Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KOMUNIKASI

“KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN PENERAPANNYA PADA


PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA”

KELOMPOK 2

1. Annisa Ratu Salma : 183110164


2. Aziza Rahmi : 183110166
3. Diana Novita : 183110169
4. Fadhly Hidayat : 183110172
5. Laura Qurratu Ain : 183110179
6. Muharatil Aprinalita : 183110182
7. Rafika Fairusyil Husna : 183110188
8. Sri Visco : 183110195
9. Yara Namira : 183110199

Kelas : 1A

Dosen Pembimbing :
Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2018/2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Komunikasi “KONSEP KOMUNIKASI TEURAPEUTIK DAN
PENERAPANNYA PADA PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “KONSEP


KOMUNIKASI TEURAPEUTIK DAN PENERAPANNYA PADA PASIEN
DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA” ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 5 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................2

BAB II...................................................................................................................................3

PEMBAHASAN ..................................................................................................................3

A. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa......................................................3

B. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Pasien Gangguan Jiwa ......................................7

C. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa .....................7

D. Roleplay..........................................................................................................................8

BAB III.............................................................................................................................16

PENUTUP.........................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................16

3.2 Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi dalam profesi keperawatan menjadi sangat pentng karena


komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Melalui
komunikasi, perawat mengenal pasien dan membantu pasien beradaptasi dengan
kondisinya. Serta membantu memecahkan masalah kesehatan.

Akhir-akhir ini dunia psikologi khususnya psikoterapi menggunakan teknik


penyembuhan yang disebut Komunikasi Terapeutik (Therapeutic Communication).
Metode ini pasien sebagai komunikan diarahkan begitu rupa sehingga terjadi
pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang bermanfaat.
Komunikasi terapeutik memandang gangguan jiwa bersumber pada gangguan
komunikasi, pada ketidakmampuan klien untuk mengungkapkan dirinya. Pendeknya,
meluruskan jiwa orang diperoleh dengan meluruskan caranya berkomunikasi.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan sacar sadar, bertujuan
dan kegiatannta dipusatkan untuk kesembuhan pasien.. Teknik komunikasi terapeutik
merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran pesan dan pikiran dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain. Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa
dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan
profesional.

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan


hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

1
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang mengarah pada
tujuan penyembuhan pasien. Pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen
penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Kenyataannya memang
komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak
terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain.
Entah itu klien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana komunikasi teurapetik pada klien dengan masalah gangguan jiwa?
3. Bagaimana strategi komunikasi menghadapi klien dengan masalah gangguan
jiwa?
4. Apakah metode komunikasi teurapetik keperawatan berhasil mengatasinya?
5. Bagaimana penerapan komunikasi pada klien dengan masalah gangguan jiwa?

C. Tujuan penulisan
1. Memahami komunikasi terapeutik
2. Memahami komunikasi terapeutik pada pasien dengan masalah gangguan jiwa
3. Dapat menerapkan komunikasi terapeutik pada klien dengan masalah
gangguan jiwa di lingkungan perawatan jiwa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang
terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan
pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan;
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya;
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman

3
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat
penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali
pengalamannya secara rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek atau topik jika perubahan isi topik tidak merupakan
sesuatu yang sangat menarik klien.

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus,


ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa
dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :

1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri,


penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang
wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan
penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri
sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang
lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita
penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar
pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan
terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan
menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan
jiwa :
1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik
meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan

4
perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus
sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan
yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan
berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan
dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan
maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum
kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah
mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.

Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa komponen


tersebut adalah:
1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu
seseorang bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang
menyerang seseorang akan melumpuhkan ketahanan psikologisnya,
dengan dukungan dari sahabat, orang - orang terdekat, suami, istri,
orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi
stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap
stressor menjadi satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya
adaptif maka hasilnya tentu perlaku positif, jika responnya negatif
hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan
menjadi sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka
dia akan mengalami Harga Diri Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia
seharusnya : " saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak
pengusaha" comment tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya

5
lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini
adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua
kelebihan dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya
tersebut satu paket dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan
tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma
maka dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam
atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam
psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan
pada saudara kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor
pendukung munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan
saraf pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi
perubahan pada fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan,
ex : lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika
perasaan ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa
direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat
ditekan sekecil mungkin.

6
B. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Pasien Gangguan Jiwa

Ada beberapa teknik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta


klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien
halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan
dengan aktivitas fisik.

2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement

3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang
bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan
klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.

4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan
terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan
pasien lain bisa menjadi korban.

C. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a) Data Subjektif (DS)
1. Klien Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga

7
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

b). Data Objektif (DO)


1. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat
patuh)
2. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
3. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier)
4. Status perkawinan yang tidak harmonis
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus
a) Klien dapat meningkatkan harga dirinya
b) Klien dapat melakukan kegiatan sehari- hari
c) Klien mendapat perlindungan dari lingkungan
d) Tindakan Keperawatan

D. Roleplay
Prologue

Disebuah ruang soka rsj Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama tuan T,
masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih
apabila diajak bicara menjawab “ segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan
pernah mencoba menyayat- nyayat tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga
berusaha menyingkirkan benda- benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien
dan selalu memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.

8
Percakapan
1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, Bapak!”
K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien

b). Perkenalan diri perawat dan klien


Perawat : “Perkenalkan, nama saya Nur Izza Afi . Bapak bisa panggil saya Izzah.
Kalau boleh tahu nama bapak siapa?”
K : “heksa “
P : “ Oh, dengan Bapak heksa. Bapak senang dipanggil apa?”
K : “terserah”
P : “Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?”
K : “hm”
c). Menyepakati pertemuan
P : “ Oke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya sekitar …
menit, bagaimana?”
K : “hm”
P : “ Mas heksa ingin kita mengobrol dimana?”
K : “ di sini aja”

d). Melengkapi identitas


P : “ Baiklah mas heksa, kami adalah mahasiswa Poltekkes Keperawatan Surabaya
yang bertugas diruangan ini. Kami perawat yang akan membantu merawat mas. Hari
ini sampai 2 hari yang akan datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari
jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB nanti.”
K : “hm”

e). Menjelaskan peran perawat dan klien

9
P : “ Disini saya berperan merawat mas heksa untuk memberikan solusi agar masalah
yang dialami mas heksa bisa terselesaikan. Supaya beban masalah yang dialami mas
heksa bisa hilang. ”
K : “kamu siapa ? berani-berani nya kamu ikut campur masalah saya?”
P : “bukan seperti itu maksud kami , mas heksa. Kami hanya menyelesaikan tugas
kami dalam membantu meringankan beban pasien termasuk mas heksa ini”
K : “ Bukan urusan kamu”

f). Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien


P : “Apakah mas heksa tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat melakukan
aktifitas seperti biasanya?”
K : “iya, pengen”
P : “ Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung jawab
kami. Dan kami harapkan bapak juga bertanggung jawab untuk sembuh, supaya mas
heksa dapat melakukan aktifitas seperti biasanya minimal mas heksa bias mereedam
rasa emosinya”
K : “hm”

g). Harapan perawat dan klien


P : “ mas heksa, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang menjadi harapan mas
heksa juga akan menjadi harapan kami. Karena itu, semua hal yang menjadi keluhan
mas heksa, bisa mas heksa sampaikan kepada kami.”
K : “hm”

h). Kerahasiaan
P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa
sharing dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-
keluhan yang sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan

10
keluarnya dan saya tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak
untuk tahu akan hal itu.”
K : Beneran?
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.

i). Tujuan Hubungan


P : “ Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita. Tujuannya
supaya tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal mungkin dan memberikan
hasil terbaik untuk kami dan terutama mas heksa. Bagaimana, mas?”
K : “Ya”

j). Pengkajian keluhan utama


P : “ Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mas saat ini atau apa yang mas heksa rasakan
saat ini?”
K : “saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada gunanya”
P : “ memangnya yang membuat mas capek hidup dan ingin mati apa mas?”
K : “ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”
P : “lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mas heksa?
K : “hilang, ditelan bumi”
P : “apa mas heksa memberhentikan diri dari pekerjaan mas heksa?”
K : “dipecat”
P : “Berarti mas dulu bekerja?
K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi ibu dan adik
saya uang
P: Oh, ya saya mengerti. Begini mas.. Umur,Rejeki, dan jodoh itu Tuhan yang
mengatur. Apa mas percaya akan hal itu? .”
K: “hm”
P: Nah.. bagus kalo mas heksa paham, berarti mas heksa tidak perlu untuk merasa
capek hidup, atau mas heksa meminum minuman beracun atau berusaha menyayat

11
nyata tangan mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan masalah mas heksa, kan nanti
badan mas heksa sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmmmmm…. Iya juga sih”
P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
K: Sayang lah..
P: nah.. kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk bunuh diri, mas heksa
harus semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas heksa harus yakin
dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa
menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”
P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas heksa hobinya
apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung”
P: “oooh iya iya… naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas heksa sudah
merasa lelah atau stresss mas heksa bisa main bola.. atau mengobrol sama teman
teman.
K : “gitu?”
P : “iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang”
K : “ya”

« Kontrak yang akan datang

P : “ Baiklah mas heksa, karena sudah … menit, kami pamit. Besok kita bisa
mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?
K : “hm”
Waktu
P : “ mas mau sharingnya ini jam berapa?”
K : “terserah”
P : “baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam
yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”

12
P : “ya”
Tempat
P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”
K : “sini”
P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “
Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas heksa.
Kami permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30
WIB dan di tempat ini ya
K : “hm”

2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, mas heksa!”
K : “pagi”

b). Validasi data


P : “ Bagaimana perasaan mas heksa sejak kemarin setelah kita bertemu?”
K : .”fine”
P : “ apakah perasaan mas heksa lebih tenang?”
K : .”iya, lumayan lah”

c). Mengingatkan kontrak Topik


P : “ Bagaimana mas, apakah masih ingat dengan kegiatan yang kita rencanakan
kemarin?”
K : “ingat”
Waktu
P : “ Apakah mas heksa masih ingat pukul berapa kegiatan yang kita rencanakan
dimulai?”
K : “09:30 WIB”

13
Tempat
P : “ Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas heksa masih ingat?”
K : “di sini”
P : “ Wah, tampaknya mas heksa bersemangat sekali.”
K : “ya dongssssss”

Fase Kerja
P: Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga,
nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa
sus?
P: oh.. begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur
rejeki kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan.
Seingat saya kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas heksa main
computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju,
peralatan bola atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas.. apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing

14
K: Gak Ada sus.. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya
ingin bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat,
atau teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah
terlantar.
K: emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.

Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : “ Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas
heksa sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan
kalau mas heksa perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya diruang perawat. Dan
saya doakan supaaya cepat pulang dan beraktifitas ” “ Selamat pagi, mas!”
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus”

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara


sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk
membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi
dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi
orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Akhir-akhir ini dunia psikologi khususnya psikoterapi menggunakan
teknik penyembuhan yang disebut Komunikasi Terapeutik (Therapeutic
Communication). Metode ini pasien sebagai komunikan diarahkan begitu rupa
sehingga terjadi pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial
yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik memandang gangguan jiwa
bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan klien untuk
mengungkapkan dirinya. Pendeknya, meluruskan jiwa orang diperoleh dengan
meluruskan caranya berkomunikasi.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa setelah memahami isi makalah banyak berlatih supaya
dapat dengan mudah dalam penerapannya nanti di dunia perawatan jiwa
setelah turun ke lapangan nanti.

16
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,.


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: Trans Info Media.

Kusumawati, F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai