Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI BUDAYA DAN KEPERAWATAN

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER

“CULTURE CARE”

Disusun oleh :

Widya Raina Rahmadani


NIM: 19.12.2.149.084

Semester II

Kelas B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

Kampus A : Jl. P. Diponegoro No. 17 Tuban - Jawa Timur

Kampus B : Jl. Letda Sucipto No. 211 Tuban – Jawa Timur


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa. Berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Komunikasi
Dalam Keperawatan I. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya
mustahil tugas ini dapat terselesaikan.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk menyelasaikan tugas yang
diberikan oleh dosen. Dari pembuatan makalah ini tidak hanya menyelesaikan
tugas, tetapi bertujuan menambah pengetahuan dan wawasan kita yang berkaitan
dengan Teori Keperawatan Madeleine Leininger “Culture Care”.
Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca. Meski
begitu, penulis sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan
kami terima dengan senang hati.

Tuban, 8 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................2
1.3 Manfaaat.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Teori Komunikasi dalam Keperawatan menurut para Ahli............3
2.2 Konsep Teori Dinamika Kelompok menurut para Ahli...............................4
2.3 Konsep Teori Keperawatan Jiwa.................................................................5

BAB III Trend dan Issue Komunikasi dalam Keperawatan tentang Dinamika
Kelompok
3.1 Fenomena Pasung dan Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan
Jiwa Pasca Pasung .......................................................................................8
3.2 Indentifikasi masalah...................................................................................9
3.3.1 Critical Problem...............................................................................9
3.3.2 Justification Problem........................................................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..................................................................................................11
4.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para
ahli keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara
untuk memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi
perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka
terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian
dan proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu
diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi
keperawatan.
Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara
teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga
perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien sesuai keadaannya.
Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan
yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan
teori “Trans Cultural”.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami trend dan
issue komunikasi dalam keperawatan tentang dinamika kelompok.
1.2.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori model
keperawatan “Trans Cultural” dan analisis model keperawatan dari
Madeleine Leininger.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban mengenai
Teori Keperawatan Madeleine Leininger “Culture Care”.
1.3.2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi
kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat tentang Teori
Keperawatan Madeleine Leininger “Culture Care”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Teori Culture Care


Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan
seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan
budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya
setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di
Denver.
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari
“Benedictine College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi
filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia
bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada unit
medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru
dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan pada St.
Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan
keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954
Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ” Chatolic
University of America” di Washington, D. C. Ia kemudian bekerja pada
”College of Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan
pertama (M. S. N ) pada program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia
juga memimpin suatu program pendidikan keperawatan psikiatri di
universitas tersebut dan juga sebagai pimpinan dalam pusat terapi perawatan
psikiatri di rumah sakit milik universitas tersebut.
Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah
buku yang diberi judul ” Basic Psiciatric Nursing Consept” yang
dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan digunakan secara luas di
seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati,
Leininger menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami
mengenai faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak.
Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam
asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi
psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-
anak yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan keutuhan.
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan
suatu asuhan yang benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan
ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya
diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga
menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada
departemen psikiatri University of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi
dengan Mead mengenai adanya kemungkinan hubungan antara keperawatan
dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung,
dorongan, solusi dari Mead , Leininger memutuskan untuk melanjutkan
studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial,
dan antropologi psikologi pada Universitas Washington.
Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger
mempelajari berbagai macam kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran
antroplogi itu sangat menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh
seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat Gadsup di
Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama masyarakat
tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya
gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan
masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan
keperawatan untuk mempertahankan kesehatan.
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan
masyarakat Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya
dan metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya telah membantu
mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam
perawatan manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin
utama perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk
melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan menghubungkan
pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan transkultural.
Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan
bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah
menyokong dirinya selama 4 dekade.
Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi
beberapa area umum dari pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan
anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan
prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two
Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan
transkultural, menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan
transkultural, dan kebudayaan yang mendasari perawatan kesehatan. Buku
yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research, and
practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktek
dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif
pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia
menunjukkan bahwa perawatan treanskultural dan anthropologi bersifat
saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan kerangka
konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan
dalam buku ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan
ke jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai
beberapa program pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki
banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14 kebudayaan
mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan
berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan
keperawatan sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya
adalah administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan,
politik, dilema etik keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset
kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta
kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan
secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data
kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda.
2.2. Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger,
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang
didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek serta
merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan
pola hidup.
3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi,
atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku
manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik,
ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik
dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas
dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara
yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk
menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.

2.3. Teori Keperawatan Leininger


Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia
mendefinsikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari
keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan
budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai
asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh
masyarakat.
1. Konsep Utama dan definisi teori Leininger
a. Care mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang
berhubungan dengan pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada
orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk
memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
b. ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang
ditujukan secara langsung dalam pemberian bantuan, dukungan,
atau memungkinkan individu lain dan kelompok didalam
memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau dalam menghadapi kematian.
c. Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan
transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam
suatu kelompok tertentu yang memberikan arahan kepada cara
berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola
hidup.
d. Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan
objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu,
mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain
maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka,
kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia
atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit,
rintangan dan juga kematian.
e. Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacu
kepada variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya
hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu
perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan,
dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu
perawatan.
f. Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu
kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun
pemahaman ang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup
atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak
kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan,
fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk
menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan
pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang
signifikan.
g. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan
profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan
fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam
suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada
kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu
menghadapi rintangan dan kematian.
h. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam
memelihara dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu
gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup mereka atau
lingkungan di sekitarnya.
i. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola
dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor
organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan,
kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai budaya
dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini
dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia
dalam lingkungan yang berbeda.
j. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau
pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku
manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik,
ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
k. ”Etnohistory ” mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada
waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk
kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun
pendek.
l. Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada
pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional
(awam) dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
tradisonal untuk memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi
tindakan untuk individu lain, kelompok maupun suatu institusi
dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup
manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi
rintangan dan situasi kematian.
m. Sistem perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal,
pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan,
penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam pengetahuan dan
keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi profesional
biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
n. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan
kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan
kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
o. Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua
bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan dan
tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong
orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan
nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan
kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan
mapun kematian.
p. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua
bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan
tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang
menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka
atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil
kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas
perawatan yang profesional
q. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh
bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan
profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau
memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh
pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai
keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
r. Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan
kognitif untuk membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat
suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi
individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara
hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh
kesejahteraan dan kesehatan.
2. Esensi keperawatan dan kesehatan
a. Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan
kepetrawatan, nilai dan praktek akan merefleksikan perbedaan
kemampuan identifikasi dan praktek asuhan keperawatan yang
bersifat umum.
b. Kebudayaan yang memiliki nilai iindividualisme yang tinggi
dengan model independen akan menunjukan tanda-tanda dari nilai
dan praktek keperawatan diri, dimana kebudayaan yang tidak
memiliki nilai individualisme dan independen akan menunjukan
tanda terbatas dan praktek keperawatan diri.
c. Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan
pemberi dan penerima pelayanan praktek keperawatan , hasil yang
diperoleh klien akan dapat ditingkatkan dan lebih memuaskan .
d. Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai
caring dan non caring mereka serta keyakinan terhadap
ethnonursing.
e. Perbedaan utama antara nilai perawatan tradisional dengan
perawatan profesional, merupakan tanda dari konflik budaya antara
pemberi pelayanan kesehatan profesional dan klien.
f. Praktek dan tindakan caring yang diterapkan dengan menggunakan
teknologi berbeda secara kultural dan memiliki perbedaan terhadap
hasil dalam pencapaian kesehatan dan kesejahteraan klien.
g. Tanda terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi
merupakan tanda dari depersonalisasi asuhan keperawatn
humanistik pada klien.
h. Bentuk simbolis dan fungsi ritual dari praktek dan perilaku asuhan
keperawatan memiliki hasil dan makna berbeda dalam kebudayaan
yang berbeda.
i. Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya dan
lingkungan memberikan pengaruh yang besar terhadap praktek
budaya untuk mencapai kesejahteraan individu, keluarga dan
kelompok.

Anda mungkin juga menyukai