Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun diberi kekuatan, kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok dengan judul makalah
“Pengenalan alat-alat dan Pencegahan infeksi.”
Penyusun menyadari bahwa apa yang penyusun sajikan masih jauh dari kesempurnaan,
meskipun pada prinsipnya penyusun telah berupaya semaksimal mungkin dengan modal
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mewujudkan penulisan ini.
Seiring pula rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penyusun haturkan kepada dosen
mata kuliah “Kebutuhan dasar manusia” selaku Pembimbing mata kuliah ini yang telah
mempercayakan makalah ini ditugaskan ke kelompok kami sehingga makalah ini
memberikan kami tambahan ilmu pengetahuan baru.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Medan, 22 September 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bekal seorang bidan sebelum melakukan praktek pada sebuah layanan rumah bersalin
adalah mengetahui nama-nama alat kebidanan beserta fungsinya. Dalam hal ini terdapat
beberapa Macam alat kebidanan dan alat-alat yang biasa digunakan dalam kebidanan beserta
fungsinya serta pemprosesan alat setelah menggunakan alat tersebut dengan berbagai cara
pemprosesannya beserta cara pencegahan infeksi.
Pemilihan Materi Pengenalan alat dan pemerosean alat dalam praktek kebidanan
adalah sebagai persyarakatan struktur dari mata kuliah “Kebutuhan dasar manusia” Dalam
hal ini telah kami sajikan berupa pengertian dari pengenalan alat-alat yang digunakan dalam
praktek kebidanan, macam-macam peralatan kebidanan, dan pencegahan infeksi serta
fungsinya serta pemprosesan alat yang digunakan untuk membersihkan dan mensterilisasikan
alat-alat kebidananan yang telah digunakan.
Selanjutnya ucapan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
hal pembuatan makalah ini. Dan kami penulis berharap agar nantinya dapat berguna
dalam proses pembelajaran mengenai alat-alat kebidanan dan pemprosesan alat secara
khusus dan secara umum pada mata kuliah Kebidanan.

1.2 Rumusan masalah


1. bagaimanan alat-alat dan pemprosesan alat dalam praktek?
2.Apa saja macam-macam istilah pencegahan infeksi dalam kebidanan?
3.Apa saja alat-alat kebidanan?
4.Bagaimana cara mencegah kewaspadaan universal ?
5 Apa yang dimaksud dengan pemprosesan alat ?
6.Apa saja macam-macam pengelolahan sampah ?

1.3 Tujuan makalah


1. Mahasiswa mampu memahami tentang alat kebidanan dan cara pencegahan infeksi
2. Mahasiswa mampu memahamitentang macam-macam istilah pencegahan infeksi
3. Mahasiswa mampu memahami tentang penting pengenalan alat dan pemprosesan alat
4. Mahasiswa mampu memahami tentang alat-alat kebidanan dan fungsinya
5. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian pemerosesan alat – alat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah PI (Pencegahan Infeksi)


a. Beberapa istilah yang digunakan untuk mencegah infeksi:
Asepsis atau teknik aseptik adalah istilah umum yang biasa digunakan dalam pelayanaan
kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan
infeksi. Teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong
persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi)
mikroorganisme pada kulit, jaringan dan instrumen/peralatan hingga tingkat yang aman
Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan dan permukaan (misalnya, meja periksa) harus
segera didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (misalnya debu, kotoran) dari kulit atau
instrumen/peralatan.
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda-benda mati atau instrumen.
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-benda mati atau
instrument.
A. Pengertian prinsip pencegahan infeksi :
Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikro
organisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan ( Nakes ).
B. Pengertian infeksi :
interaksi anti mikroorganisme dengan penjamu rentan yang terjadi melalui kode
transmisi, mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara, kontak langsung kuman
tertentu tujuan :
Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan
Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik seperti episiotomi, menyuntik, periksa
dalam atau Seksio Sesaria
Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan AIDS
Mengurangi terjadinya infeksi
Memberikan perlindungan terhadap klien, nakes
C. Aplikasi Kewaspadaan Standar :
Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi
Membudayakan cuci tangan
Menggunakan barier protektif (misalnya: sepatu, masker, kacamata, gaun bedah, sarung
tangan)
Penggunaan aseptik dan antiseptik
Memproses instrumen agar aman digunakan
Budaya aman dalam setiap prosedur
Pengelolaan limbah berbahaya secara adekuat
D. Upaya pencegahan infeksi nosokomial :
1. Mengingat kembali tentang kemungkinan terjadinya infeksi, nosokomial akibat tingkah
laku personil rumah sakit
2. Keharusan menaati prosedur pelayanan yang telah ditetapkan
3. Peningkatan kemampuan opersonil
4. Pemantauan terjadinya infeksi nosokomial
2.2 Pengenalan alat-alat kesehatan (Instrumen dalam kebidanan)
Bekal seorang bidan sebelum melakukan praktek pada sebuah layanan rumah bersalin
adalah mengetahui nama-nama alat kebidanan beserta fungsinya. Dalam hal ini
terdapat beberapa Macam alat kebidanan dan alat-alat yang biasa digunakan dalam
kebidanan beserta fungsinya.
a. Beberapa Macam Alat Kebidanan
Ada beberapa alat dari usaha bidan, yangbiasa digunakan selama persalinan.
a. Peralatan dasar
Setiap bidan akan membawa beberapa peralatan dasar untuk kelahiran. Ini adalah item
medis umum yang meliputi sarung tangan steril, pelumas larut dalam air, gunting pusar,
klem, jarum suntik, kain kassa steril, pitocin, peralatan oksigen dan pernafasan, bayi okular
alat kontrasepsi, bantalan feminin berat dan pakaian sekali pakai. Barang-barang bantuan
dalam kelahiran fisik bayi baru dan perawatan ibu. Jika bidan yang membantu kelahiran di
rumah sakit, item ini akan menjadi pra-trayed dan dibawa ke ruang melahirkan di gerobak,
siap untuk bidan untuk digunakan.
b. Peralatan pemantauan
Untuk kelahiran pusat rumah atau kelahiran, bidan akan menggunakan peralatan
pemantauan untuk mengawasi tanda-tanda vital ibu dan bayi. Beberapa jenis peralatan bidan
dapat membawa kelahiran terjadi di luar rumah sakit adalah stetoskop, manset tekanan darah,
dan USG Doppler gel transmisi atau fetoscope, dan stopwatch. Peralatan ini membantu bidan
hati-hati mengikuti perkembangan ibu dan bayi selama proses persalinan. Dalam kelahiran
rumah sakit, peralatan pemantauan yang biasa mereka dapat atau tidak dapat digunakan,
tergantung pada rumah sakit protokol, standar bidan praktek, dan keinginan pasien.
c. Peralatan lainnya
Peralatan lain yang mungkin diperlukan oleh bidan adalah pad pemanasan atau foil bayi
bendera pak, cekungan emesis, pispot, cairan IV dan kit, konakion (vitamin K), bahan
menjahit, anestesi lokal dan alat-alat untuk membantu dalam tindakan kenyamanan, seperti
genggam pijat alat.
d. Peralatan untuk bidan belajar
Dalam proses pembelajaran, bidan membutuhkan beberapa alat bantu peraga kebidanan.
Beberapa di antaranya: phantom, relief, dan model.
b. Berikut ini adalah daftar nama alat kebidanan beserta fungsinya:
1. Termometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu.
Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang
berarti untuk mengukur.
2. Stetoskop
(bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa) adalah sebuah alat medis akustik
untuk memeriksa suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk mendengar suara jantung
dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan untuk mendengar intestine dan aliran darah
dalam arteri dan "vein".
3. Tensi meter
untuk mengukur tekanan darah.
4. Funduscope
untuk mendengarkan denyut jantung janin.
5.Doppler
untuk mendengarkan denyut jantung janin(elektrik)
6.USG
untuk mengetahui keadaan dalam rahim, mis: janin, tumor, kanker, IUD.
7.Bak Instrumen
sebagai tempat alat-alat yang akan digunakan untuk menolong persalinan/merawat luka
dan lain sebagainya.
8.Bengkok/Nier bekken
sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat menolong persalinan/merawat luka dan
lain sebagainya.
9.Gunting
Penggunaan Gunting dalam praktek kebidanan ada beberapa macam diantaranya sebagai
berikut:
Gunting Diseksi (disecting scissor)
Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga runcing. Terdapat
dua tipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum
Gunting Benang
Fungsi dari gunting benang ini adalah Untuk menggunting benang atau bagian-bagian
yang sulit digunting dengan gunting besar. Dan cara kerjanya adalah dengan menekan bagian
gagang gunting
Gunting Episiotomi
Gunting Episiotomi adalah instrument yang digunakan untuk menggunting bagian
perineum terutama jika perineum Ibu yang melahirkan kaku. Perineum adalah daerah antara
kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus.
Gunting Tali Pusar
Gunting Tali Pusar adalah alat yang digunakan untuk menggunting tali pusar bayi
10. Klem
Fungsi umum klem adalah menjepit tali pusar. Klem memiliki beberapa jenis yang
masing-masing berbeda bentuk dan fungsinya.Namun yang digunakan dalam kebidanan
hanya klem yang berfungsi untuk menjepit tali pusar.
Klem Arteri Pean
Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk hemostatis untuk
jaringan tipis dan lunak.
Klem Kocher
Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset
sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan.
Klem Allis
Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor.
Klem Babcock
Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.
11. Suction pump
untuk menyedot lendir dalam saluran pernapasan bayi
12. Kateter
untuk membantu mengeluarkan urin.
13. Benang CatGut
yaitu benang yang digunakan dalam menjahit luka.
14. Baby Scale
untuk menimbang berat badan bayi.
15. Timbangan Orang dewasa
untuk menimbang berat badan ibu hamil.
16. HB Sahli (Haemometer)
untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.
17. Sarung tangan / Handscoon
untuk melindungi petugas kesehatan saat bekerja
18. Pinset anatomi
yaitu alat untuk membantu proses menjahit luka, utk menjepit otot.
Pinset Sirugis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka,
memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
Pinset Anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang
tipis dan lunak.
Pinset Splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah overlapping).
19. Jarum Hecting
adalah jarum untuk membantu proses menjahit luka.
20. Setengah Kocher
Setengah Kocher adalah alat yang digunakan untuk memecahkan/melubangi selaput
ketuban jika belum pecah.
21. Tong spatel
Nama lain dari Tong spatel adalah tongue depressor atau penekan lidah.juga sering di
sebut Tongue Blade (bahasa inggris) dan Zungenspatel (bahasa jerman). Fungsinya untuk
menekan lidah,agar dapat melihat lebih jelas keadaan di dalam tenggorokan, apakah ada
kelainan-kelainan, misalnya ada peradangan seperti pharyngitis,amandel,dan lain-lain.
22. Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting
Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai
penyimpul benang
23. Sonde (Probe)
Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi, dan mengetahui
kedalam luka.
24. Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas operasi,
doek, dan laken steril.
25. Spekulum
Spekulum adalah Alat yang berfungsi untuk melebarkan pembukaan vagina, yang
berfungsi untuk di gunakan untuk membuka vagina
26. Pispot
Pispot adalah sebuah bejana yang diberi pegangan dan biasanya diletakkan di bawah
tempat tidur di dalam kamar dan digunakan untuk buang air kecil di malam hari. Fungsi : alat
yang di gunakan sebagai tempat untuk buang air kecil
27. Infusion set
Kegunaan: Alat bantu saluran masuk serta penyetelan keluarnya cairan infus ke dalam
jaringan tubuh
28. Jarum disposible
Alat Suntik Sekali Pakai (Auto Disable Syringe) ini dirancang dengan teknologi handal
oleh Star Syringe Limited (K1) dimana setelah penyuntikan selesai dilakukan, alat suntik
secara otomatis terkunci / tidak berfungsi dan jika piston/pendorong ditarik kembali maka
akan patah.
29. Troli
Troli yaitu tempat untuk meletakkan alat-alat instrument.
30. Waskom
Waskom yaitu tempat untuk mengisi air
31. Vial
Vial yaitu obat injeksi dapat beberapa kali pakai
32. Spuit
Spuit yaitu alat untuk injeksi atau menyuntik
33. Kom kasa
Kom kasa yaitu tempat untuk menaruh kasa
34. Kom Betadine
Kom betadine yaitu tempat untuk manaruh betadine
35. Kom sputum
Kom sputum adalah tempat untuk mengisi sputum/dahak
36. Kom Kasa steril
kasa steril adalah tempat untuk kasa yang steril dan Wasped adalah alat untuk memberikan
makanan
37. Abocath
Abotacth yaitu jarum untuk pemasangan inpus
38. Selang infus
Selang impus adalah selang untuk impus
39. Kanala nasal/kateter nasal
Kanala nasal/kateter nasal yaitu selang untuk pemberian oksigen
40. Standar impus
Standar impus adalah tempat untuk menggantungkan botol impus
41. Tabung oksigen
abung Oksigen yaitu alat untuk memberikan oksigenSpismamonometer, umidipayer,
klowmeter, tabung O.
42. Selang NGT
Selang NGT adalah selang untuk memberikan makanan
43. Resusiatator bayi
Resusiatator bayi standar adalah alat untuk memompa oksigen udara bebas. digunakan
untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk
menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2
2.3 Kewaspadaan universal
A. Pengertian
Kewaspadaan Universal merupakan (Universal Precaution) adalah kewaspadaan terhadap
darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak
tergantung pada diagnosis penyakitnya (kamus-medis) .
Kewaspadaan universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di sarana
pelayanan kesehatan. Merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan penyakit dari
cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.
Dasar Kewaspadaan Universal ini meliputi pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan guna
mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat
tajam untuk mencegah perlukaan, serta pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003).
Dalam menggunakan Kewaspadaan Universal petugas kesehatan memberlakukan semua
pasien sama, tanpa memandang penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa risiko atau
infeksi berbahaya.
Dalam semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek dokter
gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau penggunaan
alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit tersebut pada petugas
layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk mencegah
kemungkinan penularan terjadi.
Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus ditekankan bahwa pedoman
tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV, tetapi yang tidak
kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih mudah menular.

B. Kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan


a) Penerapan Kewaspadaan Universal di Pelayaanan Kesehatan
Sebelum kewaspadaan universal pertama dikenalkan di AS pada 1987, semua pasien
harus di tes untuk semua infeksi tersebut. Bila diketahui terinfeksi, pasien diisolasikan dan
kewaspadaan khusus lain dilakukan, misalnya waktu bedah.
Banyak petugas layanan kesehatan dan pemimpin rumah sakit masih menuntut tes
HIV wajib untuk semua pasien yang dianggap anggota ‘kelompok berisiko tinggi’ infeksi
HIV, misalnya pengguna narkoba suntikan.
Karena akan sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas
layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan
dengan semua pasien, dengan melakukan tindakan berikut:
Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasienatau setelah membuka sarung tangan.
Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh.
Menggunakan sarung tangan bila mungkin ada hubungan dengan cairan tubuh.
Menggunakan masker dan kacamata pelindung jika percikan cairan tubuh.
Buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman (yang sekali pakai, tidak boleh
dipakai ulang).
Bersihkan tumapahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok.
Patuhi standar sterilisasi alat medis.
Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur.
Buang limbah sesuai dengan prosedur.

Penerapan Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) didasarkan pada keyakinan


bahwa darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik yang berasal dari
pasien maupun petugas kesehatan. Prosedur Kewaspadaan Universal ini juga dapat dianggap
sebagai pendukung progran K3 bagi petugas kesehatan.
Dengan menerapkan KU, setiap petugas kesehatan akan terlindung secara maksimal dari
kemungkinan terkena infeksi penyakit yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh, baik dari
kasus yang terdiagnosis maupun yang tidak terdiagnosis.
b) Alasan Kewaspadaan Universal Sering Diabaikan
Ada banyak alasan mengapa kewaspadaan universal tidak diterapkan, termasuk :
1. Kurangnya pengetahuan petugas pelayan kesehatan
2. Kurang dana untuk menyediakan pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung
tangan dan masker
3. Kurangnya pasokan pennyedia yang dibutuhkan
c) Risiko jika Kewaspadaan Universal Kurang Diterapkan
Kewaspadaan universal diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang
dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik
yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus pasien yang
bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk
hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi
mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko
penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa
dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi.
Kewaspadaan Universal yang tidak sesuai dapat menghasilkan bukan hanya risiko
pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain, tetapi juga peningkatan pada stigma dan
diskriminasi yang dihadapi oleh ODHA.

C. Contoh kasus terkait kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan


Contoh kasus yang ditemukan terkait penerapan kewaspadaan universal dalam pelayanan
kesehatan yaitu Infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Nosokomial
berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial
artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama
penyakit.
Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat
masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi
terinfeksi Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat
dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan rumah sakit.
Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah gambar berikut), yang ada
pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara
penularan tertentu masuk ke tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah
sakit rentan terhadap infeksi (terutama ODHA yang mempunyai sistem kekebalan yang
lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit tambahan. Selanjutnya, kuman penyakit ini
keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.
Pada 1847, seorang dokter bernama Ignaz Semmelweis bekerja di bagian kebidanan di
sebuah rumah sakit di Vienna, Austria. Semmelweis mengamati bahwa angka kematian di
antara ibu di bangsal yang dilayani oleh mahasiswa kedokteran tiga kali lebih tinggi
dibandingkan bangsal yang dilayani oleh bidan. Semmelweis mendalilkan bahwa hal ini
terjadi karena mahasiswa langsung ke bangsal kebidanan setelah belajar otopsi (bedah
mayat), dan membawa infeksi dari mayat ke ibu yang melahirkan. Dia memerintahkan dokter
dan mahasiswa untuk mencuci tangannya dengan larutan klorin sebelum memeriksakan ibu
tersebut. Setelah aturan ini diterapkan, angka kematian menurun menjadi serupa dengan
bangsal yang dilayani oleh bidan.
Dengan masalah infeksi nosokomial menjadi semakin jelas, dicari kebijakan baru untuk
menguranginya. Solusi pertama pada 1877 adalah mendirikan rumah sakit khusus untuk
penyakit menular.
Pengenalan sarung tangan lateks pada 1887 membantu mengurangi penularan. Tetapi
dengan peningkatan mortalitas (angka kematian) di 1960-an, Departemen Kesehatan di
Amerika Serikat pada tahu 1970 mengeluarkan kebijakan untuk mengisolasikan semua pasien
yang diketahui tertular infeksi menular.
Namun kebijakan ini kurang berhasil serta menimbulkan banyak masalah lain. Perhatian
pada masalah ini menjadi semakin tinggi dengan munculnya HIV pada 1985, kebijakan
kewaspadaan universal dikenalkan pada 1985.
Sesuai dengan kebijakan ini yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang
diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini menentukan
tujuh kategori isolasiberdasarkan sifat infeksinya (daya menular, ganas, dll). Kewaspadaan
khusus (sarung tangan)dengan tingkat yang ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk
pasien ini.
Teknik isolasi mengurangi jumlah infeksi nosokomial, tetapi timbul beberapa
tantangan:
1. Peningkatan dalam jenis dan jumlah infeksi menular, sehingga semakin banyak tes harus
dilakukan, dan semakin banyak pasien harus diisolasi.
2. Hasil tes sering diterima terlambat, sering setelah pasien pulang.
3. Biaya sangat tinggi, bila semua orang dites untuk setiap infeksi
4. Stigma dan diskriminasi meningkat bila hanya pasien yang dianggap berisiko tinggi dites
untuk menenkankan biaya.
5. Hasil tes dapat negatif palsu (hasil negatif walau terinfeksi), terutama dalam masa jendela,
dengan akibat petugas layanan kesehatan kurang waspada.
6. Sebaliknya hasil tes positif palsu (hasil positif walau tidak terinfeksi), dengan akibat
kegelisahan untuk pasien dan petugas layanan kesehatan .
7. Perhatian pada hak asasi mengharuskan pasien memberi informed consent (disertai oleh
konseling untuk HIV).
Sejak AIDS diketahui, kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal (KU)
dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain dapat
mengandung infeksi, tidak memandang status sumbernya. Lagipula, semua alat medis harus
dianggap sebagai sumber penularan, dan penularan dapat terjadi pada setiap layanan
kesehatan, termasuk layanan kesehatan gigi dan persalinan, pada setiap tingkat (klinik dan
puskesmas sampai dengan rumah sakit rujukan).
Harus ditekankan bahwa kewaspadaan universal dibutuhkan tidak hanya untuk
melindungi terhadap penularan HIV tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain
yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, misalnya virus Hepatitis B dan C.
Petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam
hubungan dengan semua pasien.
Kita biasanya menganggap cairan yang dapat menular HIV sebagai darah, cairan
kelamin dan ASI saja. Namun ada cairan lain yang dapat mengandung kuman lain, dan dalam
sarana kesehatan, lebih banyak cairan tubuh biasanya tersentuh. Contohnya, walaupun tinja
tidak mengandung HIV, cairan berikut mengandung banyak kuman lain nanah, cairan
ketuban, cairan limfa, ekskreta (air seni, tinja).
2.4 Pemprosesan Alat
A. Pengertian
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme berbahaya penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai.
Pemrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman pada
alatalat medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui
cara dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.

B. Jenis-jenis pemrosesan alat


Jenis- jenis pemrosesan alat, antara lain :
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan,
perlengkapan,sarung tangan, dan benda-benada lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi
membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan.
Untuk perlindungan lebih jauh,pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan
rumah tangga dari latex, jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang telah terkontaminasi ke dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini akan dengan cepat mematikan virus hepatitis B dan
HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi telah terendam seluruhnya dalam
larutan klorin.
Daya kerja larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap
24jam sekali atau lebih cepat, jika terlihat telah kotor atau keruh.
b. Pencucian atau bilas
adalah sebuah cara yang efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pada peralatan dan instrumentyang kotor atau sudah digunakan. Baik seterilisasi maupun
desinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika
bendabenda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas
peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu
cuci dengan seksama secepat mungkin.
1. Perlengkapan/ bahan – bahan untuk mencuci peralatan:
a) Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks
b) Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi)
c) Tabung suntik (minimal ukuran 10ml : untuk membilas bagian dalam kateter, termasuk
kateter penghisap lendir)
d) Wadah plastik atau baja anti katat (stainless steel)
e) Air bersih
f) Sabun dan detergent

2. Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :


a) Gunakan sarung tangan yang tebal pada kedua tangan.
b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah di dekontaminasi (hatihati bila memegang
peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
c) Agar tidak merusak bendabenda yang terbuat dari plastik atau karet,jangan dicuci secara
bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.
d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati,seperti berikut :
Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.
Buka engsel gunting dan klem
Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan
Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal di peralatan
Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau
detergent.
Bilas benda-benda tersebut dangan air bersih
e) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
f) Jika peralatan akan di desinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalnya dalam larutan
klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum
memulai proses DTT.
g) Peralatan yang akan di desinfeksi Tingkat Tinggi dangan cara dikukus atau di rebus atau
disterilisasi di dalam autoklaf atau open panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses
DTT atau sterilisasi dimulai.
h) Selagi masih memakai sarung tangan , cuci sarung tangan dengan air dan sabun kemudian
dibilas secara seksama dangan menggunakan air bersih.
i) Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan

C. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)


DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari
peralatan, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT bisa dijangkau
dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua
organisme kecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
1. DTT dengan cara merebus
Merebus merupakan cara efektif dan praktis untuk DTT. Perebusan dalam air selama 20
menit setelah mendidih, dimana semua alat jika mungkin harus terendam semua, ditutup rapat
dan dibiarkan mendidih serta berputar.
a. Gunakan panci dengan penutup yang rapat
b. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
c. Rendam peralatan sehingga semuanya terendam dalam air
d. Mulai panaskan air
e. Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
f. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu
dimulai

Rebus selama 20 menit


Catat lama waktu perebusan pelaratan di dalam buku khusus
Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan
Setelah peralatan kering,gunakan segera atau simpan dalam wadah DTT dan penutup.
Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
2. DTT dengan uap panas
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci maka sarung tangan siap DTT
dengan uap tanpa diberi talk.
a. Gunakan panci perebus yang memiliki 3 susunan nampan pengukus.
b. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai
tanpa membuat kontaminasi baru
c. Letakkan sarung tangan pada baki atau tampan pengukus yang berlubang di bawahnya.
Agar mudah dikeluarkan dari panci,letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya kearah
tengah panci. jangan menumpuk sarung tangan.
d. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan terisi dengan menyusun tiga nampan pengukus
yang brisi air.
e. Letakkan penutup di atas panci paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika uap
airnya sedikit, suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme.
f. Catat lamanya waktu pengukusan jika uapa air mulai keluar dari celah panci.
g. Kukus sarung tangan 20 menit
h. Angkat nampan pengukus paling atas dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa
menetes keluar.
i. Letakkan nampan pengukus di atas panci yang kosong disebelah kompor
j. Ulangi langkah tersebut hingga nampan tersebut berisi sarung tangan susun di atas panci
perebus yang kosong.
k. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan di dalam panci sampai 4 – 6 jam.
l. Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering gunakan pinset DTT untuk
memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan dalam wadah DTT lalu tutup rapat.

3. DTT dengan kimiawi


a. Letakkan peralatan kering yang sudah didekontaminasi dan dicuci dalam wadah yang sudah
berisi laruta kimia.
b. Pastikan bahwa peralatan terendam semua dalam larutan.
c. Rendam selama 20 menit.
d. Catat lama waktu perendaman
e. Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan di wadah DTT yang berpenutup
f. Setelah kering peralatan dapat digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih.

D. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika
dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas tinggi atau
bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas kering,strerilisasi gas
(formalin, H2O2), rdiasi ionisasi.
1. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi :
a. Sterilisator (alat untuk steril) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
b. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan steril.
c. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
d. d.Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai
e. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
f. f.Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila terbuka harus
dilakukan sterilisasi ulang.

2. Beberapa alat yang perlu disterilkan :


a. Peralatan logam (pinset, gunting, speculum, dll)
b. Peralatan kaca (semprit, tabung kimia)
c. Peralatan karet (cateter, sarung tangan, pipa lambung,dll)
d. Peralatan ebonite (kanule rectum, kanule trakea,dll)
e. Peralatan email (bengkok, baskom, dll)
f. Peralatan porselin (mangkok, cangkir, piring, dll)
g. Peralatan plastic (selang infuse, dll)
h. Peralatan tenunan (kain kassa, dll)

3. Prosedur kerja
a. Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi
b. Peralatan yang dibungkus harus diberi label
c. Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang
ditentukan
d. Cara sterilisasi:
o Sterilisasi dangan merebus dalam air mendidih sampai 100 (15-20 menit) untuk logam,
kaca,dan karet
o Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas di dalam autoclave dengan waktu,
suhu,tekanan tertentu untuk alat tenun
o Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi ( logam yang tajam,dll )
o Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat,uap
formalin, sarung tangan dan kateter.

2.5 Pengelolahan Sampah (limbah infisitis)


A. Pengertian
Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses
produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah
semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair
rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas
sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut
kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun
berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit
yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan
sarana sanitasi yang masih buruk. Limbah benda tajam adalah semua benda yang mempunyai
permukaan tajam yang dapat melukai / merobek permukaan tubuh.
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat citotoksik. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
B. Karakteristik limbah rumah sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan
kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit
dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah medis dan non medis baik padat maupun cair.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari,
farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan
bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan
pengamanan tertentu. Bentuk limbah medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Limbah benda tajam :Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda
tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
Limbah infeksius:Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
o Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan
intensif)
o Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan
ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
Limbah jaringan tubuh:Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
Limbah sitotoksik:Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oc
Limbah farmasi:Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi,
obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi
diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
Limbah kimia:Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
Limbah radioaktif:Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah Plastik:Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari
plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah
non medis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung
bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen.
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya
seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut
diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses
manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan
(Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar
(ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan
nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah
Sakit.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap sel
atau jaringan.
Faktor- faktor yang menyebabkanperkembanganinfeksinosokomial
Tergantungdariagen yang menginfeksi,respondantoleransitubuh, faktorlingkungan,
resistensiantibiotika, danfaktoralat.

3.2 Saran
Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
Tangani dengan benar limbah rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, dan


Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : RenataKomalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, Dan Praktik.Edisi
4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.Jakarta : EGC.2005
Linda Tietjen, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Abdul Bari Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
MODUL
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)
 PENGENALAN ALAT-ALAT
 PENCEGAHAN INFEKSI

OLEH :

APRENTI EKANITA SEMBIRING


DHEA KURNIA LESTARI
KIRANA PUSPITA SARI HASIBUAN
NOPITA SARI SITUMORANG
NURHAFIZAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai