Anda di halaman 1dari 20

TEORI MODEL KONSEPTUAL MADELEINE

LEININGER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Alif Nurul Rosidah, S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun Oleh ( kelompok 3):

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan/Memenuhi Tugas kelompok
Keperawatan Gerontik ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Teori Model
Konseptual Madeleine Leininger”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas kelompok ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa dan tugas kelompok ini jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan dari pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga tugas kelompok ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan di
jurusan keperawatan, Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita dalam
mengerjakan tugas kelompok ini. Aamiin.

Tangerang, 17 Januari 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori keperawatan adalah sebagai usaha menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena
dalam keperawatan (dikutip dari Taylor c, dkk/1989). Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya.

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli
keperawatan,dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang,
menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi
agar perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dan tahu apa yang harus
dilakukan.

Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-
mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan, disaji dan
dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar
belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori
keperawatan yang ada, sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-
teori tersebut.

Madeleline Leininger (13 Juli 1925 di Sutton , Nebraska, Amerika Serikat ) adalah
perintis teori keperawatan , pertama kali diterbitkan pada tahun 1961 kontribusi nya
untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia
mengembangkan konsep keperawatan transkultural , membawa peran faktor budaya
dalam praktek keperawatan kedalam diskusi tentang bagaimana terbaik hadir untuk
mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.

Dalam makalah ini penulis akan membahas teori keperawatan yang dikembangkan oleh
Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “Trans Cultural”.

3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik
2. Memberikan informasi kepada pembaca
3. Memmbahas mengenai Teori Model Konseptual Medeleine Leiniger

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dari 3 bab, dimana bab 1 tersebut pendahuluan yang terdiri atas 4
sub, yaitu latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan .
Dilanjutkan dengan bab 2, yaitu isi atau pembahasan. Kemudian bab terakhir atau bab 3
yaitu bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

D. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan dengan cara membaca
dari berbagai sumber, seperti buku, ebook, jurnal, karya ilmiah, internet, dan sumber
lainnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Madeleine Leninger


Madeleine Leninger lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian
hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.

Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil program
diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia menjadi seorang
perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat
suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan.
Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.

Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora
dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan keperawatan dan program
pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha , Nebraska.

Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolik of
America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa
pertama di Amerika.

Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca sarjana di
Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, di sebut Konsep
Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.

Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D dalam antropologi, di
Washington University. sebagai bagian dari proses beliau mencari penyelesaian masalah tidak
cukup adekuat intervensi kejiwaan tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar
belakang budaya yang berbeda-beda.

Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of Colorado,
di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan.

5
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di University Of
Washington school of Nursing.

Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan membuka program
pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.

Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State University. Saat
berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :

1. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.

2. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.

3. Gershenson’s Research Fellowship Award.

Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California State University.

Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya tentang
perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah “culturally congruent
care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya
perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian di
lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea
tentang perawatn transkultural.

Sepanjang kariernya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai mengadakan
sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi organisasi professional
termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia
internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh pertama dari American
Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of
Transkultural Nursing pada tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah
anugerah Lifetime Achievement Award untuk kualitatif metodologi.

6
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis, pengembang
teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis
25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne
State University digunakan juga sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum
di seluruh dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya
adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya, budaya
di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia
keperawatan. Magnificent Achievement

2. Konsep Teori Medeleine Leininger

Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan yang selaras dengan
individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai. Pada tahun 1960-an dia
menciptakan budaya kongruen perawatan jangka panjang, yang merupakan tujuan utama
transkultural keperawatan praktek. Budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan
terjadi dalam hubungan perawat-klien (Leininger, 1981). Keperawatan transkultural merupakan
suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang
budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan
keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik
keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori
keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami
budaya klien. Leininger juga menyatakan bahwa care adalah inti sari keperawatan dan merupakan
yang dominan, berbeda, dan mempersatukan.

Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi dan prinsip-
prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah ini adalah ringkasan dasar prinsip
yang penting untuk memahami teori Leininger :

1. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi dalam
upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi perhatian atau untuk menghadapi
kematian.

7
2. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
3. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan, norma, dan
kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang membimbing mereka berpikir,
keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
4. Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi seseorang
atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk menangani penyakit atau
kematian.
5. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas tidaknya
perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang berbeda.
6. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa yang
jelas di antara banyak budaya.
7. Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan perawatan
fenomena.
8. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau alam
semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
9. Budaya dan dimensi struktur sosialtermasuk faktor yang berhubungan dengan
agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns,
penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence tanggapan
budaya manusia dalam konteks budaya.
10. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya dan
dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
11. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan pelayanan
keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk menyimpan dan
menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan atau
kondisi.
12. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasimerujuk kepada tindakan keperawatan
kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi dengan atau
bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya untuk mencapai
tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal untuk klien dari budaya yang
ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat

8
13. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil oleh budaya
perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau sebagai klien
untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap menguntungkan hasil sementara
menghormati nilai-nilai budaya klien.

Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk membimbing penilaian asuhan
keperawatan, keputusan, atau tindakan untuk memberikan perawatan yang tepat, bermanfaat,
dan bermakna yaitu :

1. Pelestarian dan / atau pemeliharaan


2. Akomodasi dan / atau negosiasi
3. Re-pola dan / atau restrukturisasi

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi oleh elemen-
elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor filosofi, sistem
sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-
faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan
sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap
kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan
praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur sosial (Leininger
dan MC Farland 2002). Dalam model Sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi
hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan.

Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan)
merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai prilaku yang mendukung.

Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang
budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu
dikaitkan dengan budaya.

Beberapa inti dari model teorinya :

9
1. Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang memiliki
kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
3. Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-norma dan nilai-nilai dan cara
hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk
membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya.
4. Diversitas asuhan cultural, Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan
rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
5. Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal
memberikan bantuan dan dukungan

3. Hubungan Model dan Paradigma Keperawatan Madeleine Leninger

1. Definisi

Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin


dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia
adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social
dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari
program diploma di "St. Anthony's School of Nursing" di Denver.

2. Paradigma Keperawatan
 MANUSIA

Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger,
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
ia berada.

 KESEHATAN

Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural


memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.

 LINGKUNGAN

10
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam
lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

 KEPERAWATAN

Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena memberikan perawatan dukungan, manusia
yang menfasilitasi, bertujuan atau untuk memampukan membantu, individu maupun kelompok
untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada
kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

4. Hubungan Teori Model Madeleine Leninger dengan Konsep Caring

Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain, menghargai
harga diri dan kemanusiaan, berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk, serta memberi perhatian
dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong
klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko- sosio-spiritual. Bersikap caring
untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan.

Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan pendekatan


dalam mempelajari "care" karena metode ini secara langsung menyentuh bagaimana cara pandang,
kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan secara benar. Pada tahun 1960-an, Leininger
mengembangkan metode ethnonursing untuk mempelajari fenomena keperawatan secara spesifik
dan sistematik.

Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi pelayanan keperawatan, nilai-
nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang dikenal sebagai designated cultured
(atau cultural representatives) melalui bahasa lokal, pengalaman-pengalaman, keyakinan-

11
keyakinan, dan sistem value tentang fenomena keperawatan yang aktual dan potensial seperti
kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.

Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata "care" dan "caring" untuk


menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad, definisi dan penggunaannya
seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk klise tanpa ada pengertian yang spesifik bagi klien
atau bahkan bagi perawat itu sendiri.,,walau demikian, konsep caring adalah satu bahasan yang
paling sedikit dimengerti dan dipelajari dari pada bidang ilmu pengetahuan dan area penelitian
lainnya. Melalui definisi bahwa teori keperawatan transkultural dan ethnomethodes yang berfokus
pada "emic" (insiders" views) seseorang dapat semakin dekat pada pengertian "care" itu sendiri,
karena ethnomethodes bersumber pada people-centered data dan tidak berasal dari opini peneliti
tersebut (outsiders" views), kepercayaan dan prakteknya. Tujuan penting dari teori ini adalah
bagaimana teori ini dapat mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan menjelaskan
secara sistematis data dilapangan tentang fakta universal dan perbedaan yang ada terkait dengan
pelayanan professional, pelayanan secara umum dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum
teori keperwatan transkultural adalah untuk menentukan people"s emic terhadap "care" sesuai
dengan keyakinan dan praktek pelayanan dan mempelajari sumber pengetahuan ini menggunakan
persfektif etika keperawatan. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa "care" adalah cocok
dan masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.

Leininger meyakini bahwa "perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan
keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain." Alasan utama untuk mempelajari
caring adalah :

a. Konsep "care" muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan manusia,
dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
b. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi pelayanan dan
penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
secara kultural.
b. "Care" adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses penyembuhan,
perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok sepanjang waktu.

12
c. Profesi keperawatan telah mempelajari "care" secara terbatas tetapi secara sistematis dari
persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek epistemology dan ontology yg
berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.

Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive yang sering
muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam
menerapkan "care" pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah penyakit,
proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi, perhatian
utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai kosep "care",
orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan individu, keluarga dan kelompoknya.

Jadi "care" menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep yang paling
kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan.

Sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga harus benar-benar di
dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar "care" menjadi petunjuk utama bagi terapi
keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek keperawatan.

Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya
beberapa hal yang didefinisikan :

a. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau perilaku lain
yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
b. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu
lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia.
c. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat menjadi
tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
b. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meingkatkan
kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.

13
c. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang hendak
dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu tertentu.
d. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai atau
simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan
atau untuk kematian.
e. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti pemahaman
terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan manusia.
f. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
g. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga Kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka percaya
bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip "care" dan
pemahaman yang dalam mengenai "care" sehingga culture's care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola
hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang
efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat
memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan, sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada "care" dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

5. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism

Holistic artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan secara


menyeluruh holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan adalah manusia yang merupakan
indivcidu yang utuh sehingga dengan asuhan keperawatan terhadap individu harus dilakukan
secara menyeluruh dan holistic.

Pada asuhan holistic maupun menyeluruh individu diperlakukan secara utuh sebagai
individu manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh berfokus memadukan berbagai

14
praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu kesatuan asuhan. Sedangkan asuhan holistic berfokus
pada memadukan sentiment kepedulian (sentiment of care) dan praktek perawatan ke dalam
hubungan personal-profesional antara perawat dan pasien yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan pasien sebagai individu yang utuh.

Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan individu/kelompok
secara keseluruhan termasuk aspek bio- psiko-sosio-spiritual dengan menitikberatkan konsep
terapi pada kondisi kultural klien.

6. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism

Filosofi (Watson 1979, 1989, 1988) mendefinisikan hasil dari aktifitas keperawatan yang
berhubungan dengan aspek humanistic dari kehidupan. Tindakan keperawatan mengacu kepada
pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Intervensi keperawatan diberikan
dengan proses perawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami
prilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual maupun yang potensial,
kebutuhan manusia dan bagaimana cara berespon kepada orang lain dan memahami kekurangan
dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman kepada dirinya sendiri. Selain itu
perawat memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati kepada klien dan keluarganya, asuhan
keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian
pelayanan keperawatan pada klien (Watson, 1987).

Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan pelayanan
kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu sebagai personal lengkap dengan
fungsinya.

7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transcultural dari Leininger

Kelebihan :

 Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada

perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
 Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan

model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).

15
 Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak

terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.


 Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang

kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.


 Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek

keperawatan.

Kelemahan :

 Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri


sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model
lainnya.
 Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah

keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

8. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI LENINGER

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan


klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada yaitu :

a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu
simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah :
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors). Perawat pada tahap ini
harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,

16
jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.

c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai- nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau
buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.

d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors). Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya 29 (Andrew andBoyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

e. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

f. Faktor pendidikan (educational factors) tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak


terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

2. Diagnosa keperawatan

17
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.

2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.

3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses


keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien (GigerandDavidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew andBoyle, 1995) yaitu :

1) Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,

2) Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan

3) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

(a) Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan
dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

18
(b) Cultural care accomodation/negotiation

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan


berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

(c) Cultural care repartening/reconstruction

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat


dipahami oleh klien dan keluarga.

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

4. Evaluasi

asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang


mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat

19
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

20

Anda mungkin juga menyukai