COVER
COVER
Oleh :
WIDYA RAINA RAHMADANI
Oleh :
WIDYA RAINA RAHMADANI
19.12.2.149.084
PENDAHULUAN
penyesuaian yang rumit, yang di dalamnya terdapat sebuah pola yang terdiri
dari beberapa aspek tertentu yang dapat dilihat dengan jelas. Penyesuaian diri
adalah sebuah proses yang meliputi respon dalam diri seperti respon mental
permasalahan yang ada didalam dirinya dengan baik yang bertujuan untuk
yang dialami setiap individu adalah mencapai hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya dan berusaha untuk mencapai peran sosialnya
hambatan dan tidak mampu mencapai suatu kebahagiaan dalam hidup. Hal ini
Usia remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik, psikis, maupun sosial, yang tidak jarang menimbulkan berbagai
konflik dan masalah dalam kehidupannya (Agustiani, 2009 dalam Fadlilah &
Amin, 2021). Dalam menghadapi berbagai masalah yang begitu komplek ada
pesantren. Pondok Pesantren adalah suatu lembaga yang bisa disebut sebagai
unik dan sedikit berbeda dengan sekolah formal pada umumnya yaitu santri di
kompleks ia dididik sampai mereka lulus studi. Jenis pendidikan seperti ini
sudah banyak ditawarkan dan memiliki banyak peminat. (H. Hafiar dkk, 2019
masalah dalam proses penyesuaian diri. Masalah yang sering terjadi diantara
lain adalah tidak mau sekolah, tidak ingin tinggal di Asrama, melakukan
tindakan yang melanggar peraturan Pondok, dan tidak bisa jauh dari orang
tua.
Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di kelas VII MTs Ma`ad
sekolah terkait penyesuaian diri. Salah satu siswa ada yang pindah sekolah
dengan alasan yang kurang jelas. Setelah diteliti lebih lanjut oleh Pendamping
informasi yang penulis dapat dari salah satu siswa kelas VII bahwa di kelas
bahwa siswa yang keluar itu pendiam maka dia berteman dan sering
di lingkungan Pondok, tidak bisa jauh dari orangtua, dan merasa terbebani
Pesantren. Para santri akan bertemu dengan teman-teman baru, tempat tinggal
baru, dan situasi yang baru. Dalam proses tersebut, tidak sedikit para santri
yang merasa tidak sanggup atau merasa tidak mampu menyesuaikan diri
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebegitu pentingnya hal ini
penyesuaian diri adalah konsep diri (Partosuwido, 1993 dalam Selliana dkk.,
2021). Konsep diri merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
penyesuaian diri pada individu. Terdapat lima komponen dalam konsep diri
yaitu citra tubuh, identitas diri, ideal diri, peran diri dan harga diri (Yusuf,
Fitriyasari & Nihayati, 2015 dalam Anjastya & Pratiwi, 2020). Persoalan
Sementara diri (self) terbentuk oleh adanya konsep tentang diri (self concept).
menunjukkan bahwa tidak sedikit remaja memiliki konsep diri yang kurang
diri yang positif. Hurlock (1976) mengemukakan penting bagi individu untuk
memiliki konsep diri yang positif, untuk dapat mewujudkan rasa percaya diri
sehingga individu akan cenderung lebih aktif dan terbuka dalam melakukan
2003 (dalam Marimbuni, 2017) mengemukakan konsep diri yang positif akan
dengan baik. Konsep diri pada remaja cenderung untuk tidak konsisten, dan
hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh remaja
juga berubah. Akan tetapi, dengan cara ini, remaja akan mengalami suatu
diri yang konsisten (Pudjianto, 2000 dalam Selliana dkk, 2021). Remaja yang
memiliki konsep diri yang baik akan mampu menyesuaiakan diri dengan
Usia remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik, psikis, maupun sosial, yang tidak jarang menimbulkan berbagai
konflik dan masalah dalam kehidupannya (Agustiani, 2009 dalam Fadlilah &
Amin, 2021). Dalam menghadapi berbagai masalah yang begitu komplek ada
Rahim, 2017) masalah yang sering dihadapi para remaja adalah perilaku
diri pada remaja dengan remaja lainnya, dengan guru dan masyarakat.
penyesuaian diri adalah konsep diri (Partosuwido, 1993 dalam Selliana dkk.,
2021). Konsep diri merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
diri pada remaja cenderung untuk tidak konsisten, dan hal ini disebabkan
karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh remaja juga berubah.
Sebagai bahan ajar dalam proses pembuatan penelitian ilmiah lainnya dan
sebagai bahan dasar lainnya agar dapat menambah pengetahuan yang luas
tentang ilmu keperawatan jiwa komunitas yang dilakukan pada remaja yang
Kecamatan Tuban
TINJAUAN PUSTAKA
sarjananya di Mount Saint Mary’s Collage dan tahun 1966 memperoleh gelar
menjadi salah satu yang melatar belakangi Roy dalam mengembangkan teori
respon akibat perubahan fisik dan psikologis yang besar. Roy pun
dari teori Harry Helson yang menjelaskan adanya respon adaptif yang
Stimulus dalam adaptasi terjadi karena adanya dorongan dari banyak faktor di
level adaptasi menurut Harry Helson disebabkan oleh tiga stimulus yaitu
merupakan stimulus lainnya yang merupakan efek dari stimulus fokal, dan
1. Manusia
2. Lingkungan
3. Kesehatan
perasaan yang terintegrasi. Adaptasi ini terintegrasi dari interaksi manusia dan
sebagai suatu sistem adaptif yang berproses dan memiliki hubungan adaptasi
yang diciptakan dari adanya stimulus, dan koping yang dijelaskan dalam
1. Masukan (input)
dapat menimbulkan respons. Selain itu sebagai suatu sistem yang dapat
individu itu sendiri, di mana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
dengan efek pada situasi saat ini yang tidak jelas. Merupakan
2. Kontrol
1) Subsistem regulator.
dan brain system dan spinal cord yang diteruskan sebagai prilaku
2) Subsistem kognator
Konsep adaptasi Calista Roy adalah bagian dari proses internal dan
2002)
(1) Oksigenasi
(2) Nutrisi
(3) Eliminasi
(5) Proteksi
(6) Sensori
(7) Cairan dan elektrolit
2) Konsep Diri
(2) Personal self (termasuk konsistensi diri dan ideal diri) dan
3) Fungsi Peran
4. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun
dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
Perry, 2005).
Model konsep dan teori keperawatan Sister Calista Roy (Teori Roy)
perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang mal adaptif.
diantaranya:
orang lain.
Pada tahun 1964, Sister calista roy mengembangkan model adaptasi dalam
akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau
sebagainya. Konsep diri juga diartikan oleh Sinurat (1991) sebagai pandangan
seseorang tentang gambaran dan penilaian tentang diri sendiri yang meliputi
dan berperilaku serta mengingat segala hal yang telah diperoleh dari
orang lain. Jadi, konsep diri merupakan pandangan individu terhadap dirinya
sendiri.
oleh hadiah dan hukuman yang berarti dalam kehidupan orang yang
tujuan ataupun emosi. Konsep diri yang dimiliki seseorang digunakan untuk
diri positif dan negatif, tetapi ada juga yang menyebutkan konsep diri tinggi
Setiap jenis konsep diri mempunyai ciri-ciri yang khas. Brooks dan
diri positif dan negatif. Orang yang mempunyai konsep diri positif
lain:
2. Penerimaan diri, seseorang yang dapat menerima segala sesuatu yang ada
lebih mudah menerima pendapat dan perasaan orang lain dan lebih
terbuka.
3. Harga diri tinggi, orang yang harga dirinya tinggi biasanya mempunyai
bahwa sifat khas atau ciri khas yang dimiliki seseorang yang konsep dirinya
negatif adalah : tidak percaya diri, kurang penerimaan diri, pesimis, harga diri
rendah, tidak aman dan sangat peka terhadap kritikan, sebaliknya ciri khas
yang dimiliki seseorang yang konsep dirinya positif adalah: percaya diri,
penerimaan diri baik, optimis, harga dirinya tinggi, dan mempunyai perasaan
aman.
4. Aspek moral, di dalamnya meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti
diri, yaitu:
pemahaman akan perbedaan antara dirinya yang ingin dimiliki (ideal- self)
2. Faktor emosi
3. Faktor pengarahan
Tujuan Faktor pengarahan tujuan yaitu kemampuan seseorang untuk
terhadap teman.
7. Faktor identitas
sekitarnya.
orang lain terhadap remaja (Elkins, 1979 dalam Aristya & Rahayu, 2018).
melalui tingkah laku yang didasarkan pada minat, gaya hidup dan nilai-
nilai kehidupan.
1. Citra diri
positif terhadap keadaan fisik baik berasal dari diri sendiri maupun orang
lain sangat membantu perkembangan konsep diri ke arah positif. Hal ini
2. Jenis kelamin
Penetapan apakah individu digolongkan sebagai laki-laki atau perempuan
popularitasnya.
4. Faktor sosial
orang lain di sekitarnya. Konsep diri yang dipengaruhi oleh persepsi orang
citra diri mencakup keadaan fisik secara keseluruhan, jenis kelamin, perilaku
orang tua, faktor sosial yang mencakup interaksi individu dengan orang lain di
sekitarnya.
Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Cara individu
dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan,
tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Sementara
harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara
menganalisi seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri.
Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama
harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat
penghargaan dari orang lain. Kompenen lainnya dalah peran diri yang
diartikan sebagai pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan
diri secara utuh maka disimpulkan bahwa komponen konsep diri meliputi
gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
penyesuaian diri adalah suatu proses yang meliputi respon mental dan
perilaku, dalam hal ini individu akan berusaha mengatasi ketegangan, frustasi,
kebutuhan, dan konflik yang berasal dari dalam dirinya dengan baik dan
menyesuaikan diri tetapi ada juga individu yang tidak mampu menyesuaikan
dua faktor yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar
(eksternal).
Menurut Schneiders (1964 dalam Ali & Asrori, 2004) ada lima faktor yang
1. Kondisi fisik
2. Kepribadian
3. Proses belajar
4. Lingkungan
faktor - faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun
eksternal. Adapun faktor internal yaitu : faktor fisiologis, faktor psikologis
harga diri dan lain-lain, faktor belajar, determinasi diri, dan faktor konflik.
sendiri serta sikap yang dimilikinya, baik terkait degan dimensi fisik,
konsep baru.
individu.
2. Faktor eksternal
baik.
diri, maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian
Dari tiga sudut pandang tersebut dapat disimpulkan bahwa penyesuian diri
4. Keutuhan pribadi,
6. Rasa humor,
10. Adaptabilitas,
11. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain, dan
individu yang memiliki penyesuaian yang baik (well adjusted person) adalah
telah belajar untuk bereaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya dengan
tidak sosial, atau bahkan anti sosial yang keberhasilan dan kebahagiaan masa
dewasanya terganggu.
merupakan individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Remaja
masa kanakkanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung
individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Dimana remaja
merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa dimana
jawab
periode sebelumnya (Hurlock, 1991 dalam Anjastya & Pratiwi, 2020). Ciri-
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan
1) Meningginya emosi.
sosialnya.
berubah.
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-
yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-
cita.
peserta didik di sekolah formal yang sedang menjalani tingkatan VII dan
Siswa kelas X termasuk dalam kategori masa remaja awal dan pertengahan
karena pada umumnya mereka berusia 13-15 tahun. Hal ini diteliti oleh
Monks, dkk. (1998) yang dengan cermat menganalisis mengenai semua aspek
perkembangan pada masa remaja, dan melakukan pembagian usia pada masa
remaja. Salah satu pembagian usia yang dilakukannya adalah umur 12-15
tahun merupakan masa remaja awal dan umur 15-18 tahun merupakan masa
remaja pertengahan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah :
masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode
peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia
bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai
masa yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak
realistik, masa remaja sebagai masa ambang dewasa. Pembagian usia remaja
adalah umur 12-15 tahun merupakan masa remaja awal dan umur 15-18 tahun
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik
variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti) (Nursalam, 2017).
Penyesuaian Diri
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti
Internal, dimana faktor internal meliputi : motif, self-concept atau konsep diri,
dalam Garnis & Widyastuti, 2021). Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri adalah konsep diri. Konsep diri berperan dalam melakukan
2) Ideal Diri (Self Ideal), 3) Harga Diri (Self Esteem), 4) Peran Diri (Self
dikemukakan penelitian :
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penelitian
atau observasi dari data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada saat itu, pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara
stimulant pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentu tidak semua
subjek oenelitan harus diobservasi pada hari atau waktu yang sama, tetapi
variabel independen atau dependen diukur hanya satu kali saja (Nursalam,
2013).
karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang
dipelajari tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek
siswa kelas VII MTs Ma`ad Hidayatun Najah, SMP Tahfidz Enterpreneur
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VII MTs Ma`ad
1. Kriteria Inklusi
2021/2022.
Keterangan :
n = besar sampel
N = jumlah populasi
N
n=
1+ N ( d )2
312
n=
1+312 ( 0,05 )2
312
n=
1+0,78
312
n=
1,78
n=175
dipergunakan dalam dua situasi. Pertama, jika simple random sampling tidak
memungkinkan karena alasan jarak dan biaya; kedua peneliti tidak mengetahui
sampling frame. Misalnya, peneliti ingin meneliti anak yang mengalami stres
yang berbeda.
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lainnya) (Soeparto, Putra, & Haryanto,
perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
(Nursalam, 2020). Variabel independen pada penelitian ini adalah konsep diri.
Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati
dari suatu organisme yang dikenai stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat
adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
Instrumen adalah alat ukur yang disusun oleh penliti yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) untuk dapat mengukur apa yang