Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEBUTUHAN KHUSUS PADA MASALAH PSIKOLOGIS ( Riwayat


Kehilangan dan Kematian ( Grief and Bereavement), Kehamilan
yang tidak diinginkan (Unwanted Pregnancy dan Gagal KB)
DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 6

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA


PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)
TAHUN AJARAN 2023/ 2024

1. NUR ASYIFAH
2. RINA JUMIATI
3. SUDARMIN
4. STEVANI NAPA KASIH
5. WAYAN EKA WATI
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Puji syukur hanya kepada Allah Azzawa jala, terucap dari


lubuk hati penulis yang menghamba. Sungguh, karena Dia-lah
karya kecil ini selesai, tumbuh dalam kesempurnaannya yang tidak
sempurna. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad, SAW. cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan
kepada sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada
bandingnya dalam sejarah umat manusia.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Yuli


Bahriah, SKM, SST, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Pada Pasien Yang Menghadapi Kehilangan dan
Kematian”.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan
dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah
kami mohon ampun. Wassalam.

KOLAKA,

Penulis

2
Definisi Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral


dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang
terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi
secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau
traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga,
sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana
seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah

3
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
2.1.1 Aspek Kehilangan atau Berduka

Pasien yang menghadapi kematian mempunyai harapan


tertentu kesiapan seseorang menghadapi kematian
tergantung pada beberapa aspek antara lain:
1. Aspek Psikologis

Usia Loneliness (kesendirian) merasa sudah cukup


berarti tugas sudah selesai.
2. Aspek Spiritual

Tiga keutuhan dasar spiritual seseorang menghadapi


kematian: menyadari dan menemukan makna hidup,
meninggal dengan tenang menemukan makna hidup,
meninggal dan tenang menemukan harapan hidup
setelah mati.
3. Aspek Sosial

Sosial isolation, menurunnya hubungan dengan orang lain.

4. Aspek Fisik:

a. Sakit terminal, sakit dalam waktu yang lama (kronis).


b. Sakit yang akut

Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap


4 pada pasien menjelang ajal :
berduka yang dapat terjadi
1. Denial ( pengingkaran )

5
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan
meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini
sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya
2. Anger ( Marah )

Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari


kenyataan bahwa ia akan meninggal
3. Bergaining ( tawar-menawar )

Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien


mencoba menawar waktu untuk hidup
4. Depetion ( depresi )

Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh


bahwa ia akan segera mati.ia sangat sedih karna
memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama
keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan)

Merupakan tahap selama pasien memahami dan


menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan
berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
yang belum terselesaikan.
2.1.2 Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata


6
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti /
di cintai.

7
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja /
PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
2.1.3 Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna


atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling
membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang
yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya
membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak
dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau


anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini
meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan,
dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
8
sementara atau menetap, sebagian atau komplit.
Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.

9
3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik


sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau
pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada
arti dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan


yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar
belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota
lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,


pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya,
sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
2.1.4 Rentang Respon Kehilangan

Denial  Anger  Bergaining


10  Depresi 
Acceptance

1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu
terjadi ”.

11
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan,

detak jantung cepat, menangis, gelisah.


2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan

mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau
saja yang sakit

bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.


4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau
putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”,

“yah, akhirnya saya harus operasi “


2.2 Konsep Berduka 12
2.2.1 Definisi Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan


terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan
sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu

13
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek
dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2.2.2 Teori dari Proses Berduka

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross


(1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5
tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan


dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi
kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.
2. Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin


“bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini
orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali
tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping
individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
3. Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara


yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada
14 mencari pendapat orang lain.
tahap ini, klien sering kali
4. Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak


nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini
memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
5. Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.


Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila
seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada
hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
2.2.3 Dampak Kehilangan
1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam
kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akan
timbul regresi, serta merasa takut saat
ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kaehilangan
dapat menimbulkan

disintegrasi dalam keluarga.


3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena
kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan
yang sangat berat dan menghilangkan
semangat huyidup individu yang ditinggalkan
2.2.4 Tindakan Petugas Saat Menangani Pasien yang
Mengalami Sakaratul Maut
15
1. Memberi tahu pada keluarga tentang tindakan yg akan
dilakukan.

2. Mendekatkan alat.

3. Memisahkan pasien dgn pasien lain.

16
4. Mengizinkan keluarga untuk mendampingi pasien tdk
boleh ditinggalkan sendiri.
5. Membersihkan pasien dari keringat.

6. Membasahi bibir pasien dgn kassa lembab, bila


tampak kering menggunakan pinset.
7. Membantu melayani dalam upacara keagamaan.

8. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus


menerus.

9. Mencuci tangan.

10. Melakukan dokumentasi tindakan.

2.2.5 Perawatan Pasien Sakaratul Maut


a. Pengertian:

Memberikan perawat khusus kepada pasien yang akan


meninggal sakaratul maut.

b. Tujuan:
1. Memberi kepuasan dan ketenagaan kepada pasien dan
keluarganya.
2. Memberi kesan baik pada pasien lain disekitar.
c. Persiapan alat:

17 (bila memungkinkan)
1. Tempat/ruang khusus
2. Alat pemberian O2

3. Alat Resusitasi

4. Tensi meter

18
5. Stetoskop

6. Pinset

7. Kain kasa penekan dan air matang pada tempatnya

8. Kertas tissue

9. Kapas

10. Handuk kecil/washlap untuk menyeka keringat pasien

11. Alat tenun

d. Persiapan Pasien:
1. Disisipkan sesuai agama dan kepercayaan
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana
e. Pelaksanaan:
1. Pasien ditempatkan terpisah dari pasien lain.
2. Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas
3. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan
pasien
19
4. Usahakan pasien dalam keadaan bersih dan suasana
tenang
5. Bila bibir pasien kering, basahi dengan kain kasa
basah
6. Berikan bantuan kepada keluarga klien untuk
kelancaran pelaksanaan

upacara keagamaan.
2.2.6 Perawatan Pasien Yang Meninggal
a. Pengertian:

Perawatan khusus kepada pasien yang baru saja


meninggal.

b. Tujuan:
1. Memberihkan dan merapikan jenazah.
2. Memberi rasa puas kepada keluarga pasien.
c. Persiapan alat:
1. Pakaian khusus (berakshort)

20
2. Pembalut atau verban
3. Bengkak
4. Pinset
5. Kapas lembab dan kain kasa secukupnya
6. Pralatan yang diperlukan untuk membersihkan jenazah
misal baskom
7. Sprey/kain penutup jenazah
8. Tempat pakaian kotor
9. Surat kematian sesuai peraturan yang berlaku

d. Pelaksanaan:
1. Keluarga pasien diberitahu dengan seksama,
bagaimana jenazah akan

dibersihkan.
2. Petugas memakai pakaian khusus.
3. Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai kebutuhan.
4. Letak tangan pasien diatur menurut agama.
5. Kelopak mata dirapatkan dan lubang-lubang pada
tubuh ditutup.
6. Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu
7. Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan kedua
ibu jari diikat

verban.
8. Jenazah ditutup rapi dengan kain penutup.
9. Surat kematian harus diisi dengan lengkap.
10. Jenazah dibawa ke21
kamar mayat.
BAB III

ASUHAN PADA PASIEN YANG MENGHADAPI


KEHILANGAN DAN KEMATIAN

3.1 Pengkajian

Data yang dapat dikumpulkan adalah:

a. Perasaan sedih, menangis.


b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur,
tingkat aktivitas
3.2 Diagnosa: Berduka disfungsional

Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang


nyata maupun yang dirasakan dimana individu tetap
terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu
periode waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang
normal menjadi berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang
22
mengganggu fungsi kehidupan.
3.3 Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”)

 Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa


konsep nilai untuk individu

23
 Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa
berduka dari kehilangan multiple yang belum
terselesaikan)
 Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan

 Tidak adanya antisipasi proses berduka

 Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan


ambivalen dengan konsep kehilangan.
3.4 Batasan Karakteristik (“dibuktikan dengan”)

 Idealisasi kehilangan (konsep)

 Mengingkari kehilangan

✓ Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara


tidak tepat
✓ Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
✓ Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan
dan dibesar- basarkan tidak sesuai dengan ukuran
situasi.
 Regresi perkembangan

 Gangguan dalam konsentrasi

 Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan

 Afek yang labil


24
 Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi,
tingkat aktivitas, libido.
3.4 Sasaran/Tujuan
1. Sasaran jangka pendek

Pasien akan mengekspresikankemarahan


terhadap konsep kehilangan
dalam 1 minggu.

25
2. Sasaran jangka panjang

Pasien akan mampu menyatakan secara verbal


perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap-tahap
berduka yang normal. Pasien akan mampu mengakui
posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia
mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan
masalah.
3.5 Intervensi dengan Rasional Tertentu

1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi.


Identifikasi perilaku- perilaku yang berhubungan dengan
tahap ini.
Rasional

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk


perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang
berduka.
2. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua
janji
Rasional

Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan


yang terapeutik.

3. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan


pasien untuk mengekspresikan perasaannya
secara terbuka 26
Rasional

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa


anda yakin bahwa ia merupakan seseorang pribadi yang
bermakna. Rasa percaya meningkat.

27
4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah.
Jangan menjadi defensif jika permulaan ekspresi
kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis.
Bantu pasien untuk mengeksplorasikan perasaan marah
sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung
kepada objek atau orang/pribadi yang dimaksud.
Rasional

Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu


lingkungan yang tidak mengancam dapat membantu
pasien sampai kepada hubungan dengan persoalan-
persoalan yang belum terpecahkan.
5. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang
terpendam dengan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)
Rasional

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan


efektif untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam.
6. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan
perilaku yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu
pasien untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa
bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan adalah
perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses
berduka. Rasional

28
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar
yang berhubungan dengan berduka yang normal dapat
menolong mengurangi beberapa perasaan bersalah
menyebabkan timbulnya respon-respon ini.
7. Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan
konsep kehilangan.

Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita


situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi
diekspresikan.
Rasional

Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan


mampu menerima baik aspek positif maupun negatif dari
konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai
seluruhnya.
8. Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai
usaha untuk menentukan metoda-metoda koping yang
lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan
umpan balik positif untuk identifikasi strategi dan
membuat keputusan.
Rasional

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan


mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.

29
3.6 Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

30
1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-
tahap proses berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan debgab tiap-tiap tahap.
2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam
proses berduka dan mengekspresikan perasaan-
perasaannya yang berhubungan denga konsep
kehilangan secara jujur.
3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi
dan perilaku- perilaku yang berlebihan yang berhubungan
dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan
aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

31
BAB IV

32
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana


seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe
dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
33
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau
nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan,
yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang

34
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal,
kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri
sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.

35
DAFTAR PUSTAKA

36
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta:
EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia:


Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses
keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3.
Jakarta: ECG. Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan
pada Keperawatn Psikiatri,
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC. https://pastakyu.wordpress.com/asuhan keperawatan
kehilangan dan berduka

37

Anda mungkin juga menyukai