Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-
Nya sehingga Panduan Pemakaian APD ini dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit.
Panduan ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pemakaian APD di
Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada.
Panduan ini akan dievaluasi kembali dan dilakukan perbaikan bila ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit. Dan kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Penyusun atas segala upayanya
menyelesaikan Panduan ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah
sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900
Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen yaitu struktur,
proses, dan outcome dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang
misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis
dan lain sebagainya. Namun harus diakui, pada pelayanan yang berkualitas masih
terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) (Dep Kes R.I 2006).
Walaupun patient safety adalah prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah
sakit, keselamatan petugas pelayanan kesehatan pun sangatlah penting dalam
menjamin semua petugas kesehatan terhindar dari bahaya penyakit akibat kerja.
Dengan kondisi seperti ini layaklah petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien juga memerlukan perlindungan terhadap infeksi/
mikroorganisme dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Pelindung barrier, yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri
(APD), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS
dan hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian
APD menjadi juga sangat penting untuk melindungi petugas. Dengan munculnya
infeksi baru seperti flu burung, SARS dan penyakit infeksi lainnya nanti (Emerging
Infectious Diseases),pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting.
Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya, gaun dan
duk telah terbukti dapat mencegah infeksi luka hanya bila dalam keadaan yang kering.
Sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai spons yang menarik bakteri dari
kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi.
Sebagai konsekuensinya, pengelola rumah sakit, penyedia dan para petugas kesehatan
harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi
juga peran APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
Sebagai konsekuensinya, pengelola rumah sakit, penyedia dan para petugas
kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu,
3
tetapi juga peran APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
4
1. Memastikan Penggunaan APD sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan;
2. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam pelaksanaan
penggunaan APD dan memastikan terlaksananya suatu tindakan
untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut.
c. Direktur
Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap
masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan Kegiatan Penggunaan
APD di Rumah Sakit.
5
BAB II
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya. Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di
pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius.
APD atau alat pelindung diri sangat penting dipergunakan oleh dokter, dokter
gigi, perawat, bidan, perawat gigi ketika melakukan perawatan terhadap pasien
(mencegah infeksi silang) di rumah sakit. Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi
kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta,
kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
6
dicurigal), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan
sarung tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien.
Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum
meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun
atau dengan handrub berbasis alkohol Satu pasang sarung tangan harus
digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi
silang (CDC 1987). Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau
mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu
pasien ke pasien lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh
yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan
merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988)
menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang
hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan
tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien
lain
7
3) Tarik sarung tangan ke atas manset untuk melindungi pergelangan
tangan
4) Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak)
untuk mencegah kulit tangan kering/berkerut
5) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan
merusak sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari
lateks
6) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum
karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit
7) Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang
terlalu panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari
langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya
fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung
tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung
8
orang yang rentan. Belem ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi
alergi lateks, satu-satunya pilihan adalah menghindari kontak.
2.1.2 Masker
9
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui airborne maupun droplet,
seperti misalnya flu burung atau SARS, petugas kesehatan harus
menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan
perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute for
Occupational Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh European CE,
atau standard nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut
dari negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan
tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga digunakan. Masker efisiensi
tinggi, seperti khusus nya N-95 , harus diuji pengepasannya (fit test)
untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar pada wajah
pemakainya. Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama
pembedahan Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut.
Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah
atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
2.1.4 Apron
10
ketika melakukan perawatan langsung pada pasien.membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi. Hal mencegah cairan tubuh pasien ini penting
jika gaun pelindung tidak tahan air Apron mengenai baju dan kulit
petugas kesehatan.
Tujuan utama dari pemakaian APD di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada petugas pelayanan kesehatan, serta patient safety.
11
3) Kenakan gaun luar / Jas operasi
4) Kenakan penutup kepala.
5) Kenakan Masker / Masker N 95 pada kondisi tertentu yang telah ditetapkan
6) Kenakan kaca mata pelindung atau Pelindung wajah
7) Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.
8) Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan bila perlu
12
Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan
Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepasdi pergelangan tangan
Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius
2) Apron, Gaun pelindung dan Topi
Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
Lepas tali
Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung
saja
Balik gaun pelindung
Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat sampah infeksius
3) Kacamata atau pelindung wajah
Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi
Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
tempat sampah infeksius
4) Masker
Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN
SENTUH
Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
Apabila masker bedah yang digunakan maka lepaskan kaitannya pada
belakang telinga atau lepaskan kaitan pada belakang kepala.
Buang ke tempat sampah infeksius
5) Pelindung kaki
Lepaskan sepatu boot dengan cara bagian depan sepatu kanan menekan tumit
sepatu kiri
Tarik kaki keluar dari dalam sepatu yang terpakai
Lalu lakukan sebaliknya
Pegang sepatu boot pada bagian dalam dan bawa tempat dekontaminasi
Selanjutnya dibersihkan dan dikeringkan
13
2.4 Tabel Pemilihan Alat Pelindung Diri
Pilihan Alat
Jenis Pajanan Contoh Pelindung Diri Area
Resiko Redah : Injeksi Sarung tangan esensial Unit Perawatan
Kontak dengan Kulit Perawatan luka ringan Rawat Jalan
Tidak terpajan darah langsung
Resiko Sedang : Pemeriksaan pelvis Sarung tangan Rawat Jalan
Kemungkinan terpajan darah namun tidak Insersi IUD Mungkin perlu gaun Rawat Inap
ada cipratan Melepas IUD pelindung atau Celemek Laboratorium
Pemasangan kateter intra vena IGD
Penanganan spesimen
laboratorium
Perawatan luka berat
Resiko Tinggi : Tidakan bedah mayor
Ceceran darah Sarung tangan K.Operasi
Kemungkinan terpajan darah dan Bedah mulut Celemek K. Bersalin
kemungkinan terciprat Persalinan pervagina Kacamata pelindung Pengolahan
Perdarahan massif Pengelolaan limbah Masker limbah
o Sepatu boot
14
2.5 Penentuan APD berdasarkan area kerja
1) UNIT RAWAT INAP ANAK, BEDAH, KEBIDANAN & KANDUNGAN,
INTERNA
Handscoen;
Celemek;
Apron;
Masker;
Goggle;
Sepatu Boot/Shoe Cover.
15
Kamar Operasi
Handscoen;
Apron;
Masker;
Goggles;
Gaun pelindung;
Sepatu boot/Shoe Cover;
Penutup kepala.
Laboratorium/UTD
Handscoen;
Masker;
Gaun pelindung;
Sepatu boot/Shoe Cover.
Ruang Isolasi/Kohorting
Handscoen;
Masker bedah
Masker N95
Face shiled
Gaun pelindung;
Apron;
Sepatu boot/Shoe Cover.
Ruang HD
Handscoen;
Masker bedah
Masker N95
Face shiled
Gaun pelindung;
Apron;
Laundry/CSSD/Kamar Jenazah
Handscoen;
Masker; dan face Shield
Apron/Celemek Plastik;
16
Sepatu boot/Shoe Cover.
4) RADIOLOGI
Handscoen;
Masker;
Apron
5) FISIOTERAPI
Handscoen;
Masker.
6) IPSRS
Handscoen;
Masker
Sepatu boot/Shoe Cover;
Goggles;
Helm/Penutup Kepala.
7) F A R M A S I
Handscoen;
Masker;
Apron
Penutup Kepala
8) INSTALASI GIZI
Handscoen plastic
Apron
Masker
Sepatu boot/Shoe Cover;
Penutup kepala
SECURITY
Masker
9) DRIVER
Handscoen;
Masker
Sepatu boot/Shoe Cover
17
18