Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TERAPI MODALITAS HOME CARE : STORY TELLING


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modalitas Home Care
Dosen Pembimbing : Eva Nurlina Aprilia, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom

KELAS 3B
Kelompok 6
1. Erda Ermawati 3120203629
2. Siti Khasanah 3120203649

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Terapi Modalitas Home Care: Story Telling” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan ruang lingkupnya sehingga
dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah


berkontribusi dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat
disusun dengan baik, rapi, dan berdasarkan pada sumber yang akurat. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menjadi sarana untuk menambah
wawasan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik
lagi di penulisan berikutnya.

Yogyakarta, 20 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Tujuan..................................................................................................6
BAB II............................................................................................................7
KONSEP TERAPI MODALITAS.................................................................7
STORY TELLING.........................................................................................7
A. Definisi................................................................................................7
B. Tujuan terapi........................................................................................7
C. Manfaat................................................................................................9
D. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi.....................................................9
E. Hasil – hasil penilitian.......................................................................10
F. Standar Operasional Prosedur Story Telling.....................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang pasti
dialami individu dan proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi
fisik, psikososial dan spiritual ,Perubahan fisik yang dialami oleh
individu ditandai dengan menurunnya tingkat kesehatan atau sering
sakit, berubahnya warna rambut menjadi warna putih, kulit yang
mulai mengendur dan keriput, fungsi penglihatan yang dimiliki
mulai menurun, dan keadaan motorik yang semakin melemah.
Sedangkan perubahan fungsi psikologis dapat dilihat dari
menurunnya ingatan pada individu atau mengalami kepikunan dan
emosi individu yang kurang stabil pada usia lanjut (Amalia, 2015).
Perubahan yang terjadi pada lansia, menimbulkan individu yang
rentan terhadap penyakit fisik dan kejiwaan. Menurut Departemen
Kesehatan Indonesia populasi lansia diperkirakan akan terus
meningkat. Jumlah populasi lansia pada tahun 2010 memiliki
persentase 9,77 %. Diperkirakan akan meningkat sebanyak 11,34%
dan akan mencapai sekitar 80 juta lansia pada tahun 2020.
Meningkatnya jumlah Lansia menimbulkan masalah degeneratif dan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan
gangguan-gangguan kesehatan jiwa yaitu depresi, demensia,
gangguan cemas, sulit tidur. Penyakit-penyakit tersebut, akan
menimbulkan permasalahan jika tidak diatasi atau tidak dilakukan
pencegahan, karena ini akan menjadi penyakit yang bersifat kronis
dan multi patologis (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Berbagai permasalahan yang terjadi pada lansia menimbulkan
dampak negatif yang dirasakan oleh lansia seperti munculnya
perasaan kesepian dan merasa tidak dihargai. Perasaaan negatif
tersebut dirasakan akibat dari kurangnya interaksi sosial yang
dilakukan oleh lansia terutama ketika pasangan atau saudara yang
meninggal, tinggal terpisah dengan keluarga seperti anak/cucu, tidak
memiliki aktivitas yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari,
pensiun sehingga memunculkan perasaan tidak berguna (useless)
yang dialami oleh para lansia (Zulfiana, 2014). Kesepian merupakan
masalah psikologis yang paling banyak dialami oleh individu
khususnya pada lansia. Ketika memasuki usia lanjut, para lansia
mulai memunculkan perasaan seperti merasa terasingkan (terisolasi),
tersisihkan, terpencil dari orang lain karena merasa berbeda dengan
orang lain. Dampak dari masalah psikologis tersebut yang dirasakan
4 oleh lansia adalah berkurangnya kebahagiaan.
Storytelling merupakan salah satu metode terapi dimana
individu akan mendongeng mengenai cerita spesifik dan terfokus
serta dibimbing dalam mengingat menuju kisah kehidupan positif
mereka, yang kemudian digunakan selama proses terapi untuk
mendukung perubahan individu Pengaruh storytelling pada orang
dewasa yaitu mampu meningkatkan motivasi individu ( Gabele et.
al, 2019), Selain itu storytelling juga mampu berkontribusi dalam
meningkatkan resiliensi pada lansia ( Mager, 2018). Kemudian
penelitian dari Scott dan DeBrew (2009) menjabarkan bahwa
storytelling berpengaruh dan dapat meningkatkan makna dan tujuan
hidup individu. Hal ini disebabkan pada saat proses terapi individu
mendengarkan cerita sehingga ada proses mengingat peristiwa atau
kenangan khusus di masa lalu sehingga individu merasa bangga akan
hidup yang dilaluinya serta ada proses klarifikasi akan suatu
peristiwa sehingga memunculkan kesadaran. Selain itu, penelitian
lain yang menyatakan bahwa storytelling jangka pendek efektif
meningkatkan karakteristik kebahagiaan dan resiliensi pada lansia
(Mager & Stevens, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Terapi Story Telling.

2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengatahui definisi dari Story Telling
b. Untuk mengetahui tujuan dari Story Telling
c. Untuk mengetahui manfaat dari Story Telling
d. Untuk menegetahui indikasi dan kontraindikasi
dari terapi Story Telling
BAB II
KONSEP TERAPI MODALITAS
STORY TELLING

A. Definisi
Storytelling menurut Pertiwi (2011), merupakan kegiatan
interaktif antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk
menyampaikan, berbagi pengalaman, dan pesan-pesan kepada orang
lain. Meningkatkan kebermaknaan hidup pada lansia yang tinggal di
panti werdha dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Storytelling dengan mengajak lansia untuk mendengarkan cerita
yang dibacakan, memahami makna dari setiap cerita yang
menjelaskan tentang nilai-nilai kehidupan. Melalui Storytelling
lansia bisa saling berbagi pengalaman yang pernah mereka alami,
pendapat dan ide-ide yang dimiliki sehingga mereka memiliki
gambaran mengenai pengalaman satu sama lain (Ariani, 2012)
Storytelling menurut Pertiwi (2011), merupakan kegiatan
interaktif antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk
menyampaikan, berbagi pengalaman, dan pesan-pesan kepada orang
lain. Meningkatkan kebermaknaan hidup pada lansia yang tinggal di
panti werdha dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Storytelling dengan mengajak lansia untuk mendengarkan cerita
yang dibacakan, memahami makna dari setiap cerita yang
menjelaskan tentang nilai-nilai kehidupan. Melalui Storytelling
lansia bisa saling berbagi pengalaman yang pernah mereka alami,
pendapat dan ide-ide yang dimiliki sehingga mereka memiliki
gambaran mengenai pengalaman satu sama lain (Ariani, 2012).
B. Tujuan terapi
1. Memotivasi lansia agar lebih bersemangat dan berpikir positif
serta melatih lansia agar memiliki mekanisme koping positif
pada setiap permasalahan yang muncul
2. Menciptakan suasana gembira , senang dan meningkatkan
imajinasi
3. Meningkatkan kebahagiaan lansia
Terdapat lima aspek utama yang menjadi sumber kebahagaiaan
sejati menurut Seligman (2011) antara lain:
a. terjalinnya hubungan positif dengan orang lain
b. keterlibatan penuh dalam aktifitas
c. penemuan makna dalam hidup
d. optimisme yang realistik; dan,
e. resiliensi. Ada tiga jenis kebahagiaan menurut Seligman
(2011) yaitu kehidupan yang menyenangkan, hidup yang
baik (keterlibatan), dan hidup yang bermakna

Ryff meyakini Kebahagiaan ataupun PWB dapat ditingkatkan


ketika seseorang dapat mencapai positive psychological function.
Aspek-aspek PWB menurut Ryff (Amalia, 2017) antara lain:

1. Penerimaan diri (self acceptance), sikap positif individu


terhadap diri sendiri, artinya individu mampu menerima
semua hal baik maupun buruk tentang dirinya, merasa positif
dan dapat menerima apa yang terjadi di masa lalu dalam
hidupnya
2. Memiliki hubungan baik dengan orang lain (positive relation
with others), artinya individu memiliki kualitas diri dalam
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
3. Otonomi (autonomy), artinya individu memiliki sikap
mandiri yang tercermin dengan sikap percaya diri atau yakin
pada kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi persoalan
yang dimiliki dengan baik, dan dapat mengatur perilaku
4. Mengelola Lingkungan (environmental mastery), individu
memiliki kemampuan dalam mengelola kehidupannya dan
lingkungannya
5. Tujuan hidup (purpose in life), individu memiliki tujuan
dalam hidu dan mengetahui apa yang ingin dicapai dalam
hidupp. Artinya individu mrmiliki Keyakinan bahwa
hidupnya bermakna, baik kehidupan yang lampau maupun
saat ini
6. Perkembangan pribadi (personal growth), artinya individu
mampu bersikap terbuka terhadap pengalaman baruyang
didapatkan serta memiliki keterbukaan untuk mengembangka
n diri menjadi lebih baik kedepannya.

C. Manfaat
1. Mengembangkan fantasi, empati dan berbagai jenis perasaan
lain.
2. Menumbuhkan minat baca.
3. Membangun kedekatan dan keharmonisan.
4. Media pembelajaran.
5. Menurunkan tingkat depresi
6. Mengembangkan daya pikir dan imajinasi
7. Mengembangkan kemampuan berbicara
8. Mengembangkan daya sosialisasi
9. Menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti.

Selain itu, menurut Mubarok (2008:71) ada beberapa manfaat yang


akan kita peroleh dengan bercerita, antara lain:

1. Sebagai saran untuk menyampaikan nasehat dan contoh suri


tauladan dari khasanah cerita-cerita islami.
2. Membentuk perilaku yang baik sesuai misi yang terkandung di
dalamnya c
3. Menyampaikan ajaran agama terutama islam, baik sejarah
Islam, Kisah Nabi dan Rasul, orang-orang sholeh dan
sebagainya.
4. Sebagai sarana hiburan yang sederhana, efektif dan menarik

D. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi


a. Indikasi :
1. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu
kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.
2. Cerita selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti
peristiwanya dan merenungkan maknanya.
3. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi,
rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam
lipatan story.
4. Dapat menumbuh kembangkan gaya bicara yang baik.
Apabila dibumbui dengan cerita akan dapat meningkatkan
daya hafalannya, dimana di dalamnya terdapat
penggambaran hidup yang baru, lebih-lebih ditambah nilai
seni dalam pembawaannya, sehingga seorang pendengar
merasa menikmati dan menghayatinya.

b. Kontraindikasi :
1. Lansia dengan demensia
2. Lansia dengan penyakit psikiatri
3. Lansia dengan gangguan kognitif
4. Lansia dengan penyakit medis

E. Hasil – hasil penilitian


Penelitian dari Nadya Ardisna Arianti dengan judul METODE
STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN MEANING OF
LIFE PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PUSPAKARMA
MATARAM dengan sampel lansia yang tinggal di panti werdha
Lansia yang memiliki batasan usia minimal 60 tahun , pada saat
penelitian dilakukan, memiliki skor skala meaning of life yang
berada dalam kategori rendah dan sangat rendah yang dapat dilihat
melalui skala Meaning Of Life yang diberikan kepada lansia, masih
bisa diajak berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi subjek
penelitian dengan metode Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimem merupakan penelitian
yang menggunakan manipulasi situasi untuk melihat akibat dari
sebuah perlakuan sehingga ada perbandingan yang dihasilkan setelah
perlakuan diberikan. Penelitian ini diberikan dengan tujuan untuk
melihat apakah ada perubahan yang terjadi setelah perilaku diberikan
oleh peneliti (Latipun, 2010). Penelitian ini termasuk dalam desain
pra-eksperimen, yaitu one group pre-test post-test yang merupakan
desain eksperimen yang menggunakan satu kelompok subjek (kasus
tunggal) tanpa melibatkan kelompok kontrol (Marliani, 2013)
Hasil penelitian Terdapat 6 lansia yang dijadikan subjek penelitian
karena memenuhi kriteria. Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh
beberapa hasil yang akan dipaparkan dengan tabel-tabel berikut.
Tabel pertama merupakan karakteristik subjek yang turut serta
dalam penelitian Metode Storytelling Untuk Meningkatkan Meaning
Of Life Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma
berdasarkan pengumpulan data secara purposive sampling.
Penelitian ini hanya menggunakan kelompok eksperimen tanpa
adanya kelompok kontrol sebagai pembanding.

F. Standar Operasional Prosedur Story Telling


a. Preinteraksi
1. Persiapan diri perawat
2. Persiapan perlengkapan
3. Pastikan tidak adanya kontraindikasi
b. Tahap Orientasi
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujun kedatangan
4. Menjelaskan langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien
6. Mempersiapkan lingkungan
c. Tahap Kerja
1. Berikan posisi nyaman kepada pasien selama kegiatan
2. Atur posisi perawat di depan atau disebelah pasien
3. Jalin keakraban atau kerjasama antara perawat dengan pasien
4. Ceritakan pengalaman nyata maupun imajinasi kepada pasien
5. Bercerita dari hal yang simpel ke yang kompleks
6. Fokuskan penglihatan pada pasien secara menyeluruh
7. Kaji keseriusan pasien terhadap cerita yang disampaikan
8. Jika pasien merasa jenuh hentikan cerita atau cari topik cerita
yang lebih menarik
d. Terminasi
1. Minta tanggapan dari pasien
2. Evaluasi ekspresi dan perasaan pasien
3. Berikan umpan balik positif pada pasien
4. Akhiri pertemuan dengan baik
5. Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Inastasya, I. (2020). STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN


KEBAHAGIAAN PADA LANSIA (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).

Ovila Dewi, F., & Wiwin A, N. W. (2020). Pengaruh Terapi Story Telling
Terhadap Penurunan Nyeri dan Kecemasan pada Anak Usia Pra
Sekolah di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU): Literature
Review.

Putri, N. M. G. A. N., Utami, P. A. S., & Wijaya, A. A. N. T. (2019).


Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Tingkat Depresi
Lansia. Coping: Community Of Publishing In Nursing,[SL], 7(1), 7-
12.

Anda mungkin juga menyukai