Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOSOSIAL BUDAYA

TEORI CULTURE CARE LEININGER

Dosen Pengampu : Ns. Weni Mainalita, M.Kep

Kelompok 3
Anggota Kelompok :

1. Syarifah Nuraida Yana (1914201047)


2. Lailatul Syahadah Zailani (1914201067)
3. Reza Afriani (1914201082)
4. Lara Susila Putri (1914201069)
5. Lara Sagita (1914201068)
6. Yutria Telaumbanua (1914201096)
7. Nela Putri (1914201076)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES ) Alifah Padang


Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT., karena berkat limpahan rahmat serta
hidayahNya, kami diberikan kekuatan untuk dapat menyusun makalah ini
dengan judul  teori culture care leininger hingga selesai. Makalah yg kami buat
ini dapat menjadi salah satu referensi untuk para pembaca, dan menambahkan
wawasan tentang sejarah teori-teori yang ada dalam keperawatan melalui
makalah yang kami buat, yang tentunya bisa membantu para pembaca untuk
tahu lebih lanjut mengenai teori culture care Leininger.
Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, kami
menyadari juga bahwa makalah ini masih mempunyai kelemahan sebagai
kekurangannya. Karena itu, kami berharap agar pembaca berkenan
menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, kami
berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

Padang, 25 Desember 2020

Kelompok 3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
professional yang merupakan suatu bentuk layanan kesehatan yang berdasarkan
pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli
keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk
memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam
mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang
terjadi dan apa yamg harus dilakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam prakti,penelitian dan
proses belajar-mengajardalam bidang keperawatan sehingga perlu
deperkenalkan,disaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan.
Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun
empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga perawat dapat
memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori
keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal
dengan teori “trans Cultural”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi teori culture care ?
2. Bagaimana asumsi dasar teori culture care ?
3. Bagaimana konsep teori culture care ?
4. Bagaimana paradigma teori culture care ?
1.3.   Tujuan
1.      Tujuan umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi secara runtut
dan lengkap tentang teori culture care.
2.      Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa definisi teori culture care.
b. Untuk mengetahui bagaimana asumsi dasar teori culture care.
c. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori culture care.
d. Untuk mengetahui bagaimana paradigma teori culture care.

1.4.   Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi teori culture care.
2. Dapat mengetahui asumsi dasar terori culture care.
3. Dapat mengetahui konsep teori culture care
4. Dapat mengetahui paradigma teori culture care.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.   Latar Belakang Teori


Madeleine Leininger (13 Juli 1925 di Sutton , Nebraska, Amerika
Serikat ) adalah perintis teori keperawatan, pertama kali diterbitkan pada tahun
1961 [1]. kontribusi nya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa
itu peduli. Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural ,
membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi
tentang bagaimana terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan. Dr Madeleine Leininger memegang gelar akademis berikut dan
judul:
1. PhD – Doctor of Philosophy (cultural and social Anthropology) PhD
– Doctor ofPhilosophy (Antropologi budaya dan sosial).
2. LHD – Doctor of Human Sciences LHD – Dokter Ilmu Pengetahuan
Manusia.
3. DS – Doctor of Science DS – Dokter Sains.
4. RN – Registered Nurse RN – Perawat Terdaftar.
5. CTN – Certified Transcultural Nurse CTN – Perawat Transcultural
Bersertifikat.
6. FRCNA – Fellow of the Royal College of Nursing in Australia
FRCNA – Fellow dari Royal College of Nursing di Australia.
7. FAAN – Fellow American Academy of Nursing FAAN – Fellow
American Academy of Nursing.

Leininger Madeline adalah seorang antropolog perawat perintis. Menjabat


dekan dari University of Washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969,
dia tetap dalam posisi itu sampai 1974. janji nya mengikuti perjalanan ke New
Guinea pada tahun 1960 yang membuka matanya untuk kebutuhan perawat
untuk memahami ‘pasien dan latar belakang budaya mereka dalam rangka untuk
menyediakan perawatan. Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai “Margaret
Mead keperawatan” dan diakui di seluruh dunia sebagai pendiri keperawatan
transkultural, sebuah program yang dia menciptakan di Sekolah pada tahun
1974.
Dia telah menulis atau menyunting 27 buku dan mendirikan Journal of
Transcultural Perawatan untuk mendukung penelitian Transcultural
Keperawatan Society, yang ia mulai tahun 1974.

2.2.   Definisi Teori Trans Culture


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural
untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan
keperawatan. Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan.
Tindakan Caring di katakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.3.   Asumsi Dasar Teori Culture


Asumsi mendasar dari teori Transcultural Nursing adalah perilaku Caring.
Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring di katakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Asumsi mayor untuk mendukung teori cultural care: diversity and
universality yang dikeskan oleh Leininger.
a. Perawatan (caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah suatu aspek
esensial untuk memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan
ketahanan, serta kemampuan untuk menghadapi rintangan maupun
kematian.
b. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling
komprehensif dan holisatic untuk mengetahui, menjelaskan,
menginterpretasikan dan memprediksikan fenomena asuhan keperawatan
serta memberikan panduan dalam pengambilan keputusan dan tindakan
perawatan.
c. Keperawatan transcultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan
profesi yang memiliki tujuan utama untuk melayani individu, dan
kelompok.
d. Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk
mengobati dan menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin
dilakukan tanpa perawatan, sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa
pengobatan.
e. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur
dari bentuk perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan
persamaan yang ada.
f. Setiap kebudayaan manusia meiliki pengetahuan dan praktek perawatan
tradisional serta praktik professional yang bersifat budaya dan individual.
g. Praktik perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan
cenderung tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama,
kekeluargaan, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, tehnologi, etnohistory,
dan lingkungan kebudayaan.
h. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan
kelompok, komunitas di dalam lingkungan.
i. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila
pola-pola, ekspresi, dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman
dan bermakna.
j. Perbedaan dan persamaan perawatan culture tetap berada diantara
masyarakat tradisional dan profesional pada setiap kebudayaan manusia.
k. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stres kultural merefleksikan
kurangnya untuk memberikan perawatan, rasa aman, tanggung jawab yang
koggruen dengan kebudayaan.
l. AMetode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan interpretasi dan
temuan yang penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan
kebudayaan kompleks yang berbeda

2.4.   Konsep Teori Keperawatan Transcultural


Keperawatan transcultural merupakan suatu area utama dalam
keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya
dan sub-budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring.
Layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehati sakit, serta pola-pola
tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge  yang ilmiah
dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan transkultural ini
menenkankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture
shock maupun culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat)
mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya
tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah, dan
disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan.
Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-
nilai budaya, keyakinan dan kebiasaan atau perilaku yang diilikinya kepada
individu, keluarga atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini
bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelopok lain.
Leininger menggambarkan teori keperawatan transkultural matahari
terbit, sehingga disebut juga sebagai sunrise model. Model matahari terbit ini
melembagakan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa
sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai
pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara
global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut leininger dipengaruhi oleh
tujuh faktor, faktor tersebut antara lain:
1. Faktor tekhnologi
2. Faktor gama dan falsafah hidup
3. Faktor sosial dan kekerabatan
4. Nilai budaya dan gaya hidup
5. Faktor politik dan hukum
6. Faktor ekonomi
7. Faktor pendidikan.

Faktor-faktor tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau


pngalaman yang memberi arti bagi perilaku manusia, interpretasi dan interaksi
sosial dalam tatanan fisik, ekologi, sosial-politik, dan /strutur kebudayaan
termasuk di dalamnya adalah etnohistori atau riwayat kebudayaan yang mengacu
pada keseluruhan fakta pada masa lampau, kajadaian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan, serta suatu institusi yang difokuskan pada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan, dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan
tertentu dalam jangka panang maupun pendek.
Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik
keperawatan semau langkah-langkah perawatan tersebut ditunjukkan untuk
pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit dan persiapan
menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh
perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-
masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola dan praktik
keperawatan (care expression, patterns, and practices). Dengan demikian,
ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya, terhadap pencapaian kesehatan
secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga,
kelompok, komunitas, maupun institusi, di berbagai sistem kesehatan. Jika
disesuaikan dengan proses keperawatan ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam
level pertama yaitu tahap pengkajian.
Peran perawat pada transcultural nursing ini adalah menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
profesional melalui asuhan keperawatan.

Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan
dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan
keperawatan.
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu merupakan prinsip
membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang
diinginkan.
2. Culture care accomodation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan budaya fenomena ada, yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.
3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksikan
atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan
dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.

Hasil akhir yang diperoleh melalui keperawatan transkultural pada asuhan


keperawatan adalah tercaoainya culture congruent nursing care health and well
being, yaitu suhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan
pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara bermakna guna
mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

2.5.   Konsep Dalam Teori Transcultural Nursing


Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan
yang selaras dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan
nilai-nilai. Pada tahun 1960-an diamenciptakan budaya kongruen perawatan
jangka panjang, yang merupakan tujuan utama transkultural keperawatan
praktek. Budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi
dalam hubungan perawat-klien (Leininger, 1981).

Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini


definisi dan prinsip-prinsip  istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di
bawah ini adalah ringkasan dasar prinsip yang penting untuk memahami teori
Leininger :
1. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau
diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang
menjadi perhatian atau untuk menghadapi kematian.
2. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
3. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok
yang membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola
hidup.
4. Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi
manusia atau untuk menangani penyakit atau kematian.
5. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai,
pantas tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok
orang yang berbeda.
6. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti
serupa yang jelas di antara banyak budaya. Keperawatan adalah profesi
yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan perawatan fenomena.
7. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau
alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
8. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan
dengan agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola
pendidikan-terns, penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan
ethnohistory yang di-fluence tanggapan budaya manusia dalam konteks
budaya.
9. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
budaya dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
10. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada
kegiatan pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya
tertentu untuk menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai
perawatan terkait dengan masalah kesehatan atau kondisi.
11. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan
masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil
kesehatan yang optimal untuk klien  dari budaya yang
ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat
12. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang
diambil oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini
memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan
pribadi terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai
budaya klien.

Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk membimbing


penilaian asuhan keperawatan, keputusan, atau tindakan untuk memberikan
perawatan yang tepat, bermanfaat, dan bermakna yaitu :
a. Pelestarian dan / atau pemeliharaan.
b. Akomodasi dan / atau negosias.
c. Re-pola dan / atau restrukturisasi.

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care


dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi,
kepercayaan dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan
factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor
sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis,
masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap
kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam
masyarakat dan praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari aspek-
aspek struktur sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam model
Sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara beberapa
konsep yang disignifikan.
Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk
tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu
didefinisikan sebagai prilaku yang mendukung. Menurut Leininger bantuan
semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien
juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu
dikaitkan dengan budaya. Beberapa inti dari model teorinya :
1. Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan
kondisinya.
2. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok
tertentu.
3. Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-norma
dan nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu
mempertahankan tingkat kesejahteraanya.
4. Diversitas asuhan cultural, Keanekaragaman asuhan kultural mengakui
adanya variasi dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan
bantuan dan dukungan.
5. Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik
universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan

2.6.   Paradigma Keperawatan
Paradigma Transcultural Nursing Leininger (1985) mengartikan
paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-
nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu :
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-


nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan.Menurut Leininger (1984) manusiamemiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada
(Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu
ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang


mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan
simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia
seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti
rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada
matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas.

Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-


aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya klien.
2.7. Kelebihan
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dengan
latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King,
Roy, dll).
3. Penggunaan teori ini dapat membatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunaan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan.

2.8.    Kekurangan
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sangat luas
sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping
dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

Akhirnya, menurut Leininger, tujuan studi praktek pelayanan kesehatan


transkultural adalah meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktek kesehatan dalam
berbagai budaya (kultur) baik dimasa lalu maupun zaman sekarang, akan
terkumpul persamaan-persamaan, sehingga kombinasi pengetahuan tentang pola
praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin
sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dari berbagai
kultur.
BAB 3
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi,
kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan
fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan.
Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan
sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada
setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam
masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-
aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan
antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang
dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari
idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan.

3.2.   Saran
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di
atas merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami
untuk memperoleh data dan informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.
Jadi yang kamiharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa
terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, kami berharap agar makalah
ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika
Potter A Patricia, Perry G Anne (1992) Fundamentals Of Nursing –Concepts
Process & Practice 3rd ed. London Mosby Year Book.
Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955. Buku dari prinsip dan praktik
keperawatan. New York:Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai