Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(TEORI LEININGER DAN TEORI MAJORY GORDON)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

ADITHIA RIZKI KABAU


MONI AWAL
ESTER TANATE
WINDA ESYABANI HINTJAH
RASNA MADJID
TISS’A RAMADHANI SAID
NADILA SANDIA
DEA ANASTASYA HARATILU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALUKU

PRODI KEPERAWATAN AMBON 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat tuhan yang maha esa. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca dan pendengar
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................................5
C. TUJUAN....................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Biografi Madeleine Lenginger..................................................................................................................6
B. Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality).............................................................7
C. Kelebihan Teori Madeleine Leininger......................................................................................................8
D. Kelemahan Teori Madeleine Leininger....................................................................................................8
E. Biografi Marjory Gorden..........................................................................................................................9
F. Teori Majory Gordon dalam praktik keperawataan.................................................................................9
G. kelebihan dari teori Majory Gordon Leinginger dalam praktek keperawatan.......................................16
H. kekurangan dari teori Majory Gordon dalam praktiek keperawatan....................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................................17
B. SARAN....................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Sebagai
salah satu tenaga professional, keprawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan
praktek keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi
adalah mempunyai body of knowledge yang dapat di uji kebenarannya serta ilmunya
dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.

Perawat dalam mempraktikan keperawatannya harus memperhatikan budaya dan


keyakinan yang di miliki oleh klien,sebagaimana yang disebutkan oleh teori model
Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi
klien pelayanan spesifik secara kultural.untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
budaya tertentu,perlu memperhitungkan tradisi kultur klien.nilai-nilai kepercayaan ke
dalam rencana perawatan.

Berdasarkan latar belakang di atas kami membuat makalah mengenai penerapan teori
model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan.hal ini di tunjukan supaya lebih
memahami teori model menurut Madeleine Leininger dalam dalam praktek
keperawatan.agar perawat mampu melakukan pelayanan kesehatan peka budaya
kepada klien menjadi lebih baik.

Konsep adalah keyakinan yang komplek terhadap suatu objek benda suatu peristiwa
atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide,pandangan
atau keyakinan.Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep\
defenisi yang memberikan suatu pandangan suatudidtematis terhadap gejala- gejala
atau fenomena dengan menentukan suatu hubungan yang spesifik antara konse-konsep
tersebut dengan amksud untuk menguraikan, menerangkan,meramalkan, dan
mengendalikan suatu fenomena. Teori dapatdi uji,di ubah atau digunakan sebagai
pedoman dalam penelitian. ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan yang
relavan dengan yujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ilmu keperawatan,
menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan
dengan praktik keperawatan, serta menumbuh kembangkan praktik keperawatan dan
pendidikan keperawatan. Pola konsep didefenisikan seperti pembentukan tingkah laku
yang terjadi secara berangkai.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Biografi Madeleine Lenginger?


b. Apa yang di maksud dengan teori Madelenie Leininger dalam praktik keperawataan?
c. Apa tujuan dari teori model Madeline Leinginger dalam praktek keperawatan?
d. Apa kelebihan dari teori model Madeline Leinginger dalam praktek keperawatan?
e. Apa kelemahan dari teori Madeline Leinginger dalam praktiek keperawatan?

f. Biografi majory gordon?


g. Apa yang di maksud dengan teori Majory Gordon dalam praktik keperawataan?
h. Apa kelebihan dari teori Majory Gordon Leinginger dalam praktek keperawatan?
i. Apa kelemahan dari teori Majory Gordon dalam praktiek keperawatan

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian dan teori model Medeline Leinginger dalam praktik
keperawatan
b. Untuk mengetahui tujuan dari teori model Medeline Leinginger dalam praktik
keperawatan
c. Untuk mengetahui kelebihan dari model Medeline Leingenger dalam praktik
keperawatan
d. Untukmengetahui kelemahan dari teori model Medeline Leingenger dalam praktik
keperawatan
e. Selan itu penulisan makalah ini ditunjukan untuk memperdalam pengetahuan dan
wawasan tentang 11 macam pola fungsional Majory Gordon dan di aplikasikan
dalam sebuah kasus. Sementara itu tujuan dari dokumentasi itu sendiri adalah:

1. Sebagai sarana komunikasi antara pasien dan perawat


2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Sebagai sumber data perencanaan dalam proses keperawatan berkelanjutan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Lenginger

Madeleine Lenginger lahirdi suton, Nebraska. Dia menempuh pendidikan Diploma pada
tahun 1948 di St. Anthony Hospital School off Nursing, didaerah Denvel. Dia juga
mengabdi di organisasi Cadek Nurse Corps. Sambil mengejar pendidikan dasar
keperawatannya. Pada tahun 1950 dia meraih gelar sarjana dalam bidang ilmu biologi
dari Benedictine Colleg dikansa. Setelah menyelesaikan
studi keperawatannya di Creighton University. Ohama,
dia menempuh pendidikan magister dalam bidang
keperawatan jiwa di Chatolic University, Washington
DC, Amerika. Dia merupakan perawat pertama yang
mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral,
yang diraih di University of Washington. Dan pada
tahun terakhir, dia tinggal di Ohama, Nebraska,

Pada pertengahan tahun 1950. Saat Leininger bekerja


untuk membimbing anak- anak rumahan di Cincinnati,
dia menemukan bahwa salah seorang dari stafnya tidak
mengerti tentang faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dia
menyimpulkan, bahwa diagnosis keperawatan dan tindakannya belum membantu anak
secara memadai.

Leininger mempunyai peran dalam bidang edukasi dan administrasi. Dia sempat
menjadi dekan keperawatan di Universities of Washington dan Utah. Dia juga
merupakan direktur dari organisasi Center for Health Research di Wayne States
University, Michigan. Sampai akhirnya dia pensiun sebagai professor emeritus. Dia juga
belajar di New Guinea sampai program doktoral, dia telah mempelajari 14
macambudaya di daerah pedalaman. Dia merupakan pendiri dan pimpinan (pakar) dari
bidang transcultural nursing dan dia telah menjadi konsultan di bidang tersebut dan
teorinya tentang culture care around the globe. Dia telah mempublikasikan jurnal yang
berjudul The Journal of Transcultural Nursing in 1989 yang telah direvisi selam 6 tahun.
Dia berhasil mendapatkan honor yang tinggi dan meraih penghargaan nasional dan
menjadi penceramah di lebih dari 10 negara.
B. Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality)

Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality. atau
yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya, Leminger memfokuskan
pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian dia menemukan
teori cultural diversity and universality yang semula disadarinya dari kebutuhan khusus
anak karena didasari latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing
merupakan subbidang dari praktik keperawatan yang telah diadakan penelitiannya.
Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis
budaya.

Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah:

1. Culture

Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, cara
hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir,
membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.

2. Culture care

Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai
yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, menfasilitasi
atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau
kematian.

3. Diversity

Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan,


serta asuhan keperawatan.

4. Universality

Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan
asuhan keperawatan.

5. Worldview

Cara seseorang memandang dunianya


6. Ethnohistory

Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga.


terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.

A. Tujuan Teori Madeleine Leininger

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan


pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli,
2009). Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya
dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak,
Suku Minang Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan yang
umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan merupakan perilaku yang baik, untuk meminimalisir tubuh
terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan mengetahui budaya
spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka praktik keperawatan
dapat dilakukan secara maksimal.

C. Kelebihan Teori Madeleine Leininger

a. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak kaku
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patul
diperhatikan dalam memberikan asuhan.
b. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem,
Virginia Henderson, dan Neuman.
c. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien
dalammengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
d. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan
saat melakukan asuhan keperawatan.

D. Kelemahan Teori Madeleine Leininger

Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan keperawatan.
E. Biografi Marjory Gorden

Marjory Gordon memulai karir keperawatannya di New York di Sekolah Perawat Rumah
Sakit Mount Sinai. Dia memperoleh gelar sarjana dan magister dari Hunter College di
City University of New York dan PhD dari Boston College. Gordon adalah seorang
profesor keperawatan emeritus di Boston College di Chestnut Hill. Massachusetts. Dia
adalah penulis empat buku, termasuk Manual of Nursing Diagnosis, sekarang dalam
edisi ketiga belas. Buku-bukunya muncul dalam sepuluh bahasa yang berbeda, di empat
puluh delapan negara dan enam benua.

F. Teori Majory Gordon dalam praktik keperawataan

Teori Marjory Gordon merupakan teori keperawatan


yang berfokus pada pengkajian dan identifikasi
masalah pasien. Ini adalah kerangka kerja yang
digunakan perawat ketika menilai pasien dan
masalah kesehatan mereka. Teori tersebut
didasarkan pada 11 pola kesehatan fungsional, yang
merupakan kategori data pasien yang dapat
digunakan perawat untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan. Pola-pola ini meliputi:

 Persepsi kesehatan-pola manajemen kesehatan


 Pola nutrisi-metabolik
 Pola eliminasi
 Pola aktivitas-latihan
 Pola tidur-istirahat
 Pola kognitif-perseptual
 Pola persepsi diri-konsep diri
 Pola hubungan peran
 Pola seksualitas-reproduksi
 Pola toleransi mengatasi stres
 Pola keyakinan nilai
1. Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Marjory Gordon adalah ahli teori keperawatan yang menciptakan teori pengkajian
keperawatan yang dikenal dengan pola kesehatan fungsional. Salah satu pola kesehatan
fungsional adalah pola persepsi-manajemen kesehatan kesehatan, yang
menggambarkan perasaan klien terhadap kesehatannya, seperti persepsi,
pemeliharaan, dan pengelolaan kesehatannya.

 Teori tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi


persepsi dan perilaku kesehatan klien, serta untuk meningkatkan persepsi dan perilaku
kesehatan di masyarakat.
 Teori ini digunakan dalam praktik keperawatan untuk menilai status kesehatan klien dan
untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang memenuhi kebutuhan
kesehatan mereka

Teori ini menekankan pentingnya penilaian komprehensif terhadap pasien, termasuk


kebutuhan fisik, psikologis, dan sosialnya. Perawat dapat menggunakan pola kesehatan
fungsional untuk mengidentifikasi area di mana pasien mungkin memerlukan bantuan,
dan kemudian mengembangkan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

2. Pola Gizi-Metabolik

Pola Gizi-Metabolik merupakan salah satu pola kesehatan fungsional dalam teori
keperawatan yang dikembangkan oleh Marjory Gordon.Pola ini menggambarkan
penilaian asupan nutrisi pasien, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan, dan
metabolisme.Pola Gizi-Metabolik penting dalam menilai kesehatan pasien secara
keseluruhan dan mengidentifikasi potensi kekurangan atau ketidakseimbangan nutrisi
yang mungkin perlu diatasi.

3. Pola eliminasi

pola eliminasi pada teori intimidasi fungsional Majory Gordon menggambarkan pola
fungsi ekskretori, yaitu pola fungsi eksresi, kandung kemih, dan kulit. Beberapa contoh
kasus pola eliminasi yang dapat diamati antara lain:
 Urine dalam jumlah banyak
 Urin encer berwarna pucat dan kuning
 Perubahan dalam feses (diare)
 Sering buang air besar (BAB)

• Sering buang air kecil (BAK)

• Perubahan dalam pola BAB dan BAK

• membantu dalam mengontrol BAB dan BA

Pola eliminasi ini penting untuk dipahami dalam praktik keperawatan, karena
perubahan dalam pola eliminasi dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan atau
perubahan dalam kondisi pasien. Dengan memahami pola eliminasi pasien, perawat
dapat memberikan perawatan yang tepat dan efektif untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi pasien.

4. pola aktivitas-latihan

Pola aktivitas-latihan menggambarkan pola latihan, aktivitas, waktu luang, dan rekreasi.
Teori ini pentingnya latihan atau gerakan dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh,
dan kesehatan. Faktor penting dalam pola aktivitas latihan meliputi jantung,
pernapasan, dan sistem neuromuskular. Oleh karena itu, teori Majory Gordon dapat
membantu perawat dalam merencanakan intervensi yang tepat untuk mempromosikan
kesehatan dan mencegah penyakit pada pasien.

5. pola tidur-istirahat

Teori Keperawatan Pola Kesehatan Fungsional Majory Gordon memasukkan kategori


Pola Istirahat-Tidur yang menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi tentang
energi. Ini mencakup jumlah jam tidur siang dan malam, masalah saat tidur, insomnia,
dan masalah terkait lainnya. Dalam praktik keperawatan, pengkajian Pola Tidur-Istirahat
penting dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pasien dalam tidur, istirahat, dan
praktik relaksasi. Hal ini meliputi waktu tidur pasien, durasi, kebiasaan, dan kesulitan
yang dialami saat tidur.

6. teori kognitif-perseptual

Pola ini berfokus pada kemampuan pasien untuk memahami dan menggunakan
informasi serta fungsi sensorik. Ini menilai pola sensorik dan persepsi, kecukupan
bahasa, memori, dan kemampuan mengambil keputusan. Perawat menggunakan pola
ini untuk memberikan penilaian keperawatan yang komprehensif terhadap kemampuan
kognitif dan persepsi pasien.

7. Persepsi diri dan konsep diri

Kemampuan konsep diri antara lain meliputi gambaran diri, harga diri, peran, identitas,
dan ide. Pola persepsi diri dan konsep diri ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuan, Teori ini juga mencakup pola nilai dan kepercayaan.

Dalam kegelapan, pemahaman tentang konsep diri dan persepsi diri pasien dapat
membantu perawat dalam memberikan perawatan yang tepat dan membangun
hubungan yang baik dengan pasien.

8. Pola hubungan peran

Pola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, termasuk pekerjaan, status pekerjaan,
ketidakmampuan bekerja, dan hubungan dengan orang lain. Pola ini menggambarkan
dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat
tempat tinggal klien, termasuk pekerjaan, status pekerjaan, ketidakmampuan bekerja,
dan hubungan dengan orang lain.

Hubungan antara pola peran dan hubungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pola peran : Mendeskripsikan pola keterlibatan peran dan tanggung jawab individu
dalam situasi kehidupan sehari-hari. Pola peran ini mencakup persepsi individu terhadap
peran utama dan tanggung jawab dalam situasi tertentu. Dalam konteks hubungan,
pola peran dapat mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain, termasuk
anggota keluarga, teman, dan masyarakat
 Pola hubungan : Menggambarkan dan mengetahui hubungan individu dengan anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya. Pola hubungan ini mencakup aspek
pekerjaan, status pekerjaan, kemungkinan bekerja, dan hubungan dengan orang lain.
Dalam konteks peran, pola hubungan dapat mempengaruhi cara individu menjalankan
peran dan tanggung jawabnya terhadap orang lain

Dengan demikian, pola peran dan hubungan saling mempengaruhi dalam teori Majory
Gordon. Peran individu dalam hubungan dan interaksi dengan orang lain dapat
dipengaruhi oleh pola hubungan yang ada, begitu pula sebaliknya, pola hubungan dapat
dipengaruhi oleh peran individu dalam situasi kehidupan sehari-hari.

9. Pola seksualitas reproduksi


Pola seksualitas reproduksi dalam teori Majory Gordon menggambarkan kepuasan atau
masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas dan reproduksi. Beberapa aspek
yang terkait dengan pola ini antara lain:

 Kepuasan seksual : Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dalam seksualitas. Dalam


konteks reproduksi, pola ini dapat mencakup keberhasilan dalam perencanaan
kehamilan atau kelahiran anak
 Masalah seksual : Menggambarkan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam
seksualitas dan reproduksi, seperti penurunan libido, hipomenore, amenore, dan
impoten.Dalam konteks reproduksi, masalah ini dapat mencakup kesulitan dalam
perencanaan kehamilan atau kelahiran anak.
 Dampak sakit terhadap seksualitas : Menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan yang
buruk dapat mempengaruhi polaitas seksual dan reproduksi. Misalnya, penyakit
tertentu atau efek samping pengobatan dapat mempengaruhi fungsi seksual atau
kemampuan untuk merencanakan kehamilan.
Pola ini penting untuk dipahami dalam konteks perawatan kesehatan, karena masalah
dalam seksualitas dan reproduksi dapat berdampak pada kualitas hidup dan
kesejahteraan individu.

Berikut adalah beberapa cara perawat dapat mengkaji pola seksualitas-reproduksi klien
berdasarkan teori Majory Gordon:

a. Wawancara : Perawat dapat melakukan wawancara dengan klien untuk mengetahui


pola kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas dan reproduksi.

b. Observasi : Perawat dapat mengamati tanda-tanda fisik atau perilaku yang


menunjukkan masalah dalam seksualitas atau reproduksi. Misalnya, perawat dapat
mengamati tanda-tanda penurunan libido atau gangguan menstruasi pada klien
wanita.
c. Pemeriksaan fisik : Perawat dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui
adanya masalah kesehatan yang mempengaruhi seksualitas atau reproduksi.
Misalnya, perawat dapat melakukan pemeriksaan panggul pada wanita untuk
mengetahui adanya kelainan pada organ reproduksi.
d. Pengkajian riwayat kesehatan : Perawat dapat mengkaji riwayat kesehatan klien
untuk mengetahui adanya kondisi kesehatan yang mempengaruhi seksualitas ataw
reproduksi. Misalnya, perawat dapat menyampaikan riwayat penyakit kronis atau
pengobatan yang dapat mempengaruhi fungsi seksual atau kemampuan untuk
merencanakan kehamilan.
Dengan mengkaji pola seksualitas-reproduksi klien, perawat dapat memahami
kebutuhan klien dan memberikan perawatan yang sesuai. Selain itu, pengkajian pola
seksualitas-reproduksi juga dapat membantu perawat dalam memberikan edukasi
kesehatan kepada klien tentang cara menjaga kesehatan seksual dan reproduksi

10. Pola toleransi mengatasi stress

Pola ini menggambarkan kemampuan individu untuk mengatasi stres dan menggunakan
sistem pendukung yang ada. Beberapa hal yang terkait dengan pola toleransi mengatasi
stres antara lain:

a. Cara mengatasi stres : Menjelaskan cara individu mengatasi stres dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam konteks toleransi, pola ini mencakup kemampuan individu untuk
mengatasi stres dan menghindari perilaku yang merugikan kesehatan
b. Sistem pendukung : Menggambarkan sistem pendukung yang dimiliki individu untuk
mengatasi stres. Sistem pendukung ini dapat berupa keluarga, teman, atau organisasi
yang dapat memberikan dukungan emosional dan praktis dalam mengatasi stres.
c. Penggunaan obat : Menjelaskan penggunaan obat untuk mengatasi stres. Dalam
konteks toleransi, pola ini mencakup penggunaan obat yang tepat dan sesuai dengan
rekomendasi dokter.

Untuk mengkaji pola toleransi mengatasi stres klien berdasarkan teori Majory Gordon,
perawat dapat melakukan beberapa hal berikut:

a. Wawancara : Perawat dapat melakukan wawancara dengan klien untuk mengetahui


cara klien mengatasi stres dan sistem pendukung yang dimilikinya. Beberapa pertanyaan
yang dapat diajukan antara lain:
b. Observasi : Perawat dapat mengamati perilaku klien yang menunjukkan kemampuan
atau ketidakmungkinan dalam mengatasi stres. Misalnya, perawat dapat mengamati
apakah klien menggunakan cara yang sehat dalam mengatasi stres atau justru
melakukan perilaku yang merugikan kesehatan.
c. Pengkajian riwayat kesehatan : Perawat dapat mengkaji riwayat kesehatan klien untuk
mengetahui adanya kondisi kesehatan yang mempengaruhi kemampuan klien dalam
mengatasi stres. Misalnya, perawat dapat menanyakan riwayat penyakit kronis atau
pengobatan yang dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengatasi stres.
Dengan mengkaji pola toleransi mengatasi stres klien, perawat dapat memahami
kebutuhan klien dan memberikan perawatan yang sesuai. Selain itu, pengkajian pola
toleransi mengatasi stres juga dapat membantu perawat dalam memberikan edukasi
kesehatan kepada klien tentang cara mengatasi stres dengan cara yang sehat dan
efektif.

11. Pola keyakinan nilai

Pola ini menggambarkan nilai-nilai, keyakinan, dan sikap klien dalam menjalankan agama
atau kepercayaan yang dianut. Beberapa hal yang terkait dengan pola keyakinan nilai
antara lain:

• Nilai dan keyakinan : Menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan klien dalam menjalankan
agama atau kepercayaan yang dianut. Dalam konteks keyakinan, pola ini mencakup
sikap dan keyakinan klien dalam menjalankan agama atau kepercayaan yang dianut.

• Sistem pendukung : Menggambarkan sistem pendukung yang dimiliki individu dalam


menjalankan agama atau kepercayaan yang dianut. Sistem pendukung ini dapat berupa
keluarga, teman, atau organisasi yang dapat memberikan dukungan emosional dan
praktis dalam menjalankan agama atau kepercayaan.

•Untuk mengkaji pola keyakinan nilai klien berdasarkan teori Majory Gordon, perawat
dapat melakukan beberapa hal berikut:

1. Wawancara : Perawat dapat melakukan wawancara dengan klien untuk mengetahui nilai-
nilai, keyakinan, dan sikap klien dalam menjalankan agama atau kepercayaan yang
dianut. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain:

2. Observasi : Perawat dapat mengamati perilaku klien yang menunjukkan nilai-nilai,


keyakinan, dan sikap dalam menjalankan agama atau kepercayaan yang dianut.
Misalnya, perawat dapat mengamati apakah klien sering mengikuti kegiatan keagamaan
atau melakukan kegiatan keagamaan tertentu.

3. Pengkajian riwayat kesehatan : Perawat dapat mengkaji riwayat kesehatan klien untuk
mengetahui adanya kondisi kesehatan yang mempengaruhi nilai-nilai, keyakinan, dan
sikap klien dalam menjalankan agama atau kepercayaan yang dianutnya. Misalnya,
perawat dapat menanyakan riwayat penyakit atau pengobatan yang dapat
mempengaruhi kemampuan klien dalam menjalankan agama atau kepercayaan.

Dengan mengkaji pola keyakinan nilai klien, perawat dapat memahami kebutuhan klien
dan memberikan perawatan yang sesuai. Selain itu, pengkajian pola keyakinan nilai juga
dapat membantu perawat dalam memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada
klien.

G. kelebihan dari teori Majory Gordon Leinginger dalam praktek keperawatan

Teori Pola Kesehatan Fungsional Marjory Gordon merupakan teori keperawatan yang
berfokus pada pola kesehatan fungsional pasien. Teori ini didasarkan pada 11 pola
kesehatan fungsional yang menggambarkan status kesehatan pasien dalam kaitannya
dengan kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan status
kesehatan mereka secara keseluruhan.

Teori tersebut memiliki beberapa keunggulan dalam praktik keperawatan, antara lain:

 Komprehensif : Teori ini memberikan kerangka komprehensif untuk menilai status


kesehatan pasien. Dengan menggunakan 11 pola kesehatan fungsional, perawat dapat
memperoleh gambaran lengkap tentang status kesehatan pasien dan mengidentifikasi
area mana saja yang memerlukan perhatian.
 pasien : Teorinya berpusat pada pasien, artinya berfokus pada kebutuhan dan
preferensi pasien. Dengan menggunakan pola kesehatan fungsional, perawat dapat
menyesuaikan perawatan mereka dengan kebutuhan dan preferensi individu pasien.
 Holistik : Teori ini mengambil pendekatan holistik terhadap perawatan pasien, yang
berarti mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosional, dan sosial pasien. Dengan
menggunakan pola kesehatan fungsional, perawat dapat mengidentifikasi area mana
saja di mana pasien mungkin memerlukan dukungan tambahan, seperti dukungan
emosional atau layanan sosial.
 Mudah digunakan : Teori mudah digunakan dalam praktik keperawatan. Pola kesehatan
fungsional bersifat lugas dan mudah dipahami, sehingga mudah diterapkan dalam
praktik klinis.

Secara keseluruhan, teori Pola Kesehatan Fungsional Marjory Gordon adalah kerangka kerja
yang berguna untuk praktik keperawatan. Ini memberikan pendekatan perawatan
pasien yang komprehensif, berpusat pada pasien, dan holistik yang mudah digunakan
dalam praktik klinis.

H. kekurangan dari teori Majory Gordon dalam praktiek keperawatan

Setelah dilakukan penelusuran, belum diperoleh informasi yang jelas mengenai


kelemahan teori pola kesehatan fungsional Marjory Gordon dalam praktik keperawatan.
Hasil pencarian hanya memberikan informasi mengenai teori itu sendiri, penerapannya
dalam praktik keperawatan, dan kelebihannya. Namun, penting untuk dicatat bahwa
setiap teori memiliki kekuatan dan keterbatasannya masing-masing, dan terserah
kepada perawat untuk mengevaluasi secara kritis dan menerapkan teori tersebut dalam
praktik.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori Leininger adalah teori pembunuhan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger
yang lebih dikenal dengan teori “Trans Cultural”. Teori ini fokus pada aspek budaya
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien Penerapan teori Leininger
memerlukan penggabungan teori perlindungan yang lain yang terkait seperti teori
adaptasi, perawatan diri, dan lain-lain Teori ini memiliki kelebihan dan kekurangan, di
antaranya kelebihannya adalah dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dan sesuai dengan budaya klien, sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lebih lama dalam memberikan asuhan
keperawatan Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang aplikasi dari
Teori Keperawatan Leininger Transcultural Nursing, dapat disimpulkan bahwa teori ini
dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dan
sesuai dengan budaya klien

Marjory Gordon adalah ahli teori keperawatan yang menciptakan model diagnostik yang
dikenal sebagai penilaian pola kesehatan fungsional, yang banyak digunakan oleh
perawat. Model tersebut terdiri dari 11 pola kesehatan fungsional yang membantu
perawat mengumpulkan data komprehensif mengenai status kesehatan pasien Namun
setelah menelusuri sumber-sumber yang tersedia, belum ada kesimpulan atau ringkasan
yang jelas dari teori itu sendiri. Sumber-sumber tersebut terutama membahas penilaian
pola kesehatan fungsional dan penerapannya dalam praktik keperawatan.

B. SARAN

Teori Leininger adalah teori keperawatan yang menekankan pentingnya perawatan


budaya dalam praktik pembedahan. Berikut adalah beberapa saran dari teori Leininger
yang dapat diterapkan dalam praktik pembekuan:
Perawat harus memahami dan menghargai perbedaan budaya pasien, termasuk
keyakinan, nilai, dan praktik budaya yang berbeda-beda.

Perawat harus mempertimbangkan budaya pasien dalam perencanaan dan


pelaksanaan pemeliharaan, termasuk pemilihan intervensi dan pengobatan yang sesuai
dengan budaya pasien.

Perawat harus berkomunikasi dengan pasien dan keluarga dalam bahasa dan cara yang
sesuai dengan budaya mereka.

Perawat harus memperhatikan faktor-faktor budaya yang dapat mempengaruhi


kesehatan pasien, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan pengobatan tradisional.

Perawat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk memastikan
bahwa perawatan pasien mencakup aspek budaya yang penting. Saran-saran ini dapat
membantu perawat memberikan perawatan yang lebih holistik dan efektif, serta
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga.

Marjory Gordon adalah seorang profesor dan teori penyebab yang menciptakan sebuah
teori pengkajian yang dikenal sebagai pola kesehatan fungsional Gordon

Teori ini terdiri dari daftar kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat untuk
mengaktifkan keadaan kesehatan pasien, yang meliputi 11 pola fungsional, yaitu:

 Pola persepsi dan konsep diri


 Pola aktivitas dan latihan
 Pola istirahat dan tidur
 Pola nutrisi dan metabolism Penghapusan pola
 Pola seksual dan reproduksi
 Pola peran dan hubungan
 Pola koping dan toleransi terhadap stres
 Pola nilai dan keyakinan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola pengembangan dan pertumbuhan

Teori Gordon dapat digunakan sebagai alat panduan dalam pengumpulan data pada
tahap awal dari proses pembunuhan yaitu tahap pengkajian

Dalam pengkajian, perawat harus menyalakan setiap pola fungsional untuk menentukan
kebutuhan pasien dan merencanakan intervensi yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA

 [00:29, 19/09/2023] Moni Awal Kep: Johnson, Betty M & Pamela B. Webber, 2005. Theory
and Reasoning in Nursing. Virginia: Wolters Kluwer
 Sagar, Priscilla Limbo. 2014. Transculural Nursing Education Strategies. United States:
Spinger Publishing Company.
 George, J.B. 1995. Nursing Theories. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall. Aplikasi Teori
Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu Iskandar, Ners.M.Kep.
Diperoleh, 19 Februari 2015, dari,
 https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi Leininger.
 [00:30, 19/09/2023] Moni Awal Kep: Efendi, Ferry & Makhfudli 2009. Keperawatan
Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
 https://www.scribd.com/document/454810129/TEORI-KEPERAWATAN-POLA-KESEHATAN-
FUNGSIONAL-MAJORY-GORDON
 http://zurrinurmalasari.blogspot.com/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html?m=1
 https://id.scribd.com/document/454810129/TEORI-KEPERAWATAN-POLA-KESEHATAN-
FUNGSIONAL-MAJORY-GORDON
 https://id.scribd.com/document/466501231/Kelompok-7-Teori-Marjory-Gordon-Konsep-
Dasar-keperawatan
 https://fiqihislam.id/news/marjory-gordon-dan-pola-fungsional-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai