Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM NEFROTIK

Dosen Pembimbing

Ns. Rina Puspita Sari S,Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Nama : MUSTAKIM

Nim : 21317082

PROGRAM STUDi PROFESI NERS KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKes) YATSI

TANGERANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS SINDROME NEFROTIK

A. Definisi

Pengertian Sindrom nefrotik adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia
(kurang dari 3 g/dl), edema, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas. Berdasarkan
etiologinya, Sindrom nefrotik dapat dibagi menjadi Sindrom nefrotik primer (idiopatik) yang
berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak diketahui dan Sindrom
nefrotik sekunder yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
Saat ini gangguan imunitas yang diperantarai oleh sel T diduga menjadi penyebab
Sindrom snefrotik. Hal ini didukung oleh bukti adanya peningkatan konsentrasi neopterin serum
dan rasio neopterin/kreatinin urin serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah perifer pasien
Sindrome nefrotik yang mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai sel T (4). Kelainan
histopatologi pada Sindrom nefrotik primer meliputi nefropati lesi minimal,nefropati
membranosa, glomerulo-sklerosis fokal segmental, glomerulonefritis membrano-proliferatif.
Penyebab sindrom nefrotik sekunder sangat banyak, di antaranya penyakit infeksi,
keganasan, obat- obatan, penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit
metabolik, penyakit herediter-familial, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis,
stenosis arteri renalis, obesitas massif. Di klinik (75%-80%) kasus sindrom nefrotik merupakan
SN primer (idiopatik).
Pada Sindrom nefrotik primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau
melakukan biopsi ginjal untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum memulai terapi. Selain
itu terdapat perbedaan dalam regimen pengobatan Sindrom nefrotik dengan respon terapi yang
bervariasi dan sering terjadi kekambuhan setelah terapi dihentikan. Berikut akan dibahas
patogenesis/patofisiologi dan penatalaksanaan sindrom
Pada anak-anak 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%-85%)
dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan laki-laki dua kali lebih
banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling banyak nefropati membranosa (30%-50%),
umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN idiopatik 2-
3 kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom nefrotik
sekunder pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes mellitus

Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur keseimbangan cairan
dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri
dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain
itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-
buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh.

B. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi,
keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat
penyakit sistemik seperti berikut

lesi minimal

Glomerulosklerosis fokal (unit penyaring darah pada ginjal)

membranosa

membranoproliferatif

proliferatif lain
D. manifestasi klinis

Sindrom Nefrotik Bawaan


Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya adalah edema pada
masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang
bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis
buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya,

E. Patosfisiologis
Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik, namun
penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan
adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan
membran basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif
tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus. Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari
proteinuria yang hebat. Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan
turunnya tekanan onkotik plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang
interstitial. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler.
Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema. Penurunan volume plasma atau volume
sirkulasi efektif merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan natrium di renal. Retensi natrium dan
air ini timbul sebagai usaha kompensasi tubuh untuk menjaga agar volume dan tekanan intravaskuler
tetap normal. Retensi cairan selanjutnya mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan demikian
menurunkan tekanan onkotik plasma yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang
interstitial. berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu aktivitas
sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS), hormon katekolamin serta ADH (anti diuretik hormon)
dengan akibat retensi natrium dan air, sehingga produksi urine menjadi berkurang, pekat dan kadar
natrium rendah. Hipotesis ini dikenal dengan teori underfill. Dalam teori ini dijelaskan bahwa
peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron adalah sekunder karena hipovolemia. Tetapi ternyata
tidak semua penderita sindrom nefrotik menunjukkan fenomena tersebut. Beberapa penderita
sindrom nefrotik justru memperlihatkan peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin
plasma dan kadar aldosteron, sehingga timbullah konsep baru yang disebut teori overfill. Menurut
teori ini retensi renal natrium dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak tergantung
pada stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma
dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat overfilling cairan ke dalam
kompartemen interstitial. Teori overfill ini dapat menerangkan volume plasma yang meningkat
dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia

Kelainan Urin dan Darah Pada Pasien Sindrom Nefrotik

Status klinis Sindrom Nefrotik disebabkan oleh injuri glomerulus ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein
urinaria yang massif proteinuria masif (lebih dari 50 mg/kg BB/24 jam atau 3,5 g/hari),
hipoproteinuria, hipoalbuminemia (kurang dari 3,5 g/dl), hiperlipidemia, dan tanpa ataupun disertai
edema dan hiperkolesterolemia. Biasanya sedimen urin normal namun bila didapati hematuria
mikroskopik (20eritrosit/LPB) dicurigai adanya lesi glomerular (misal : sklerosis glomerulus fokal).

Pemeriksaan penunjang
Penilaian berdasarkan tingkat kekeruhan urin (tes asam sulfosalisilat atau tes asam acetat) didapatkan
hasil kekeruhan urin mencapai +4 yang berarti: urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping
besar atau bergumpal-gumpal atau memadat
Penetapan jumlah protein dengan cara Esbach (modifikasi Tsuchiya) didapatkan hasil proteinuria
terutama albumin (85-95%) sebanyak 10-15 gram/hari.
Proteinuria berat, ekskresi lebih dari 3,5 gram/l/24jam.
Pemeriksaan jumlah urin didapatkan produksi urin berkurang, hal ini berlangsung selama edema
masih ada.
Berat jenis urin meningkat.
Sedimen urin dapat normal atau berupa torak hialin,granula, lipoid
ditemukan oval fat bodies merupakan patognomonik sindrom nefrotik (dengan pewarnaan Sudan
III).
Terdapat leukosit

Terapi pengobatan syndrome nefrotik


-obat kortikosteroid
Obat ini berfungsi untuk menangani peradangan pada ginjal atau mengobati penyakit peradangan
penyebab sindrom nefrotik
-obat anti hipertensi
Obat ininberfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang bisa meningkat saat terjadi
kerusakan ginjal , obat darah tinggi dapat mengurangi jumlah protein yang terbuang
-obat diuretik
Fungsi obat deuretik untuk membuang cairan yang berlebihan dari dalam tubuh sehingga dapat
mengurangi gejala edema
-obat pengecer darah heparin
Fungsi obat ini adalah menurunkan resiko pen
ggumpalan darah yang merupakan komplikasi dari syndrome nefrotik
-obat penisilin
Obat antibiotic yang mengunakan untuk mencegah infeksi yang merupakan komplikasi dari sindrom
nefrotik
Kontraindikasi :

1) Obesitas
2) Perlengketan pertoneum
3) Peritonitis locak
4) Operasi atau trauma abdomen yang baru saja terjadi
5) Luka bakar abdomen (luas, disertai infeksi
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan proses bedah dengan mengganti organ ginjal yang mengalami
kerusakan dengan organ ginjal dari donor. Proses ini memerlukan pemeriksaan kecocokan ginja
pendonor dengan tubuh penerima donor.
Indikasi :
1) Hipertensi renal
2) Tumor ginjal
3) Nefropati diabetik akibat DM
Kontraindikasi :
Penderita kanker yang telah bermetastasus dan penderita infeksi

Hasil lab
Jenis pemeriksaan fungsi ginjal
a. Urinalisis
Urinalisis atau tes urine dilakukan untuk mendeteksi protein dan darah didalam urine. Faktor yang
diperiksa adalah warna dan kejernihan urine, serta kandungan kimia di dalam urine.
b. Tes urine 24 jam
Dilakukan untuk mengukur kadar protein atau kreatinin yang keluar dari urine selama 24 jam.
Kreatinin adalah zat sisa metabolisme otot yang seharusnya dibuang melalui urine. Sementara,
protein tidak seharusnya didapatkan dalam jumlah yang banyak pada urine.
c. Tes albumin
Berutujuan untuk mendeteksi keberadaan albumin dalam urine. Albumin adalah protein di dalam
darah yang seharusnya tidak ada pada urine. Tes ini dapat dilakukan sebagai bagian urnalisis atau
sebagai tes terpisah.
d. Pemeriksaan fungsi ginjal dengan sampel darah
FHATWAY SINDROM NEFROTIK Sindrom nefrotik

glomerulunefritis

Permeabilitas
glomerulus meningkat

Kenaikan filtrasi plasma protein

Proteinuria

hipoalbuminemia

Tekanan onkotik plasma menurun

Volume darah efektif menurun

Aktif renin angiotensin aldosterone


Mekanisme regulator ginjal

Retensi air dan natrium

Kelebihan volume cairan


Edema

Terasa penuh pada abdomen

Cadangan energi dipakai Nafsu makan menurun

kelelahan Intoleransi aktivitas


Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intervensi keperawatan
No Sdki Slki Siki

1 D. 0022 L. 03028 status cairan I.03116 manajemen


Kategori : fisiologis Setelah dilakukan tindakanhipovolemia
Subkategori : nutrisi cairan Observasi
keperawatan di harapkan
Hipervolemia -Perika tanda dan gejala
dapat tertasi dengan hipovolemia (mis nadi
meningkat nadi teraba
kriteria hasil : lemah tekanan darah
-intake cairan (membaik) menurun tekanan nadi
menyempit turgo kulit
-konsentrasi urine
menurun
(membaik) -monitor intake dan ouput
cairan
-berat badan (membaik)
Terapeutik
-hitung jumlah kebutuhan
cairan
-berikan posisi modifled
- berikan asupan oral
Edukasi
-Anjurkan
memperbanyakan asupan
cairan oral
-Anjuran menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
cairan iv isotonis
(Nacl,RL)
-kolaborasi pemberian
cairan iv hipotonis (mis
glukosa 2,5%, nacl 0.4%
-kolaborasi pemberian
produk darah

2 D. 0019 Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


Kategori : fisologis Tindakan keperawatan Observasi
Subkategori : nutrisi dan 1/24 jam maka deficit -identifikasi status nutrisi
cairan nutrisi membaik dengan -monitor asupan makanan
Defisit nutrisi kriteria hasil -monitor berat badan
-verbalisasi keinginan Terapeutik
untuk meningkatkan -berikan makanan tinggi
nutrisi: cukup membaik kalori dan tinggi protein
-frekuensi makan: cukup -berikan suplemen
membaik makanan
-nafsu makan: cukup Edukasi
membaik -anjurkan posisi duduk,
jika perlu
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
3 D. 0056 L. 05047 Toleransi I.05178 manajemen energi
Kategori : fisiologis aktivitas Obervasi
Subkategori : Setelah dilakukan tindakan -identifikasi gangguan
aktivitas/istirahat keperawatan di harapkan fungsi tubuh yang
Intoleransi aktivitas dapat tertasi dengan mengakibatkan kelelahan
-monitor kelelahan fisik
kriteria hasil
dan emosional
-aktivitas sehari hari
-monitor lokasi dan
(meningkat)
ketidaknyaman selama
-kekuatan tubuh bagian
melakukan aktivitas
atas ( meningkat)
Terapeutik
-kekuatan tubuh bagian
-Sediakan lingkungan
bawah (meningkat)
nyaman dan rendah
-tekanan darah (membaik)
stimulud (mis cahaya
,suara dan kujungan)
-lakukan lahtian rentang
gerak pasif dan atau aktif
-fasulitas duduk di sisi
tempat tidur
Edukasi
-ajurkan tirah baring
-anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
-ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
BAB II
KASUS
1. An. A berusia 8 tahun di bawa ke Rumah Sakit diantar oleh ibunya. An. A mengeluhkan pada
badan, kaki, wajah, dan lengan, dan wajah. Klien mengeluh sering sakit kepala. Ibu klien
mengatakan jika anaknya tidak nafsu makan, sering mual disertai muntah, berat badan klien
menurun, awal BB klien 26 kg menjadi 21 kg. An. A terlihat lemas, lemah, dan pucat. Setelah
diberikan terapi farmako terlihat hanya ada penumpukan cairan pada jaringan pada ekstermitas
atas dan bawah. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil pengkajian:
TD: 100/80 mmHg RR: 15 x/menit
N: 102 x/menit S: 37,5o C
Hasil laboratorium:
No Referensi Nilai Normal Hasil
1. Protein Urin 150 mg/24 jam 50 mg/dl
(0,15g/24 jam)
2. Albumin 3.8-5.0 gr/dl 1 gr/dl
3. Protein total 6.1-8.2 gr % 3.5 gr %
4. Kreatinin 0.5-1.5 mg/dl 2 mg/dl

A. Pengkajian

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DEWASA

( PSYSICAL ASSASSMENT )

BIODATA PASIEN

1. Nama : An, a

2. Umur : 8 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. No. Register :-

5. Alamat :-

6. Status : pelajar
5. Kekuarga terdekat :-

6. Diagnosa Medis : Syndrome nefrotik

7. Tanggal Pengkajians : 31Oktober 2021

1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
mengeluhkan pada badan , kaki wajah, dan lengan , dan wajah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
An. A mengeluhkan pada badan, kaki, wajah, dan lengan, dan wajah. Klien mengeluh sering
sakit kepala. Ibu klien mengatakan jika anaknya tidak nafsu makan, sering mual disertai
muntah, berat badan klien menurun, awal BB klien 26 kg menjadi 21 kg. An. A terlihat
lemas, lemah, dan pucat.
C. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Klien mengatakan tidak pernah menderita suatu penyakit yang berat
D. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan Keluarga tidak ada yang memiliki kelainan / kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat

2. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :
Dari hasil data pengkajian di dapatkan hasil untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi pada klien
diketahui penurunan BB 26kg menjadi 21kg. klien sering mual muntah serta kesulitan makan
serta berat badan klien semakin menurun.

Masalah Keperawatan : terdapat masalah keperawatan

b. Pola Eliminasi
Dari hasil data pengkajian pola eliminasi urie dan BAB klien tidak terkaji, konsentrasi serta
warna dan pengeluaran BAB tidak terdapat keterangan di pengkajian awal.

Masalah Keperawatan : tidak terdapat masalah keperawatan

c. Pola istirahat tidur


Hasil data pengkajian di dapatkan hasil untuk pemenuhan istirahat tidur klien tidak terkaji,
data pengkajian awal kurang lengkap.
Masalah Keperawatan : tidak terdapat masalah keperawatan

d. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene :


Saat di rumah Klien memiliki kebiasaan mandi sebanyak 3 kali sehari, sikat gigi sebanyak 3
kali sehari dan keramas sebanyak 1 kali sehari, memotong kuku seminggu sekali. Selama di
rumah sakit klien mengatakan diseka menggunakan tisu basah dan menyikat gigi 2x sehari
dan mengganti baju pada pagi hari

e. Aktivitas Lain
Dari data pengkajian di dapatkan hasil klien tidak memiliki aktivitas lain selama di rumah
sakit.

3. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


a. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien, Kegiatan kemasyarakatan :
tidak dilakukan pengkajian
b. Konflik social yang dialami klien : tidak dilakukan pengkajian
c. Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya : tidak dilakukan pengkajian
d. Teman dekat yang senantiasa siap membantu : tidak dilakukan pengkajian

Masalah Keperawatan : tidak mengalami masalah keperawatan

a. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :

Tidak dilakukan pengkajian

b. Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya : Tidak dilakukan


pengkajian

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Hasi pemeriksaan fisik :
TD: 100/80 mmHg
RR: 15 x/menit
N: 102 x/meni
t S: 37,5o C
B. Keadaan Umum
Keadaan umum klien pada saat di lakukan pengkajian yakni
TD: 100/80 mmHg
RR:15 x/menit
N: 102 x/menit
S: 37,5o C
Pemeriksaan Integument, Rambut Dan Kuku

1. Integument
A. Tipe Primer: tidak dilakukan pengkajian
B. Tipe Sekunder :Tidak terdapat hasil pengkajian
2. Pemeriksaan Rambut
a. Ispeksi dan Palpasi : Tidak dilakukan pengkajian

3. Pemeriksaan Kuku: Tidak dilakukan pengkajian


4. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan: Klien tidak mengalami
keluhan

Masalah Keperawatan : klien tidak mengalami masalah keperawatan pada kulit

C. Pemeriksaan Kepala, Wajah Dan Leher


dilakukan pengkajian pada kepala, wajah serta leher, serta pemeriksaan Telinga, Pemeriksaan
Hidung, Pemeriksaan Mulut dan Faring, Pemeriksaan Leher
Masalah Keperawatan : wajah, lengan, kepala

D. Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak


Klien tidak dilakukan pemeriksaan pada payudara dan ketiak baik secara inspeksi, palpasi serta
auskultasi.

E. Pemeriksaan Torak Dan Paru


Tidak dilakukan pengkajian pada bagian torak dan paru baik secara inspeksi, palpasi, perkusi
serta auskultasi.
F. Pemeriksaan Jantung
Klien tidak dilakukan pemeriksaan pada jantung baik secara inspeksi, palpasi serta auskultasi.
Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak dilakukan pemeriksaan

G. Pemeriksaan Abdomen
Klien tidak dilakukan pemeriksaan abdomen baik secara inspeksi, palpasi, perkusi serta
auskultasi.

H. Pemeriksaan Genetalia
Klien tidak dilakukan pemeriksaan genetalia baik secara inspeksi, palpasi, perkusi serta
auskultasi

I. Pemeriksaan Anus
Klien tidak dilakukan pemeriksaan anus baik secara inspeksi, serta palpasi
Masalah Keperawatan : ..........................................................
J. Pemeriksaan jumlah urin yang keluar
Klien melakukan pemeriksaan jumlah urin secara rutin

5. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tidak dilakukan pengkajian
6.PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. GCS (Glasgow Coma Scale )
Tidak dilakukan pengkajian
b. Tanda-tanda rangsangan otak

Peningkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (+), kaku kuduk (-), mual-muntah (-), kejang (-),
penurunan tingkat kesadaran (-).

c. Nervus cranialis
Tidak melakukan pengkajian
d. Memeriksa fungsi Motorik
Ukuran otot (simetris), gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh klien (-)
e. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul peka, benda tajam peka. Menguji sensasi
panas/dingin peka, kapas halus peka, minyak wangi peka.
f. Memeriksa reflek kedalaman tendon
1. Reflek fisiologis
Tidak dilakukan pengkajian
2. Reflek pathology
Tidak dilakukan pengkajian

Keluhan lain yang terkait dengan Px.Neurologis : Tidak ada

7. RIWAYAT PSIKOLOGIS
Saat dilakukan pemeriksaan pada mengeluhkan pada badan, kaki, wajah, dan lengan, dan wajah.
Klien mengeluh sering sakit kepala. Ibu klien mengatakan jika anaknya tidak nafsu makan,
sering mual disertai muntah, berat badan klien menurun, awal BB klien 26 kg menjadi 21 kg.
An. A terlihat lemas, lemah, dan pucat

8. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DAN SPIRITUAL


Sebelum sakit Klien sering untuk beribadah selama sakit klien tidak beribadah.
9. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Klien melakukan pemeriksaan hasil lab
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Klien tidak melakukan pemeriksaan penunjang baik ct-scan, dan x-ray
11. TERAPI YANG TELAH DILAKUKAN
Klien melakukan pemeriksaan farmakoterapi

NO Analisa data Masalah keperawatan


1 Ds. Ibu An . a mengatakan An. a D.0054
mengeluhkan pada badan , kaki wajah,
Kategori : fisiologis
dan lengan , dan wajah
Subkategori : aktivitas/istirahat
Do
Gangguan mobilitas fisik
Pasien terlihat pucat dan lemah
Hasil pengkajian
TD 100/80
N 102
RR 15x/m
S 37,5 c
2 Ds. Ibu An. A mengatakan An a D. 0009
mengeluh sering sakit kepala
Kategori : fisiologis
Subkategori : sirkulasi
Do
Perfusi perifer tidak efektif
Pasien terlihat pucat dan lemah
Hasil pengkajian
TD 100/80
N 102
RR 15x/m
S 37,5 c
3 Ds Ibu klien mengatakan jika anak ya D. 0019
tidak nafsu makan , sering mual disertai
Kategori : fisologis
muntah, Bera badan menurun , awal bb
klien 26 kg menjadi 21 kg Subkategori : nutrisi dan cairan
Defisit nutrisi
Do
Pasien terlihat pucat dan lemah

Hasil pengkajian
TD 100/80
N 102
RR 15x/m
S 37,5 c
Intervensi keperawatan
No SDKI SLKI SIKI

D.0054 L05042 L.05173


1
Kategori : fisiologis Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
Subkategori : Setelah dilakukan tindakan Observasi
aktivitas/istirahat mobilitas fisik dengan kriteria -Identifikasi adanya keluhan
Gangguan mobilitasfisik hasil nyeri atau fisiknya
- Gerakan terbatas -identifikasi toleransi fisik
(membaik) melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik -monitor kondisi umum
(membaik) selama melakukan mobilisasi
- Gerakan extermitas Terapetik
(membaik)
-fasilitasi aktifitas mobilisasi
dengan alat bantu misalkan
pagar tempat tidur
-fasilitasi melakukan
pergerakan
-libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pegerakan
Edukasi
-jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
-anjurkan melakukan
mobilisasi dini
-ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan,
(misalnya duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
2 D. 0009 L. 02011 Perfusi perifer I.02079
Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
Kategori : fisiologis
Obeservasi
perawatan di harapkan
Subkategori : sirkulasi - periksa sirkulasi perifer (mis
dapat tertasi dengan kriteria perifer, edema pengisian
Perfusi perifer tidak efektif
hasil : kapier, warna suhu ankle
tekana darah sistolik bracial index
{membaik) -identifikasi factor risiko
tekanan darah diastolik gangguan sirkulasi (misl
(membaik) diabetes perokok orang tua
warna kulit pucat ( membaik) hipertensi dan kadar kolestrol
tinggi)
- monitor panas , kemerahan ,
nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
-Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
-hindari peengukuran tekanan
darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
- lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
-Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagualn, dan penurun
kolestrol
-Berolahraga rutin
-Anjuran berhenti merokok

3 D. 0019 Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nutrisi


Kategori : fisologis keperawatan 1/24 jam maka Observasi
Subkategori : nutrisi dan deficit nutrisi membaik -identifikasi status nutrisi
cairan dengan kriteria hasil -monitor asupan makanan
Defisit nutrisi -verbalisasi keinginan untuk -monitor berat badan
meningkatkan nutrisi: cukup Terapeutik
membaik -berikan makanan tinggi
-frekuensi makan: cukup kalori dan tinggi protein
membaik -berikan suplemen makanan
-nafsu makan: cukup Edukasi
membaik -anjurkan posisi duduk, jika
perlu
- Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan

No Implementasi Evaluasi

1 -mengdentifikasi adanya keluhan nyeri S. klien mengatakan udah lebih membaik


O pasien terlihat tampak membaik
atau fisiknya ( yaitu dengan menanyakan
A masalah keperawatan teratasi
kepada klien dengan adanya nyeri) P hentikan intervensi
-mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan ( yaitu
mengajarkan lahtian range of motion
pada klien)
memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi ( ajarakan pasien
melakukan mobilisasi duduk tempat tidur
mika miki
-memfasilitasi aktifitas mobilisasi dengan
alat bantu menggunakan bantal sebanyak
3 buah

2 -memperiksa sirkulasi perifer (mis S klien mengatakan sudah membaik


perifer, edema pengisian kapier, warna keadaan kesehatan ya
suhu ankle bracial index O pasien terlihat tampak membaik
-menghindari peengukuran tekanan darah A masalah keperawatan teratasi
pada ekstremitas dengan keterbatasan P henttikan intervensi
perfusi
- menganjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah

3 -mengidentifikasi status nutrisi S klien mengatakan sudah membaik


-monitor asupan makanan O klien terlihat sudah membaik nafus
-monitor berat badan makan terpenuhi
-memberikan makanan tinggi kalori dan
A masalah keperawatan teratasi
tinggi protein
P hentikan intervensi
-memberikan suplemen makanan

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. Cyclophosphamide untuk sindroma nefrotik [artikel]. Website: Indonesia Kidney


Care Club. [cited 2010, Dec 12]. Available: http://www.ikcc.or.id/content.php?c=2&id=170

2. A.Aziz Rani, Soegondo S. Mansjoer A. et all. Sindrom Nefrotik. Panduan Pelayanan Medik
PAPDI. 3rd ed. Jakarta: PB. PAPDI. 2009
3. Carta A. Gunawan. Sindrom Nefrotik: Patogenesis dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia
Kedokteran No. 150, 2006 53. Website: kalbe farma. [cited 2010, Nov 28]. Available:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18_150_SindromaNefrotikPatogenesis.pdf/18_150_
Si ndromaNefrotikPatogenesis.html

4. Eric P Cohen.Nephrotic Syndrome. Website: emedicine nephrology. Mar 17, 2010. [cited Dec
05, 2010]. Available: http://emedicine.medscape.com/article/244631-overview

5. Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC. 2001
6. Guyton.A.C. et all .Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelpia: Elsevier saunders.
1996
7. Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New York: Mcgraw-hill.2001
8. Hull PR. Goldsmith DJ. Nephrotic syndrome in Adult [clinical review]. 2008:
vol.336.Website: BMJ. [cited 2010 Dec, 20]
9. Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb NJ.A,
Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3 rd ED. Great Britain: Oxford Universsity
Press., 197-22
10. Price, Braunwald, Kasper, et all. Nephrotic Syndrome. Harrison’s Manual Of Medicine. 17 th
ed. USA: McGraw Hill. 2008. Page: 803-806
4th
11. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. ed. Jakarta:
IPD FKUI. 2007. Hal: 547-549

12. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company;
2007
13. Stephen JM, William G. Nephrotic Syndrome. Pathophysiology of Disease. 5th ed. USA:
Lange-Mc Graw Hill. 2003. Page: 476-477

Anda mungkin juga menyukai