Anda di halaman 1dari 18

1.

1 Latar Belakang

Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat


penting. Terutamameliputi pemberian asuhan keperawatan bagi
seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan spiritual baik klien maupun keluarga. Ketika menggunakan
pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan, dan
perkembangan manusia,komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan
tentang ilmu-ilmu dasar dan ketrampilan keperawatan tertentu.
Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga
sebagai pembuat keputusan.

Yang melatar belakangi pembuatan makalah ini yaitu sebagai tenaga


perawat, kita harus mengetahui model-model keperawatan atau tokoh-
tokoh dalam keperawatan yang dimana setiap pendapat dari para
tokoh atau model bebeda-beda yang dapat kita pergunakan dalam
member asuhan kepada pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Biografi MADELEINE LEININGER ?


2. Bagaimana Aplikasi model konsep dan teori keperawatan ?
3. Bagaimana Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi) ?
4. Bagaimana Faktor komponen teori ?
5. Bagaimana Konsep utama dan definisi teori Leininger ?
6. Bagaimana Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan ?
1.3 TUJUAN
2 Menjelaskan tentang Biografi MADELEINE LEININGER
3 Menjelaskan tentang Aplikasi model konsep dan teori keperawatan
4 Menjelaskan tentang Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)
5 Menjelaskan tentang Faktor komponen teori
6 Menjelaskan tentang Konsep utama dan definisi teori Leininger
7 Menjelaskan tentang Hubungan Model Dengan Paradigma
Keperawatan

BAB 2 PENJELASAN

2.1 Biografi MADELEINE LEININGER


Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah
lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang
saudari.

 Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps


perawat dan mengambil program diploma di sekolah perawat St.
Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia menjadi seorang
perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung
bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan
manusia, khususnya di bidang perawatan.
 Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
 Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu
filsafat dan humaniora dariBenedictine College di Atchison, Kansas.
Membuka pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di
Creighton University di Omaha , Nebraska.
 Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
University chatolik of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati
dan memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
 Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan
direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga
menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, di sebut Konsep
Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di
seluruh dunia.
 Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat
gelar Ph.D dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian
dari proses beliau mencaripenyelesaian masalah tidak cukup adekuat
intervensi kejiwaan tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan
latar belakang budaya yang berbeda-beda.
 Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan
antropologi di University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya
perawatan transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan.
 Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan
dosen antropologi di University Of Washington school of Nursing.
 Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan.
 Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di
Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat
beberapa penghargaan, antara lain :
a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam
mengajar.
b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
c. Gershenson’s Research Fellowship Award.
 Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award”
oleh California State University.
 Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau
menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan
universal dan menciptakan istilah “culturally congruent care’sebagai
tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman
budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur
hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea
tentang perawatn transkultural.

Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori


keperawatan mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan
transkultural dan telah mendirikan organisasi organisasi professional
termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974,
asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan
menjabat sebagai presiden secara penuh pertama dariAmerican
Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan menjabat editor
pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun 1989-1995.
Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime
Achievement Award untuk kualitatif metodologi.

Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh


dunia, penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik.
Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku
dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat
sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia
dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang
keahliannya adalah keperawatan transkultural,perawatan manusia
komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan
dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan.
Magnificent Achievement.

2.2 Aplikasi model konsep dan teori keperawatan


1. Konsep awal
a) Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi
konsep teori ini relevan untuk keperawatan.
b) Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area
yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif
studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai
prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola
tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of
knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam
keperawatan.
c) Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran
dan apresiasi terhadap perbedaan kultur.
d) Culture care adalah teori yang holistik karena meletakkan
didalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada
selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai cultural,
konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem
professional.
2. Proses asuhan keperawatan secara teoritis
Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan
transkultural adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu,
keluarga, kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view)
tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di
perbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam
lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut
dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup,
politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.

2.3 Faktor komponen teori


a) Faktor Teknologi (Technological Factors)
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu
untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan
masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan
teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi
individu tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini
b) Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical
Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan
dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas
segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa
mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
c) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social
Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
d) Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and
Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia
mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji
berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi
dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri,
kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit,
sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari.
e) Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
f) Faktor ekonomi (Economical Faktor)
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber
ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain
asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan.
g) Faktor pendidikan (Educational Factor).
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu
dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
h) Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi
tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara
aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.

2.4 Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)


Peran perawat pada transkultural nursing teori ini adalah
menjembatani antara system perawatan yang dilakukan masyarakat
awam dengan system perawatan professional melalui asuhan
keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan oleh Leininger
seperti dibawah ini:
1) Sisem generik atau transkultural
2) Asuhan keperawatan
3) Sistem profesional
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan
rencana kelompok, keluarga, komunitas, lembaga) dengan
mempertimbangkan generic carring dan professional carring.
4. Tindakan keperawatan (Implementasi)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap
memperhatikan 3 prinsip askep, yaitu :
a. Culture care preservation/ maintenance
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena
budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan
gaya hidup yang di inginkan.
b. Culture care accommodation/ negotiation
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang
ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.
c. Culture care repatterning/ restructuring
Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih
baik.
Evaluasi.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan
transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture
congruent nursing carry health and well being yaitu asuhan
keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan
kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna
mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.
Dalam melaksanakan praktikkeperawatan yang bersifat
humanis,perawat perlu memahami landasan teori dan praktik
keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya yang telah menjadi
kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan
transkultural, melalui tiga strategi intervensi yaitumempertahankan,
bernegosiasi dan merestrukturisasi budaya.
2.1 Konsep utama dan definisi teori Leininger

1) “Care” mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit


yang berhubungan dengan pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada orang
lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki
kondisi maupun cara hidup manusia.

2) ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang


ditujukan secara langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan individu lain dan kelompok didalam memenuhi
kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
dalam menghadapi kematian.

3) “Culture” Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran,


pembagian dan transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya
hidup dalam suatu kelompok tertentu yang memberikan arahan kepada
cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam
pola hidup.

4) “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada


pembelajaran subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola
hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan
ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan
mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi
penyakit, rintangan dan juga kematian.
5) “Cultural Care Diversity”(keragaman perawatan kultural)
mengacu kepada variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai,
gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara
suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan,
dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu
perawatan.

6) “Cultural care universality”(Kesatuan perawatan kultural)


mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan
ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya
hidup atau symbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak
kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas
atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong
orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara
yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.

7) Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik


dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan
fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu
cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau
untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.

8) “World View” (Pandangan dunia)mengacu kepada cara pandang


manusia dalam memelihara dunia atau alam semesta untuk
menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup
mereka atau lingkungan di sekitarnya.
9) “Culture and Social Struktere Demensions” (Dimensi struktur
sosial dan budaya) mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran
hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk
kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi,
pendidikan, teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta
bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.

10) Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi,


atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku
manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik,
ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

11) “Enviromental Contect, Languange & Etnohistory”mengacu


kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-
kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu
institusi yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang
menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup
manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu
yang panjang maupun pendek.

12) “Generic Care System” Sistem perawatan pada masyarakat


tradisional mengacu kepada pembelajaran kultural dan transmisi dalam
masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan tradisonal yang diwariskan untuk memberikan bantuan,
dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok
maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk
memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun
untuk menghadapi rintangan dan situasi kematian.
13) “Profesional Sistem” perawatan profesional mengacu kepada
pemikiran formal, pembelajaran, transmisi perawatan profesional,
kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam
pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi
profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.

14) Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang


didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek serta
merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan
pola hidup

15) “Culture Care Preservation/maintenance”Mempertahankan


perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan,
fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang
memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu
kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga
mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit
atau menghadapi rintangan mapun kematian.

16) “Culture Care Acomodation/negotiation” tehnik negosiasi atau


akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan,
dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas
profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai
dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan
fihak lain untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan
memuaskan melalui petugas perawatan yang professional

17) Culture Care Repattering/restructuringRestrukturisasi perawatan


transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau
keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk
mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan
memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan
menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan
budayanya.

18) Culturally Congruent Care for Health, Well-being or


DyingPerawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan
kognitif untuk membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat
suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi
individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup
yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan
kesehatan.

2.6 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan

1. Manusia

Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup,


dan nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur,
individu memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan,
sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budaya
tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan
meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh
karena itu, jika seseorang memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal
tersebut merupakan atribut sosial atau secara lebih spesifik merupakan
atribut budaya atau etnik dari individu.

2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau
kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur
lingkungan sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut
pendapatnya, sistem layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan
spesifik yang terdiri dari dua sub sistem :

a) Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang


menjadi bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk
layanan medis, layanan keperawatan, dan fisioterapi.

b) Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual


yang terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual
dan kebiasaan etnik, pengobatan alternative.

3. Sehat dan sakit

Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep


yang di tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan
sakit berbeda-beda antar-budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang
budaya di perlukan agar mampu memahami makna yang diberikan oleh
kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan sakit.

4. Keperawatan

Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai


keperawatan transkultural atau keperawatan etnik, Leininger
menekankan aspek-aspek sebagai berikut :

a) Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik

b) Keperawatan berpusat pada individu


c) Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan
kesejahteraan, dan memberikan bantuan terhadap proses pemulihan
dari suatu penyakit, sambil mempertimbangkan perbedaan budaya.

Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan


cara :

a) Preservasi Asuhan Kultural

Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan melibatkan


penghargaan yang penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien
serta kerabatnya.

b) Adaptasi Asuhan Kultural

Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan


kultural melibatkan negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam
rangka menyesuaikan pandangan dan ritual tertentu yang berkaitan
dengan sehat, sakit, dan asuhan.

c) Rekonstruksi Asuhan Kultural

Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan


kerabatnya dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku
mereka yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan dengan cara
yang bermakna bagi mereka.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan


dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti
tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai
kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan
faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks
lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini
nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat :
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan
praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek
struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan


antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan
(yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan)
merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan
merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu
didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leineinger
bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang
budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/www.allenlintang.com/5500966381331
10c51fa6fac/leininger-s-theory

http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/trancultural-nursing.html?m=1

http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/trancultural-nursing.html?m=1

http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/trancultural-nursing.html?m=1

https://www.academia.edu/29068477/TEORI_MEDELEINE_M.LEININGE
R.docx?auto=download

Anda mungkin juga menyukai