KELOMPOK 2
Kelas : 1A
Dosen Pembimbing :
Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Komunikasi “KONSEP KOMUNIKASI TEURAPEUTIK DAN
PENERAPANNYA PADA PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................3
D. Roleplay..........................................................................................................................8
BAB III.............................................................................................................................16
PENUTUP.........................................................................................................................16
3.2 Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang mengarah pada
tujuan penyembuhan pasien. Pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen
penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Kenyataannya memang
komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak
terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain.
Entah itu klien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana komunikasi teurapetik pada klien dengan masalah gangguan jiwa?
3. Bagaimana strategi komunikasi menghadapi klien dengan masalah gangguan
jiwa?
4. Apakah metode komunikasi teurapetik keperawatan berhasil mengatasinya?
5. Bagaimana penerapan komunikasi pada klien dengan masalah gangguan jiwa?
C. Tujuan penulisan
1. Memahami komunikasi terapeutik
2. Memahami komunikasi terapeutik pada pasien dengan masalah gangguan jiwa
3. Dapat menerapkan komunikasi terapeutik pada klien dengan masalah
gangguan jiwa di lingkungan perawatan jiwa
2
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
3
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat
penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali
pengalamannya secara rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek atau topik jika perubahan isi topik tidak merupakan
sesuatu yang sangat menarik klien.
4
perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus
sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan
yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan
berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan
dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan
maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum
kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah
mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.
5
lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini
adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua
kelebihan dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya
tersebut satu paket dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan
tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma
maka dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam
atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam
psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan
pada saudara kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor
pendukung munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan
saraf pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi
perubahan pada fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan,
ex : lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika
perasaan ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa
direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat
ditekan sekecil mungkin.
6
B. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Pasien Gangguan Jiwa
Ada beberapa teknik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang
bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan
klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan
terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan
pasien lain bisa menjadi korban.
7
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
D. Roleplay
Prologue
Disebuah ruang soka rsj Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama tuan T,
masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih
apabila diajak bicara menjawab “ segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan
pernah mencoba menyayat- nyayat tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga
berusaha menyingkirkan benda- benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien
dan selalu memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.
8
Percakapan
1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, Bapak!”
K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien
9
P : “ Disini saya berperan merawat mas heksa untuk memberikan solusi agar masalah
yang dialami mas heksa bisa terselesaikan. Supaya beban masalah yang dialami mas
heksa bisa hilang. ”
K : “kamu siapa ? berani-berani nya kamu ikut campur masalah saya?”
P : “bukan seperti itu maksud kami , mas heksa. Kami hanya menyelesaikan tugas
kami dalam membantu meringankan beban pasien termasuk mas heksa ini”
K : “ Bukan urusan kamu”
h). Kerahasiaan
P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa
sharing dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-
keluhan yang sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan
10
keluarnya dan saya tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak
untuk tahu akan hal itu.”
K : Beneran?
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.
11
nyata tangan mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan masalah mas heksa, kan nanti
badan mas heksa sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmmmmm…. Iya juga sih”
P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
K: Sayang lah..
P: nah.. kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk bunuh diri, mas heksa
harus semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas heksa harus yakin
dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa
menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”
P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas heksa hobinya
apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung”
P: “oooh iya iya… naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas heksa sudah
merasa lelah atau stresss mas heksa bisa main bola.. atau mengobrol sama teman
teman.
K : “gitu?”
P : “iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang”
K : “ya”
P : “ Baiklah mas heksa, karena sudah … menit, kami pamit. Besok kita bisa
mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?
K : “hm”
Waktu
P : “ mas mau sharingnya ini jam berapa?”
K : “terserah”
P : “baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam
yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”
12
P : “ya”
Tempat
P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”
K : “sini”
P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “
Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas heksa.
Kami permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30
WIB dan di tempat ini ya
K : “hm”
2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, mas heksa!”
K : “pagi”
13
Tempat
P : “ Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas heksa masih ingat?”
K : “di sini”
P : “ Wah, tampaknya mas heksa bersemangat sekali.”
K : “ya dongssssss”
Fase Kerja
P: Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga,
nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa
sus?
P: oh.. begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur
rejeki kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan.
Seingat saya kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas heksa main
computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju,
peralatan bola atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas.. apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
14
K: Gak Ada sus.. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya
ingin bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat,
atau teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah
terlantar.
K: emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.
Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : “ Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas
heksa sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan
kalau mas heksa perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya diruang perawat. Dan
saya doakan supaaya cepat pulang dan beraktifitas ” “ Selamat pagi, mas!”
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus”
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa setelah memahami isi makalah banyak berlatih supaya
dapat dengan mudah dalam penerapannya nanti di dunia perawatan jiwa
setelah turun ke lapangan nanti.
16
DAFTAR PUSTAKA
17