Anda di halaman 1dari 7

STIKes Santa Elisabeth Medan 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang


ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal.
Penyakit diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan berbagai komplikasi pada organ tubuh seperti mata, ginjal,
jantung pembuluh darah dan saraf yang akan membahayakan jiwa maupun
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Komplikasi yang ditimbulkannya
bisa bersifat akut juga bersifat kronis. Komplikasi akut terjadi berkaitan
dengan penurunan atau peningkatan kadar glukosa darah secara tiba-tiba
sedangkan komplikasi kronis berkaitan dengan efek peningkatan kadar
glukosa darah dalam waktu lama.
Berdasarkan data International Diabetes Federation, 285 juta
orang di seluruh dunia mengidap diabetes mellitus dan jumlah ini akan
terus meningkat hinga mencapai 438 juta orang di tahun 2030 dengan dua
pertiga diantaranya terjadi di negara berkembang. Jumlah penderita
diabetes mellitus dengan gangguan tes toleransi glukosa juga diprediksi
akan meningkat dari angka 344 juta di tahun 2010 menjadi 472 juta jiwa di
tahun 2030 (Mahmoud dkk, (2018)
Perjalanan penyakit diabetes mellitus sebagai salah satu penyakit
kronis beresiko menimbulkan berbagai macam komplikasi. Berbagai
komplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi mikrovaskuler seperti
retinopati dan neuropati serta komplikasi makrovaskuler seperti infark
miokard akut, angina pektorism stroke dan diabetic foot. Komplikasi ini
berdampak pada kualitas hidup penderita diabetes mellitus.
Faktor sosio-psikologis memegang peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan dan pengontrolan gejala diabetes mellitus dan
komplikasinya. Mojahed dkk, (2019) menyebutkan bahwa kesejahteraan
psikologis berdampak langsung terhadap kesehatan mental dan berdampak

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 2

tidak langsung terhadap kesehatan fisik atau komplikasi diabetes mellitus


yang dialami, dengan kata lain seseorang dengan kesejahteraan psikologis
yang baik akan cenderung lebih sehat baik secara fisik dan mental.
Hal ini dikarenakan pada penderita yang mempunyai komplikasi,
fungsi fisik dan energinya lemah, kesehatan mentalnya merasa tertekan,
kurang puas terhadap pengobatannya, serta merasa keluhan yang lebih
banyak (Hartati, dikutip dari Sari, Thobari, & Andayani, 2011). Hasil ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Redekop et al., (2002,
dikutip dari Sari, Thobari, & Andayani, 2011) di Belanda, menyebutkan
bahwa pasien dengan komplikasi baik mikro maupun makrovaskuler
memiliki kualitas hidup terendah karena lebih banyak masalah yang
dihadapi. Selain itu pasien juga lebih merasa cemas atau depresi dan nyeri
akibat dari penyakit lain yang dideritanya selain diabetes.
Pasien yang lama menderita DM dengan komplikasi akan memiliki
harga diri yang rendah sehingga pasien dengan komplikasi akan
mempengaruhi kualitas hidupnya. Kualitas hidup merupakan persepsi
seseorang mengenai kehidupannya dalam lingkup kebudayaan, sistem nilai
kehidupan yang dianut, harapan dan standar yang mereka anut. Kualitas
hidup mempengaruhi kesehatan fisik, keadaan psikologi, hubungan sosial,
dan hubungan pasien dengan lingkungannya (Pertiwi 2013 dalam Utami
Maulina, 2018 ).
Zurita Cruz dkk, (2018) menyebutkan bahwa kualitas hidup telah
ditetapkan sebagai salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan
perawatan diabetes mellitus. Pengobatan tidak hanya diarahkan untuk
menyembuhkan penyakit tapi juga untuk mengembalikan fungsi
kesehatan. Sehingga perawatan diabates mellitus tidak hanya menekankan
pada kuantitas hidup namun juga kualitas. Secara umum kualitas hidup
pada penyakit kronis didefinisikan sebagai keseluruhan proses evaluasi
individu terhadap hal–hal yang berpengaruh dalam hidupnya, baik secara
internal maupun eksternal.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 3

Persepsi tentang penyakit merupakan pendekatan untuk


menjelaskan perilaku dan cara individu dalam mengatasi penyakitnya
(Weinman dan Petrie, 1997). Pendekatan ini merupakan aspek penting
dalam pertimbangan intervensi peningkatan kualitas hidup pasien
(Shallcross, et al., 2015; Ashley et al., 2015; Taylor, 2012). Persepsi diri
yang positif berpengaruh terhadap kualitas hidup yang baik (Taylor,
2012).
Persepsi tentang penyakit merupakan pendekatan yang digunakan
secara luas dalam psikologi kesehatan, salah satunya digunakan untuk
menjelaskan perilaku dan cara mengatasi DMT2 (Weinman & Petrie,
1997; Anonim, 2014). Persepsi atau pemahaman tentang kesehatan
dipengaruhi oleh bagaimana penderita percaya terhadap kemampuannya
menjalani pengobatan, kehidupan, psikososial, pendidikan yang dimiliki
serta dukungan keluarga (Pricahyo, 2012).
Kegagalan dalam mengelola aspek psikologi dapat berpengaruh
buruk terhadap kualitas hidup pasien DMT2 dan persepsi pasien terkait
penyakit berkontribusi terhadap kualitas hidup pasien (Donald et al.,
2012). Oleh karena itu, penilaian terhadap persepsi dengan kualitas hidup
pasien DMT2 dengan komplikasi sangat penting karena kualitas hidup
yang menurun akibat persepsi tentang penyakit yang buruk dapat
memperparah penyakit dan menyebabkan kematian.
Hasil penelitiannya yaitu komplikasi yang dialami pasien DM
dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Peneliti lain yaitu Setiyorini
dan Wulandari (2017) yang meneliti tentang hubungan lama menderita
dan kejadian komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe
II. Hasil penelitian ini yaitu tidak ada hubungan lama menderita dan
kejadian komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2.
Semakin lama seseorang menderita suatu penyakit, maka semakin lama
kesempatan untuk belajar tentang penyakitnya dan lebih berpengalaman
dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul terkait dengan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 4

penyakitnya, sehingga berkecenderungan memiliki kualitas hidup yang


baik.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien diabetes melitus
didapatkan ratarata lama menderita penyakit DM yaitu lebih dari 10 tahun
dengan komplikasi dari penyakit DM yang dialami. Pasien tersebut
mengatakan sudah bosan dengan penyakitnya karena pasien merasa
penyakit diabetes yang diderita saat ini mulai mengganggu kegiatan
sehari-hari seperti pergi wirid atau arisan, kondangan dan berlibur.
Aktivitas keseharian pasien DMT2 dengan komplikasi sangat
terkait dengan bangunan persepsi yang dimilikinya. Pasien sudah tidak
mengikuti wirid atau arisan karena pasien merasa malu selalu izin kencing
kekamar mandi sehingga pasien tidak mau mengikuti perkumpulan wirid
atau arisan. Pasien tidak mau menghadiri kondangan karena pasien merasa
takut tidak bisa mengontrol makanan yang ada di tempat pesta, karena
ditempat pesta banyak makanan yang bersantan seperti rendang dan
makanan yang berminyak.
Cara pasien dalam memahami penyakit merupakan faktor yang
membantu pemulihan dan pengelolaan penyakit mereka (Faria et al.,
2013). Pasien yang meyakini dirinya dalam keadaan baik akan memiliki
dimensi fisik, mental dan mood yang positif. Sebaliknya pasien dengan
persepsi yang negatif akan mengalami penurunan kualitas hidup (Taylor
2012 dalam Setiyo Santoso 2016).
Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengukur
kualitas hidup penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan persepsi dan
komplikasi tentang penyakit pasien DMT2, sehingga diketahui hubungan
antara persepsi dan komplikasi tentang penyakit DMT2 dengan kualitas
hidup.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang


didapat adalah “adakah Hubungan prespsi dan komplikasi penyakit dengan
kualitas hidup pasien pada penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan presepsi dan komplikasi penyakit dengan
kualitas hidup pasien pada penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
1.3.2 Tujuan Umum
a. Mengedintifikasi presepsi tentang penyakit pada penderita
Diabetes Melitus Tipe 2
b. Mengidentifikasi komplikasi penyakit dengan penyakit pada
penderita Diabetes Melitus Tipe 2
c. Menganalisis Hubungan Presepsi dan Komplikasi Penyakit
dengan Kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
salhsatu sumber bacaan penelitian dan pengembangan ilmu tentang
Hubungan Presepsi dan komplikasi dengan kualitas hidup pada
penyakit Diaetes Melitus Tipe 2.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi pendidikan keperawatan
Diharapkan dapat menambah informasi, referensi dan
pengetahuan dalam praktek keperawatan khususnya
keperawatn medikal bedah bagi mahasiswa/i Stikes Santa
Elisabeth Medan tentang Hubungan Presepsi dan komplikasi
dengan kualitas hidup pada penyakit Diaetes Melitus Tipe 2.
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 6

2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan asuhan
keperawatan secara integral baik bio, psiko, sosial dan spiritual
yang dapat meningkatkan kualitas hidup melalui Hubungan
Presepsi dan komplikasi dengan kualitas hidup pada penyakit
Diaetes Melitus Tipe 2.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 7

Referensi
Sasmiyanto. (2019). Kesejahteraan Psikologis Dan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Type 2 Jurnal : Universitas Universitas Muhammadiyah
Jember
Juanita, dkk. (2016). Hubungan Basic Conditioning Factors Dengan Kualitas
Hidup Lanjut Usia Dengan Diabetes Melitus di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh Jurnal : Universitas Syiah Kuala

Perwitasari, dkk. (2017). Illness Perceptions And Quality Of Life In Patients With
Diabetes Mellitus Type 2 Journal. Yogyakarta : Universitas Ahmad
Dahlan

Roifah, Ifa (2016). Analisis Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Dengan
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Jurnal : STIKes Bina Sehat PPNI
: Mojokerto

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai