Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Ade Saputra
2. Didi Romansyah
3. Heru Supriyanto
4. Mulyani Puspa Sari
5. Suci Nuraini
6. Veny Seja
A. Latar Belakang
Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat penting. Terutama
pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan
fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual baik klien maupun keluarga. Ketika
menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan, dan perkembangan
manusia,komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan
ketrampilan keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan
masalah dan juga sebagai pembuat keputusan.
Yang melatar belakangi pembuatan paper ini yaitu sebagai tenaga perawat,
kita harus mengetahui model-model keperawatan atau tokoh-tokoh dalam
keperawatan yang dimana setiap pendapat dari para tokoh atau model bebeda-beda
yang dapat kita pergunakan dalam member asuhan kpada pasien.
C. Riwayat Pendidikan
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia,
penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor dari
sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel
yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga
sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia
dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya
adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan
budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan
dunia keperawatan. Magnificent Achievement.
Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak
Cincinnati Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu
memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang
berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan
masalah ini.
1. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu
memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
3. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari norma-
norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar
menerima batasan-batasan.
4. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup
kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur
tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai
dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan
lain sebagainya.
5. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk
pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-
tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan
primer.
Kontribusi Leininger merupakan hal yang signifikan. Karena:
a. Topik yang dibahas yaitu tentang pengaruh budaya dan kebutuhan untuk
memenuhi hal tersebut dalam rangka memberikan asuhan. Topik ini semakin
bermakna dalam masyarakat multi-kultural yang modern, perawat perlu
mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi pasien, atau klien dari berbagai
kelompok etnik yang berbeda. Oleh karena itu Leininger menyebutnya dengan
asuhan budaya atau etnonursing.
b. Leininger mengambil peran sentral dari asuhan di dalam keperawatan. Ia masuk
kedalam kelompok keperawatan termasuk banner dan Watson yang menekankan
pentingnya asuhan sebagai tujuan kemanusiaan dari keperawatan.
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan
nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini
dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan
kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan
budayanya dan meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh
karena itu, jika seseorang memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut
merupakan atribut sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau
etnik dari individu.
2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau kelompok atau
masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan sosial mayoritas,
ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga
merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub sistem :
a. Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi bagian dari
sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis, layanan keperawatan,
dan fisioterapi.
b. Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang terlibat
dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan etnik,
pengobatan alternative.
3. Sehat dan sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di
tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda antar-
budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu
memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan
sakit.
4. Keperawatan
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar
dari keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai perilaku yang mendukung.
Menurut Leininger, bantuan tersebut baru benar – benar efektif jika latarbelakang budaya
pasien dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan
budaya.
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain,menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk,
serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah
fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok
lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan.
Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan
keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”
Jadi “care” menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat
dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri,
sehingga harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar ”care”
menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek
keperawatan.
7. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan
manusia.
8. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan
dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
9. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan
pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu.
Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia,
struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan,
kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu,
karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang
berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan