Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN CKD

Oleh:

Ayu Satriana, S.Kep


NIM : 70900122032

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi CKD
CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme,
cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
B. Etiologi
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem reninangiotensin-
aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher
2. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar
3. Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4. Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku 6. Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7. Amenore dan atrofi testikuler
C. Patofisiologi
Nefron rusak permanen nefrin intake hiperplasi dan hipertrofi fungsi ginjal tidak
berjalan kerusakan nefron lebih dari 75% fungsi ginjal rusak Ginjal
tidak mampu menjalankan fungsinya
E. Komplikasi
Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain
adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron. 4. Anemia akibat pe
nurunan eritropoitin
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat
peningkatan nitrogen dan ion anorganik
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi : Menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa kista,
obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
2. Foto Polos Abdomen : Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain
3. Pielografi Intravena : Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan
faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat
4. USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises
dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat
5. Renogram : Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim)
serta sisa fungsi ginjal
6. Pemeriksaan Radiologi Jantung : Mencari adanya kardiomegali, efusi pericarditis
7. Pemeriksaan radiologi Tulang : Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari)
kalsifikasi metatastik
8. Pemeriksaan radiologi Paru : Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde : Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang
reversible
10. EKG : Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tandatanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsi Ginjal : Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya
12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju endap darah
b. Urin
- Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria)
- Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah, bakteri,
lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya
darah, miglobin, dan porfirin.
- Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat).
- Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio urine
/ ureum sering 1:1.
c. Ureum dan Kreatinin - Ureum: - Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
3. Memperlambat perburukkan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
Derajat LFG Perencanaan/penatalaksanaan
(ml/mnt/1,873m3) terapi
1 >90 Dilakukan terapi pada
penyakit dasarnya, kondisi
komorbid, evaluasi
pemburukan (progression)
fungsi ginjal, memperkecil
resiko kardiovaskuller
2 60-89 Menghambat pemburukan
(progression) fungsi ginjal
3 0-59 Mengevaluasi dan melakukan
terapi pada komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk mengganti
ginjal (dialysis)
5 <15 Dialysis dan mempersiapkan
terapi penggantian ginjal
(transpalansi ginjal)

Pedoman Untuk Gaya Hidup Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik


1. Berhenti merokok
2. Mengurangi berat badan
3. Kontrol protein diet
4. Asupan alcohol
5. Olahraga
6. Asupan garam
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Psikososial
6. Aktifitas dan istirahat
7. Sirkulasi
8. Integritas ego
9. Eliminasi
10. Makanan/cairan
11. Neuro sensorik
12. Nyeri/kenyamanan
13. Pernapasan
14. Seksualitas
15. Pengkajian balance cairan
16. Observasi dan pemeriksaan fisik
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin dan retensi cairan dan natrium.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan alveolus sekunder terhadap adanya edema
pulmoner.
3. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual muntah
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan Intevensi Keperawatan
Keperawatan
1 Kelebihan volume Tujuan: Setelah Fluid Management 1. Kaji status
cairan b.d penurunan dilakukan asuhan cairan ; timbang berat badan,
haluaran urin dan keperawatan selama keseimbangan masukan dan

retensi cairan dan 3x24 jam volume haluaran, turgor kulit dan adanya

natrium cairan seimbang. edema


Kriteria Hasil: NOC : 2. Batasi masukan cairan
Fluid Balance 3. Identifikasi sumber potensial
 Terbebas dari cairan
edema, efusi, anasarca 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga
 Bunyi nafas rasional pembatasan cairan 5.
bersih,tidak adanya Kolaborasi pemberian cairan sesuai
dipsnea terapi
 Memilihara tekanan
vena sentral, tekanan
kapiler paru, output
jantung dan vital sign
normal.

2 Gangguan NOC : NIC : Airway Management


pertukaran gas b.d  Respiratory Status : 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
kerusakan alveolus Gas exchange chin lift atau jaw thrust bila perlu

sekunder terhadap  Respiratory Status : 2. Posisikan pasien untuk

adanya edema ventilation memaksimalkan ventilasi

pulmoner  Vital Sign Status 3. Identifikasi pasien perlunya


Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas buatan.
 Mendemonstrasikan 4. Pasang mayo bila perlu
peningkatan ventilasi 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan oksigenasi yang 6. Keluarkan sekret dengan batuk
adekuat. atau suction
 Memelihara 7. Auskultasi suara nafas, catat
kebersihan paru paru adanya suara tambahan.
dan bebas dari tanda 8. Berika bronkodilator bial perlu
tanda distress 9. Berikan pelembab udara
pernafasan.
3 Perubahan pola Setelah dilakukan Respiratory Monitoring
napas berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor rata – rata, kedalaman,
dengan selama 1x24 jam pola irama dan usaha respirasi

hiperventilasi paru nafas adekuat. Kriteria 2. Catat pergerakan dada,amati


Hasil: NOC : kesimetrisan, penggunaan otot
Respiratory Status tambahan, retraksi otot
 Peningkatan supraclavicular dan intercostal
ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena,
oksigenasi yang takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
adekuat cheyne stokes
 Bebas dari tanda 4. Auskultasi suara nafas, catat area
tanda distress penurunan / tidak adanya ventilasi
pernafasan dan suara tambahan
 Suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
4 Gangguan nutrisi Setelah dilakukan Nutritional Management
kurang dari asuhan keperawatan 1. Monitor adanya mual dan muntah
kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam 2. Monitor adanya kehilangan berat

anoreksia mual nutrisi seimbang dan badan dan perubahan status nutrisi.

muntah adekuat. Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein,


NOC : Nutritional hemoglobin, dan hematocrit level
Status yang menindikasikan status nutrisi
 Nafsu makan dan untuk perencanaan treatment
meningkat selanjutnya.
 Tidak terjadi 4. Monitor intake nutrisi dan kalori
penurunan BB klien
 Masukan nutrisi 5. Berikan makanan sedikit tapi
adekuat sering
 Menghabiskan porsi 6. Berikan perawatan mulut sering
makan Hasil lab 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
normal (albumin, pemberian diet sesuai terapi
kalium)
5 Gangguan perfusi Setelah dilakukan NIC : Energy Management
jaringan asuhan keperawatan 1. Observasi adanya pembatasan
berhubungan dengan selama 3x24 jam klien dalam melakukan aktivitas
penurunan suplai O2 perfusi jaringan 2. Kaji adanya factor yang
dan nutrisi ke jaringan adekuat. NOC : menyebabkan kelelahan
sekunder  Energy conservation 3. Monitor pasien akan adanya
 Self Care : ADLs kelelahan fisik dan emosi secara
Kriteria Hasil : berlebihan
 Berpartisipasi dalam 4. Monitor respon kardivaskuler
aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas
disertai peningkatan 5. Monitor pola tidur dan lamanya
tekanan darah, nadi tidur/istirahat pasien
dan RR
6 Intoleransi aktivitas NOC : NIC : Energy Management
berhubungan dengan  Energy conservation 1. Observasi adanya pembatasan
keletihan, anemia,  Self Care : ADLs klien dalam melakukan aktivitas

retensi produk Kriteria Hasil : 2. Kaji adanya factor yang


 Berpartisipasi dalam menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa 3. Monitor pasien akan adanya
disertai peningkatan kelelahan fisik dan emosi secara
tekanan darah, nadi berlebihan
dan RR 4. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
5. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan

Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose
Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2 Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction Publising. 2015
Smeltzer, S.

Anda mungkin juga menyukai