna putih perak, lunak, mengkilap,
tidak larut dalam basa dan mudah bereaksi. Cd umumnya terdapat dalam kombinasi
dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfat). Umumnya logam Cd adalah senyawa
oksida (CdO) dan hidrat (CdH2). Senyawa klorida kadmium dan hidrat kadmium adalah
senyawa yang paling toksik dari kadmium (Ulfa, 2018). Cadmium (Cd) masuk
kelingkungan berasal dari sumber alami maupun sumber antropogenik. Sumber Cd
alami didapat dari pelapukan tanah dan batuan. Sumber alami jarang sekali terjadi
dibandingkan dengan sumber antropogenik. Sumber antropogenik adalah emisi Cd ke
atmosfer (misalnya pembakaran, peleburan atau penyulingan). Sumber Cd yang utama
masing – masing menyumbang 40-50% terhadap air permukaan, yaitu dari limbah
pencucian atau limpasan melalui pupuk fosfat (Ulfa, 2018).
Logam berat yang berada dalam perairan akan menyebar dan akan terikat
partikel tersuspensi sehingga mengendap kedasar perairan dan akan terakumulasi di
sedimen Konsentrasi Cd pada tanah yang tidak terkontaminasi oleh sumber
antropogenik berkisar 0,06-1,1mg/kg, dengan minimum 0,01mg/kg dan maksimum 2,7
mg/kg (Ulfa, 2018).
Cadmium (Cd) merupakan logam berat kelas B, yaitu logam – logam yang
terlibat dalam proses enzimatik dan dapat menimbulkan polusi. Logam kelas B masuk
melalui ikatan protein (ligand binding). Logam kelas B ini bersifat lebih reaktif terhadap
ikatan ligan dengan sulfur dan nitrogen, sehingga sangat penting dalam sistem fungsi
metaloenzim yang bersifat racun terhadap metabolisme Apabila sitoplasma sel mengikat
logam nonesensial atau sitoplasma mengikat logam yang tidak semestinya maka akan
menyebabkan rusaknya kemampuan katalisis enzim yang berada di dalam sel, sehingga
proses metabolism sel terganggu. Hal ini seringkali terjadi pada organ respirasi yaitu sel
epitel insang yang menjadi rusak karena paparan logam Cd yang terikat sebagai ligan.
Logam Cd akan terus – menerus terakumulasi oleh jaringan organisme sehingga
kandungannya dalam jaringan meningkat seiring dengan peningkatan konsenterasi logam
dalam air dan tanah. Logam Cd hanya diekresi oleh organisme air dalam jumlah sedikit
(Bakri, 2017).
Menurut Chein (2013) mengatakan bahwa pada lahan pertanian sumber utama
logam Cd berasal dari pupuk fosfat berbahan dasar batuan fosfat. Kandungan Cd pupuk
fosfat berkisar 30-60 ppm. Pencemaran logam Cd berasal dari penggunaan pestisida.
Berbagai jenis pestisida mengandung Cd sebagai komponen utamanya maupun bahan
komplementernya yang berfungsi sebagai perekat dan peningkat efektivitas senyawa
beracun yang dikandungnya. Selain itu, kadar logam dalam perairan sangat dipengaruhi
juga oleh faktor lingkungan musim. Logam berat saat musim hujan mengalami
pengenceran sedangkan pada musim kemarau akan terkonsentrasi.
BAB III
METODE
Keong sawah yang telah diawetkan didalam freezer, dikeluarkan ke suhu ruang
agar tidak terlalu beku untuk dilakukan analisis. Kemudian dilakukan pengukuran
Bobot, panjang, lebar dan tinggi. Setiap sampel dapat diukur dengan menggunakan
jangka sorong atau menggunakan penggaris atau meteran jahit.
P
T
t
t
l
3.3.4 Preparasi Sampel Daging dan Cangkang Keong Sawah untuk Pengukuran
Logam Pb dan Cd (SNI, 2009 dalam Lestari, 2018)
Sampel daging dan cangkang harus dihaluskan dengan cara digerus. Kemudian
15 gram sampel keong dimasukkan ke dalam gelas piala. Setelah itu ditambahkan
pereaksi HNO3 65% sebanyak 10 ml dan asam perklorat 68% sebanyak 2 ml hingga
seluruh sampel terendam. Kemudian dipanaskan dengan hotlplate kurang lebih 4-6 jam
sampai seluruh sampel uji larut seutuhnya dan larutan berwarna kuning jernih.
Kemudian ditambahkan aquades hingga volume 50 ml dan dimasukkan ke dalam labu
ukur melalui kertas saring untuk menyaring lemak yang ada dan siap diinjeksi
menggunakan Spektometer Serapan Atom / Atomic Absorption Spectrophotometer
(SSA/AAS). Metode Spektometri Serapan Atom untuk mengukur logam Pb dan Cd
dilakukan pada panjang gelombang 283,3 nm. Hasil absorbansi pengukuran harus
diubah ke dalam nilai kadar logam (ppm) menggunakan kurva standar.
3.3.5 Preparasi Sampel Air Untuk Analisis Sifat Fisika dan Kimia
Parameter fisika yang diamati meliputi suhu air dan Total Dissolved Solid
(TDS). Parameter kimia yang diamati berupa pH, Dissolved Oxigen (DO)dan logam Pb,
Cd. Pengamatan dilakukan dialiran irigasi dan air irigasi yang telah masuk pada area
sawah. Analisis yang dilakukan langsung di lapangan adalah pengukuran suhu
menggunakan termometer, pengukuran TDS menggunakan TDS meter, pengukuran pH
meter dan DO dilakukan dengan cara titrasi (Rohmawati,2016).
Menurut Van Esch (1977) dalam Suprapti (2008), terdapat 3 kategori nilai IFK,
yaitu sebagai berikut: (1) nilai lebih besar dari 1000 masuk dalam kategori sifat
akumulasi tinggi, (2) nilai IFK 100 s.d 1000 disebut sifat akumulatif sedang dan (3) IFK
kurang dari 100 dikategorikan dalam kelompok sifat akumulatif rendah.
Azhar H, Widowati I & Suprijanto J. 2012. Studi Kandungan Logam Berat Pb,
Cu, Cd, Cr pada Kerang Simping (Amusium pleuronectes), Air dan Sedimen
di Perairan Wedung, Demak serta Analisis Maximum Tolerable Intake pada
Manusia, Journal of Marine Research, 01 (02):35-44
Bakri, Sitti N, 2017, Kandungan Logam Timbal dan Cadmium (Cd)pada Organ
kulit, Daging dan Hati Ikan Layang (Decapterus russelli) di Perairan Pantai
Losaro Kota Makassar, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknolog, UIN Alauddin
Makassar
Chien, S,H, Carmona, G, Prochnow, L.L, & Austin, E.R, 2013, Cadmium
Avaibility Granulated and Bulk-Blended Phospate-potassium Fertilizen,
Journal Environmet Quality, 32, 1911-1914
Hartoto, D.I, Prijono S.N, Adhikerana A.S, 1994, Dimorfisme Seksual Pada
Keong Pila ampullaceal, Zoo Indonesia no 24, Balitbang Zoologi, Bogor
Lestari, S, 2018, Resiko Kontaminasi Logam Berat Timbal dan Cadmium pada
Daging dan Hati Sapi yang digembalakan di Areal Bekas Lahan Pertanian
Kecamatan Wasile Timur, Dosen Program Studi Perternakan Fakultas
Pertanian, Universitas Khairun,Ternate, Jurnal Ilmu Perternakan JANHUS,
Vol. 2 No 2 Hal. 41-47 ISSN 2548-7914
Linnaeus, C, 1758, Systema Naturae Per Regna Tria Nature, Secundum Classes,
Ordines, Genera, Species, Cum Charateribus, Differentiis, Synonymis,
Locis, Editio Decima, Reformata, Laurentius Salvius, Holmiae,ii, 824 pp,
Available Online
Putri, Wike A E, Dietriech G,B, 2015, Konsentrasi logam Berat (Cu dan Pb) di
Sungai Musi Bagian Hilir, Bogor, Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis, no 2 Vol 7, ISSN 453-463
Rahma, Taufikur, 2016, Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) dan Tembaga
(Cu) dalam Tanaman Rimpang Menggunakan Metode Destruksi Basah
Secara Spektroskopi Serapan Atom (SSA), Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang
Siregar, A, Mar, Nur, 2013, Skripsi Analisis Kandungan Logam Berat Pb dan Cd
pada Keong Tutut (Belamya javanica v.d Bush 1844) di Waduk Siguling
Jawa Barat, Departemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor,
Suprapti NH, 2008, Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimen dan Kerang
Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung
Desa Morosai Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Ulfa, Fauzia, Rafika, 2018, Analisis Kadar Kadmium pada Air dan Sedimen
Sungai Lesti Kabupaten Malang Menggunakan Metode Spektroskopi
Serapan Atom (SSA), Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang