Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANDIRI

“TEORITIS DAN MODEL KONSEPTUAL TRANSCULTURAL NURSING


DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS”

Oleh :
Nurul Aisyiyah Puspitarini 196070300111048

PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri dengan judul
“Teoritis dan Model Konseptual Transcultural Nursing dalam Keperawatan
Komunitas”. Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh teori model yang
beragam. Hal ini membuat adanya beberapa pendapat yang mendukung teori
model tersebut, sehingga dapat dikaitkan dengan keperawatan komunitas.
Dengan diselesaikanya tugas mandiri ini, penulis mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. dr. Wisnu Barlianto., M.Si,Med., Sp.A(K). dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang telah memberikan penulis kesempatan
menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
2. Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes. sebagai Ketua Jurusan Keperawatan yang telah
membimbing penulis menuntut ilmu dan senantiasa memberikan
dukungan di Jurusan Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.
3. Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti., S,Kp., M.Kes. sebagai Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan yang telah mendukung dalam penyelesaian Tugas
Mandiri
4. Dr. Yati Sri Haryati, S.Kp., M.Kes. sebagai dosen pemateri Konsep
Promosi Kesehatan
Penulis menyadari bahwa tugas mandiri ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
membangun.
Akhirnya, semoga tugas mandiri ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, 6 September 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat adalah bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran
penting dalam proses perawatan pasien. Peran perawat sangat kompleks
dalam memenehi kebutuhan klien yang diantaranya terdiri dari aspek
biologis, sosiologis, psikologis dan spiritual. Dalam melakukan perawatan
pada klien perawat dituntut untuk mengikuti perubahan yang ada termasuk
dalam hal budaya. Perawat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan dan kebudayaan yang ada di masyarakat selama memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien. Semakin banyak budaya yang berkembang
maka semakin tinggi pula tuntutan bagi perawat untuk menyesuaikan diri
dengan budaya setempat.
Seorang perawat akan peduli terhadap kebutuhan budaya pasien yang
menerima asuhan keperawatannya jika, perawat tersebut memiliki
kompetensi kultural. Saat ini kompetensi perawat terkait kultural masih
belum menjadi perhatian. Kurangnya kompetensi perawat dalam kultural
menyebabkan banyaknya masalah dalam berinteraksi antara pasien dan
perawat (Novieastari E, Gunawijaya J, Indracahyani, 2018).
Keperawatan komunitas merupakan sebuah disiplin ilmu yang
memahami bahwa setiap individu dan kelompok adalah unik, berbeda satu
dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki nilai-nilai dan keyakinan serta
kebudayaan yang beragam dan berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa setiap
individu perlu untuk dihormati dan dilindungi nilai-nilai dan kebudayaan
sesuai dengan keberagaman dan keunikannya masing-masing. Oleh karena itu
perlunya perawat memberikan intervensi yang sesuai dengan kebiasaan atau
kebudayaan mereka (Novieastari E, Gunawijaya J, Indracahyani, 2018).
Dari pernyataan diatas maka perlu diuraikan bagaimana teoritis dan
model konseptual transcultural nursing dalam keperawatan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana teoritis dan model konseptual transcultural nursing dalam
keperawatan komunitas?”
1.3 Tujuan
Mengetahui teoritis dan model konseptual transcultural nursing dalam
keperawatan komunitas.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Akademik
Menambah pengetahuan untuk mengetahui teoritis dan model
konseptual transcultural nursing dalam keperawatan komunitas.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Intitusi Pendidikan
Menambah pengetahuan untuk mengetahui bagaimana teoritis
dan model konseptual transcultural nursing di dalam keperawatan
komunitas.
b. Bagi Penulis
Diharapkan dapat dijadikan sebagai infomasi untuk
meningkatkan pengetahuan bagi penulis mengenai teoritis dan model
konseptual transcultural nursing dalam keperawatan komunitas.
c. Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Diharapkan dapat menghormati dan menerapkan teoritis dan
model konseptual transcultural nursing dalam keperawatan
komunitas dengan baik dan tepat.
BAB II
ISI

2.1. Sejarah Transcultural Nursing dan Biografi Madeleine Leininger


Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan
pertanian dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari perempuan.
a. Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadep di korps perawat
dan mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony,
Denver. Hal yang juga mendorong dia menjadi seorang perawat di
karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia
ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya
di bidang perawatan.
b. Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
c. Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat
dan humaniora dari Benedictine College di Atchison, Kansas.
Membuka pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di
Creighton University di Omaha, Nebraska.
d. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
Chatolik University of America, di Washington DC pindah ke
Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
e. Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur
program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Leininger bersama C.
Hofling pada tahun 1960 menulis sebuah buku yang diberi judul ”Basic
Psiciatric Nursing Consept” dipublikasikan ke dalam sebelas
bahasa dan digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada
unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger menemukan bahwa
banyak staff yang kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya
yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini
memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Leininger
mengobservasi perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan penanganan
psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi strategi
lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki
perbedaan latar belakang budaya dan kebutuhan. Leininger melihat
bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang
benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan
pada berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-
anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan
hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai
faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.
f. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D
dalam antropologi, di Washington University. Sebagai bagian dari
proses beliau mencari penyelesaian masalah yang tidak cukup adekuat
pada intervensi kejiwaan tradisional dan menjawab kebutuhan anak-
anak dengan latar belakang budaya yang berbeda. Sebagai seorang
mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam
kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat
menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh perawat.
g. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di
University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan
transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan. Formulasi konsep
keperawatan transkultural, praktik dan prinsip teori. Bukunya yang
berjudul “Nursing and anthropology : Two Words to Blend” yang
merupakan buku pertama dalam Transcultural Nursing, menjadi dasar
untuk pengembangan bidang Transcultural Nursing, dan kebudayaan
yang mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya,
”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research, and practise
(1978)” mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktik dalam
Transcultural Nursing, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama
dalam praktik Transcultural Nursing. Dalam tulisannya menunjukkan
bahwa Transcultural Nursing dan antropologi bersifat saling
melengkapi satu sama lain, menkipunberbeda. Teori dan kerangka
konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan
dalam buku ini.
h. Tahun 1969-1974, sebagai dekan, professor keperawatan dan dosen
antropologi di University Of Washington school of Nursing.
i. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan.
j. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne
State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa
penghargaan, antara lain :
1. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam
mengajar.
2. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
3. Gershenson’s Research Fellowship Award.
k. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh
California State University.
l. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau
menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan
universal dan menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai
tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman
budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan hidup
bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang
perawatan transkultural.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang doctor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa
program pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang
keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14 kebudayaan mayor secara
lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan berbagai
kebudayaan. Disamping perawatan transkultural denganasuhan keperawatan
sebagai fokus utama, bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah
administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik,
dilema etik keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif,
masa depan keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan
keperawatan.
Sepanjang kariernya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori
keperawatan mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan
telah mendirikan organisasi professional dengan perawatan transkultural
masyarakat. Pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia internasional pada
tahun 1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh pertama dari
American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan menjabat
editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun 1989-1995.
Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime Achievement
Award untuk kualitatif metodologi.
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh
dunia, penulis, pengembang teori, peneliti dan pembicara publik. Menjadi
professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan
lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne
State University digunakan juga sebagai bahan penelitian. Memberikan lebih
dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah mengembangkan software
sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah keperawatan transkultural,
perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang
keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan
(Prosen, 2015)

2.2 Definisi Transcultural Nursing


Definisi budaya adalah cara hidup masyarakat tertentu, yang meliputi
nilai-nilai kepercayaan, norma, dan pengetahuan yang mengatur perilaku dan
kehidupan seseorang yang diturunkan dari generasi ke generasi. Etnis
berkaitan dengan kelompok orang yang saling mengidentifikasi kelompoknya
berdasarkan warisan sosial dan budaya bersama yang diturunkan ke setiap
generasi secara turun menurun. Ras dapat diartikan sebagai istilah yang lebih
biologis, menggambarkan sekelompok orang yang memiliki karakteristik
warisan yang serupa seperti warna kulit, bentuk wajah, dan golongan darah
tertentu (Townsend, Mary C & Morgan, Karyn I., 2018).
Definisi Keperawatan transkultural adalah teori keperawatan yang
membandingkan perbedaan dan persamaan antara budaya yang berkaitan
dengan nilai-nilai kepedulian dan tatanan kehidupan untuk merencanakan
asuhan keperawatan pada individu dan mempromosikan perawatan yang
berdasarkan budaya. Secara menyeluruh transkultural berkaitan dengan
keanekaragaman dan dinamika budaya dalam kehidupan yang berkaitan juga
terhadap tingkat kepedulian, kepercayaan dan perilaku manusia. Dalam
transkultural seorang perawat hendaknya peduli terhadap keanekaragaman
budaya yang dimiliki oleh pasien. Selama melakukan asuhan keperawatan
perawat sebaiknya menggunakan rasa pedulinya, pengetahuannya untuk
memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan pasien (Prosen, Micro,
2015).

2.2. Tujuan Transcultural Nursing


Tujuan keseluruhan Transcultural Nursing adalah menggunakan dasar
pengetahuan budaya untuk mengembangkan tindakan keperawatan guna
mempromosikan perilaku kesehatan yang positif terhadap pasien sesuai
dengan budaya pasien dan menciptakan perawatan yang peduli budaya
(Prosen, Micro, 2015). Menurut Stuart (2016) Tujuan transkultural dapat
membentuk persepsi, motif, perilaku, identitas, nilai-nilai, cara komunikasi,
dan emosi seseorang sesuai dengan budaya dalam kehidupan sehari-hari

2.3. Konsep transkultural nursing


Leiniger menekankan bahwa rasa caring terhadap sesama secara umum
merupakan warisan budaya. Konsep utama teori transkultural antara lain
(Kozier, 2011):
2.3.1. Culture care
Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan
diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan
kesejahteraan hidup dan kesehatan serta meningkatkan kondisi dan cara
hidupnya.
2.3.2. World view
Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang
kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.
2.3.3. Culture and Social Structure Dimention
Pengaruh dan faktor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang
mencakup religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi,
pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang saling berhubungan dan
berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks lingkungan
yang berbeda.
2.3.4. Generic Care System
Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung,
memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan
kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan kematiannya.
2.3.5. Professional system
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan
yang memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran di instansi
pendidikan formal serta melakukan pelayanan kesehatan secara
profesional.
2.3.6. Culture Care Preservation
Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan profesional
untuk mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai
pada individu atau kelompok sehingga dapat mempertahankan
kesejahteraan.
2.3.7. Culture Care Acomodation
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya
tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan
pengambilan keputusan.
2.3.8. Cultural Care Repattering
Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan
keputusan profesional yang dapat membawa perubahan cara hidup
seseorang.
2.3.9. Culture Congruent/Nursing Care
Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya/keyakinan dan
cara hidup individu/golongan atau institusi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang bermanfaat.
Leininger membuat model Sunrise untuk menjelaskan teorinya
mengenai keragaman asuhan budaya dan kesemestaan. Model ini
menekankan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen struktur
sosial, seperti teknologi, faktor keagamaan dan filosofis, sistem sosial dan
kekerabatan, nilai budaya, faktor legal dan politis, faktor ekonomi, dan faktor
pendidikan. Leininger menyajikan tiga model intervensi agar perawat dapat
membantu masyarakat dari budaya yang berbeda: pemeliharaan dan
pelestarian asuhan budaya; akomodasi, negosiasi asuhan budaya atau
kombinasi keduanya; restrukturisasi dan pemolaan kembali asuhan budaya
(Kozier, 2011).

Gambar 1. Sunrise Model oleh Madeleine Leininger


2.4. Paradigma dan Teori Transcultural Nursing
Ada empat konsep utama dalam paradigm transcultural nursing yaitu
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan (Risnah, 2015). Berikut
penjelasannya:
2.4.1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai dan norma
yang diyakini dapat menentukan keputusan dan melakukan tindakan.
2.4.2. Kesehatan
Kesehatan adalah aktivitas keseluruhan klien dalam menjalani hidup
mereka, yang terletak pada kisaran penyakit-sakit.
2.4.3. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah seluruh fenomena yang memengaruhi
pengembangan, keyakinan, dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai totalitas kehidupan klien dengan budayanya. Ada tiga bentuk
lingkungan, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan
simbolik. Ketiga bentuk lingkungan tersebut berinteraksi dengan
manusia untuk membentuk budaya tertentu.
2.4.4. Perawatan
Perawatan adalah bagian integral dari perawatan kesehatan, yang
memberikan pelayanan dalam bentuk bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat, baik yang sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Negosiasi budaya adalah intervensi dan
implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi dengan
budaya tertentu yang memberi manfaat bagi kesehatannya. Perawat
membantu klien untuk memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan status kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Keperawatan Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa
binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2010).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2010).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinuitas, dan saling
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok, masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2012).

3.2 Teoritis dan Model Konseptual Transcultural Nursing dalam


Keperawatan Komunitas
Teori Transcultural Nursing digunakan untuk mendasari sebuah teori
keperawatan komunitas. Dalam Keperawatan komunitas harus dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada orang dengan latar belakang budaya
yang berbeda. Jika dimasukan ke dalam teori Sunrise Model, keperawatan
komunitas harus memperhatikan faktor dibawah ini :
a. Faktor Teknologi (Technological Factors), teknologi kesehatan adalah
sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan
komunitas. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji persepsi individu tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini,
alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan.
b. Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors),
agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan
motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya diatas segalanya
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji
perawat seperti: agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan, berusaha untuk sembuh tanpa mengenal putus
asa, mempunyai konsep diri yang utuh di dalam komunitas.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors), faktor
sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat berupa nama
lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga,
kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways), nilai
adalah konsep abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap
baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai
budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan,
kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makanan yang harus
dihindari dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
e. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor), peraturan
dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transcultural dalam
komunitas. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan denganjam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
f. Faktor ekonomi (Economical Faktor), klien yang dirawat dapat
memanfaatkan sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya
agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asuransi, biaya kantor, tabungan. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan.
g. Faktor pendidikan (Educational Factor), latar belakang pendidikan
individu adalah pengalaman individu dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka
keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatan.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat
pendidikan, jenis pendidikan,serta kemampuan belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Transcultural Nursing ini memungkinkan perawat menemukan nilai-
nilai kepedulian, proses penyembuhan, kepercayaan dan praktik yang
digunakan oleh individu dari latar belakang yang beragam secara budaya dan
bahasa. Meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan perawatan
kepada klien dengan perbedaan budaya yang beragam. Dapat digunakan
untuk membangun hubungan yang efektif, menilai dan mengembangkan
perawatan, kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan kompetensi
budaya di antara perawat (Russell, R, Brunero, S & Lamont, S, 2014).
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tanscultural nursing adalah teori keperawatan yang membandingkan
perbedaan dan persamaan antara budaya yang berkaitan dengan nilai-nilai
kepedulian dan tatanan kehidupan untuk merencanakan kebutuhan perawatan
pada individu dan mempromosikan perawatan yang berdasarkan budaya.
menggunakan dasar pengetahuan budaya untuk mengembangkan tindakan
keperawatan guna mempromosikan perilaku kesehatan yang positif terhadap
pasien. Dalam keperawatan komunitas harus mempertimbangkan aspek
tanscultural nursing dalam melakukan asuhan keperawatan di dalam individu
atau kelompok.

5.2 Saran
5.2.1 Ilmu Keperawatan
Melakukan peningkatan dan pengembangan teoritis dan model
konseptual transcultural nursing dalam keperawatan

5.2.2 Keperawatan komunitas


Teoritis dan model konseptual transcultural nursing dalam
keperawatan komunitas sangat penting untuk menghadapi pasien dari
berbagai budaya yang beragam dan melakukan asuhan keperawatan
komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier. (2011). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 7. Jakarta : EGC

Mubarak, W, I & Chayatin, N (2010). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar


dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.

Novieastari, E, Gunawanwijaya, J, Indracahyani, A. (2018). Pelatihan Asuhan


Keperawatan Peka Budaya Efektif Meningkatkan Kompetensi Kultural
Perawat. Vol 21 No 1. Jakarta: Jurnal Keperawatan Indonesia.

Prosen, Mirko. (2015). Introducing transcultural nursing education:


Implementation of transcultural nursing in the postgraduate nursing
curriculum. Slovenia: Elsevier.

Risnah, A. (2015). Transcultural Nursing. Vol 02 No 02. Makasar: Journal of


Islam and Science.

Russell,R, Brunero, S, Lamont, S. (2014). Reflecting on Transcultural Care;


Culture Care Theory and Mental Health Nursing. Vol 1. Australia: Austin
Journal of Nursing & Health Care.

Stuart, Gail W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Edisi Indonesia: Elzevier

Townsend, M. (2017). Psychiatric mental health nursing: concept of care in


evidence-base practice (9ed). Philadelphia: F.A. Davix Company.

Wahyudi, B. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Sulita.

Anda mungkin juga menyukai