PROPOSAL
Oleh:
Elfrida Trisila Gulo
NIM. 032017113
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal. Penyakit diabetes
mellitus jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi
pada organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung pembuluh darah dan saraf yang
glukosa darah secara tiba-tiba sedangkan komplikasi kronis berkaitan dengan efek
penyakit DM akan menjadi epidemi global pada abad 21 dan 70% kasus DM ada
seluruh dunia mengidap diabetes mellitus dan jumlah ini akan terus meningkat
hinga mencapai 438 juta orang di tahun 2030 dengan dua pertiga diantaranya
gangguan tes toleransi glukosa juga diprediksi akan meningkat dari angka 344
juta di tahun 2010 menjadi 472 juta jiwa di tahun 2030 (Mahmoud dkk, (2018)
satu penyakit dan kualitas hidup yang rendah sebanyak 12 orang responden
(22,6%), responden yang memiliki komplikasi satu penyakit dan kualitas hidup
komplikasi lebih dari satu penyakit dan kualitas hidup yang rendah sebanyak 26
orang responden (86,7%), responden yang memiliki komplikasi lebih dari satu
penyakit dan kualitas hidup yang tinggi sebanyak 4 orang responden (13,3%).
akut, angina pektorism stroke dan diabetic foot. Komplikasi ini berdampak pada
terhadap kesehatan fisik atau komplikasi diabetes mellitus yang dialami, dengan
kata lain seseorang yang memiliki presepsi yang baik akan cenderung lebih sehat
baik secara fisik dan mental. Pasien yang lama menderita DM dengan komplikasi
akan memiliki harga diri yang rendah sehingga pasien dengan komplikasi akan
fisik dan energinya lemah, kesehatan mentalnya merasa tertekan, kurang puas
terhadap pengobatannya, serta merasa keluhan yang lebih banyak (Hartati, dikutip
dari Sari, Thobari, & Andayani, 2011). Hasil ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Redekop et al., (2002, dikutip dari Sari, Thobari, &
banyak masalah yang dihadapi. Selain itu pasien juga lebih merasa cemas atau
depresi dan nyeri akibat dari penyakit lain yang dideritanya selain diabetes.
perilaku dan cara individu dalam mengatasi penyakitnya (Weinman dan Petrie,
peningkatan kualitas hidup pasien (Shallcross, et al., 2015; Ashley et al., 2015;
Taylor, 2012). Persepsi diri yang positif berpengaruh terhadap kualitas hidup yang
perilaku dan cara mengatasi DMT2 (Weinman & Petrie, 1997; Anonim, 2014).
terhadap kualitas hidup pasien DMT2 dan persepsi pasien terkait penyakit
berkontribusi terhadap kualitas hidup pasien (Donald et al., 2012). Oleh karena
itu, penilaian terhadap persepsi dengan kualitas hidup pasien DMT2 dengan
komplikasi sangat penting karena kualitas hidup yang menurun akibat persepsi
kematian.
ratarata lama menderita penyakit DM yaitu lebih dari 10 tahun dengan komplikasi
dari penyakit DM yang dialami. Pasien tersebut mengatakan sudah bosan dengan
penyakitnya karena pasien merasa penyakit diabetes yang diderita saat ini mulai
mengganggu kegiatan sehari-hari seperti pergi wirid atau arisan, kondangan dan
berlibur.
dengan bangunan persepsi yang dimilikinya. Pasien sudah tidak mengikuti wirid
atau arisan karena pasien merasa malu selalu izin kencing kekamar mandi
sehingga pasien tidak mau mengikuti perkumpulan wirid atau arisan. Pasien tidak
mau menghadiri kondangan karena pasien merasa takut tidak bisa mengontrol
makanan yang ada di tempat pesta, karena ditempat pesta banyak makanan yang
pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al., 2013). Pasien yang
meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan
mood yang positif. Sebaliknya pasien dengan persepsi yang negatif akan
mengalami penurunan kualitas hidup (Taylor 2012 dalam Setiyo Santoso 2016).
dalam Utami Maulina, 2018 ).Kualitas hidup telah ditetapkan sebagai salah satu
hanya menekankan pada kuantitas hidup namun juga kualitas. Secara umum
evaluasi individu terhadap hal–hal yang berpengaruh dalam hidupnya, baik secara
Solusi yang dilakukan jika pasien memiliki faktor-faktor diatas maka cara
hidup pada pasien DM, pada penelitian Erika 2019 menyebutkkan bahwa
melakukan terapi fisik seperti senam aerobik dapat mempengaruhi kualitas hidup
keluarga bisa memberikan kualitas hidup pasien karna terkadang keluarga jarang
memberi dukungan kepada pasien yang sudah jatuh sakit. Penelitian Devi, 2018
semakin tinggi dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi kualitas hidup
dialami pasien DM dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada Peneliti lain
yaitu Setiyorini dan Wulandari (2017) yang meneliti tentang hubungan lama
tipe II, dalam penelitiannya tidak ada hubungan lama menderita dan kejadian
Dari beberapa solusi diatas maka cara pasien terbaik dalam meningkatkan
kualitas hidupnya adalah dengan cara memahami penyakitnya secara positif atau
memiliki presepsi yang positif dimana ini adalah salah satu faktor yang membantu
pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al., 2013). Pasien yang
meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan
mood yang positif (Taylor 2012; Pakenham, 2005). Sebaliknya pasien dengan
al., 2004)
Presepsi yang positif dan negatif ada hubungannya dengan kualitas hidup pasien
serta komplikasi yang diderita pasien memiliki hubungan pada kualitas hidup,
Melitus Tipe 2
dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk salhsatu sumber bacaan penelitian
Stikes Santa Elisabeth Medan tentang Hubungan Presepsi dan komplikasi dengan
secara integral baik bio, psiko, sosial dan spiritual yang dapat meningkatkan
kualitas hidup melalui Hubungan Presepsi dan komplikasi dengan kualitas hidup
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2014).
seperti tidak berfungsinya organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah.
akan tetapi dapat dikontrol. Tujuan utama dalam penatalaksanaan DM tipe 2 ini
adalah untuk menjaga agar kadar gula darah dalam rentang normal dan mencegah
komplikasi serta kecacatan yang dapat ditimbulkan( Smeltzer & Bare, 2008).
pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel
glukagon, tetapi ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 1
dengan pemberian insulin dari luar untuk bertahan hidup dan menjadi
diabetes melitus.
menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang
(Riskesdas, 2017).
3. Umur
risiko 10-30% lebih besar dari pada orang yang memiliki ayah
2010).
Faktor risiko diabetes mellitus yang dapat diubah meliputi, antara lain:
3. Hipertensi
4. Dislipidemia
sama sekali tidak memperlihatkan gejala apa pun, namun ada beberapa
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
mengantuk.
2.1.5 Patofisiologi
Insulin dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pankreas, yang berfungsi
untuk mempertahankan kadar gula normal dalam darah dengan cara mengubah
gula atau glukosa dalam darah menjadi glikogen dan disimpan dalam otot atau
yaitu insulin tidak cukup atau tidak ada dan transportasi glukosa ke dalam sel
berkurang. Oleh karena itu, indikator utama DM adalah kadar gula dalam darah
jam.
3. Kadar gula darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indra. Kemudian stimulus yang masuk diteruskan ke dalam otak manusia dan
berbeda dari kenyataan yang obyektif. Persepsi terhadap penyakit menurut Chilcot
tahun 2010 yaitu interpretasi yang dilakukan seseorang berkaitan dengan penyakit
yang diderita.
seseorang dihadapkan pada suatu penyakit maka orang tersebut akan menanggapi
dimiliki pasien yang berasal dari semua pemahaman dasar yang dimiliki pasien
1. Identitas
2. Sebab
seperti genetik.
atau kecelakaan.
umum yaitu:
3. Waktu
4. Konsekuensi
5. Kontrol perawatan
parah atau membaik dan hal itu dapat dikontrol dari diri sendiri
kontrol treatment.
berperan dalam persepsi, ada beberapa faktor yang dapat dikemukakan, yaitu
Stimulus dapat datang dari luar individu yang memersepsi, tetapi juga
Di samping itu juga haus ada saraf sensoris sebagai alat untuk
3. Perhatian
6. Pengalaman terdahulu
teori yang paling luas digunakan. HBM dicetuskan pada tahun 1950-an
berkat penelitian psikolog sosial dari U.S Public Health Service (USPHS)
a. Persepsi Kerentanan
penyakit tersebut.
b. Persepsi Keparahan
berlangsung lama.
Adanya hubungan bermakna antara respon emosi dan kualitas hidup ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaraghchi et al., (2012), Wahl et
al., (2013) dan Long (2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara persepsi dan kualitas hidup. Pasien dengan penyakit kronis lebih cenderung
memiliki emosi yang tidak stabil (lebih mudah marah, cemas, dan takut). Respon
emosi yang negatif yang ditimbulkan inilah yang berdampak terjadinya kualitas
pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al., 2013). Pasien yang
meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki dimensi fisik, mental dan
mood yang positif (Taylor 2012; Pakenham, 2005). Sebaliknya pasien dengan
al., 2004).
2.3 Komplikasi
2.3.1 Pengertian
dalam pasien diabetes melitus, komplikasi dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi yang dapat menyertai
pasien diabetes melitus yaitu hipogliemia, koma, jantung koroner, luka iskemik,
bertambahnya keluhan yang dialami pasien baik keluhan fisik maupun psikologis
dan emosi yang turut mempengaruhi aktifitas fisik, sosial dan keluhan lainnya.
Hampir semua pasien memiliki keluhan yang berbeda seuai dengan penyakit yang
menyertai.
berpengaruh negatif terhadap kualitas hidup pasien dan kualitas hidup yang
hidup (Spasi et al., 2014), Lloyd, A., Sawyer, W., & Hopkinson, P. (2001).
mellitus yang panjang disertai dengan kepatuhan dan pengontrolan gula darah
yang tepat, walaupun telah terkena komplikasi, akan tetapi kualitas hidup pasien
baik dan terpelihara. Semakin lama seseorang menderita suatu penyakit, maka
pengobatan dan tingkat keparahan diabetes. Akan tetapi apabila lama durasi
diabetes yang diderita diimbangi dengan pola hidup yang sehat maka akan
menciptakan kualitas hidup yang baik, sehingga dapat mencegah atau menunda
Diabetes (perkeni, 2006) Kualitas hidup yang baik akan menurunkan resiko
komplikasi penyakit..
2.4.1 Pengertian
individu yang mencakup beberapa aspek sekaligus, yang meliputi kondisi fisik,
hidup merupakan dampak dari masalah kesehatan yang paling penting, merupakan
tujuan utama dari setiap pengobatan atau intervensi keperawatan, dan sudah
merupakan kebutuhan bagi seseorang untuk bertahan hidup tetapi dalam keadaan
1. Umur
kualitas hidup, pasien DM tipe 2 yang memiliki usia lebih dari 40 tahun
2. Jenis Kelamin
3. Terapi
pada zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas,
konsentrasi.
aktivitas seksual.
2. Gejala yang timbul saat kadar gula darah turun ataupun tinggi,
4. Disfungsi seksual
BAB 3
Variabel Independent
Variabel Independent :
Komplikasi Penyakit yang
Presepsi Penyakit diderita
Variabel Dependent :
Kualitas hidup Pasien Diabetes
Melitus
Keterangan:
: Variabel yang Diteliti
: Ada Hubungan
3.2. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
studi dan untuk mengumpulkan dan menganalisa informassi yang relevan dengan
sectional. Pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
4.2.1 Populasi
untuk melakukan penelitian tersebut (Polit, 2012). Sebagai suatu populasi, kelompok
subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan dari kelompok
subjek yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes
4.2.2 Sampel
yang akan diteliti yang memiliki karakteristik yang sama dan dapat mewakili
populasi.
a. Teknik sampling
dikehendaki peneliti
teknik
b. Besar Sampel
Rumus Slovin :
N
n=
1 + N (d )2
Keterangan:
n = Besar sampel
N= Besar populasi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Polit, 2012) Adapun kriteria
mempunyai ragam nilai serta sebuah operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat
variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu persepsi dan
diamati dari suatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati
Concern,
emotional
representaton,
identity, cause)
kualitas e. Kualitas
hidup dapat hidup
diukur sangat baik
dengan 7 jika jumlah
pertanyaan nilai 81-
untuk 100
domain fisik,
6 pertanyaan
untuk
domain
psikologis, 3
pertanyaan
untuk
domain
hubungan
sosial dan 8
pertanyaan
untuk
domain
lingkungan.
3 Variabel Kualitas hidup kuesioner Dari 26
Dependen merupakan World pertanyaan Ordinal
(Kualitas persepsi Health akan di
hidup penilaian atau Organization interprestasikan
penyakit penilaian Quality of dengan
Diabetes sujektif dari Life- kategori nilai :
Melitus ) individu yang BREF a. Kualitas
mencakup (WHOQOL- hidup
beberapa aspek BREF) untuk sangat
sekaligus, yang menilai buruk jika
meliputi kondisi kulaitas jumlah nilai
pertanyaan
untuk
domain
lingkungan.
4.4 Instrumen Penelitian
data agar penelitian dapat berjalan dengan baik (Polit, 2012). Kuesioner yang
digunakan oleh penelitian berupa kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari data
terakhir, penyakit penyerta lain dan obat antidiabetik yang diminum. Data
Persepsi Penyakit
ini menggunakan tipe skala interval dengan rentang nilai 0-10 dan 1
BREF) yaitu kuesioner versi pendek yang dikembangkan oleh WHO untuk
lingkungan.
Utara. Peneliti memilih penelitian sebagai tempat meneliti karena populasi dan
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari subjek
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data diambil peneliti dari Rumah Sakit Adam Malik
Medan
Peneliti mengumpulkan data setelah mendapat izin tertulis dari STIKes Santa
Elisabeth Medan. Kemudian peneliti meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Adam
peneliti akan menjumpai responden, dan menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat
akan memberi waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner selama ± 15 menit
khusus terkait waktu pengisian kuesioner maka peneliti tetap secara terbuka memberi
kesempatan baik bagi responden. Seteleh semua kuesioner sudah selesai diisi peneliti
yang sama sekali atau tidak sama sekali, melainkan diukur berkali-kali dan terus
berlanjut. Validitas akan bervariasi dari satu sampel kesampel yang lain dan satu
instrumen untuk kelompok tertentu sesuai dangan ukuran yang diteliti (Polit, 2012)
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan Realibilitas
peneliti menggunakan kuesioner yang baku yang sudah dilakukan uji validitas dan
reabilitas yang diambil dari penelitian Faisal (2016). Lembar kuesioner yang sudah
Prosedur
Penelitian
STIKes Santa Elisabeth Medan
Memberikan Informed
Consent
STIKes Santa Elisabeth Medan 44
Pengumpulan data
Pengolahan data
computer :editing,
coding, processing dan
learning
Analisa data
Hasil
Setelah data sudah tekumpul semua maka peneliti akan memeriksa dafat
kuesioner yang telah diisi. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan, pertama
kuesioner tersebut supaya data teersebut dapat diolah secara benar. Kedua Coding,
berhubungan dengan variabel peneliti supay menjadi kode pada peneliti. Ketiga
scoring berfungsi menghitung skor yang telah diperoleh dari jawaban responden
dimasukkan kedalam tabel distribusi. Data yang sudah diperoleh dari responden di
input kedalam komputerisasi dan semua akan disajikan melalui tabel dan narasi
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariat
peneliti yaitu “Ethical Principles”. Etika penelitian ini harus diperhatikan karena
1. Otonomi
(Wasis, 2008)
2. Confidentiality
Penelitian sosial seperti yang dilakukan oleh perawat harus menjaga rahasia
3. Veracity
bahwa responden nanti hanya diminta untuk mengisi kuesioner yang isinya
2008)
KUESIONER
Petunjuk pengisian:
Untuk soal no. 1-8 beri kolom pada angka sesuai pilihan anda.
Untuk soal no. 9 diisi dengan jawaban singkat dan jelas.
Tidak ada
dampak Sangat
berdampak
Tidak
Sangat
khawatir
khawatir
sama sekali
3. Sejauh mana menurut Anda, kendali yang Anda miliki atas penyakit Anda?
Tidak
Memiliki
punya
kendali
kendali
penuh
Tidak Memahami
paham dengan jelas
sama sekali
INSTRUMEN WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup,
kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap
pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban
yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang
akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang
muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam empat minggu terakhir.
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut
ini dalam 4 minggu terakhir?
Tidak Sedikit Sedang Sering Sepenuhn
sama kali ya dialami
sekali
10. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
vitalitas yg
cukup untuk
beraktivitas sehari2?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan
tubuh anda?
12. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan
anda?
13. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda dari
hari ke hari?
14. Seberapa sering anda 1 2 3 4 5
memiliki
kesempatan untuk
bersenangsenang
/rekreasi?
San
Bia San
gat Tida
sa- gat
Tida k Me
bia me
k mem mua
sa mu
me uask skan
saj ask
mua an
a an
skan
16 Seberapa puaskah anda dengan tidur
1 2 3 4 5
anda
17. Seberapa puaskah anda dg 1 2 3 4 5
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
Tdk Jarang cukup Sangat Selalu
Perna sering sering
h
26. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
memiliki perasaan
negatif seperti ‘feeling
blue’ (kesepian), putus
asa, cemas
dan depresi??
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma et.al, 2014, Evaluasi Kulaitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Rumah Sakit Umum PKU MuhamadiyahBantul, Prosiding Simposiumn
Nasional “peluang dan tantangan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan
formal.
American Diabetes Association (ADA), 2009. Diagnosis and Classification of
Diabetes Melitus ;http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.
Broadbent E, Petrie KJ & Weimain J. 2006. The brief illness perception
questionnaire (B-IPQ). Journal of Psychosomatic Research.
CDC, 2011. HRQOL concept dari https://www.cdc.gov/hrqol/concept.htm
Setyo A. Persepsi dan kepatuhan pengelolaan diabetes melitus type 2 pada pasien
rawat jalan di Puskesmas Purwoyoso. Skripsi. Universitas Diponegoro; 2011
Setiyorini, E., & Wulandari, A.N. 2017. Hubungan lama menderita dan kejadian
komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita diabetes melitus tipe 2.
Schteingart DE. 2006 Pangkreas: metabolisme glukosa dan diabetes melitus, dalam
Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC;
Suwanto, Suriya. 2014. Durasi Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Meningkatkan
Risiko Gangguan Pendengaran Sensorineural.
Taylor, S. E., 2012, Health Psychology Eighth Edition, McGraw-Hill, New York:
Teli Margaretha, 2017. Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Puskesmas Se Kota Kupang Jurnal : Poltekkes Kemenkes Kupang
Urifah, Rubbyana. 2012. Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Skizofrenia Remisi Simptom.Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental.
Wahl, A. K, Robinson, H. S., Langeland, E., Larsen, M. H., Krogstad, A. L., and
Moum, T., 2013, Clinical Characteristics Associated with Illness Perception
in Psoriasis, Acta Derm Venereol, 93
Walgito, 2003 Psikologi sosial. Jakarta : CV Andi offset;
Yaraghchi, A., Rezaei, O., Mandegar, M. H., Bagherian, R., 2012, The Relationship
between Illness Perception and Quality of Live in Iranian Patients with
Coronary Artery Bypass Graft. Procedia – Social and Behavioral Science,
Zimmet, P.2009. Preventing Diabetic Complication: A Primary Care Prospective,
Diabetes Res Clin Pract
Broadbent E, Petrie KJ & Weimain J. 2006. The brief illness perception
questionnaire (B-IPQ). Journal of Psychosomatic Research.
Wasis. Pedoman riset untuk profesi perawat. Jakarta : EGC ; 2008. Tersedia dari :
https://books.google.co.id/books?isbn=9794488992.
Setiadi.2007 Konsep dan penulisan riset keperawatan pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Grove, S.K., Burn, N., & Gray, J. (2014). Understanding Nursing Research:
Building An Evidance-Based Practice. Elseiver Health Sciences
Wasis. Pedoman riset untuk profesi perawat. Jakarta : EGC ; 2008. Tersedia dari :
https://books.google.co.id/books?isbn=9794488992.