KAJIAN PUSTAKA
6
7
merupakan jenis-jenis endemik Sulawesi. Tercatat 8 jenis dari Papua yang terbatas
sebarannya, kelompok ini termasuk suku (Family) Viviparidae dan selama ini
semua jenisnya digolongkan pada marga (Genus) Filopaludina (Marwoto 2009).
Keong air tawar adalah sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan
tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, serta danau. Hewan bercangkang
ini dikenal juga sebagai keong gondang, siput sawah, atau siput air. Bentuk tutut
agak menyerupai siput murbai, masih berkerabat, tetapi memiliki warna cangkang
hijau pekat sampai hitam (Miftakhurohmah 2011).
Tutut adalah jenis gastropoda yang memberikan manfaat kepada manusia,
yaitu sebagai bahan makanan, sebagai pakan ternak unggas, dan cangkangnya dapat
dibuat berbagai macam lukisan dan cenderamata (Dharma 1988). Bentuk dari
cangkang tutut menyerupai piramida yang arah putarannya ke kanan (dekstra).
Jumlah putaran seluk 6–7 buah dan mulut cangkang berbentuk oval, pusar kecil
berupa celah. Warna cangkang hijau atau kuning kecoklatan dan pada puncak
cangkang berbentuk lancip serta terdapat garis spiral yang tipis. Penutup cangkang
berwarna coklat yang terbuat dari zat kitin (Jutting 1956). Anatomi tutut
diantaranya terdapat operkulum pada bagian luar, mantel, hati, ginjal, kelenjar
albumen, ovarium, bantalan paru-paru, oviduk, dan anus (Safrida 2014).
Kandungan vitamin pada tutut cukup tinggi, diantaranya vitamin A, E, dan
folat. Tutut dapat dijadikan sebagai alternatif protein pengganti daging ataupun
ayam dengan harga yang relatif terjangkau. Tutut dapat mengobati penyakit hati
atau hepatitis A karena mengandung protein yang tinggi, selain itu dapat
meningkatkan ketahanan tubuh (Positive Deviance Resource Centre 2008).
Kandungan protein di dalam tutut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Dalam 100 gram tutut mengandung protein 12%, air 81 gram,
kalsium yang sangat tinggi yaitu sebanyak 217 mg hampir setara dengan segelas
susu, rendah kolesterol, dan sisanya mengandung energi, karbohidrat, dan fosfor.
8
Keong air tawar ini sangat mudah dikenali karena bentuk cangkangnya
seperti kerucut, meruncing ke belakang dan berwana hijau kehitaman. Ukurannya
dapat mencapai sebesar biji pala (Miftakhurohmah 2011). Adapun morfologi tutut
terdapat pada Gambar 3.
Tutut memiliki tinggi cangkang sekitar 40 mm dan garis tengah 15-25 mm.
Kerucutnya membulat, agak tipis, kuning kehijauan, hijau kecoklatan, atau coklat
kemerahan, bergaris-garis tumbuh halus, kadang-kadang dihiasi 3-5 garis lingkar
coklat kehitaman. Puncaknya agak runcing tetapi rompang. Tepi cangkangnya
menyiku tumpul pada hewan yang muda. Jumlah seluknya 6-7, agak cembung,
dengan seluk akhir yang berukuran besar. Umbilikus (pusar) sempit. Mulut
cangkang miring, membundar, dengan tepi bersambung dan kadang dibatasi dengan
warna hitam. Dasar cangkang membulat. Operkulum (tutup cangkang) agak bundar
telur, tipis, agak cekung, cokelat kehitaman, bergaris-garis konsentrik dengan inti
yang terletak agak ke tepi (Safrida 2014).
4
2
Telur tutut yang telah melewati masa inkubasi selama 7 sampai 14 hari akan
menetas lalu tumbuh menjadi anakan tutut selama 15 sampai 25 hari setelah itu
tumbuh menjadi tutut dewasa selama 49-59 hari lalu tutut dapat melakukan
reproduksi dan mengeluarkan telur (Jutting 1956).
limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain-lain (Effendi
2003).
Secara garis besar terdapat dua cara masuknya pencemaran kedalam
perairan yaitu secara alami dan melalui kegiatan manusia. Sebagian besar
pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan manusia terjadi di dalam atau dekat
daerah pemukiman dan area industri (Mukhtasor 2007).
hidupnya. Terdapat organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap
perubahan suhu lingkungan (euriterm) dan ada jenis yang kisaran toleransinya
sempit (stenoterm). Kondisi tersebut menyebabkan sesuatu yang wajar apabila
terdapat perbedaan signifikan jenis organisme yang hidup pada daerah yang
memilki letak geografis yang berbeda, karena organisme memiliki temperatur lethal
baik lethal atas maupun lethal bawah terhadap suhu (Pangkey 2008). Suhu air akan
menurun dengan meningkatnya kedalaman, sampai batas zona fotik dan setelah itu
suhu relatif stabil. Pada zona mesofotik terjadi penurunan suhu yang sangat drastis,
wilayah ini dikenal sebagai termoklin (Pangkey 2008).
Kenaikan suhu akan menimbulkan beberapa akibat seperti jumlah oksigen
terlarut dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan
hewan air lainnya akan terganggu (Fardiaz 1992). Winiati (2010) menyatakan suhu
air yang cocok untuk kehidupan tutut adalah 26-300C sedangkan menurut Sumanto
(2019) suhu air yang optimum untuk kehidupan makrozoobenthos adalah 20-300C.
Suhu mempengaruhi konsentrasi timbal (Pb) pada suatu lingkungan, suhu yang
tinggi akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi timbal (Pb),
naiknya suhu pada perairan akan mempercepat reaksi dalam pembentukan ion-ion
timbal (Pb) (Pratiwi 2018).