Anda di halaman 1dari 58

STIKes Santa Elisabeth Medan 1

PROPOSAL

HUBUNGAN PERSEPSI DAN KOMPLIKASI


PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
ADAM MALIKKOTA MEDAN
TAHUN 2020

Oleh:
Elfrida Trisila Gulo
NIM. 032017113

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN 2020

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai

dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal. Penyakit diabetes

mellitus jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi

pada organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung pembuluh darah dan saraf yang

akan membahayakan jiwa maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Komplikasi yang ditimbulkannya bisa bersifat akut juga bersifat kronis.

Komplikasi akut terjadi berkaitan dengan penurunan atau peningkatan kadar

glukosa darah secara tiba-tiba sedangkan komplikasi kronis berkaitan dengan efek

peningkatan kadar glukosa darah dalam waktu lama. (Roifah, 2016)

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan pada seseorang yang

ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah (Hiperglikemia) yang

diakibatkan karena kekurangan Insulin (Padila, 2012). DM menjadi salah satu

penyakit kronis dengan angka kejadian tinggi dimana WHO memperkirakan

penyakit DM akan menjadi epidemi global pada abad 21 dan 70% kasus DM ada

di negara-negara berkembang Termasuk diantaranya adalah negara Indonesia

Menurut (Tol et al, 2013 dalam Sasmiyanto 2019)

Berdasarkan data International Diabetes Federation, 285 juta orang di

seluruh dunia mengidap diabetes mellitus dan jumlah ini akan terus meningkat

hinga mencapai 438 juta orang di tahun 2030 dengan dua pertiga diantaranya

terjadi di negara berkembang. Jumlah penderita diabetes mellitus dengan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 3

gangguan tes toleransi glukosa juga diprediksi akan meningkat dari angka 344

juta di tahun 2010 menjadi 472 juta jiwa di tahun 2030 (Mahmoud dkk, (2018)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Utami, 2018) pada pasien

Diabetes melitus di Puskesmas Harapan Raya didapatkan prevalensi komplikasi

satu penyakit dan kualitas hidup yang rendah sebanyak 12 orang responden

(22,6%), responden yang memiliki komplikasi satu penyakit dan kualitas hidup

yang tinggi sebanyak 41 orang responden (77,4%). Responden yang memiliki

komplikasi lebih dari satu penyakit dan kualitas hidup yang rendah sebanyak 26

orang responden (86,7%), responden yang memiliki komplikasi lebih dari satu

penyakit dan kualitas hidup yang tinggi sebanyak 4 orang responden (13,3%).

(Sasmiyanto, 2019) Perjalanan penyakit diabetes mellitus sebagai salah

satu penyakit kronis beresiko menimbulkan berbagai macam komplikasi.

Berbagai komplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi mikrovaskuler seperti

retinopati dan neuropati serta komplikasi makrovaskuler seperti infark miokard

akut, angina pektorism stroke dan diabetic foot. Komplikasi ini berdampak pada

kualitas hidup penderita diabetes mellitus.

Mojahed dkk, (2019) menyebutkan bahwa kesejahteraan psikologis

berdampak langsung terhadap kesehatan mental dan berdampak tidak langsung

terhadap kesehatan fisik atau komplikasi diabetes mellitus yang dialami, dengan

kata lain seseorang yang memiliki presepsi yang baik akan cenderung lebih sehat

baik secara fisik dan mental. Pasien yang lama menderita DM dengan komplikasi

akan memiliki harga diri yang rendah sehingga pasien dengan komplikasi akan

mempengaruhi kualitas hidupnya..

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 4

Hal ini dikarenakan pada penderita yang mempunyai komplikasi, fungsi

fisik dan energinya lemah, kesehatan mentalnya merasa tertekan, kurang puas

terhadap pengobatannya, serta merasa keluhan yang lebih banyak (Hartati, dikutip

dari Sari, Thobari, & Andayani, 2011). Hasil ini juga didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Redekop et al., (2002, dikutip dari Sari, Thobari, &

Andayani, 2011) di Belanda, menyebutkan bahwa pasien dengan komplikasi baik

mikro maupun makrovaskuler memiliki kualitas hidup terendah karena lebih

banyak masalah yang dihadapi. Selain itu pasien juga lebih merasa cemas atau

depresi dan nyeri akibat dari penyakit lain yang dideritanya selain diabetes.

Persepsi tentang penyakit merupakan pendekatan untuk menjelaskan

perilaku dan cara individu dalam mengatasi penyakitnya (Weinman dan Petrie,

1997). Pendekatan ini merupakan aspek penting dalam pertimbangan intervensi

peningkatan kualitas hidup pasien (Shallcross, et al., 2015; Ashley et al., 2015;

Taylor, 2012). Persepsi diri yang positif berpengaruh terhadap kualitas hidup yang

baik (Taylor, 2012).

Persepsi tentang penyakit merupakan pendekatan yang digunakan secara

luas dalam psikologi kesehatan, salah satunya digunakan untuk menjelaskan

perilaku dan cara mengatasi DMT2 (Weinman & Petrie, 1997; Anonim, 2014).

Persepsi atau pemahaman tentang kesehatan dipengaruhi oleh bagaimana

penderita percaya terhadap kemampuannya menjalani pengobatan, kehidupan,

psikososial, pendidikan yang dimiliki serta dukungan keluarga (Pricahyo, 2012).

Kegagalan dalam mengelola aspek psikologi dapat berpengaruh buruk

terhadap kualitas hidup pasien DMT2 dan persepsi pasien terkait penyakit

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 5

berkontribusi terhadap kualitas hidup pasien (Donald et al., 2012). Oleh karena

itu, penilaian terhadap persepsi dengan kualitas hidup pasien DMT2 dengan

komplikasi sangat penting karena kualitas hidup yang menurun akibat persepsi

tentang penyakit yang buruk dapat memperparah penyakit dan menyebabkan

kematian.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien diabetes melitus didapatkan

ratarata lama menderita penyakit DM yaitu lebih dari 10 tahun dengan komplikasi

dari penyakit DM yang dialami. Pasien tersebut mengatakan sudah bosan dengan

penyakitnya karena pasien merasa penyakit diabetes yang diderita saat ini mulai

mengganggu kegiatan sehari-hari seperti pergi wirid atau arisan, kondangan dan

berlibur.

Aktivitas keseharian pasien DMT2 dengan komplikasi sangat terkait

dengan bangunan persepsi yang dimilikinya. Pasien sudah tidak mengikuti wirid

atau arisan karena pasien merasa malu selalu izin kencing kekamar mandi

sehingga pasien tidak mau mengikuti perkumpulan wirid atau arisan. Pasien tidak

mau menghadiri kondangan karena pasien merasa takut tidak bisa mengontrol

makanan yang ada di tempat pesta, karena ditempat pesta banyak makanan yang

bersantan seperti rendang dan makanan yang berminyak.

Cara pasien dalam memahami penyakit merupakan faktor yang membantu

pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al., 2013). Pasien yang

meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan

mood yang positif. Sebaliknya pasien dengan persepsi yang negatif akan

mengalami penurunan kualitas hidup (Taylor 2012 dalam Setiyo Santoso 2016).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 6

Kualitas hidup mempengaruhi kesehatan fisik, keadaan psikologi,

hubungan sosial, dan hubungan pasien dengan lingkungannya (Pertiwi 2013

dalam Utami Maulina, 2018 ).Kualitas hidup telah ditetapkan sebagai salah satu

parameter untuk mengukur keberhasilan perawatan diabetes mellitus. Pengobatan

tidak hanya diarahkan untuk menyembuhkan penyakit tapi juga untuk

mengembalikan fungsi kesehatan. Sehingga perawatan diabates mellitus tidak

hanya menekankan pada kuantitas hidup namun juga kualitas. Secara umum

kualitas hidup pada penyakit kronis didefinisikan sebagai keseluruhan proses

evaluasi individu terhadap hal–hal yang berpengaruh dalam hidupnya, baik secara

internal maupun eksternal. Zurita Cruz dkk, (2018).

Solusi yang dilakukan jika pasien memiliki faktor-faktor diatas maka cara

penanganannya bisa dengan konseling sesuai dengan penelitian Rahmat 2010

menyatakan bahwa konseling menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas

hidup pada pasien DM, pada penelitian Erika 2019 menyebutkkan bahwa

melakukan terapi fisik seperti senam aerobik dapat mempengaruhi kualitas hidup

Pada penelitian Nuraisyah 2017 menyebutkan juga bahwa dukungan

keluarga bisa memberikan kualitas hidup pasien karna terkadang keluarga jarang

memberi dukungan kepada pasien yang sudah jatuh sakit. Penelitian Devi, 2018

menyebutkan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien,

semakin tinggi dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi kualitas hidup

pasien karena mereka merasa diteima, dihargai dan dipedulikan.

Hasil penelitian Utami, 2014 juga menyebutkan bahwa komplikasi yang

dialami pasien DM dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada Peneliti lain

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 7

yaitu Setiyorini dan Wulandari (2017) yang meneliti tentang hubungan lama

menderita dan kejadian komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita DM

tipe II, dalam penelitiannya tidak ada hubungan lama menderita dan kejadian

komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Semakin lama

seseorang menderita suatu penyakit, maka semakin lama kesempatan untuk

belajar tentang penyakitnya dan lebih berpengalaman dalam menghadapi berbagai

masalah yang timbul terkait dengan penyakitnya, sehingga berkecenderungan

memiliki kualitas hidup yang baik.

Dari beberapa solusi diatas maka cara pasien terbaik dalam meningkatkan

kualitas hidupnya adalah dengan cara memahami penyakitnya secara positif atau

memiliki presepsi yang positif dimana ini adalah salah satu faktor yang membantu

pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al., 2013). Pasien yang

meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan

mood yang positif (Taylor 2012; Pakenham, 2005). Sebaliknya pasien dengan

persepsi yang negatif akan mengalami penurunan kualitas hidup (Paschalides et

al., 2004)

Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengukur

kualitas hidup penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan mengukur apakah

Presepsi yang positif dan negatif ada hubungannya dengan kualitas hidup pasien

serta komplikasi yang diderita pasien memiliki hubungan pada kualitas hidup,

sehingga diketahui hubungan antara persepsi dan komplikasi tentang penyakit

DMT2 dengan kualitas hidup.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah

dipaparkan diatas, maka peulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah presepsi penderita berhubungan dengan Kualitas hidup pada pasien

diabetes mellitus Tipe II di Rumah Sakit Adam Malik Medan.

2. Apakah komplikasi berhubungan dengan Kualitas hidup pada pasien Diabetes

Melitus Tipe II di Rumah Sakit Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Tujuan umum

Untuk Mengetahui hubungan presepsi dan komplikasi penyakit dengan

kualitas hidup pasien pada penyakit Diabetes Melitus Tipe 2

1.3.2 Tujuan Umum

a. Mengedintifikasi presepsi tentang penyakit pada penderita Diabetes

Melitus Tipe 2

b. Mengidentifikasi komplikasi penyakit dengan penyakit pada penderita

Diabetes Melitus Tipe 2

c. Menganalisis Hubungan Presepsi dan Komplikasi Penyakit dengan

Kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan serta

dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk salhsatu sumber bacaan penelitian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 9

dan pengembangan ilmu tentang Hubungan Presepsi dan komplikasi dengan

kualitas hidup pada penyakit Diaetes Melitus Tipe 2.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan dapat menambah informasi, referensi dan pengetahuan dalam

praktek keperawatan khususnya keperawatn medikal bedah bagi mahasiswa/i

Stikes Santa Elisabeth Medan tentang Hubungan Presepsi dan komplikasi dengan

kualitas hidup pada penyakit Diaetes Melitus Tipe 2.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan

secara integral baik bio, psiko, sosial dan spiritual yang dapat meningkatkan

kualitas hidup melalui Hubungan Presepsi dan komplikasi dengan kualitas hidup

pada penyakit Diaetes Melitus Tipe 2.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah penyakit yang bersifat kronis, hanya bisa

dikendalikan. Efek hiperglikemia kronis menimbulkan terjadinya komplikasi.

Risiko komplikasi pada diabetes melitus meningkat sejalan dengan kronisnya

penyakit. Durasi menderita diabetes melitus diperkirakan berkaitan dengan risiko

munculnya komplikasi melalui dasar pemikiran bahwa diabetes dengan kondisi

hiperglikemia kronis mengakibatkan komplikasi pada banyak organ (Suwanto,

2014).

(American Diabetes Association (ADA), 2009) mendefinisikan diabetes

melitus sebagai penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis

karena kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Hiperglikemia

kronis pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

seperti tidak berfungsinya organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah.

Penyakit DM tipe 2 merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,

akan tetapi dapat dikontrol. Tujuan utama dalam penatalaksanaan DM tipe 2 ini

adalah untuk menjaga agar kadar gula darah dalam rentang normal dan mencegah

komplikasi serta kecacatan yang dapat ditimbulkan( Smeltzer & Bare, 2008).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 11

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

(Menurut American Diabetes Association (ADA), 2009) mengategorikan

diabetes melitus berdasarkan etiologinya, yaitu :

1. Diabetes melitus tipe 1

Diabetes tipe ini disebabkan kerusakan sel-sel β pulau Langerhans

yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Pada pulau Langerhans kelenjar

pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel

β memproduksi insulin, sel-sel memproduksi glukagon, sedangkan sel-

sel σ memproduksi hormon somastatin. Namun demikian serangan

autoimun secara selektif menghancurkan sel-sel β. Kerusakan

autoimun dari sel-sel β pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung

mengakibatkan defisiensi sekresi insulin.

Defisiensi insulin ini yang menyebabkan fungsi sel-sel α kelanjar

pankreas menjadi tidak normal dan mengalami gangguan metabolisme

yang menyertai diabetes melitus tipe 1. Pada penderita diabetes melitus

tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel α pulau

Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi

glukagon, tetapi ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 1

sekresi glukagon akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan

hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya

penderita diabetes melitus tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik

apabila tidak mendapatkan terapi insulin. Penderita akan tergantung

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 12

dengan pemberian insulin dari luar untuk bertahan hidup dan menjadi

ketotik jika pemberian insulin dihentikan.

2. Diabetes melitus tipe 2

Kelainan dasar pada diabetes melitus tipe 2 yaitu resisten insulin

pada jaringan lemak, otot, kenaikan gula yang berakibat pada

hiperglikemia dan kekurangan sekresi insulin oleh pankreas yang

menyebabkan turunnya kecepatan transport glukosa ke jaringan lemak,

otot dan hepar. Resistensi insulin terjadi karena penurunan sensitivitas

jaringan terhadap efek metabolisme insulin. Penurunan sensitivitas

insulin mengganggu penggunaan dan penyimpanan karbohidrat

sehingga terjadi penumpukan glukosa dalam darah yang menyebabkan

diabetes melitus.

3. Diabetes melitus gestasional

Didefinisikan sebagai permulaan intoleransi glukosa atau pertama

sekali didapat selama kehamilan

2.1.3 Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor Risiko DM Faktor risiko diabetes mellitus bisa dikelompokan

menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko

yang tidak dapat diubah (Kemenkes.2013)

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi, antara lain :

1. Ras dan etnik

2. Jenis kelamin

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 13

Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang

dibedakan antara laki – laki dan perempuan. Baik perempuan

maupun laki – laki memiliki risiko yang sama untuk mengidap

diabetes mellitus sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun,

wanita memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki

(Riskesdas, 2017).

Perempuan lebih rentan mengalami diabetes karena

perempuan mengalami menopause yang menyebabkan penurunan

produksi insulin yang mengakibatkan penurunan terhadap

sensitifitas terhadap insulin. Estrogen berfungsi untuk menjaga

keseimbangan insulin dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta

progesterone membantu menjaga keseimbangan insulin dan

membantu menggunakan lemak sebagai energy (Taylor, 2008).

Perempuan lebih berisiko mengidap diabetes mellitus

karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan

indeks massa tubuh yang lebih besar, pasca-menapause yang

membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi

akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko

menderita diabetes mellitus tipe 2 (Wahyuni, 2010).

3. Umur

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang

menurun dengan cepat setelah usia setelah 40 tahun. DM tipe 2

sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 14

pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya

tidak peka terhadap insulin.

4. Riwayat keluarga dengan DM

Timbulnya penyakit diabetes mellitus tipe 2 sangat dipengaruhi

oleh faktor genetik. Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2

adalah 15% bila salah satu orang tuanya menderita DM.

Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita

DM adalah 75%. Orang yang memiliki ibu dengan DM memiliki

risiko 10-30% lebih besar dari pada orang yang memiliki ayah

dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam

kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita

DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika

yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK,

2010).

5. Riwayat lahir dengan BBLR

Bayi dengan berat lahir yang rendah, di masa dewasanya akan

mempunyai risiko terkena berbagai penyakit salah satunya

diabetes. Seseorang yang mengalami BBLR dimungkinkan

memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk

memproduksi insulin akan terganggu. Hal ini akan memungkinkan

orang tersebut menderita DM tipe 2 (Kemenkes, 2010).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 15

b. Faktor yang dapat diubah

Faktor risiko diabetes mellitus yang dapat diubah meliputi, antara lain:

1. Gaya hidup yang tidak sehat.

Menurut Adler (1993), yang dimaksud dengan gaya hidup

adalah keunikan individu yang digunakan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang diciptakan sendiri (Khasanah, 2012). Gaya hidup juga

berpengaruh terhadap kemunculan diabetes mellitus. Kebiasaan –

kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang

dengan kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, asupan

gula yang berlebihan, minimnya olah raga dan porsi istirahat

sampai stres dapat berpengaruh terhadap diabetes mellitus.

2. Berat badan lebih (Obesitas)

3. Hipertensi

4. Dislipidemia

5. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT)

2.1.4 Manifestasi klinis

(Menurut Schteingart DE, 2006) Penderita diabetes melitus mungkin

sama sekali tidak memperlihatkan gejala apa pun, namun ada beberapa

manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin. Di antaranya sebagai berikut :

1. Poliuria

Penderita dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan

kadar glukosa plasma puasa normal, atau toleransi glukosa setelah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 16

makan. Jika hiperglikemia bertambah parah dan melebihi ambang

ginjal, maka timbul glikosuria. Keadaan ini mengakibatkan diuresis

osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.

2. Polidipsia

Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan

penderita sering merasa haus dan banyak minum.

3. Polifagia

Penderita mengalami keseimbangan kalori yang negatif dan berat

badan berkurang yang disebabkan glukosa hilang bersama urine. Rasa

lapar yang berlebih mungkin terjadi karena kehilangan kalori dalam

jumlah banyak. Biasanya penderita juga akan mengeluh lelah dan

mengantuk.

2.1.5 Patofisiologi

Insulin dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pankreas, yang berfungsi

untuk mempertahankan kadar gula normal dalam darah dengan cara mengubah

gula atau glukosa dalam darah menjadi glikogen dan disimpan dalam otot atau

jaringan sebagai cadangan tenaga. Insulin berfungsi mempercepat transportasi

atau pengangkutan glukosa dari darah ke dalam sel. Berkurangnya insulin

mengakibatkan glukosa darah tinggi (hiperglikemi) karena agen pengubahnya

yaitu insulin tidak cukup atau tidak ada dan transportasi glukosa ke dalam sel

berkurang. Oleh karena itu, indikator utama DM adalah kadar gula dalam darah

yang tinggi. Adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya

hiperglikemi adalah sebagai berikut (Sari, 2012) :

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 17

a. Penurunan produksi insulin.

b. Peningkatan penyerapan karbohidrat dari usus.

c. Peningkatan ambilan glukosa dari jaringan

d. Peningkatan produk glukosa dari organ hati.

2.1.6 Diagnosis Diabtes Melitus

(PERKENI, 2011) Diagnosis Diabetes Melitus Langkah-langkah diagnostik

diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma

sewaktu sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus nilai

GDS >200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan

sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

2. Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dl dengan adanya keluhan

klasik. Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam.

3. Kadar gula darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih sensitif dan

spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun

pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk

dilakukan berulang-ulang dan dalam praktik sangat jarang dilakukan

karena membutuhkan persiapan khusus.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 18

2.2 Persepsi tentang penyakit

2.2.1 Pengertian persepsi

Menurut (Walgito, 2003) Persepsi merupakan suatu proses yang didahului

oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat indra. Kemudian stimulus yang masuk diteruskan ke dalam otak manusia dan

informasi yang diterima otak selanjutnya di analisa, di interpretasi dan kemudian

di evaluasi sehingga seseorang memperoleh makna.

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan

menafsirkan kesan indra mereka dalam rangka memberikan makna kepada

lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat

berbeda dari kenyataan yang obyektif. Persepsi terhadap penyakit menurut Chilcot

tahun 2010 yaitu interpretasi yang dilakukan seseorang berkaitan dengan penyakit

yang diderita.

(Menurut Ibrahim, 2011) persepsi tentang penyakit adalah ketika

seseorang dihadapkan pada suatu penyakit maka orang tersebut akan menanggapi

dan memahami penyakit yang dideritanya sesuai dengan pemikirannya sendiri.

2.2.2 Aspek persepsi penyakit

Menurut (Moss, Moris 2002) Illness perception adalah keyakinan yang

dimiliki pasien yang berasal dari semua pemahaman dasar yang dimiliki pasien

tentang penyakit yang dideritanya. Lima komponen yang mendasari gambaran

kognitif terhadap penyakit adalah sebagai berikut :

1. Identitas

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 19

Identitas adalah label yang diberikan untuk suatu penyakit

atau diagnosisi medik dan pengalaman symptom. Komponen

penting dari skor identitas yaitu subjek biasanya

menginterpretasikan simptom yang berhubungan dengan penyakit

berbeda dengan interpretasi medis. Hal ini biasanya berhubungan

dengan bagaimana staf medis melakukan Treatment dalam

kepatuhan mengonsumsi obat oral penderita diabetes melitus.

2. Sebab

a) Psychological Attribution, faktor penyebab karena psikologis

yang disebabkan oleh perilaku subjek.

b) Immunity/other illness, faktor penyebab karena perubahan

biologis atau penyakit lain.

c) Risk factor, faktor penyebab karena risiko dalam diri subjek

seperti genetik.

d) Accident/Change, faktor penyebab karena kurang beruntung

atau kecelakaan.

Sebab adalah pendapat individu tentang etiologi penyakit yang

dialami. Dalam hal ini, setiap pasien mungkin merepresentasi

penyakit mereka dengan reflek yang bervariasi dalam casual

models yang berbeda. Terdapat empat macam sebab secara

umum yaitu:

3. Waktu

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 20

Waktu adalah persepsi mengenai berapa lama penyakit yang

dideritanya akan berakhir, baik itu akut maupun kronis.

Persepsi subjek mengenai rentang dan siklus waktu penting

karena berhubungan dengan pengobatan yang diambil subjek.

4. Konsekuensi

Konsekuensi merupakan persepsi pasien mengenai efek yang

mungkin dirasakan dalam kehidupan mereka akibat dari

penyakit yang dideritanya. Konsekuensi tersebut dapat berupa

emosional atau kombinasi dari berbagai factor.

5. Kontrol perawatan

Kontrol perawatan adalah bagaimana pasien mempresentasikan

penyakitnya dengan percaya bahwa penyakit akan bertambah

parah atau membaik dan hal itu dapat dikontrol dari diri sendiri

atau orang lain yang lebih memahami penyakit. Kontrol

perawatan terdiri dari dua macam yaitu kontrol personal dan

kontrol treatment.

Kontrol personal yaitu suatu kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku

yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.

Kontrol treatment adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi

kontrol dan kepatuhan terhadap mengonsumsi obat oral adalah

pengetahuan, tingkat ekonomi, sikap, usia, dukungan keluarga,

jarak, nilai dan keyakinan dan tingkat keparahan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 21

2.2.3 Faktor-faktor Berperan pada Persepsi

(Menurut Walgito, 2003) Stimulus merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam persepsi, ada beberapa faktor yang dapat dikemukakan, yaitu

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang memersepsi, tetapi juga

dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai saraf yang penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun

sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indra, syaraf dan pusat susunan saraf

Reseptor atau alat indra merupakan alat untuk menerima stimulus.

Di samping itu juga haus ada saraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf

yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Perhatian

Usaha untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan

pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

4. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak

sekali rangsang, tetapi tidak semua rangsang tersebut akan ditanggapi.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 22

Oleh karena itu individu akan memusatkan perhatiannya pada

rangsang-rangsang tertentu saja.

5. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seseorang memiliki keinginan dan cita rasa yang berbeda-beda

sesuai dengan latar belakangnya.

6. Pengalaman terdahulu

Pengalaman yang terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang mempersepsikan kehidupnnya.

2.2.4 Teori yang mempengaruhhi presepsi

1. Model Kepercayaan Kesehatan25 (Health Belief Model)

(Menurut Edberg, 2007) Health Belief Model (HBM) merupakan

teori yang paling luas digunakan. HBM dicetuskan pada tahun 1950-an

berkat penelitian psikolog sosial dari U.S Public Health Service (USPHS)

yakni Godfrey Houchbaum, Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegeles.

HBM dalam promosi kesehatan harus memperhatikan komponen-

komponen atau konstruksi yang merupakan pengungkit bagi faktor yang

mempengaruhi perilaku. Komponen-komponen model hubungan

kesehatan dengan kepercayaan (HBM) adalah suatu bentuk penjabaran

dari model sosio-psikologis.

(Menurut Notoadmojo, 2007) Munculnya model ini didasarkan

pada kenyataan bahwa masalah kesehatan ditandai oleh kegagalan

masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan

penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya

memunculkan teori yang menjelaskan pencegahan penyakit yang


STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 23

kemudian dikembangkan menjadi model kepercayaan kesehatan

(health belief model)

Individu dalam bertindak untuk melawan atau mengobati

penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan

tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit,

keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang

dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang

memotivasi tindakan tersebut:

a. Persepsi Kerentanan

Seseorang akan melakukan tindakan untuk mengobati atau

mencegah penyakitnya, penderita harus merasakan bahwa dirinya

rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan

pencegahan suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah

merasakan bahwa dirinya atau keluarganya rentan terhadap

penyakit tersebut.

b. Persepsi Keparahan

Tindakan individu untuk mencari pengobatan dam

pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit

tersebut terhadap individu atau masyarakat. Penyakit diabetes

melitus yang belum menunjukkan gejala keparahan dianggap

sebagai suatu penyakit yang biasa karena gejala dan komplikasinya

berlangsung lama.

c. Manfaat dan rintangan yang dirasakan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 24

Apabila seseorang merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit

yang dianggap gawat, maka seseorang akan melakukan suatu

tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang

dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam

mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan

lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin

ditemukan di dalam melakukan tindakan tersebut.

d. Isyarat atau tanda-tanda

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang tepat tentang

kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan

isyarat-isyarat yang meliputi faktor-faktor eksternal, misalnya

pesan-pesan pada media masa, nasehat anggota keluarga penderita.

2.2.5 Hubungan Persepsi dengan kualitas hidup

Adanya hubungan bermakna antara respon emosi dan kualitas hidup ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaraghchi et al., (2012), Wahl et

al., (2013) dan Long (2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara persepsi dan kualitas hidup. Pasien dengan penyakit kronis lebih cenderung

memiliki emosi yang tidak stabil (lebih mudah marah, cemas, dan takut). Respon

emosi yang negatif yang ditimbulkan inilah yang berdampak terjadinya kualitas

hidup yang buruk (Wahl et al., 2013 dan Long, 2013).

Cara pasien dalam memahami penyakit merupakan faktor yang membantu

pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al., 2013). Pasien yang

meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 25

mood yang positif (Taylor 2012; Pakenham, 2005). Sebaliknya pasien dengan

persepsi yang negatif akan mengalami penurunan kualitas hidup (Paschalides et

al., 2004).

2.3 Komplikasi

2.3.1 Pengertian

Komplikasi diabetes melitus merupakan keadaan kondisi klinis penyerta

dalam pasien diabetes melitus, komplikasi dibagi menjadi dua kelompok besar

yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi yang dapat menyertai

pasien diabetes melitus yaitu hipogliemia, koma, jantung koroner, luka iskemik,

hipertensi, stroke, gagal ginjal, kebuataan, ulkus, arthritis. Penderita diabetes

melitus dengan komplikasi dapat menurunkan kemampuan secara fisik sehingga

mengalami kesulitan dalam menerapkan manajemen perawatan diabetes secara

intensif (Donald, dkk 2013).

Menurut Chyun et al (2006) komplikasi merupakan faktor yang

menyebabkan rendahnya kualitas hidup pasien DM. Komplikasi menyebabkan

bertambahnya keluhan yang dialami pasien baik keluhan fisik maupun psikologis

dan emosi yang turut mempengaruhi aktifitas fisik, sosial dan keluhan lainnya.

Hampir semua pasien memiliki keluhan yang berbeda seuai dengan penyakit yang

menyertai.

2.3.2 Dampak Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi yang dialami pasien menimbulkan dampak yang dapat

berpengaruh negatif terhadap kualitas hidup pasien dan kualitas hidup yang

rendah dapat memperburuk gangguan metabolik, baik secara langsung melalui

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 26

stress hormonal ataupun secara tidak langsung melalui komplikasi (Mandagi,

2010). Komplikasi penyakit DM yang ringan sekalipun berdampak pada kualitas

hidup (Spasi et al., 2014), Lloyd, A., Sawyer, W., & Hopkinson, P. (2001).

2.3.3 Hubungan Komplikasi dan Kualitas hidup

Penelitian Donald et al (2013) yang menyatakan bahwa durasi diabetes

mellitus yang panjang disertai dengan kepatuhan dan pengontrolan gula darah

yang tepat, walaupun telah terkena komplikasi, akan tetapi kualitas hidup pasien

baik dan terpelihara. Semakin lama seseorang menderita suatu penyakit, maka

semakin lama kesempatan untuk belajar tentang penyakitnya dan lebih

berpengalaman dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul terkait dengan

penyakitnya, sehingga berkecenderungan memiliki kualitas hidup yang baik,

Setiyorini dan Wulandari (2017)

2.3.4 Faktor pencetus terjadinya komplikasi

Ada beberapa faktor lain yang mencetuskan kejadian komplikasi selain

lama menderita, diantaranya yaitu kepatuhan dalam menjalani program

pengobatan dan tingkat keparahan diabetes. Akan tetapi apabila lama durasi

diabetes yang diderita diimbangi dengan pola hidup yang sehat maka akan

menciptakan kualitas hidup yang baik, sehingga dapat mencegah atau menunda

komplikasi jangka panjang (Zimmet, 2009)

Lamanya menderita DM sangat berpengaruh terhadap tingkat keparahan

Diabetes (perkeni, 2006) Kualitas hidup yang baik akan menurunkan resiko

komplikasi penyakit..

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 27

2.4 Kualitas Hidup

2.4.1 Pengertian

Kualitas hidup merupakan persepsi penilaian atau penilaian sujektif dari

individu yang mencakup beberapa aspek sekaligus, yang meliputi kondisi fisik,

psikologis, sosial dan lingkungan dalam kehidupan seharihari. Kualitas hidup

merupakan persepsi subjektif dari individu terhadap kondisi fisik, psikologis,

sosial, dan lingkungan alam kehidupan seharihari Urifah (2012)

Kualitas hidup pasien diabetes melitus merupakan perasaan berupa

persepsi yang dapat mempengaruhi kondisi penyakit diabetes melitus tersebut

yang dapat mempengaruhi fisik kesembuhan pasien tersebut. Raudatussalah dan

Fitri (2012) mengatakan bahwa kualitas hidup merupakan persepsi seseorang

tentang kondisi kesehatanya yang mempengaruhi kesehatan secara umum dalam

pelaksanaan peran dan fungsi fisik serta keadaan tubuh.

Chaidir, Wahyuni dan Furkhani (2017) mengungkapkan bahwa kualitas

hidup merupakan dampak dari masalah kesehatan yang paling penting, merupakan

tujuan utama dari setiap pengobatan atau intervensi keperawatan, dan sudah

merupakan kebutuhan bagi seseorang untuk bertahan hidup tetapi dalam keadaan

tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan individu.

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

kualitas hidup, pasien DM tipe 2 yang memiliki usia lebih dari 40 tahun

mempunyai kualitas hidup lebih rendah, karena bertambahnya usia pada

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 28

pasien diabetes, maka dapat menyebabkan perubahan pada fungsi dan

anatomi tubuh yang dapat menganggu toleransi glukosa dan resistensi

insulin. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah seperti psikologi,

sosial, fisik, dan menimbulkan keterbatasan yang dapat berpengaruh pada

kualitas hidup. Kemampuan diri dapat menurun seiring dengan

bertambahnya umur. Dampak dari penurunan fungsi tubuh dapat

berpengaruh pada keberhasilan manajemen diabetes yang akan berakibat

munculnya gangguan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap kualitas

hidup pasien diabetes melitus tipe 2 (Herdianti, 2017).

2. Jenis Kelamin

Menurut (Juanita, dkk 2016), kualitas hidup baik terdapat pada

responden laki-laki, karena sebagian besar laki-laki mempunyai

kepuasaan lebih tinggi pada kesehatan mental dan cenderung merasa

dirinya dalam kondisi baik walaupun mempunyai penyakit diabetes

melitus dibandingkan dengan perempuan.

3. Terapi

Menurut (Adikusuma et al., 2014) kelompok pasien yang

menggunakan terapi tunggal lebih merasa puas terhadap kadar gula

darahnya, pengobatan dan variasi menu dalam makanannya, serta tidak

merasa terganggu waktunya untuk mengatur diabetes maupun pergi untuk

periksa, pengetahuan tentang diabetes rata-rata juga bagus dan keluarga

pasien tidak merasa terbebani dibandingkan kelompok kombinasi

Menurut (CDC, 2011) Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup diantaranya adalah kesehatan fisik, keadaan psikologis,

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 29

tingkat kemandirian, hubungan sosial (dukungan sosial), keyakinan

pribadi, dan status ekonomi

2.4.3 Aspek-aspek Kualitas hidup

Menurut WHO (1996) terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup,

diantaranya sebagai berikut:

1. Kesehatan fisik, diantaranya Aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas,

rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

2. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri,

spiritualitas/agama/keyakinan pribadi, berpikir , belajar , memori dan

konsentrasi.

3. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

4. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan,

kebebasan, keamanan fisik dan keamanan Kesehatan dan perawatan

sosial : aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah, Peluang untuk

memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dalam dan

Menurut (Kurniawan, 2008) Beberapa aspek dari penyakit ini yang

mempengaruhi kualitas hidup yaitu:

1. Adanya tuntutan yang terus-menerus selama hidup pasien terhadap

perawatan DM, seperti pembatasan atau pengaturan diet,

pembatasan aktifitas, monitoring gula darah,

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 30

2. Gejala yang timbul saat kadar gula darah turun ataupun tinggi,

3. Ketakutan akibat adanya kompikasi yang menyertai,

4. Disfungsi seksual

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 31

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independent
Variabel Independent :
Komplikasi Penyakit yang
Presepsi Penyakit diderita

Variabel Dependent :
Kualitas hidup Pasien Diabetes
Melitus

Keterangan:
: Variabel yang Diteliti
: Ada Hubungan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 32

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan dalam proses berpikir ilmiah. Penelitian ini

memiliki hipotesis yang merupakan adanya hubungan antar variabel. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis Alternatif (Ha)

1. Ada hubungan Persepsi penderita dengan Kualitas hidup pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe II

2. Ada hubungan Komplikasi Penderita dengan Kualitas Hidup pada penderita

Diabetes Melitus Tipe II

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 33

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah teknik yang digunakan peneliti untuk menyusun

studi dan untuk mengumpulkan dan menganalisa informassi yang relevan dengan

pertayaan penelitian (Polit, 2012). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini dengan menggunakan deskriptif dengan metode pendekatan cross

sectional. Pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada suatu saat (Nursalam, 2013).

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan cross sectional dengan

melakukan pengukuran secara bersamaan pada variabel persepsi dan komplikasi

tentang penyakit diabetes mellitus.

4.2 Populasi dan sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana seorang peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tersebut (Polit, 2012). Sebagai suatu populasi, kelompok

subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan dari kelompok

subjek yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes

melitus di Rumah Sakit Adam Malik Medan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 34

4.2.2 Sampel

Sampel Penelitian merupakan objek atau sebagian dari keseluruhan objek

yang akan diteliti yang memiliki karakteristik yang sama dan dapat mewakili

populasi.

a. Teknik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi objek dari populasi

yang dapat mewakili populasi. Teknik sampling adalah teknik yang

digunakan dalam mengambil sampel dari keseluruhan populasi

penelitian. Pada penelitian sampel dipilih dengan menggunakan

purposive sampling yang merupakan suatu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti

teknik

b. Besar Sampel

Penentuan besar sampel penelitian dengan menggunakan rumus Slovin.

Rumus Slovin :

N
n=
1 + N (d )2

Keterangan:

n = Besar sampel

N= Besar populasi

d = taraf kesalahan (0,05)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 35

4.2.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Polit, 2012) Adapun kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Penderita diabetes melitus tipe 2

b) Diabetis yang dapat membaca dan menulis

c) Bersedia menjadi responden

4.3 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

4.3.1. Variabel penelitian

Variabel merupakan karakteristik dalam penelitian yang diamati dan

mempunyai ragam nilai serta sebuah operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat

diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya.

1. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel ini

biasanya diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya dengan

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu persepsi dan

komplikasi tentang penyakit.

2. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu

Kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe II.

4.3.2. Defenisi operasional

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 36

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari suatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati

(diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional (Grove, 2014).

No Variabel Defenisi Alat Ukur Item hasil ukur Skla


Penelitian Operasional Ukur
1. Variabel Persepsi Kuesioner Total skor 0-80 Interval
Independen penderita Brief illness Data tidak
adalah diabetes melitus perception terdistribusi
(Persepsi dalam questionnair normal, maka :
tentang menggambarkan e (B-IPQ). 1. Positif ≥
penyakit) penyakit yang Terdiri dari 9 median (39)
sedang pernyataan. 2. Negatif <
dideritanya. Pernyataan median (39)
Persepsi nomor 1
penderita sampai 8
diabetes melitus dalam bentuk
dalam interval
menggambarkan dengan
penyakit yang rentang nilai
sedang 0-10 dan
dideritanya. pernyataan
Terdiri dari 9 nomor 9
sub variabel tidak
(Timeline, dilakukan
Consequnces, skoring
Personal hanya
control, diurutkan
Treatment berdasarkan
control, Illness jawaban dari
coherence, responden.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 37

Concern,
emotional
representaton,
identity, cause)

2 Varabel Faktor yang kuesioner Dari 26 ordinal


Independen menyebabkan World pertanyaan
(Komplikasi rendahnya Health akan di
terhadap kualitas hidup Organization interprestasikan
penyakit pasien DM. Quality of dengan
Diabetes Komplikasi Life- kategori nilai :
Melitus menyebabkan BREF a. Kualtas
Tipe II) bertambahnya (WHOQOL- hidup
keluhan yang BREF) untuk sangat
dialami pasien menilai buruk jika
baik keluhan kulaitas jumlah nilai
fisik maupun hidup yang 0-20
psikologis dan terdiri 26 b. Kualitas
emosi yang turut pertanyaan. hidup
mempengaruhi Empat buruk jika
aktifitas fisik, domain yaitu jumlah nilai
sosial dan domain fisik, 21-40
keluhan lainnya. domain c. Kualitas
psikologis, hidup
domain sedang jika
hubungan jumlah nilai
sosial 41-60
dan domain d. Kualitas
lingkungan. hidup baik
Empat jika jumlah
dimensi nilai 61-80

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 38

kualitas e. Kualitas
hidup dapat hidup
diukur sangat baik
dengan 7 jika jumlah
pertanyaan nilai 81-
untuk 100
domain fisik,
6 pertanyaan
untuk
domain
psikologis, 3
pertanyaan
untuk
domain
hubungan
sosial dan 8
pertanyaan
untuk
domain
lingkungan.
3 Variabel Kualitas hidup kuesioner Dari 26
Dependen merupakan World pertanyaan Ordinal
(Kualitas persepsi Health akan di
hidup penilaian atau Organization interprestasikan
penyakit penilaian Quality of dengan
Diabetes sujektif dari Life- kategori nilai :
Melitus ) individu yang BREF a. Kualitas
mencakup (WHOQOL- hidup
beberapa aspek BREF) untuk sangat
sekaligus, yang menilai buruk jika
meliputi kondisi kulaitas jumlah nilai

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 39

fisik, psikologis, hidup yang 0-20


sosial dan terdiri 26 b. Kualitas
lingkungan pertanyaan. hidup
dalam Empat buruk jika
kehidupan domain yaitu jumlah nilai
seharihari domain fisik, 21-40
domain c. Kualitas
psikologis, hidup
domain sedang jika
hubungan jumlah nilai
sosial 41-60
dan domain d. Kualitas
lingkungan. hidup baik
Empat jika jumlah
dimensi nilai 61-80
kualitas e. Kualitas
hidup dapat hidup
diukur sangat baik
dengan 7 jika jumlah
pertanyaan nilai 81-
untuk 100
domain fisik,
6 pertanyaan
untuk
domain
psikologis, 3
pertanyaan
untuk
domain
hubungan
sosial dan 8

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 40

pertanyaan
untuk
domain
lingkungan.
4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data agar penelitian dapat berjalan dengan baik (Polit, 2012). Kuesioner yang

digunakan oleh penelitian berupa kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari data

demografi, Persepsi penderita, dan tingkat kualitas hidup.

1. Instrumen data demografi

Kuesioner ini merupakan lembaran yang berisi data demografi

yang nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik

responden yang meliputi nama (inisial), usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, lama menderita diabetes melitus, kadar gula darah sewaktu

terakhir, penyakit penyerta lain dan obat antidiabetik yang diminum. Data

demografi pada kuesioner ini menggunakan desain kuesioner demografi

yang telah dimodifikasi dari penelitian oleh Utama (2013)Instrumen

Persepsi Penyakit

2. Instrumen mengukur persepsi pasien

Kuesioner Brief Illness Perception Questionnaire (B-IPQ) yang

dikembangkan oleh Elizabeth Broadbent tahun 2006 digunakan untuk

mengukur persepsi pasien terhadap penyakit yang sedang dialaminya.

Kuesioner ini sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Dicky

Tahapary et al. Skala kuesioner B-IPQ terdiri dari 9 pernyataan mengenai

dimensi durasi akut-kronis, durasi siklis, konsekuensi, kontrol pribadi,


STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 41

kontrol pengobatan, koherensi, emosi, penyebab dan identitas. Kuesioner

ini menggunakan tipe skala interval dengan rentang nilai 0-10 dan 1

pertanyaan berbentuk essai. Total skor maksimal pada kuesioner adalah 80

dan skor minimal adalah 0.

3. Instrumen menilai kualitas hidup

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner World Health Organization Quality of Life- BREF (WHOQOL-

BREF) yaitu kuesioner versi pendek yang dikembangkan oleh WHO untuk

menilai kulaitas hidup yang terdiri 26 pertanyaan. Empat domain yaitu

domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain

lingkungan. Empat dimensi kualitas hidup dapat diukur dengan 7

pertanyaan untuk domain fisik, 6 pertanyaan untuk domain psikologis, 3

pertanyaan untuk domain hubungan sosial dan 8 pertanyaan untuk domain

lingkungan.

4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Peneliti ini dilaksanakan di Rumah Sakit Adam Malik Medan Sumatera

Utara. Peneliti memilih penelitian sebagai tempat meneliti karena populasi dan

sampel penelitian terpenuhi.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakanpada tanggal 1 Mei 2020 sampai 1 Juni 2020 di

Rumah Sakit Adam Malik Medan

4.6 Prosedur Pengambilan dan pengumpulan data

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 42

4.6.1 Pengambilan data

Adapun pengambilan data yang digunakan peneliti adalah dengan

pengambilan data primer dan sekunder.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari subjek

penelitian melalui kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data diambil peneliti dari Rumah Sakit Adam Malik

Medan

4.6.2 Teknik pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan data setelah mendapat izin tertulis dari STIKes Santa

Elisabeth Medan. Kemudian peneliti meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Adam

Malik Medan untuk melakukan pengumpulan data di Rumah Sakit. Kemudian

meminta izin kepada Kepala Ruangan untuk melakukan pengumpulan data di

Ruangan Selanjutnya, peneliti mengobservasi dan memberi tanda cheklist dalam

lembar observasi. Setelah perawat selesai melakukan tindakan keperawatan maka

peneliti akan menjumpai responden, dan menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat

penelitian serta cara pengisian kuesioner, kemudian meminta responden untuk

menandatangani lembar persetujuan responden. Dalam pengumpulan data peneliti

akan memberi waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner selama ± 15 menit

untuk mencengah perubahan jawaban dari responden. Apabila ada permohonan

khusus terkait waktu pengisian kuesioner maka peneliti tetap secara terbuka memberi

kesempatan baik bagi responden. Seteleh semua kuesioner sudah selesai diisi peneliti

mengumpulkan kuesioner kembali.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 43

4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas adalah penentuan seberapa baik instrumen tersebut

mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Reliabilitas, bukanlah fenomena

yang sama sekali atau tidak sama sekali, melainkan diukur berkali-kali dan terus

berlanjut. Validitas akan bervariasi dari satu sampel kesampel yang lain dan satu

situasi lainnya, oleh karena itu pengujian validitas mengevaluasi penggunaan

instrumen untuk kelompok tertentu sesuai dangan ukuran yang diteliti (Polit, 2012)

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan Realibilitas

peneliti menggunakan kuesioner yang baku yang sudah dilakukan uji validitas dan

reabilitas yang diambil dari penelitian Faisal (2016). Lembar kuesioner yang sudah

valid diberikan kepada responden.

4.7 Kerangka Operasional

Prosedur
Penelitian
STIKes Santa Elisabeth Medan

Memberikan Informed
Consent
STIKes Santa Elisabeth Medan 44

Pengumpulan data

Pengolahan data
computer :editing,
coding, processing dan
learning

Analisa data

Hasil

4.8 Analisa Data

Setelah data sudah tekumpul semua maka peneliti akan memeriksa dafat

kuesioner yang telah diisi. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan, pertama

Editing yaitu peneliti akan memeriksa kelengkapan jawaban responden dari

kuesioner tersebut supaya data teersebut dapat diolah secara benar. Kedua Coding,

merubah jawaban responden terbut menjadi dalam bentuk angka yang

berhubungan dengan variabel peneliti supay menjadi kode pada peneliti. Ketiga

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 45

scoring berfungsi menghitung skor yang telah diperoleh dari jawaban responden

yang diajukan peneliti dikuesioner. Keeempat Tabulating yaitu untuk

mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan, data

dimasukkan kedalam tabel distribusi. Data yang sudah diperoleh dari responden di

input kedalam komputerisasi dan semua akan disajikan melalui tabel dan narasi

sebagai penjelasan data tersebut.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisa univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Grove, 2014 ). Analisa univariat pada

penelitian ini adalah menganalisis dengan distribusi frekuensi dan

presentasi pada data demografi (umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, status, pendidikan), kedua mengukur persepsi penyakit

dan ketiga tingkat kualitas hidup pasien

2. Analisa bivariat

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkolerasi (Grove, 2014). Analisa univariat yang digunakan

adalah uji Spearman Rank (Rho) digunakan untuk mengukur

tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala

ordinal (Grove, 2014).

4.9 Etika Penelitian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 46

(Menurt Notoadmojo, 2012) Hal penting yang harus diperhatikan oleh

peneliti yaitu “Ethical Principles”. Etika penelitian ini harus diperhatikan karena

manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Prinsip-prinsip etika

penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan

nasibnya. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti menjelaskan tentang

maksud dan tujuan penelitian. Kemudian peneliti memberikan lembar

informed consent sebelum pengambilan data. Semua penderita diabetes yang

datang berkunjung di Rumah sakit Adam Malik Medan bersedia untuk

menandatangani lembar persetujuan yang telah disiapkan oleh peneliti.

(Wasis, 2008)

2. Confidentiality

Penelitian sosial seperti yang dilakukan oleh perawat harus menjaga rahasia

data diri responden. Peneliti merahasiakan identitas responden dan hanya

menampilkan data yang berhubungan dengan penelitian yaitu data demografi

berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, persepsi dan komplikasi

penyakitnya. (Wasis, 2008)

3. Veracity

Penelitian yang dilakukan oleh perawat sebaiknya dijelaskan secara jujur

tentang manfaatnya. Peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien

sebelum pasien mengisi kuesioner. Peneliti menyampaikan kepada responden

bahwa responden nanti hanya diminta untuk mengisi kuesioner yang isinya

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 47

tentang persepsi dan komplikasi penyakit dengan kualitas hidup. (Wasis,

2008)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 48

KUESIONER

INSTRUMEN B-IPQ VERSI INDONESIA (Thermometer v2)

Petunjuk pengisian:
Untuk soal no. 1-8 beri kolom pada angka sesuai pilihan anda.
Untuk soal no. 9 diisi dengan jawaban singkat dan jelas.

1. Sejauh mana penyakit Anda mempengaruhi kehidupan Anda?

Tidak ada
dampak Sangat
berdampak

2. Sejauh mana Anda khawatir tentang kemajuan penyakit Anda?

Tidak
Sangat
khawatir
khawatir
sama sekali

3. Sejauh mana menurut Anda, kendali yang Anda miliki atas penyakit Anda?

Tidak
Memiliki
punya
kendali
kendali
penuh

4. Sejauh mana menurut Anda, pengobatan dapat membantu penyakit Anda?

Sama sekali Sangat


tidak membantu
membantu

5. Seberapa banyak Anda mengalami gejala dari penyakit Anda?

Tidak ada Banyak


gejala gejala parah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 49

6. Seberapa khawatir Anda terhadap penyakit Anda?


Sangat
Tidak khawatir
khawatir
sama sekali

7. Sejauh mana Anda memahami penyakit Anda?

Tidak Memahami
paham dengan jelas
sama sekali

8. Seberapa jauh penyakit Anda mempengaruhi Anda secara emosional?


(misalnya marah, takut, kecewa atau tertekan

Tidak ada Sangat


dampak berdampak
emosional secara
emosional
9. Sebutkan tiga faktor yang paling penting yang Anda yakini menyebabkan
penyakit Anda :

1._____________________ 2____________________ 3.___________________

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 50

INSTRUMEN WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup,
kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap
pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban
yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang
akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang
muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa baik
saja
1. Bagaimana menurut anda 1 2 3 4 5
kualitas hidup anda?

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa baik
saja
2. Seberapa puas anda 1 2 3 4 5
terhadap kesehatan anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Tidak Se Dala Sang Dala


sama dik m at m
sekali it jumla serin juml
h g ah
sedan berl
g ebih
an
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda 5 4 3 2 1

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 51

mencegah anda dalam beraktivitas


sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda membutuhkan
terapi
medis untuk dpt berfungsi dlm 5 4 3 2 1
kehidupan
sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda menikmati hidup 1 2 3 4 5
anda
6. Seberapa jauh anda merasa hidup 1 2 3 4 5
anda
berarti?
7. Seberapa jauh anda mampu 1 2 3 4 5
berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa aman anda 1 2 3 4 5
rasakan
dlm kehidupan anda sehari-hari?
9. Seberapa sehat lingkungan dimana 1 2 3 4 5
anda
tinggal (berkaitan dgn sarana dan
prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut
ini dalam 4 minggu terakhir?
Tidak Sedikit Sedang Sering Sepenuhn
sama kali ya dialami
sekali
10. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
vitalitas yg
cukup untuk
beraktivitas sehari2?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 52

tubuh anda?
12. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan
anda?
13. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda dari
hari ke hari?
14. Seberapa sering anda 1 2 3 4 5
memiliki
kesempatan untuk
bersenangsenang
/rekreasi?

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa baik
saja
15. Seberapa baik kemampuan 1 2 3 4 5
anda dalam bergaul?

San
Bia San
gat Tida
sa- gat
Tida k Me
bia me
k mem mua
sa mu
me uask skan
saj ask
mua an
a an
skan
16 Seberapa puaskah anda dengan tidur
1 2 3 4 5
anda
17. Seberapa puaskah anda dg 1 2 3 4 5

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 53

kemampuan anda untuk


menampilkan aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
kemampuan anda untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah anda terhadap
1 2 3 4 5
diri anda?
20. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
hubungan personal / sosial anda?
21. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
kehidupan seksual anda?
22. Seberapa puaskah anda dengan
dukungan yg anda peroleh dr 1 2 3 4 5
teman anda?
23. Seberapa puaskah anda dengan
kondisi tempat anda tinggal saat 1 2 3 4 5
ini?
24. Seberapa puaskah anda dgn akses
1 2 3 4 5
anda pd layanan kesehatan?
25. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
transportasi yg hrs anda jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
Tdk Jarang cukup Sangat Selalu
Perna sering sering
h
26. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
memiliki perasaan
negatif seperti ‘feeling
blue’ (kesepian), putus
asa, cemas
dan depresi??

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 54

DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma et.al, 2014, Evaluasi Kulaitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Rumah Sakit Umum PKU MuhamadiyahBantul, Prosiding Simposiumn
Nasional “peluang dan tantangan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan
formal.
American Diabetes Association (ADA), 2009. Diagnosis and Classification of
Diabetes Melitus ;http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.
Broadbent E, Petrie KJ & Weimain J. 2006. The brief illness perception
questionnaire (B-IPQ). Journal of Psychosomatic Research.
CDC, 2011. HRQOL concept dari https://www.cdc.gov/hrqol/concept.htm

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 55

Chilcot, J. 2010. Studies of depression and illness representations in end-stage renal


disease. Tesis;
Chyun, et, all. (2006) The associationof psychological factors, phsical activity,
neurophaty and quality of lif in type 2 diabetes.Biol Res Nurs 7 (4) : 279-88
Donald, dkk. (2013). Mental Health Issue Decrease Diabetes Specific Quality Of
Life Independent Of Glycemic Controland Complicationd: Findings From
Australia's Living With Diabetes Cohort Study. Bio Med Central, 11, 1-8.
Edberg. M, 2007. Buku ajar kesehatan masyarakat: teori sosial dan perilaku. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Faria, et. al., 2012. Quality of life in patients with diabetes mellitus before and after
their participation in an educational program, Revista da Escola de
Enfermagem da USP, 47(2):344-349
Herdianti, 2017. Determinan Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 Di RSUD
Ajjappange, Journal Endurance, 2(2), 74–80.
Ibrahim, et.al. 2011. Illnes perception and depression in patients with end stage
renal disease on chronic haemodialysis. Diakses http://docsdrive.com
pdfs/medwelljournals/sscience/2011/221-226.pdf.
Juanita, dkk, 2016. Hubungan Basic Conditioning Factors Dengan Kualitas
Hidup Lanjut Usia Dengan Diabetes Melitus di RSUD Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Jurnal : Universitas Syiah Kuala
Kurniawan, Yudianto, dkk, 2008, Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Di
Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur.Vol. 10. No. XVIII
Mahmoud, et.al,. 2018 Effect of Psychoeducational Program On HbA1cLevel
and Health Related Quality of Life in Patients with Type 2 Diabetes
Mellitus, Jazan, Saudi Arabia. Hindawi Biomed Research International ,
3(1), 1 - 10. https://doi.org/10.1155/2018/6915467
Mandagi, A.M, 2010. Faktor yang berhubungan dengan status kualitas hidup
penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis kecamatan Sawahan Kota
Surabaya. http://www.alumni.unair.ac.id.
Mojahed,et.al, 2019. The Role of Social Support and Coping Strategies in
Prediction of Psychological Well Being in Type 2 Diabetic Patients of
Zahedan. Bali Medical Journal

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 56

Moss-Morris dkk. 2002. The revised illness perception questionnaire (IPQ-R).


Psychology and Health
Notoatmodjo, 2007 Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Padila, P. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Perwitasari, dkk. 2017. Illness Perceptions And Quality Of Life In Patients With
Diabetes Mellitus Type 2 Journal. Yogyakarta : Universitas Ahmad
Dahlan
Roifah, Ifa, 2016. Analisis Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Dengan
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Jurnal : STIKes Bina Sehat PPNI
: Mojokerto
Sari,et.al 2011. Evaluasi kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang diterapi
awat jalan dengan anti diabetik oral di RSUP. Dr. Sardjito. Jurnal manajemen
dan pelayanan farmasi
Sasmiyanto, 2019. Kesejahteraan Psikologis Dan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Type 2 Jurnal : Universitas Universitas Muhammadiyah
Jember
Shallcross, et.all . 2015, Illness perceptions mediate the relationship between depression
and quality of life in patients with epilepsy.
Paschalides, C., Wearden, 2004. The associations of anxiety, depression and personal
illness representations with glycaemic control and health-related quality of life i
n patients with type 2 diabetes mellitus, Journal of Psychosomatic Research:
PERKENI, 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus di
Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Pertiwi, N. 2013. Hubungan lama menderita diabetes melitus dengan kualitas
hidup pasien DM tipe 2 diPoliklinik penyakit dalam RSUD Panembahan
Senopati Bantul
Sari, R. N. 2012. Diabetes Mellitus, Yogyakarta, Nuha Medika.
Schteingart DE. Pangkreas, 2006. metabolisme glukosa dan diabetes melitus, dalam
Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare, 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2.Philadelphia:
Linppincott William & Wilkins.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 57

Setyo A. Persepsi dan kepatuhan pengelolaan diabetes melitus type 2 pada pasien
rawat jalan di Puskesmas Purwoyoso. Skripsi. Universitas Diponegoro; 2011
Setiyorini, E., & Wulandari, A.N. 2017. Hubungan lama menderita dan kejadian
komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita diabetes melitus tipe 2.
Schteingart DE. 2006 Pangkreas: metabolisme glukosa dan diabetes melitus, dalam
Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC;
Suwanto, Suriya. 2014. Durasi Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Meningkatkan
Risiko Gangguan Pendengaran Sensorineural.
Taylor, S. E., 2012, Health Psychology Eighth Edition, McGraw-Hill, New York:
Teli Margaretha, 2017. Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Puskesmas Se Kota Kupang Jurnal : Poltekkes Kemenkes Kupang
Urifah, Rubbyana. 2012. Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Skizofrenia Remisi Simptom.Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental.
Wahl, A. K, Robinson, H. S., Langeland, E., Larsen, M. H., Krogstad, A. L., and
Moum, T., 2013, Clinical Characteristics Associated with Illness Perception
in Psoriasis, Acta Derm Venereol, 93
Walgito, 2003 Psikologi sosial. Jakarta : CV Andi offset;
Yaraghchi, A., Rezaei, O., Mandegar, M. H., Bagherian, R., 2012, The Relationship
between Illness Perception and Quality of Live in Iranian Patients with
Coronary Artery Bypass Graft. Procedia – Social and Behavioral Science,
Zimmet, P.2009. Preventing Diabetic Complication: A Primary Care Prospective,
Diabetes Res Clin Pract
Broadbent E, Petrie KJ & Weimain J. 2006. The brief illness perception
questionnaire (B-IPQ). Journal of Psychosomatic Research.

Setiadi.2007 Konsep dan penulisan riset keperawatan pertama. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Grove, S.K., Burn, N., & Gray, J. (2014). Understanding Nursing Research:
Building An Evidance-Based Practice. Elseiver Health Sciences

Polit, D.F.,& Beck, C.T. (2012).Nursing Research Generating and Assessing


Evidence for Nursing Practice.Lippincott Williams & Wilkins.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 58

Wasis. Pedoman riset untuk profesi perawat. Jakarta : EGC ; 2008. Tersedia dari :
https://books.google.co.id/books?isbn=9794488992.
Setiadi.2007 Konsep dan penulisan riset keperawatan pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Grove, S.K., Burn, N., & Gray, J. (2014). Understanding Nursing Research:
Building An Evidance-Based Practice. Elseiver Health Sciences

Polit, D.F.,& Beck, C.T. (2012).Nursing Research Generating and Assessing


Evidence for Nursing Practice.Lippincott Williams & Wilkins.

Wasis. Pedoman riset untuk profesi perawat. Jakarta : EGC ; 2008. Tersedia dari :
https://books.google.co.id/books?isbn=9794488992.

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai