Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA PASIEN DI POLI UMUM

DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

Dosen Pembimbing :
Anita R. Korbaffo, S.Kep.,Ns

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Nadia Yolanda (1711B0051)
2. Nindi Nia Mayasari (1711B0054)
3. Risca Argadhi Putri (1711B0064)
4. Saryanto Hardiadi Maghu (1711B0066)
5. Wolfardus Nome (1711B0070)
6. Yuyun Erviana (1711B0074)
7. Roslin Kono (1711B0093)
8. Elias Rocardo Mau (1711B0099)

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya laporan fieldtrip dengan judul “Komunikasi Terapeutik Pada
Keluarga Pasien di Poli Umum di Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memerlukan bantuan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu kesempatan ini kami mengucapkan terima terima kasih
kepada :
1. Dosen pembimbing Ibu Anita R. Korbaffo, S.Kep.,Ns.
2. Kepala Puskemas Kota Wilayah Utara Kota Kediri.
3. Kepala Poli Umum Puskemas Kota Wilayah Utara Kota Kediri.
4. Petugas Puskemas Kota Wilayah Utara Kota Kediri.
5. Keluarga pasien yang telah bersedia untuk kami wawancara.
6. Teman-teman yang telah banyak membantu dan juga yang telah memberi
masukan- masukan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis membutuhkan
kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini, mulai dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua.
Wassalamualaikum Wr, wb

Kediri, 13 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................... 1
1.3. Manfaat ........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 2
2.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik ............................................................. 2
2.2. Tehnik-Tehnik Komunikasi Terapeutik ...................................................... 2
2.3. Tahap-Tahap KOmunikasi Terapeutik ......................................................... 4
2.4. Cara Komunikasi Terapeutik pada Keluarga Pasien .................................... 6
BAB III HASIL PEMBAHASAN ................................................................................ 7
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 9
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 9
4.2. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan adalah hal yang
paling esensial. Komunikasi menjadi alat kerja utama bagi perawat dalam rangka
memberikan pelayanan yang terbaik. Bagi seorang perawat, hal ini cukup
beralasan karena perawat selalu bersama dan berinteraksi dengan pasien selama
24 jam secara terus-menerus dan berkesinambungan mulai awal kontak sampai
akhir. Pengetahuan dan penerapan tentang dasar-dasar komunikasi terapeutik
dalam keperawatan ini sangat penting. Komunikasi dalam praktik keperawatan
dapat menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
pasien dan memberikan kepuasan serta meningkatkan citra profesi keperawatan.

1.2. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dasar Keperawatan
b. Untuk mengetahui bagaimana cara komunikasi terapeutik pada keluarga
pasien yang benar.
c. Untuk melatih public speaking mahasiswa kepada pasien maupun keluarga
pasien.
1.3. Manfaat
a. Memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dasar Keperawatan
b. Mengetahui bagaimana cara komunikasi terapeutik pada keluarga pasien
yang benar.
c. Melatih public speaking mahasiswa kepada pasien maupun keluarga pasien.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama
yang ditandai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman
ketika membina hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103),
sedangkan Indrawati (2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan,dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi interpersonal dengan focus adanya saling pengertian antar perawat
dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara
perawat dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi pribadi
antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
(Indrawati, 2003).
Berdasarkan paparan tersebut, secara ringkas definisi komunikasi
terapeutik sebagai berikut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika
perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama
yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki
pengalaman emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.
2.2. Teknik-teknik komunikasi terapeutik
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan empat teknik dalam
melaksanakan komunikasi terapeutik yaitu menunjukkan penerimaan,
menawarkan informasi, mengklasifikasi, dan menanyakan pertanyaan yang
berkaitan. Ditinjau dari segi teori masih banyak teknik-teknik yang belum
diterapkan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Seperti
mengulangi ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata perawat sendiri,
memfokuskan masalah, menyatakan hasil observasi kepada keluarga pasien,
meringkas hasil observasi, memberi penghargaan kepada pasien dan menawarkan

2
diri untuk membantu serta memberi waktu untuk merefleksikan diri pasien
(Meidiana,2008).3
Ditinjau dari segi teori masih banyak teknik-teknik yang belum diterapkan
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan Hal ini mungkin
dikarenakan durasi perawatan di IGD yang cukup singkat, sehingga kesan tidak
baik maupun yang baik, yang telah disampaikan pasien merupakan hal yang
wajar. Akan tetapi dari pihak perawat harus memperbaiki apa yang sudah ada,
dengan merefresing kembali teori komunikasi terapeutik, persiapan diri dari
rumah untuk benar-benar siap bekerja melayani dirumah sakit.3
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti keluarga pasien dengan cara
mendengarkan apa yang disampaikan keluarga pasien. Mendengar merupakan
dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan pasien. Beri kesempatan lebih banyak pada keluarga pasien untuk
berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif. Ketrampilan
mendengarkan dengan sepenuh perhatian meliputi pandang klien ketika
berbicara, pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan, sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak
menyilangkan kaki atau tangan, hindarkan gerakan yang tidak perlu, anggukkan
kepala jika pasien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik,
condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan
kepala seakan tidak percaya.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan. Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk
menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh

3
keluarga pasien. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang kongkret dan mudah dimengerti keluarga pasien.4
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya
memutuskan pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
2.3. Tahap-tahap komunikasi terapeutik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Komunikasi
terapeutik 4terbagi menjadi empat tahapan yaitu
1. tahap pra-interaksi
2. tahap perkenalan atau orientasi
3. tahap kerja
4. tahap terminasi (Mundakir,2006):
1. Tahap pra-interaksi. Pada tahap pra interaksi, perawat/dokter sebagai
komunikator yang melaksanakan komunikasi terapeutik mempersiapkan
dirinya untuk bertemu dengan klien atau pasien. Sebelum bertemu pasien,
perawat/dokter haruslah mengetahui beberapa informasi mengenai pasien,
baik berupa nama, umur, jenis kelamin, keluhan penyakit, dan sebagainya.
Apabila perawat/dokter telah dapat mempersiapkan diri dengan baik
sebelum bertemu dengan pasien, maka ia akan bisa menyesuaikan cara
yang paling tepat dalam menyampaikan komunikasi terapeutik kepada
pasien, sehingga pasien dapat dengan nyaman berkonsultasi dengan
petugas/dokter.
2. tahap perkenalan perawat ada yang melakukan dan juga ada yang tidak
melakukan, kecenderungan perawat hanya menanyakan identitas pasien,
akan tetapi tidak memperkenalkan diri ke pasien. Sifat judes masih terlihat
pada sosok seorang perawat. Seharusnya tugas perawat dalam tahapan ini
adalah memberikan salam dan tersenyum pada pasien, memperkenalkan
diri dan menanyakan nama pasien, melakukan validasi (kognitif,
psikomotor, afektif) pada pertemuan selanjutnya, menentukan mengapa

4
pasien mencari pertolongan, menyediakan kepercayaan, penerimaan, dan
komunikasi terbuka. Membuat kontrak timbal balik, mengeksplorasi
perasaan klien, pikiran dan tindakan. Selanjutnya mengidentifikasi
masalah pasien, mendefinisikan tujuan dengan keluarga pasien,
menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan
menjelaskan kerahasiaan (Mundakir,2006).
3. tahap kerja, dari hasil penelitian didapatkan bahwa perawat bertanya
kepada keluarga pasien mengenai keluhan yang dialami pasien berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dan menjalankannya dengan
baik. Akan tetapi tugas perawat pada tahap kerja tidak hanya itu saja,
seharusnya perawat juga harus memberi kesempatan pasien untuk
bertanya sebelum tindakan dilaksanakan. Dan setelah selesai tindakan
dilakukan evaluasi kerja dan disampaikan kepada keluarga
pasien(Mundakir,2006). Untuk itu perawat perawat harus benar-benar
melakukan tahap ini.dengan baik, sehingga nilai kerja dan
pendokumentasian akan lebih kongkrit.
4. tahap terakhir atau perpisahan (terminasi) yang didapatkan dari penelitian
menunjukkan bahwa kesan perawat kurang baik perawat UGD hanya
memberi tahu pasien bahwa tindakan di UGD sudah selesai dan akan
dipindah keruang rawat inap atau boleh pulang. Tugas perawat pada fase
ini adalah menciptakan realitas perpisahan, menyimpulkan hasil kegiatan;
evaluasi hasil dan proses. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan,
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain. Memberikan reinforcement
positif dan merencanakan tindaklanjut dengan klien. Melakukan kontrak
untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik) serta mengakhiri
kegiatan dengan baik (Mundakir,2006). Fase ini merupakan fase yang sulit
dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada
pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit

5
tertentu atau saat klien akan pulang. Untuk melalui fase ini dengan sukses
dan bernilai terapeutik.
2.4. Cara Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga Pasien
Terpisahnya anggota keluarga dengan pasien, dapat menimbulkan stress
dan kecemasan bagi anggota keluarga. Keluarga harus menggantungkan dan
memberikan kepercayaan kepada perawat untuk pelayanan keperawatan pasien
tanpa menunjukkan sikap pro dan kontra. Bila keluarga psien sudah percaya
kepada kita, maka keluarga pasien akan lebih mudah terbuka kepada kita. Hal ini
akan membuka saluran komunikasi, mempejelas pengiriman dan penerimaan
informasi, serta memperluas komunikan untuk mencapai maksudnya (Wulandari,
2009).
Informasi yang akurat dan terpercaya sangat diperlukan oleh keluarga
pasien yang ada di ruangan IGD , karena pasien yang masuk ruangan IGD sangat
memerlukan tindakan cepat dan tepat. Dan ini berdampak pada keluarga pasien
apabila perawat tidak terlebih dahulu memberikan informasi kepada keluarga
pasien tentang penanganan kepada pasien, maka kelurga pasien, tidak akan
percaya lagi kepada perawat dan keadaan seperti ini sering menjadi konflik atau
masalah antara keluarga pasien dengan perawat yang ada di ruangan IGD.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan perawat dengan
pasien atau perawat dengan keluarga pasien yang didasari oleh hubungan saling
percaya yang di dalam komunikasi tersebut terdapat seni penyembuhan. Di
dalam berkomunikasi antara perawat dengan keluarga pasien, perawat harus
membangun rasa nyaman, anam dan percaya kepada keluarga. Hal ini merupakan
landasan utama berlangsungnya komunikasi yang efektif (Priyoto, 2015).

6
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
1. Pada tahap pertama yaitu tahap pre-interaksi dimana kami belum bertemu
dengan pasien maupun keluarga pasien. Yang kami lakukan pada tahap ini
adalah :
a. Menyusun pertanyaan yang akan dijadikan bahan pokok komunikasi
terapeutik pada keluarga pasien
b. Merencanakan untuk pertemuan pertama
c. Menyiapkan sesuatu yang munkin dibutuhkan pada saat komunikasi
berlangsung (persiapan kelompok, dokumentasi, dsb)
2. Pada tahap kedua yaitu tahap orientasi dimana kami sudah bertemu dengan
pasien dan keluarganya. Yang kami lakukan pada tahap ini adalah :
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan kami melakukan komunikasi terapeutik
c. Membuat keluarga pasien menjadi nyaman
d. Membina hubungan saling percaya
3. Pada tahap ketiga yaitu tahap kerja, pada tahap ini didapatkan data sebagai
berikut:
Nama : An. Aura
Umur : 12 tahun
Alamat : Kelurahan Banjaran
Kami melakukan komunikasi pada Ibu pasien. Ibu pasien menceritakan
kronologi cerita, berawal dari mengajak anaknya jalan-jalan pada malam hari
dan tanpa menggunakan jaket. Kemudian An. A mengeluhkan sakit perut,
kembung, mual dan muntah sejak sehari sebelum dibawa ke poli umum di
puskemas Kota Wilayah Utara. Ibu pasien mengatakan hanya memberi obat
masuk angin yang biasa dikonsumsi anaknya jika mengalami masuk angin.
Pada saat dibawa ke Puskesmas, anak tidak rewel hanya saja Ibunya
mengatakan sedikit khawatir dengan kesehatan anaknya.

7
4. Pada tahap terakhir yaitu evaluasi. Kami melakukan wawancara ulang setelah
An. A selesai diperiksa oleh dokter. Ibu pasien mengatakan jika anaknya
hanya mengalami masuk angin biasa, dan tidak perlu dilakukan perawatan
intensif (rawat inap).
Selain itu kami juga memberikan edukasi pada Ibu pasien tentang cara
menghindari masuk angin seperti :
1. Menggunakan jaket jika akan bepergian
2. Membawa obat-obatan yang biasanya dikonsumsi jika anak mengalami
masuk angin
3. Minum air hangat jika sudah mengalami masuk angin
4. Tidak berada pada ruangan dengan suhu dingin
Setelah selesai diberikan edukasi, Ibu pasien mengatakan paham dan akan
melakukan hal-hal tersebut untuk menghindari masuk angin.
Dari komunikasi diatas rasa nyaman penting untuk diciptakan agar dapat
menumbuhkan kedekatan dan bina hubunngan saling percaya antara perawat
dan keluarga pasien. Sehingga keluarga pasien juga akan merasakan nyaman
ketika menceritakan keluhan yang di alami. Melalui komunikasi yang baik
dan efektif hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana hubungan
interpersonal antara perawat dan keluarga pasien yang terjalin.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan
klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi
dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu
mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang
pada akhirnya mencapai kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik terbagi
menjadi empat tahapan yaitu :
1. tahap pra-interaksi
2. tahap perkenalan atau orientasi
3. tahap kerja
4. tahap terminasi
4.2. Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa
lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, A. H. (2009). Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi


Terapeutik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien. 6-8.
Tumbuan, F. C., Mulyadi, & Kallo, V. D. (2017). Hubungan Komuniaksi Terapeutik
Perawat Dengan Tingkat Kepercayaan Keluarga Pasien di Intensive Care Unit
(ICU) RSU GMIM Kalooran Amurang. e-Jurnal Keperawatan .

10

Anda mungkin juga menyukai