Oleh:
KELOMPOK BEDAH
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
KELOMPOK BEDAH
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Prodi Pendidikan Profesi Ners
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan Mini Riset dengan
judul “Laporan Asuhan Keperawatan dan Inovasi Penerapan Relaksasi Benson
Terhadap Skala Nyeri Post Operasi Colostomy di RS Nahdlatul Ulama Tuban”
dengan baik dan tepat waktu. Laporan Asuhan keperawatan dan Inovasi ini
disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners Stase keperawatan Medikal Bedah.
Selain itu, pembuatan Laporan Asuhan keperawatan dan Inovasi ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucap terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan mini riset ini sehingga semua dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam penyusunan ini agar
penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga mini riset
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
yang diangkat ke dinding perut yang disebut dengan stoma. Stoma sebagai tempat
pengeluaran feses melalui saluran usus yang akan langsung keluar ke sebuah
kantung (Menurut UOAA, 2017). colostomy dapat permanen atau sementara. Pada
seperti diare, sembelit, BAB tidak tuntas, berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas, perdarahan pada rektum (bagian ujung besar), BAB berdarah, mual, muntah,
perut terasa nyeri, kram, kembung dan tubuh mudah merasa lelah (Menurut
Basuki, 2019).
masuk ke dalam saluran pencernaan, kandungan air dalam makanan akan diserap
oleh kolon. Residu makanan akan diubah menjadi feses atau kotoran dengan
bantuan bakteri pada usus besar. Ketika menjadi feses atau kotoran, maka feses
akan disimpan sementara di dalam rektum sebelum dikeluarkan melalui anus. Bila
hal itu terus terjadi biasanya akan terbentuk polip (benjolan) pada dinding kolon
atau rektum. Polip merupakan tumor jinak yang dapat berkembang menjadi
kanker seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, Kanker kolorektal
sehingga prevalensi pasien yang mengalami kanker kolorektal terus ada setiap
1
2
signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh
rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar
148 juta jiwa (Menurut Peni Wahyu Wijayanti 2018). Di Amerika Serikat pada
tahun 2017 terdapat 95.520 kasus kanker usus besar dan 39.910 kasus kanker
kolorektal. Serta kanker pada kolon dan rektal merupakan penyebab kedua
kematian akibat kanker pria dan wanita dengan 50.260 kematian (American
kolorektal menempati urutan ketiga dengan 12,8 per seratus ribu penduduk usia
dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari semua kasus kanker yang ada (Kemenkes,
2017).
colostomy yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cendera fisik (pembedahan),
mengurangi rasa nyeri dan anesthesia yang menghilangkan sensasi bagian tubuh
baik persial maupun total. Mengatasi nyeri dengan non farmakologi diantaranya
dengan relaksasi, plasebo, distraksi, massage, kompres, terapi musik dan juga
dapat diatasi dengan cara relaksasi benson (Menurut Yusliana, Misrawati & Safri,
2015).
dengan keyakinan atau keimanan yang dianut oleh pasien. Ungkapan yang dipakai
dapat berupa nama Tuhan atau kata-kata lain yang diyakini oleh pasien dan besifat
positif serta memiliki efek menenangkan bagi pasien yang dibaca berulang-ulang
penghilang rasa sakit secara alami dan hanya bisa dihasilkan pada saat seseorang
dalam keadaan nyaman dan rileks. Endorphin dapat menghambat implus nyeri
dengan memblok transmisi implus ini didalam otak. Kadar yang dirasakan akan
berbeda oleh orang yang berbeda pula. Kadar inilah dikendalikan oleh gen pada
mempengaruhi korteks serebri karena teknik relaksasi ini menyatakan unsur religi
didalamnya yang mana setiap individu mempunyai kepercayaan akan ”Tuhan dan
kuasa-Nya” dimana hal ini semakin membuat efek relaksasi yang pada akhirnya
Relaksasi Benson pada Pasien Post Operasi Colostomy Di Ruang Rawat Inap RS
Inovasi Penerapan Relaksasi Beson pada Pasien dengan Diagnosa Medis Post
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
Benson pada Pasien dengan Diagnosa Medis Post Operasi Colostomy Di Ruang
Tuban.
1. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
ke dinding abdomen, sehingga feses dapat keluar melalui saluran usus ke kantong
lubang pada usus besar dan aperture (lubang) pada kulit, sehingga menciptakan
buatan (stoma) yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka
lalu kemudian ditutup lagi, atau permanen dan bekerja sebagai anus buatan
yang bertujuan untuk membuat lubang pada dinding perut untuk membuang feses
pada proses pencernaan, lebang ini disebut stoma. Operasi colostomy dapat
bersifat sementara atau permanen tergantung pada tujuan operasi (Ecomed, 2012).
obstruksi usus besar, fisitula visiko kolik, menjaga anastomosis dan beberapa
penyakit lainnya yang menggangu drainase feses yang normal. Saat melakukan
colostomy kanker korental adalah salah satu penyebab utama colostomy yang
6
7
(WOCN, 2014).
2.1.2 Etiologi
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun keatas. Sebagian besar polips bersifat
jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
kolorektal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di
kemungkinan anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat resiko yang lebih besar
terkena kanker kolorektal pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari
90% orang yang menderita penyakit ini di diagnosis setelah usia 50 tahun
8
keatas.
2.1.3 Patofisiologi
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati)
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum. Gejala dapat juga
mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan,
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena (feses berwarna hitam). Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektum adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi, diare bergantian, tenesmus, feses berdarah, serta nyeri hebat
pada lipat paha, labia, skrotum, tungkai atau penis (Lusianah & Suratun, 2014).
2.1.5 Klasifikasi
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker kolorektal stadium
0.
9
b. Stadium I : Tumor telah tumbuh kedinding dalam kolon atau rektum. Tumor
d. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar pada mereka yang berusia
tua. Lebih dari 90% orang yang menderita penyakit ini di diagnosis setelah
e. Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati
atau paru-paru.
f. Kambuh : Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh
kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit
ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau dibagian tubuh yang
lain.
2.1.6 Penatalaksanaan
berbagai tahapan. Pemberian radiasi baik sebelum atau sesudah pembedahan pada tumor
yang resektabel, diharapkan dapat meningkatkan kontrol lokal dan kesintasan dengan cara
mengeradikasi sel-sel tumor subklinis yang tidak dapat disingkirkan pada pembedahan.
Sementara, radiasi preoperatif pada tumor yang non-resektabel, yang diberikan sendiri
Peran radiasi pada tumor letak rendah dapat meningkatkan preservasi sfingter.
Pilihan dan rekomendasi terapi tergantung pada beberapa faktor, terapi bedah
merupakan modalitas utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif. Kemoterapi
adalah pilihan pertama pada kanker stadium lanjut dengan tujuan paliatif. Radioterapi
merupakan salah satu modalitas utama terapi kanker rektum. Saat ini, terapi biologis
(targeted therapy) dengan antibodi monoklonal telah berkembang pesat dan dapat
10
diberikan dalam berbagai situasi klinis, baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi
a. Pembedahan
b. Kolostomi
besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak
bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena
patologis pada kolon dista dan untuk proses dekompresi karena sumbatan
usus besar distal dan selalu dibuat pada dinding depan abdomen. Indikasi
karena infeksi berat lama, fibrosis pasca infeksi, sumbatan diluar lumen
kolostomi
1) Kolostomi permanen
2) Kolostomi temporer/sementara
11
c. Radioterapi
d. Kemoterapi
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker rektum, antara lain (Suratun &
Lusianah, 2014) :
a. Endoskopi
b. Enema barium dengan kontras ganda
c. CT colonography (pneumocolon CT)
2.1.8 Komplikasi
b. Hematogen
c. Linefogen
2.1.9 Indikasi
karsinoma pada anus dan anal canal, obstruksi usus besar, fistula vesicocolic,
untuk melindungi anastomosis, trauma pada usus besar dan indikasi lainya seperti
diverculitis atau komplikasi dari diverculitis, nyeri hebat pada rectum, terapi
Loop colostomy mungkin terlihat seperti satu stoma yang sangat besar,
dalam keadaan darurat. Loop colostomy juga dapat dilakukan dalam kasus
dilakukan.
feses dan satunya lagi mengeluarkan lendir (stoma yang lebih kecil disebut
dengan fistula lendir). Jenis kolostomi ini dilakukan setelah reseksi usus
3. End Colostomy
dan terletak hanya beberapa inci lebih rendah dari colon desenden. Karena
mengeluarkan feses padat pada waktu yang lebih teratur. End colostomy
13
dinding perut.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social
objektif dan subjektif dari klien. Pada tahap pengkajian peneliti memakai model
yakni:
1. Pengkajian primer
1) Airway
14
melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi
bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing, darah dari
yang tersumbat.
2) Breathing
adekuat.
3) Circulation
menurun
sistoliktekanan diastolik)
kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal
Kranial).
jantung.
4) Disability
Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
2. Pengkajian Sekunder
kolorektal adalah usia 40-49 tahun (Adila & Mustika, 2023). Pada
yang lebih baik bagi penderita kanker kolorektal yang dirawat dengan
Alasan masuk rumah sakit, waktu kejadian, hingga masuk rumah sakit,
mengeluh BAB berdarah dan berlendir, tidak BAB dan tidak ada
18
kentut/ flatus, perutnya terasa nyeri/ kembung dan sakit, mual dan
muntah, tidak puas dalam BAB, BAB sedikit dan berat badannya
dan Nouva, 2019 keluarga yang satu tingkat generasi dengan penderita
2) Pola eliminasi
al., 2022).
berdampak pada perubahan peran, citra diri, harga diri, seksual dan
1) Kesadaran
2) Penampilan
7) Telinga
22
kering
9) Dada
10) Paru
simetris atau tidak, jika terjadi metastasis kanker ke paru akan ada
kiri, taktil premitus sama antara kanan dan kiri. Perkusi: suara
sonor pada kedua paru, suara redup ada batas paru dan hepar,
dan stridor.
11) Jantung
12) Abdomen
atau tidak, apakah ada benjolan/ massa pada abdomen, luka, jejas,
Perkusi: suara normal timfani, jika ada massa padat atau cair akan
13) Genitalia
bagian yang cidera, edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh,
dan potensial yang dapat didiagnosis secara legal oleh perawat, yang kemudian
akan disusun intervensi primer oleh perawat (Wilkinson dalam Lemone et al.,
2016). Diagnosa yang mungkin muncul antara lain (Menurut PPNI, 2017):
1. Pre operasi
a) Intoleransi aktivitas
c) Hipovolemia
e) Diare
f) Defisit nutrisi
24
g) Risiko infeksi
2. Post Operasi
a) Intoleransi aktivitas
b) Nyeri akut
d) Risiko infeksi
2.2.3 Intervensi
tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis data
Observasi
Terapeutik
Edukasi
tidak berkurang
Kolaborasi
makanan
Meringis menurun
Observasi
26
nyeri
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Gelisah menurun
Observasi
nyeri
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Demam menurun
Kemerahan menurun
Nyeri menurun
Bengkak menurun.
Observasi
Terapeutik
kebutuhan
Edukasi
Kolaborasi
WOC
Faktor Predisposisi
Tertumpuk
dalam colon
Terpapar dengan
sel karsinogen
Meningkatkan
sel karsinogen
-stadium 1
-stadium 2 Kanker kolon
Luka pasca Pasca -stadium 3 Obstruksi pada
Perawatan bedah pembedahan kolon sigmoid
-stadium 4
luka tdk
Resiko infeksi
intensif post
de entree Intervensi bedah Feses tertahan
kolostomi
Kerusakan Supresi
integrasi kulit jaringan kulit Intervensi Invasi jaringan dan konstipasi
radiasi dan efek kompresi oleh
kemotrapi tumor
Meningkat
Rambut nya
Gangguan rontok kepekaan
citra diri (kebotakan) sel-sel
rambut
B1 B2 B3 B4 B5 B6
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Penanggung jawab biaya
Usia : 65 Tahun Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat :Rawasan, Jenu
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia Hub. Keluarga :Anak
Agama : Islam Telepon :-
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Rawasan-Jenu
25
26
GENOGRAM
: Laki – laki
: Perempuan
Tn. Y √
: Meninggal
: Pasien
Tn. A
√
: Tinggal serumah
4. Sistem Persarafan
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen opor koma
GCS : 456
b. Pupil isokor anisokor
c. Sclera Anikterus Ikterus
d. Konjungtiva Ananemis Anemis
e. Istirahat/Tidur : px mengatakan susah tidur, tidak bisa tidur nyenyak, siang
tidur tidak lebih dari 2 jam, malam +/- 4 jam dan selalu tebangun tiba-tiba
karena terasa nyeri diperutnya
f. Nyeri tidak ya, skala nyeri : 4 , lokasi : perut kiri bawah
P: nyeri perut akibat postoperasi
Q: seperti ditususk-tusuk
R: perut kiri bawah
S: 4
T: hilang timbul
g. Refleks fisiologis: patella triceps biceps lain-lain:
h. Refleks patologis: babinsky budzinsky kernig lain-lain
28
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus : 30 x/mnt
h. BAB :5 x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
i. Diet padat lunak cair
Diet Khusus : makanan lembut
Nafsu Makan Baik Menurun
Frekuensi : 3 x/hari jumlah: 1 porsi jenis :
Lain –lain : -
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Orbita Dextra Orbita Sinistra
Normal Visus Normal
Normal Palpebra Normal
Normal Conjunctiva Normal
Normal Kornea Normal
Normal BMD Normal
Normal Pupil Normal
Normal Iris Normal
Normal Lensa Normal
Normal TIO Normal
Tanggal operasi :-
Jenis Operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
k. Alat bantu dengar : -
l. Lain-lain : -
MASALAH KEPERAWATAN: Tidak ada masalah keperawatan
b. Warna : -
c. Pitting edema : +/- grade : -
d. Ekskoriasis : ya tidak
e. Psoriasis : ya tidak
f. Urtikaria : ya tidak
g. Lain-lain : -
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
c. Hiperglikemia Ya Tidak Hipoglikemia Ya Tidak
d. Kondisi kaki DM :
- Luka gangrene Ya Tidak
- Jenis Luka :-
- Lama luka :-
- Warna :-
- Luas Luka :-
- Kedalaman :-
- Kulit Kaki :-
- Kuku kaki :-
- Telapak kaki : -
- Jari kaki :-
- Infeksi : Ya Tidak
- Riwayat luka sebelumnya : Ya Tidak
- Tahun :-
- Jenis Luka : -
- Lokasi : -
- Riwayat amputansi sebelumnya : Ya Tidak
32
Jika Ya
- Tahun : -
- Lokasi : -
- Lain-lain : -
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan Hukuman Lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung Gelisah Tegang Marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah :-
I. PERSONAL HYGIEN
a. Kebersihan diri :
Radiologi
Foto thorax AP :
Cor : Membesar
Pulmo : Tak tampak infiltrat
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Tulang-tulang baik
Kesimpulan : Cardiomegali
Pemeriksaan BOF/LLD :
Bayangan gas dalam usus tampak dilatasi abnormal
Distribusi gas normal sampai cavum pelvis
Hepar dan Lien kesan normal
Countour ginjal kanan kiri normal
Tak tampak batu radioopaque sepanjang traktus urinarius
Tulang normal
Tampak step leader
Tampak udara bebas dan cairan bebas
Kesimpulan : Ileus obstruktif disertai perforasi, tampak dara bebas dan cairan
bebas
35
K. TERAPI
1. Terapi post laparatomi eksplorasi (Ruang Yamna 2)
Infus futrolit / RL 1:2 20 tpm
Injeksi terfacef 2x1
Injeksi trichodazole 3x1
Injeksi metzol 3x1
Injeksi santagesik 3x1
Infus pamol 2x1
2. Terapi post operasi laparatomi eksplorasi perforasi + Colostomy (Ruang ICU)
Infus futrolit / RL 1:2 20 tpm
Injeksi terfacef 2x1 gr
Injeksi Trichodazole 3x1
Injeksi metzol 3x1
Injeksi topazole 1x1
Injeksi ondansetron 3x4 mg
Injeksi metoclopramide 3x10 mg
Injeksi santagesik 3x1
3. Terapi Post operasi laparatomi eksplorasi perforasi + Colostomy (Ruang Nuha)
Infus futrolit / RL 1:2 20 tpm
Injeksi terfacef 2x1 gr
Injeksi Trichodazole 3x1
Injeksi metzol 3x1
Injeksi topazole 1x1
Inejksi santagesik 3x1
4. Terapi pulang
PO. Codein 3x1 tab
PO. Sporetik 2x1 tab
PO. Trichodazole 2x1 tab
PO. Lapistan 3x1 tab
Perawat Primer,
ANALISA DATA
-DS :
-keluarga px mengatakan px tidak perdarahan intestinal
dapat melakukan aktivitas seperti feses bercampur darah
biasa dikarenakan nyeri bekas op
yang belum sembuh, hanya bisa anemia
berbaring ditempat tidur, makan
minum dibantu oleh keluarga. kelemahan
-DO :
-kekuatan otot menurun Intoleransi Aktivitas
44
44
-keadaan umum lemah
-aktivitas pasien dibantu keluarga
-px tampak hanya berbaring
ditempat tidur
-mandi, ganti pakaian, makan
dibantu seluruhnya
-TTV
TD: 120/70 mmHg
RR : 20 X/mnt
S : 36 C
N : 58 X/mnt
Spo2 : 99%
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan/ Tgl/jam Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. D.0077 L.08066 27/02/2024 I.08238 I.08238
Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri 10.00 Manajemen nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisik d.d Setelah diberikan tindakan Observasi : Observasi :
luka colostomy keperawatan selama 2x24 5. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Mengetahui berapa skala nyeri yang
jam diharapkan tingkat yeri 6. Mengidentifikasi lokasi, dirasakan klien
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Mengetahui dimana dan seperti apa
hasil : kualitas dan intensitas nyeri nyeri yang dirasakan klien
1. Keluhan nyeri Terapeutik : Terapeutik :
menurun Memberikan teknik 1. Untuk mengatasi nyeri menggunakan
2. Meringis menurun nonfarmakologis untuk mengurangi teknik onfarmakologis
3. Keluhan sulit tidur rasa nyeri (mis. Terapi musik) 2. Agar kebutuhan tidur terpenuhi
menurun Memfasilitasi istirahat dan tidur Edukasi :
Edukasi : 1. Agar Klien mampu mengontrol nyeri
1. Mengajarkan memonitor nyeri secara mandiri
secara mandiri 2. Untuk mengatasi yeri menggunakan
2. Mengajarkan teknik teknik nonfarmakologis
nonfarmakologis untuk mengurangi Kolaborasi :
rasa nyeri 1. Membantu klien dalam pemenuhan
Kolaborasi : obat yang telah ditentukan
1. Mengkolaborasi pemberian
analgesic
(inj santagesik 3x1, inj metzol 3x1)
tidur d.d tampak keperawatan selama 2x24 1. Mengidentifikasi faktor 1. Untuk mengetahui faktor yang
lingkaran hitam di jam diharapkan pola tidur pengganggu tidur mengganggu tidur
mata membaik dengan kritaria Terapeutik : Terapeutik :
hasil : Melakukan prosedur untuk 1. Untuk memberikan kenyamanan pada
1. Keluhan sulit tidur meningkatkan kenyamanan (mis. klien
menurun pengaturan posisi) Edukasi :
2. Keluhan istirahat Edukasi : 1. Untuk membantu mengatasi keluhan
tidak cukup menurun 1. Mengajarkan relaksasi otot dan sulit tidur
cara nonfarmakologis lainnya Kolaborasi :
Kolaborasi : -
-
3. D.0056 L.05047 27/02/2024 I.05178 I.05178
Intoleransi aktivitas b.d Toleransi aktivitas 10.00 Manajemen energi Manajemen energi
kelemahan fisik d.d Setelah diberikan tindakan Observasi : Observasi :
klien terbaring di tempat keperawatan selama 2x24 1. Memonitor pola dan jam tidur 1. Untuk mengetahui pola tidur klien
jam diharapkan toleransi 2. Memonitor lokasi dan 2. Mengetahui apa dan dimana hambatan
tidur
aktivitas meningkat dengan ketidaknyamanan selama dalam melakukan aktivitas
kriteria hasil : melakukan aktivitas Terapeutik :
1. Keluhan lelah Terapeutik : 1. Meningkatkan kenyamanan pada klien
menurun 1. Menyediakan lingkungan nyaman 2. Membantu klien agar rileks
2. Perasaan lemah dan rendah stimulus Edukasi :
menurun 2. Memberikan aktivitas distraksi 1. Untuk mengembalikan energi
3. Tekanan darah yang menenangkan 2. Meningkatkan kemampuan
membaik Edukasi : beraktivitas secara bertahap
4. Kemudahan dalam 1. Menganjurkan tirah baring Kolaborasi :
melakukan aktivitas 2. Menganjurkan melakukan aktivitas 1. Membantu klien memenuhi kebutuhan
sehari-hari meningkat secara bertahap nutrisi melalui asupan makanan
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi
40
(SDKI D.0077) Manajemen nyeri (SIKI I.08238) 28/02/2024 S: px mengeluh nyeri pada luka operasi di bagian perut sebelah kiri
Nyeri akut b.d agen 1. Mengidentifikasi skala nyeri 08.00 O:
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, P: nyeri perut akibat post op
pencedera fisik d.d
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri Q: seperti ditusuk-tusuk
luka colostomy 3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk R: perut sebelah kiri
mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik) S: 4
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur T: hilang timbul
5. Mengajarkan memonitor nyeri secara mandiri -pasien tampak lemas
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk -pasien sesekali meringis kesakitan
mengurangi rasa nyeri -TTV :
7. Melakukan kolaborasi pemberian analgesic TD : 130/80 mmHg
(inj santagesik 3x1, inj metzol 3x1) RR : 20 X/mnt
S : 36,5 °C
N : 80 X/mnt
Spo2 : 98%
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 3,5,6,7
3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi musik)
5. Mengajarkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
7. Melakukan kolabrorasi pemberian analgesic
(inj santagesik 3x1, inj metzol 3x1)
(SDKI D.0055) Dukungan tidur (SIKI I.05174) 26/02/2024 S: px mengatakan susah tidur, tidak bisa tidur nyenyak, dan selalu
Gangguan pola tidur Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur 08.00 tebangun tiba-tiba karena terasa nyeri diperutnya
Mengatur posisi klien untuk membantu O:
b.d kurang kontrol
meningkatkan kenyamanan TD : 130/80 mmHg
tidur d.d tampak Mengajarkan relaksasi otot dan cara RR : 20 X/mnt
lingkaran hitam di nonfarmakologis lainnya S : 36,5 °C
N : 80 X/mnt
mata
Spo2 : 98%
42
(SDKI D.0056) Manajemen energi (SIKI I 05178) 28/02/2024 S: keluarga px mengatakan px tidak dapat melakukan aktivitas seperti
Intoleransi aktivitas 1. Memonitor pola dan jam tidur 08.00 biasa dikarenakan nyeri bekas op yang belum sembuh, hanya bisa
2. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan berbaring ditempat tidur, makan minum dibantu oleh keluarga.
b.d kelemahan fisik
selama melakukan aktivitas O:
d.d klien terbaring di 3. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah -keadaan umum lemah
tempat tidur stimulus -aktivitas pasien dibantu keluarga
4. Memberikan aktivitas distraksi yang -px tampak hanya berbaring ditempat tidur
menenangkan -mandi, ganti pakaian, makan dibantu seluruhnya
5. Menganjurkan tirah baring TD : 130/80 mmHg
6. Menganjurkan melakukan aktivitas secara RR : 20 X/mnt
bertahap. S : 36,5 °C
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentang N : 80 X/mnt
cara meningkatkan asupan makanan Spo2 : 98%
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 4,6
4. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan
6. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
(SDKI D.0055) Dukungan tidur (SIKI I.05174) 29/02/202 S: px mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan tenang
Gangguan pola tidur 3. Mengajarkan relaksasi otot dan cara nonfarmakologis 4 O:
-pasien tampak segar
b.d kurang kontrol lainnya 14.00
-jam tidur membaik (6 jam, terkadang terbangun)
tidur d.d tampak -TTV
lingkaran hitam di TD : 110/70 mmHg
RR : 20 X/mnt
mata
S : 36 °C
N : 80 X/mnt
Spo2 : 99%
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
(SDKI D.0056) Manajemen energi 29/02/202 S: PX mengatakan sudah belajar duduk ditempat tidur
Intoleransi aktivitas 4. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan 4 O:
b.d kelemahan fisik 6. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. 14.00 - Pasien tampak segar
d.d klien terbaring - kekuatan otot membaik
44
di tempat tidur 5 5
5 5
-TTV
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 X/mnt
S : 36 °C
N : 80 X/mnt
Spo2 : 99%
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
45
BAB 4
RELAKSASI BENSON
merupakan teknik relaksasi yang digabung dengan keyakinan yang dianut oleh
pasien, relaksasi benson akan menghambat aktifitas saraf simpatis yang dapat
Manfaat dari relaksasi benson terbukti memodulasi stres terkait kondisi seperti
marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia
2000).
45
46
BAB 5
PEMBAHASAN
a. Usia
47
48
Relaksasi Benson adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
mengalihkan perhatian kepada relaksasi sehingga kesadaran klien terhadap nyeri-
nya berkurang, relaksasi ini dilakukan dengan cara menggabungkan relaksasi
49
yang diberikan dengan kepercayaan yang dimiliki klien. Individu yang mengalami
ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan
pada waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan
demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang, cemas, insomnia, dan nyeri.
Menurut Benson formula yang dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur
keimanan kepada agama, kepada tuhan yang disembah akan menimbulkan respon
relaksasi yang lebih kuat dibandingkan dengan sekedar relaksasi tanpa melibatkan
unsur keyakinan terhadap hal tersebut. Dampak intervensi relaksasi Benson tidak
terbatas pada penyembuhan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, ataupun
kecemasan saja, tetapi sampai pada tingkat mampu menurunkan rasa nyeri
50
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, (2017). Colorectal Cancer Facts & Figure 2017-2019.
https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research/cancer-facts-
and-statistics-2017-2019.pdf
APSIC, (2018). Pedoman APSIC Untuk Pencegahan Infeksi Daerah Operasi. Asia
Pacific Society Of Infection Control.
Betty bea septiari, (2012). Infeksi Nosokomial. Jakarta : Nuha Medika
Black, J.M., & Hawks, J.H, (2014). Keperawatan Medikal Bedah:Manajemen
Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8. Singapore:Elsevier.
Bondan, P.(2021). Diet Pada Penyakit Diberkulitas, Journal Of Nutrition And
Health, Vol9 No1
Diyono, & Sri Mulyanti. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Kemenkes. (2017). Kanker Kolorektal : Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Koloreektal. http://.kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKkolorektal.pdf.
Sayuti, Muhammad,. & Nouva. (2019). Kanker Kolorektal, Jurnal Averrous.
Vol.5 No.2
Tangella, K. (2019). Colostomy. DoveMed. https://www.dovemed.com/common-
procedures/procedures-surgical/colostomy/
50