Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN

TEORI MEDELEINE M. LEININGER

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Ade Saputra
2. Didi Romansyah
3. Heru Supriyanto
4. Mulyani Puspa Sari
5. Suci Nuraini
6. Veny Seja

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


PROGRAM STUDY S1 ILMU KEPERAWATAN KONVERSI
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat penting. Terutama
pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan
fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual baik klien maupun keluarga. Ketika
menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan, dan perkembangan
manusia,komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan
ketrampilan keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan
masalah dan juga sebagai pembuat keputusan.

Yang melatar belakangi pembuatan paper ini yaitu sebagai tenaga perawat,
kita harus mengetahui model-model keperawatan atau tokoh-tokoh dalam
keperawatan yang dimana setiap pendapat dari para tokoh atau model bebeda-beda
yang dapat kita pergunakan dalam member asuhan kpada pasien.

B. Biografi Medeleine M. Leininger

Madeleine Leininger lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah


lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari perempuan.
Pada tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kader di korps perawat dan
mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver.

C. Riwayat Pendidikan

Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang


pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Madeleine Leininger merupakan seorang perawat
professional pertama yang menyandang gelar Ph.D dibidang cultural dan social
antrophology.
Adapun riwayat pendidikan dan karirnya adalah sebagai berikut :

1. Pada Tahun 1948, dia menyelesaikan sekolahnya di diploma keperawatan St


‘Anthony Denver.
2. Pada tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan
humaniora dari Benedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan
keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha,
Nebraska.
3. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University
chatolic of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai
program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
4. Tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan
psikiatrik, yang di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa
dan digunakan di seluruh dunia.
5. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama yang mendapat gelar Ph.D
dalam antropologi, di Washington University. Sebagai bagian dari proses beliau
dalam mencari penyelesaian masalah yang tidak cukup adekuat terhadap
intervensi kejiwaan tradisional yang menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar
belakang budaya yang berbeda-beda.
6. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di
University of Colorado, dan untuk pertama kalinya perawatan transkultural di
perkenalkan di dunia keperawatan.
7. Tahun 1969-1974, sebagai dekan, professor keperawatan dan dosen antropologi di
University Of Washington school of Nursing.
8. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan
membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
9. Tahun 1981, sebagai professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne
State University.
10. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California
State University.
11. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya
tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah
“culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam
buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup
bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatan
transkultural.

Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :

a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.


b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
c. Gershenson’s Research Fellowship Award.

Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan


mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan
organisasi organisasi professional termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada
tahun 1974, asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat
sebagai presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of
Nursing. Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural
Nursing pada tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah
Lifetime Achievement Award untuk kualitatif metodologi.

Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia,
penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor dari
sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel
yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga
sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia
dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya
adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan
budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan
dunia keperawatan. Magnificent Achievement.

D. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Lahirnya Konsep Teori Medeleine Leininger

Hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger


antara lain di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia
ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang
perawatan. Hal inilah yang mendorong beliau untuk menjadi seorang perawat.

Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak
Cincinnati Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu
memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang
berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan
masalah ini.

E. Teori Model Keperawatan Menurut Medeleine Leininger


Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang
pemberian traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan di berbagai buku
dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia
(Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun 1998. Setelah
menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik, Leninger melanjutkan
studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli antropologi ia melakukan
banyak praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama dengan sejumlah
rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan dan
perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.

Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian


asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan persamaan
(universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal ini mengarah
pada di kembangkannya teori-teori universalitas dan diversitas dalam asuhan kultural.

Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni humanistik yang


dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu
dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada peningkatan,dan
pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikasi fisik,
psiko kultural dan social atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat
professional atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa”
(Leininger,1984, hal 4-5)
Beberapa inti dari model teorinya adalah :

1. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu
memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
3. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari norma-
norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar
menerima batasan-batasan.
4. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup
kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur
tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai
dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan
lain sebagainya.
5. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk
pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-
tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan
primer.
Kontribusi Leininger merupakan hal yang signifikan. Karena:

a. Topik yang dibahas yaitu tentang pengaruh budaya dan kebutuhan untuk
memenuhi hal tersebut dalam rangka memberikan asuhan. Topik ini semakin
bermakna dalam masyarakat multi-kultural yang modern, perawat perlu
mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi pasien, atau klien dari berbagai
kelompok etnik yang berbeda. Oleh karena itu Leininger menyebutnya dengan
asuhan budaya atau etnonursing.
b. Leininger mengambil peran sentral dari asuhan di dalam keperawatan. Ia masuk
kedalam kelompok keperawatan termasuk banner dan Watson yang menekankan
pentingnya asuhan sebagai tujuan kemanusiaan dari keperawatan.

A. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan


1. Manusia

Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan
nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini
dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan
kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan
budayanya dan meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh
karena itu, jika seseorang memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut
merupakan atribut sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau
etnik dari individu.

2. Lingkungan

Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau kelompok atau
masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan sosial mayoritas,
ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga
merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub sistem :

a. Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi bagian dari
sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis, layanan keperawatan,
dan fisioterapi.
b. Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang terlibat
dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan etnik,
pengobatan alternative.
3. Sehat dan sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di
tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda antar-
budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu
memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan
sakit.
4. Keperawatan

Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai keperawatan t


ranskultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan aspek-aspek sebagai
berikut :

a. Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik


b. Keperawatan berpusat pada individu
c. Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan, dan
memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit, sambil
mempertimbangkan perbedaan budaya.

Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :

1. Preservasi Asuhan Kultural


Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan melibatkan penghargaan yang
penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.
2. Adaptasi Asuhan Kultural
Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan kultural melibatkan
negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan
ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan.
3. Rekonstruksi Asuhan Kultural
Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan kerabatnya dalam
rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan sehat,
sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi mereka.
Dalam model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara
berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat dari Leininger
sebagai bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.

Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar
dari keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai perilaku yang mendukung.
Menurut Leininger, bantuan tersebut baru benar – benar efektif jika latarbelakang budaya
pasien dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan
budaya.

G. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring

Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain,menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk,
serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah
fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok
lain.

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan.

Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan


pendekatan dalam mempelajari ”care” karena metode ini secara langsung menyentuh
bagaimana cara pandang, kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan secara benar. Pada
tahun 1960-an, Leininger mengembangkan metode ethnonursing untuk mempelajari
fenomena keperawatan secara spesifik dan sistematik.

Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi pelayanan keperawatan,


nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang dikenal sebagai
designated cultured ( atau cultural representatives) melalui bahasa lokal, pengalaman-
pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan sistem value tentang fenomena keperawatan yang
aktual dan potensial seperti kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.
Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata ”care” dan ”caring” untuk
menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad, definisi dan
penggunaannya seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk klise tanpa ada pengertian
yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat itu sendiri. „walau demikian, konsep
caring adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan dipelajari dari pada bidang
ilmu pengetahuan dan area penelitian lainnya. Melalui definisi bahwa teori keperawatan
transkultural dan ethnomethodes yang berfokus pada “emic” (insiders‟ views) seseorang
dapat semakin dekat pada pengertian ”care” itu sendiri, karena ethnomethodes bersumber
pada people-centered data dan tidak berasal dari opini peneliti tersebut (outsiders‟ views),
kepercayaan dan prakteknya. Tujuan penting dari teori ini adalah bagaimana teori ini dapat
mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan menjelaskan secara sistematis data
dilapangan tentang fakta universal dan perbedaan yang ada terkait dengan pelayanan
professional, pelayanan secara umum dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum teori
keperwatan transkultural adalah untuk menentukan people‟s emic terhadap ”care” sesuai
dengan keyakinan dan praktek pelayanan dan mempelajari sumber pengetahuan ini
menggunakan persfektif etika keperawatan. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa
”care” adalah cocok dan masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.

Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan
keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”

Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :

1. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan


manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
2. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi pelayanan
dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan secara kultural.
3. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok sepanjang
waktu.
4. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara sistematis
dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek epistemology dan ontology
yang berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.
Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive yang sering
muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam
menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah
penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi,
perhatian utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai
kosep ”care”, orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan individu, keluarga dan
kelompoknya.

Jadi “care” menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat
dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri,
sehingga harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar ”care”
menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek
keperawatan.

H. Perkembangan Teori Leininger


Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya
beberapa hal yang didefinisikan :
1. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau
perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok dengan
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu
lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
3. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi
nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang
dapat menjadi tuntunan dalam berpikir, mengambil keputusan, bertindak dan
berbahasa.
4. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, meingkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
5. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang
hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode
waktu tertentu.
6. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai
atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian.

7. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan
manusia.
8. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan
dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
9. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan
pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu.

Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia,
struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan,
kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu,
karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang
berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan


dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi,
kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-
faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini
berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing
sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat :
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang
merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara


berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat
Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan
membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leineinger bantuan
semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan
dengan budaya.

Anda mungkin juga menyukai