Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOSOSIAL BUDAYA

TEORI CULTURE CARE MEDELEINE LEININGER

Oleh:

1. Baiq Lastri Zuhria Astuti


2. Eka Rosita Warni
3. Moh. Hafis Alwi
4. Lilik Fitrianingsih
5. Baiq Sri Ilwantari
6. Izzuddin Bukhari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hasirat Allah SWT., karena berkat limpahan rahmat serta hidayahNya,
kami diberikan kekuatan untuk dapat menyusun makalah ini dengan judul  teori culture care
leininger hingga selesai. Makalah yg kami buat ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
para pembaca, dan menambahkan wawasan tentang sejarah teori-teori yang ada dalam
keperawatan melalui makalah yang kami buat, yang tentunya bisa membantu para pembaca
untuk tahu lebih lanjut mengenai teori culture care Leininger.

Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, kami menyadari juga bahwa
makalah ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Karena itu, kami berharap
agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan
keterbukaan, kami menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata,
kami berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

Sakra,11 oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
1.4 Manfaat penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Teori...................................................................................... 3
2.2 Definisi Teori Trans Culture dan culture care................................................. 4
2.3 Asumsi Dasar Teori Culture............................................................................ 5
2.4 Konsep Teori Keperawatan Transcultural…………………………………… 6
2.5 Konsep Dalam Teori Transcultural Nursing………………………………… 9
2.6 Paradigma Keperawatan……………………………………………………... 11
BAB III ANALISA TEORI
3.1 Kelebihan………………………………………………………………………13
3.2 Kekurangan……………………………………………………………………. 13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan
adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Keperawatan
merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi
kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan.

Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam prakti,penelitian dan proses belajar-


mengajardalam bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan,disaji dan dikembangkan
untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan
baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga
perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans Cultural”.

1.2.   Rumusan Masalah

1.      Apa definisi teori culture care ?

2.      Bagaimana asumsi dasar teori culture care ?

3.      Bagaimana konsep teori culture care ?

4.      Bagaimana paradigma teori culture care ?

1
1.3.   Tujuan

1.3.1.      Tujuan umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi secara runtut


dan lengkap tentang teori culture care.

1.3.2.      Tujuan khusus

1.      Untuk mengetahui apa definisi teori culture care.

2.      Untuk mengetahui bagaimana asumsi dasar teori culture care.

3.      Untuk mengetahui bagaimana konsep teori culture care.

4.      Untuk mengetahui bagaimana paradigma teori culture care.

1.4.   Manfaat

1.4.1.      Dapat mengetahui definisi teori culture care.

1.4.2.      Dapat mengetahui asumsi dasar terori culture care.

1.4.3.      Dapat mengetahui konsep teori culture care

1.4.4.      Dapat mengetahui paradigma teori culture care.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.   Latar Belakang Teori

Madeleine Leininger (13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska, Amerika Serikat ) adalah
perintis teori keperawatan, pertama kali diterbitkan pada tahun 1961. kontribusinya untuk
teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia mengembangkan
konsep keperawatan transcultural. membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan
ke dalam diskusi tentang bagaimana terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan. Dr Madeleine Leininger memegang gelar akademis berikut dan judul:

1.      PhD – Doctor of Philosophy (cultural and social Anthropology) PhD – Doctor of


Philosophy (Antropologi budaya dan sosial).

2.      LHD – Doctor of Human Sciences LHD – Dokter Ilmu Pengetahuan Manusia.

3.      DS – Doctor of Science DS – Dokter Sains.

4.      RN – Registered Nurse RN – Perawat Terdaftar.

5.      CTN – Certified Transcultural Nurse CTN – Perawat Transcultural Bersertifikat.

6.      FRCNA – Fellow of the Royal College of Nursing in Australia FRCNA – Fellow dari
Royal College of Nursing di Australia.

7.      FAAN – Fellow American Academy of Nursing FAAN – Fellow American Academy of


Nursing.

Leininger Madeline adalah seorang antropolog perawat perintis. Menjabat dekan dari


University of Washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969, dia tetap dalam posisi itu
sampai 1974. janji nya mengikuti perjalanan ke New Guinea pada tahun 1960 yang membuka
matanya untuk kebutuhan perawat untuk memahami ‘pasien dan latar belakang budaya
mereka dalam rangka untuk menyediakan perawatan. Dia dianggap oleh beberapa orang
sebagai “Margaret Mead keperawatan” dan diakui di seluruh dunia sebagai pendiri
keperawatan transkultural, sebuah program yang dia menciptakan di Sekolah pada tahun
1974.

3
Dia telah menulis atau menyunting 27 buku dan mendirikan Journal of Transcultural
Perawatan untuk mendukung penelitian Transcultural Keperawatan Society, yang ia mulai
tahun 1974.

Teman halaman web Leininger Dr sekarang diletakkan di forum diskusi. Dr Leininger


telah menyediakan download dan jawaban atas berbagai pertanyaan umum. Dewan pengguna
didorong untuk mengirim pertanyaan untuk forum diskusi tentang keperawatan transkultural,
teori, dan risetnya.  Dr Leininger senang membantu mahasiswa dan dia menanggapi
pertanyaan sebagai izin waktunya. Dewan pengguna juga didorong untuk merespon satu sama
lain.

Dr Leininger telah menyediakan bahan berikut yang dapat didownload pada forum
diskusi: Enabler Sunrise (Sunrise Model), Paket Informasi tentang Dr Leininger, Informasi
tentang Leininger’s 2005 Dr Awards Terobosan dan Beasiswa, Surat Terbuka untuk Perawat
dengan Informasi Kontak. Madeleine Leininger adalah pendiri gerakan Transcultural
Keperawatan di seluruh dunia. Dia tetap sebagai salah satu penulis paling produktif
keperawatan dan otoritas terkemuka di seluruh dunia dalam bidang perawatan
budaya. Pendidikan Madeliene M. Leininge :

1.      Tahun 1948 lulus dari St. Anthony·s School of Nursing, Denver, CO.

2.      Tahun 1950 mendapat BSN dari Benedictine College, Atchison, KS.M.

3.      Tahun 1953 memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic University, Washington, DC.

4.      Tahun 1965 mendapat gelar PhD dalam Antropology dari University of Washington,


Seattle.

2.2.   Definisi Teori Trans Culture dan culture care

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan,sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Care adalah suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan
pemberian bantuan, dukungan ,atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun prilaku

4
kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi
maupun cara hidup manusia.

Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji,


mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan
kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asumsi mendasar dari
teori adalah perilaku Caring. Caring adalah Tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara
langsung dalam pemberian bantuan,dukungan,dan memungkinkan individulain dan
kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia
atau dalam menghadapi kematian.

Tindakan Caring di katakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan


dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala
manusia itu meninggal.

Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena
yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.

2.3.   Asumsi Dasar Teori Culture

Asumsi mendasar dari teori Transcultural Nursing adalah perilaku Caring. Caring


adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan.

Asumsi mayor untuk mendukung teori cultural care: diversity and universality yang
dikemukakan oleh Leininger.

a.   Perawatan (caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk
memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan ketahanan, serta kemampuan
untuk menghadapi rintangan maupun kematian.

b.   Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan
holisatic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterpretasikan dan memprediksikan
fenomena asuhan keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan
keputusan dan tindakan perawatan.

5
c.   Keperawatan transcultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi yang
memiliki tujuan utama untuk melayani individu, dan kelompok.

d.   Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk mengobati dan
menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa perawatan,
sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.

e.   Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari bentuk
perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang ada.

f.   Setiap kebudayaan manusia meiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional serta
praktik professional yang bersifat budaya dan individual.

g.   Praktik perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung tertanam
dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial, politik,
pendidikan, ekonomi, tehnologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.

h.   Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi


kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan kelompok, komunitas di dalam
lingkungan.

i.    Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola,


ekspresi, dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.

j.    Perbedaan dan persamaan perawatan culture tetap berada diantara masyarakat


tradisional dan profesional pada setiap kebudayaan manusia.

k.   Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stres kultural merefleksikan kurangnya


untuk memberikan perawatan, rasa aman, tanggung jawab yang koggruen dengan
kebudayaan.

l.   Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan interpretasi dan temuan yang


penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan kompleks yang
berbeda.

2.4.   Konsep Teori Keperawatan Transcultural

Keperawatan transcultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan yang


berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya yang berbeda di
dunia yang menghargai perilaku caring. Layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang

6
sehati sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowledge  yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan
transkultural ini menenkankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien.

Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture
imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan
perasaan tidak nyaman, gelisah, dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan,
dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan dan kebiasaan atau perilaku yang diilikinya kepada individu, keluarga atau
kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada
budaya kelopok lain.

Leininger menggambarkan teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga


disebut juga sebagai sunrise model. Model matahari terbit ini melembagakan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan
keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat
terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view)
tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia
(secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.

Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut leininger dipengaruhi oleh tujuh faktor,
faktor tersebut antara lain:

1.      Faktor tekhnologi

2.      Faktor gama dan falsafah hidup

3.      Faktor sosial dan kekerabatan

4.      Nilai budaya dan gaya hidup

5.      Faktor politik dan hukum

6.      Faktor ekonomi

7.      Faktor pendidikan.

7
Faktor-faktor tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pngalaman
yang memberi arti bagi perilaku manusia, interpretasi dan interaksi sosial dalam tatanan fisik,
ekologi, sosial-politik, dan /strutur kebudayaan termasuk di dalamnya adalah etnohistori atau
riwayat kebudayaan yang mengacu pada keseluruhan fakta pada masa lampau, kajadaian, dan
pengalaman individu, kelompok, kebudayaan, serta suatu institusi yang difokuskan pada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan, dan menginterpretasikan cara hidup
manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka panang maupun pendek.

Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik keperawatan semau
langkah-langkah perawatan tersebut ditunjukkan untuk pemeliharaan kesehatan holistik,
penyembuhan penyakit dan persiapan menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor
tersebut harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien
sebab masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola dan praktik
keperawatan (care expression, patterns, and practices). Dengan demikian, ketujuh faktor
tersebut besar kontribusinya, terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan
manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi, di
berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan ketujuh faktor
tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu tahap pengkajian.

Peran perawat pada transcultural nursing ini adalah menjembatani antara sistem


perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional melalui
asuhan keperawatan.

Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.

1. Culture care preservation/maintenance, yaitu merupakan prinsip membantu,


memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2. Culture care accomodation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan budaya fenomena ada, yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.

8
3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksikan atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien ke arah yang lebih baik.

Hasil akhir yang diperoleh melalui keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan
adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan
keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif,
kreatif, serta cara-cara bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.

2.5.   Konsep Dalam Teori Transcultural Nursing

Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan yang selaras


dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai. Pada tahun
1960-an diamenciptakan budaya kongruen perawatan jangka panjang, yang merupakan tujuan
utama transkultural keperawatan praktek. Budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila
tindakan terjadi dalam hubungan perawat-klien (Leininger, 1981).

Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi dan
prinsip-prinsip  istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah ini adalah ringkasan
dasar prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger :

1. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi
dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi perhatian atau untuk
menghadapi kematian.
2. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
3. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang
membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
4. Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk
menangani penyakit atau kematian.
5. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas
tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang berbeda.
6. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa yang
jelas di antara banyak budaya. Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan
disiplin terfokus dengan perawatan fenomena.

9
7. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau alam
semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
8. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan
agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns,
penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence tanggapan
budaya manusia dalam konteks budaya.
9. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya dan
dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
10. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan
pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk menyimpan
dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan
atau kondisi.
11. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi
dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya
untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal untuk klien  dari
budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat
12. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil oleh
budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau
sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap
menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.

Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk membimbing penilaian asuhan
keperawatan, keputusan, atau tindakan untuk memberikan perawatan yang tepat, bermanfaat,
dan bermakna yaitu :

a.       Pelestarian dan / atau pemeliharaan.

b.      Akomodasi dan / atau negosias.

c.       Re-pola dan / atau restrukturisasi.

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi oleh
elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal, factor-faktor
ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks
lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur

10
sosial. Pada setiap kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam
masyarakat dan praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur
sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam model Sunrisenya Leininger menampilkan
visualisasi hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan.

Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari
asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan
jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai prilaku yang
mendukung. Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika latar
belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan
selalu dikaitkan dengan budaya. Beberapa inti dari model teorinya :

1. Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang memiliki


kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
3. Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan
tujuan untuk membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya.
4. Diversitas asuhan cultural, Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi
dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
5. Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik universal,
dalam hal memberikan bantuan dan dukungan

2.6.   Paradigma Keperawatan

Paradigma Transcultural Nursing Leininger (1985) mengartikan paradigma


keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and
Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan.Menurut Leininger (1984) manusiamemiliki kecenderungan untuk

11
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik.

Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti


daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang
tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas.

Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan


yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

12
BAB 3

ANALISA TEORI

3.1.   Kelebihan

1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dengan latar belakang budaya yang
berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3.  Penggunaan teori ini dapat membatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4.  Penggunaan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5.  Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan.

3.2.   Kekurangan

1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sangat luas sehingga
tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

Akhirnya, menurut Leininger, tujuan studi praktek pelayanan kesehatan transkultural


adalah meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktek kesehatan dalam berbagai budaya (kultur)
baik dimasa lalu maupun zaman sekarang, akan terkumpul persamaan-persamaan, sehingga
kombinasi pengetahuan tentang pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dari
berbagai kultur.

BAB 4

13
PENUTUP

4.1.   Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh
elemen-elemen antara lain: struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi,
sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan
faktor-faktor pendidikan.

Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis,
masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang
merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara


berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger
sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan.

Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut


Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya
pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan
dengan budaya.

4.2.   Saran

Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas merupakan
kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk memperoleh data dan
informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.

Jadi yang kamiharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa terima kasih
dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat
kepada pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nurul Qomariah, Makalah Culture Care Leininger. Bangkalan.2017

http://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger.  Diakses pada tanggal 20/10/2017.

https://melisaoktalieta.wordpress.com/2012/11/13/5/. Diakses pada tanggal 20/10/2017.

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf. Diakses
pada tanggal 20/10/2017.

http://alamsyahcare.blogspot.co.id/2011/08/skema-sunrise-leininger.html. Diakses pada
tanggal 20/10/2017.

15

Anda mungkin juga menyukai