Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

seseorang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoadmojo, 2003:121).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Upaya kesehatan gigi perlu di

tinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran

masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan

perawatan. Dalam hal ini contohnya anak SD yang masih belum banyak

memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang kesehatan gigi dan

mulut. Usaha pemerintah dalam membangun kesehatan tentunya

membutuhkan orang-orang yang dapat memberikan penjelasan mengenai

kesehatan gigi dan aturan yang ada dalam bidang kesehatan, terutama

kesehatan gigi (Kesehatan Gigi dan Mulut. 2010).


Kesehatan gigi adalah bagian integral dari kesehatan umum, sehingga

perlu bagi petugas kesehatan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan

sesuai dengan perkembangan kesehatan pada umumnya. Penyebab

timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah

satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan

mulut. Pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut serta menjaga

kebersihannya karena gigi dan mulut bukan sekedar pintu masuknya

makan dan minuman saja, tetapi mulut juga bisa menjadi pintu masuknya

mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi (

Notoatmodjo ,2004 )

Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan

didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi

normal, dari gigi dan mulut yang sehat ini tidak tercium bau tak sedap.

Kondisi ini hanya dapat tercapai dengan perawatan yang tepat, namun oleh

karena berbagai faktor ( misalnya biaya dokter gigi yang relatif

mahal dari pada dokter umum ) kesehatan gigi sering kali tidak menjadi

prioritas. Kita hanya pergi ke dokter gigi kalau keadaan gigi sudah parah

dan rasa sakit tidak tertahankan lagi ( Widjayanti dan

Utamadi, 2002 )

Pada usia anak biasanya tidak dijumpai gigi susu atau sulung yang

bertumpuk, akan tetapi orang tua sering mengeluhkan keadaan gigi


anaknya yang berwarna kehitaman dan berlubang ( caries ). Bahkan, lebih

buruk lagi pipi anaknya menjadi bengkak akibat giginya yang membusuk.

Gigi susu pada anak-anak mudah berlubang karena anak suka makan

makanan yang lengket dan manis seperti permen dan coklat, ditambah lagi

dengan kebiasaan mengemut makanan dan malas membersihkan giginya.

Memasuki usia sekolah gigi tetap mulai tumbuh sehingga di dalam

rongga mulut anak terjadi terjadi pertumbuhan gigi susu dan gigi tetap.

Kondisi seperti ini sangat rawan karena kemungkinan terjadinya

pertumbuhan gigi yang tidak normal dapat terjadi. Tidak normalnya

pertumbuhan gigi secara langsung dapat menimbulkan kelainan misalnya

gigi berjejal. Apabila gigi berjejal dibiarkan sampai anak bertambah

dewasa, masalah lain akan timbul seperti terganggunya fungsi

mengunyah, bicara, dan penampilan. Kondisi gigi yang berjejal sangat

sulit dibersihkan, akibatnya banyak sisa makanan yang tetap menempel

pada gigi anak. Apabila kondisi ini dibiarkan akan menyebabkan flak dan

karang gigi. Lebih parah lagi gigi anak akan berlubang karena akan

dirusak oleh mikroorganisme yang menempel pada sisa makanan yang

lama kelamaan akan menyebabkan gigi menjadi goyang dan keadaan ini

dapat menyebabkan bau mulut ( Suryanegara, 2002 ).

Sesuai data global WHO (2000) menunjukkan 60% - 90% anak-

sekolah di negara industri memiliki gigi berlubang. Sementara di

Indonesia, prevalensi Nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5 % .


Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan mengenai

kesehatan gigi dan mulut terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok

usia 12 tahun (kira-kira 8-10 anak) mengalami gigi berlubang. Pada angka

nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai 76,62%. prevalensi

caries aktif 50,6 % terdapat pada Kalimantan Timur berdasarkan riset

Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2007.

Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi dan mulut kelas 1 sampai

dengan kelas 6 yang dilakukan tanggal 26 september 2013 di SDN 001

Talisayan kecamatan Talisayan kabupaten Berau bahwa dari 467 anak,

ditemukan 264 anak yang mengalami gigi berlubang, 72 anak yang

memiliki karang gigi 16 yang memiliki gigi berjejal dan hanya 115 anak

yang memiliki gigi bersih dan sehat. Hal ini menandakan adanya

permasalahan yang cukup laten, yaitu minimnya kesadaran dan

pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di masyarakat terutama di

SDN 001 Talisayan Kecamatan Talisayan Kabupaten Berau.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka peneliti

tertarik untuk mengambil judul penelitian Gambaran Pengetahuan Siswa

kelas V SDN 001 Talisayan Kec. Talisayan Kab. Berau Tentang

Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut bagaimana gambaran tingkat pengetahuan anak tentang perawatan


kesehatan gigi yang benar di SDN 001 Talisayan kecamatan Talisayan

Kabupaten Berau.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi

dan mulut pada anak kelas V di SDN 001 Talisayan Kecamatan

Talisayan Kabupaten Berau.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden tentang perawatan gigi

dan mulut yang benar di SDN 001 Talisayan Kecamatan Talisayan

Kabupaten Berau.

b. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan responden

tentang kesehatan gigi dan mulut yang meliputi :

1. Pengetahuan tentang responden tentang cara menyikat gigi

benar.

2. Pengetahuan responden tentang waktu yang tepat untuk

menyikat gigi.

3. Pengetahuan responden tentang makanan yang dapat merusak

gigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa Sekolah Dasar

Memberikan informasi kepada siswa dan menambah tingkat

pengetahuan siswa tersebut tentang kesehatan gigi dan mulut.


Sehingga siswa sendiri menyadari akan pentingnya kesehatan gigi dan

mulut dan mengubah berbagai perilaku yang kurang baik.

2. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan imformasi kepada guru, siswa bersangkutan dan pihak

terkait mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu ditingkatkan

lagi kegiatan UKS yang ada di SDN 001 Talisayan Kecamatan

Talisayan Kabupaten Berau.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam program belajar mengajar, khususnya

tentang pengetahuan mempromosikan cara menyikat gigi yang benar.

4. Bagi Puskesmas Talisayan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dan diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan yang ada di Talisayan serta ikut

berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan gigi dan mulut dan sebagai bahan untuk memperkuat teori

tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu diperhatikan lagi.

5. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang cara menyikat gigi

sehingga dalam Penelitian dimasa yang akan datang akan menjadi

lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai