“Madeline Leininger’’
Disusun guna memenuhi Tugas Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat penting.
Terutamameliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk
memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual baik klien maupun
keluarga. Ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan
ketrampilan dalam hubungan interpersonal.psikologi.pertumbuhan.dan perkembangan
manusia,komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan
ketrampilan keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan
masalah dan juga sebagai pembuat keputusan. Yang melatarbelakangi pembuatan
paper ini yaitu sebagai tenaga perawat, kita harus mengetahui model-model
keperawatan atau tokohtokoh dalam keperawatan yang dimana setiap pendapat dari
para tokoh atau model bebeda-beda yang dapat kita pergunakan dalam member
asuhan kepada pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan gerontik?
2. Bagaimana sejarah teori culture care madeline Leininger?
3. Bagaimana model konseptual budaya Leininger?
4. Bagaimana hubungan model dengan paradigma keperawatan?
5. Apa kelebihan dari teori model Leininger dalam praktek keperawatan?
6. Apa kelemahan dari teori model Leininger dalam praktek keperawatan?
7. Bagaimana penerapan dari teori model Leininger dalam keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan gerontik
2. Untuk mengetahui sejarah teori culture care madeline Leininger
3. Untuk mengetahui model konseptual budaya Leininger
4. Untuk mengetahui hubungan model dengan paradigma keperawatan
5. Untuk mengetahui model konseptual tentang keperawatan gerontic menurut
Leininger
6. Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, kelemahan, penerapan dari model
konseptual Leininger.
7. Pembaca khususnya mahasiswa dapat memahami gerontic dalam keperawatan
dan perawat dapat menerapkan model konseptual gerontik dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
b) Adaptasi AsuhanKultural
Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural,adaptasi
asuhan kultural melibatkan negosiasi dengan pasien dan
kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan ritual
tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan.
c) Rekomendasi Asuhan Kultural
Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan
pasien dan kerabatnya dalam rangka membawa perubahan
terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan sehat, sakit,
dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi mereka. Dalam
model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi
hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide
pelayanan dan perawatan (yang dilihat dari Leininger sebagai
bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari
keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai
perilaku yang mendukung Menurut Leininger, bantuan tersebut
baru benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian asuhan
selalu dikaitkan dengan budaya.
G. Teori Madeline Leininger (Cultural Diversity and Universality)
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya,
Leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun
kemudian dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula
disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya yang
berbeda. Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik keperawatan yang
telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya. Bahasan yang khusus dalam teori Leininger,
antara lain adalah:
a. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, cara
hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuat
keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
b. Cultur Care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai
yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, menfasilitasi
atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan kesejahteraannya,
memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.
c. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan,
serta asuhan keperawatan.
d. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan
asuhan keperawatan.
e. Worldview
Cara seseorang memandang dunia.
f. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,
terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.
Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka
Leininger menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta
kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan
faktor penting teorinya secara holistik.
5. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural
Nursing bisa ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada
beberapa rumah sakit yang dalam memberikan pelayanan menggunakan
bahasa daerah yang digunakan oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien
merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan.
Bisa saja, tidak semua warga negara Indonesia fasih dan nyaman
menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi masyarakat awam, mereka
justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan kesehatan yang
menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai budaya yang
dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.
6. Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang
sangat bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi
seseorang mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di
Indonesia juga beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak
mengalami influenza disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan
aktivitas sehari-harinya secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit.
Karena di Suku Batak, seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu
untuk menjalankan aktivitasnya secara normal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti teknologi,
kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-
faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini
berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing
sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat :
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang
merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur sosial. Tujuan penggunaan
keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang
humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan
universal. Dalam teori ini terdapat beberapa kelebihan dan juga kekurangan yang
perlu diperbaiki dan dipertahankan. Selain itu teori ini juga dapat diterapkan dalam
berbagai bidang/aspek diantaranya bidang riset, edukasi, kolaborasi, pemberi
perawatan, manajemen, dan sehat sakit.
Dalam bidang riset, teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode
penelitian dalam berbagai budaya, dimana hasil penemuan ini berguna bagi
masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori transcultural
nursing. Dalam bidang edukasi, Leininger mengembangkan Transcultural Nursingdi
bidang kursus dan di sebuah program sekolah perawat. Teori Leininger memberikan
pengaruh yang sangat
besar dalam proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia karena teori ini
sangat
penting guna menciptakan perawatan profesional yang peka budaya.
Dalam bidang kolaborasi, teori Leininger ini diterapkan di lingkungan
pelayanan kesehatan ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf
kesehatan yang lainnya. Dalam pemberian perawatan, perawat diharuskan memahami
konsep teori Transcultural Nursing untuk menghindari terjadinya cultural shock atau
culture imposition saat pemberian asuhan keperawatan.Dalam bidang manajemen
teori Transcultural Nursing bisa diaplikasikan saat pemberian pelayanan
menggunakan bahasa daerah yang digunakan oleh pasien. Hal ini memungkinkan
pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan
kesehatan.Dalam aspek sehat dan sakit, Leininger menjelaskan hal tersebut sebagai
suatu hal yang sangat bergantung, dan ditentukan oleh budaya, karena budaya akan
mempengaruhi seseorang mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Saran
a. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang
ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
b. Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan
yang lain yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta.
Christensen Paula J. & Kenney Janet W (2009), Proses Keperawatan : Aplikasi model
konseptual edisi 4, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice
in
Canada. 1st Canadian Ed, Prentice Hall Health. Toronto. Leahy, Julia M & Kizilay,
Patricia E. (1998).