Laryngopharyngeal Reflux
Oleh :
Preseptor :
PADANG
2020
Laryngopharyngeal Reflux
berbeda, pada GERD kejadian refluks terjadi pada untuk mengetahui anatomi dan fisiologi telinga serta
malam hari, adanya nyeri pada epigastrium, periode epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patogenesis,
terpapar cairan asam lambung lebih lama, serta klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis
ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila 2.2.2 Etiologi
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan
LPR secara etiologi dapat disebabkan karena faktor
menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid
fisik yaitu adanya gangguan fungsional dari sphincter
bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.
esophagus, hiatal hernia, abnormalitas kontraksi
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam
esophagus, lambatnya pengosongan dari lambung,
traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi
sedangkan dapat juga disebabkan karena infeksi,
sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi
vocal abuse, alergi, merokok, iritasi dari polusi udara,
sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring
alcohol abuse dan gaya hidup, misalnya, diet
berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
makanan berlemak, kopi, coklat, NSAID, makanan
Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah
pedas, merokok, minuman beralkohol.8,9
dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian
bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong 2.2.3 Epidemiologi
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin
masuk kedalam laring. Laring juga mempunyai fungsi Prevalensi baik LPR maupun GERD sampai saat ini
untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, belum diketahui secara pasti, tetapi Koufman pernah
mengeluh, menangis dan lain-lain. Fungsi laring yang melaporkan pada tahun 1988 dari 10% pasien dengan
lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta keluhan gangguan suara menderita LPR.9,10,11
menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya
nada diatur oleh peregangan plica vokalis. Bila plica 2.2.4 Patogenesis
vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan Saat ini ditetapkan bahwa iritasi mukosa laring
merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, akibat LPR dapat terjadi melalui dua mekanisme
menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang etiologi. Mekanisme utama menyangkut iritasi
bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan langsung refluks lambung atau gastroduodenal (asam,
atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika pepsin, tripsin, garam empedu, dan beberapa protein
vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk gastro-duodenum) pada mukosa saluran aerodigestif
berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid atas.10,11,12,13 Terutama, pepsin ditemukan pada
akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, ekstra dan intraseluler laring dari subjek LPR dalam
sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi penelitian eksperimental dan klinis. Endositosis pepsin
serta mengendornya plika vokalis akan menentukan mengakibatkan kerusakan mitokondria dan ekspresi
tinggi rendahnya nada.1,2 dari banyak gen yang terlibat dalam perekrutan sel-sel
inflamasi, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan dan
2.2 Laryngopharyngeal Reflux
angiogenesis dalam sel-sel laring.14,15 Selain itu,
pepsin juga mengubah ekspresi negatif dari faktor
2.2.1 Definisi
pertumbuhan yang terlibat dalam perbaikan luka,
Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah jejas angiogenesis dan vasculogenesis; mengurangi
pada laringofaring yang diakibatkan aliran balik isi penyatuan mukosa dan mendukung proses iritasi.15
lambung ke daerah laringofaring, dengan karakteristik Berkenaan dengan jaringan lipatan vokal, refluks
gejala suara serak, mendehem, sekret di belakang pepsin mengurangi mekanisme pertahanan terhadap
hidung, kesulitan dalam proses menelan, batuk cidera epitel. Dengan demikian, pepsin terlibat dalam
setelah makan/berbaring, tersedak, batuk kronik, dan pengurangan hidrasi lendir, penghambatan ekspresi
perasaan mengganjal di tenggorok. Beberapa istilah gen karbonat musin dan anhidrase, dan menipisnya
yang mempunyai arti sama dengan protein epitel skuamosa yang terlibat dalam proteksi
Laryngopharyngeal reflux (LPR), reflux laryngitis, seluler dari tekanan mekanik. Dengan pengurangan
laryngeal reflux, pharngoesophageal reflux, baik defense mekanisme dan ekspresi faktor
supraesophageal reflux, extraesophageal reflux, pertumbuhan yang terlibat dalam perbaikan luka,
atypical reflux. Sinonim LPR yang paling sering angiogenesis dan vasculogenesis, pepsin sangat
digunakan adalah refluks ekstraesophageal.1,12,13 terkait dengan pengembangan mikrotrauma dari epitel
6
lipatan vokal, yang mengarah pada peningkatan risiko 2. Fungsi motorik esofagus dan Klirens Asam
untuk mengembangkan lipatan pita suara seperti
Pertahanan anti refluks kedua adalah fungsi motorik
sebagai sulci atau nodul.16,17
normal dari esofagus. bolus makanan dan minuman
Teori etiologi kedua melibatkan stimulasi
akan didorong oleh kekuatan dari gerak peristaltik dari
kemoreseptor esophagus yang dihasilkan dari bahan
refluks lambung di distal esofagus, dengan refleks pharyngoesophageal junction turun kebawah sampai
vagus diikuti oleh sekresi mukosa, batuk dan ke gastroesophageal junction dan ke dalam lambung.
pembersihan tenggorokan berulang-ulang. Arkus Gerak peristaltik secara primer di rangsang oleh
refleks akan menyebabkan peradangan difus pada
proses menelan di faring atau secara sekunder
saluran udara dengan hipersekresi pada mukosa dengan stimulasi langsung pada mukosa esofagus.
trakea, laring dan faring, batuk kronis, suara serak dan Gerakan peristaltik ini penting untuk membersihkan
tekanan.14,15
refluks ke dalam lambung. Adanya gangguan gerakan
Literatur saat ini cenderung secara langsung esofagus akan meningkatkan refluk dengan melewati
mengkonfirmasi terjadinya efek langsung dari konten esofagus sampai ke laryngopharyng. Dengan
lambung dengan banyak klinis dan penelitian pengukuran manometric, pada pasien LPR didapatkan
eksperimental tetapi, sampai saat ini, beberapa bukti 75% mengalami kelainan motilitas.10,11
eksperimental memvalidasi teori kedua.14,15
3. Upper Esophageal Sphincter
2.2.5 Patofisiologi
Pertahanan antirefluks yang ketiga adalah Upper
Secara fisiologis terdapat 4 pertahanan untuk
Esophageal sphincter (UES). Terjadinya kelemahan
melindungi saluran aerodigestivus dari cedera refluks
pada mekanisme ini yang membedakan antara GERD
yaitu15,16,17
dan LPR. UES didefinisikan sebagai daerah yang
dapat berkonstriksi secara tonik di pharyngoesofageal
1. Gastroesophageal Junction (GEJ)
junction. Seperti pada LES, UES akan berelaksasi
2. Fungsi motorik esofagus dan klirens asam pada saat makanan atau minuman akan masuk pada
proses menelan. Secara anatomi UES merupakan
3. Resistensi jaringan mukosa esofagus
serabut distal dari otot cricopharyngeus dan bagian
4. Upper esophageal sphincter (UES) proksimal dari esofagus. Dimana otot cricopharyngeus
memegang peranan penting pada tekanan di UES.
1. Gastroesophageal Junction (GEJ) Fungsi utama dari UES adalah menjaga masuknya
udara masuk kedalam esofagus selama respirasi dan
Mekanisme pertama pada pertahanan anti refluks
menjaga sekresi gaster masuk ke faring sewaktu
adalah gastroesophageal junction. Pertahanan ini
refluks. Adanya penyimpangan pada fungsi yang
terdiri dari sphincter dengan elemen otot dari lower
kedua tersebut diyakini sebagai penyebab kerusakan
esophageal sphincter (LES) dan otot lurik dari
primer pada LPR, yang bermanifestasi terjadinya
diafragma bagian bawah, yang berkombinasi untuk
refluks yang mencapai laryngopharyng.10,11
menjaga tekanan GEJ, hal ini penting untuk menahan
tekanan intra-abdominal, dan mencegah isi lambung 4. Resistensi Mukosa Faring dan Laring
melewati esofagus. Secara fisiologis LES merupakan
sphicnter dengan panjang 3-4 cm dengan otot yang Pada saat refluks yang melewati UES dan mencapai
dapat berkontraksi di distal esofagus. Sphincter akan daerah laryngopharyng akan menyebar di sepanjang
mukosa yang berbatasan di daerah kepala leher. Pada
relaksasi setelah terjadi proses menelan makanan dan keadaan ini hanya ada satu pertahanan untuk
memasukkan ke dalam lambung, secara anatomi mencegah inflamasi dan kerusakan dari komponen
daerah ini mempunyai ketebalan 2-3 kali lebih tebal korosif refluks yaitu resistensi dari mukosa faring dan
10,11
dibanding bagian dinding proksimal esofagus. laring.10,11
7
Dengan adanya empat penghalang fisiologis menilai derajat gejala LPR pada awal evaluasi dan
yang melindungi saluran jalan napas bagian atas dari setelah pengobatan. Pasien di anamnesis
trauma akibat refluks, yaitu: spingter esofagus bawah, menggunakan skala 0-5 untuk derajat gejala-gejala
pembersihan asam dengan motor esofagus, resistensi dalam tabel . Skor Indeks Gejala Refluks lebih dari 13,
jaringan mukosa esofagus, dan spingter esofagus atas adalah abnormal.12,13,14
maka epitel respiratori bersilia di laring yang
Laringoskopi, tidak ada tanda yang spesifik dari iritasi
normalnya berfungsi untuk membersihkan mukus dari
laring dan inflamasi yang dapat dilihat, tetapi beberapa
cabang trakeobronkial, akan meningkat jumlahnya bila
penemuan dapat meningkatkan dugaan ke LPR.
keempat sistem penghalang ini gagal dan disfungsi
Meskipun tidak khas, adanya penebalan, kemerahan
dari silia ini akan menyebabkan pengumpulan mukus
dan edema terutama di posterior laring (laringitis
sehingga terjadi sensasi postnasal drip dan
posterior) paling sering ditemukan. Adanya perlekatan
merangsang pengeluaran dahak. Iritasi cairan refluks
secara langsung menyebabkan terjadinya batuk dan granuloma yang mempunyai hubungan dengan
tersedak (laringospasme) akibat sensitivitas saraf monitoring pH, dijumpai pada kasus LPR 65%-74%
sensoris laring terangsang dengan inflamasi lokal. pasien, seringnya terletak di tepi tengah dari pita suara
Kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan terjadinya dan juga terdapat edema infraglotis. 4,19 Tidak adanya
edema plika vokalis, ulkus kontak, dan granuloma
tanda yang khas dari LPR, maka Belafsky dkk,
yang menyebabkan timbulnya gejala LPR: suara serak, mengembangkan 8 macam skala klinis yang
globus pharyngeus, dan nyeri tenggorok.3.5.6 ditemukan berdasarkan laringoskopi, dikenal dengan
Skor Temuan Refluk (Reflux Finding Score). Dari 8
2.2.6 Diagnosis
temuan yang berhubungan dengan LPR diukur
Riwayat penyakit, hal ini penting untuk menilai dengan skala 0-4, temuannya antara lain : (tabel 3).
potensi dari suara serak dan adanya laringitis non Dan skornya dapat berkisar antara 0 (normal) sampai
spesifik. Laringitis secara non spesifik ditandai oleh 26, dan berdasarkan analisis pasien mempunyai
adanya inflamasi dari laring, seringkali keluhan ini kemungkinan 95% apabila skornya 7 atau lebih.4,14,15
ringan dan dapat sembuh secara spontan. Apabila
Akumulasi lendir lengket dikaitkan dengan
keluhan ini menetap, laringitis harus dicari
postnasaldrip, globus farigeus dan pembersihan
penyebabnya yang bisa disebabkan infeksi virus atau
tenggorokan, yang mengarah pada batuk dan sesak
bakteri, alergi, trauma vokal, postnasal discharge atau
nafas (laringospasme) karena sensitivitas pada ujung
LPR.2,3,4 Pada suara serak yang persisten atau
sensor laring diatur oleh regulasi lokal peradangan.
progresif lebih dari 2-3 minggu, perlu pemeriksaan
Pada saat yang sama, inflamasi mukosa pada ruang
laryngopharyng untuk menyingkirkan adanya kanker
faring, retro-krikoid, dan supraglottal dapat
dan kondisi serius lainnya. Adanya dugaan LPR ketika
menyebabkan disfagia, nyeri tenggorokan, dan
didapatkan kecurigaan riwayat klinis dan penemuan
odinofagia. Karena episode refluks terutama gas,
yang mengarah ke LPR. Koufman pertama kali yang
mulas dan regurgitasi kurang lazim pada LPR
dapat membedakan secara jelas antara LPR dan
daripada GERD. Menurut beberapa penelitian yang
GERD, dari laporan kasus berseri sebanyak 899
dilakukan pada jumlah pasien yang banyak, suara
pasien, yang melaporkan keluhan mendehem 87%
serak menyangkut 71 hingga 79% dari pasien LPR
pada pasien LPR sedangkan hanya 3% pada pasien
dan LPR ditemukan pada lebih dari 55% pasien
GERD, dan keluhan dada terasa panas pada pasien
dengan suara yang kurang [44]. Selain itu, beberapa
LPR hanya 20% sedangkan pada GERD sebanyak
penelitian melaporkan bahwa faktor utama untuk
83%.1,2,8 ophagological Association memaparkan
suara serak yang lebih dari 3 bulan adalah LPR.18,19
gejala yang tersering dari LPR, yaitu mendehem(98%),
Di antara temuan laryngostroboskopi, seperti
batuk lama (97%), globus faringeus (95%) dan suara
yang sebelumnya dikembangkan, LPR dapat dikaitkan
serak (95%). Belafsky dkk, telah mengenalkan Indeks
dengan banyak tanda-tanda non-spesifik termasuk
Gejala Refluks yang dapat membantu klinisi untuk
edema laring, dan eritema, eritema VF, keratosis,
8
menurut pH metry lebih tinggi pada pasien dengan Larinigtis akut dan laryngitis kronik yang dapat
nodul dan mereka dengan edema Reinke daripada disebabkan infeksi bakteri,virus dan jamur
kontrol. Singkatnya, hingga saat ini, tidak ada tanda
Alergi
yang diidentifikasi sangat spesifik untuk penyakit LPR.
Sehingga, penting untuk diketahui bahwa 25% dari Tumor dapat berupa tumor jinak yaitu laring
pasien LPR mengalami resolusi gejala secara papiloma, hemangioma, tumor ganas berupa
spontan dan 50% dengan patologi kronis dalam squamous cel carcinoma, tiroid carcinoma,
eksaserbasi dan remisi yang intermiten .19,20
Terdapat 3 pendekatan untuk menegakkan Trauma dapat berupa vokal abuse, tercekik, inhalasi,
diagnosis yaitu respon dari gejala kebiasaan dan intubasi, radioterapi
pengobatan secara empirik, observasi endoskopi pada
Immunocompromised
mukosa, dan bukti adanya refluks dengan
multichannel impedance dan studi monitor pH.
Granulomatous diseases
Pemeriksaan monitoring pH merupakan gold standard
serta sangat sensitif dan spesifik untuk pemeriksaan 2.2.8 PENATALAKSANAAN
LPR tetapi biaya pemeriksaanya mahal, invasif, pasien
Pada saat riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis
tidak nyaman, serta tidak semua pusat pelayanan
mengarah ke LPR, pasien diinstruksikan untuk
kesehatan tersedia untuk monitoring pH.2,4,5
merubah gaya hidup dan pola makanan. Terapi Proton
Pemeriksaan tambahan seperti radiografi, pump inhibitor (PPI) pada awal diberikan dan pasien
esophageal manometry, pengukuran spectrophometric dinilai kembali setelah 3 bulan terapi. Apabila terapi
dari cairan refluks dan biopsi mukosa dapat tidak respon maka akan dilakukan pemeriksaan lain
memberikan informasi yang bermanfaat untuk terapi. dan monitor yang berkelanjutan. Apabila terapi
4,11
memperlihatkan kemajuan maka gejala akan mereda
4,11,20
dan pengobatan PPI akan diturunkan dosisnya.
9
ANAMNESIS
Riwayat penyakit dahulu :
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang
- Riwayat asthma tidak ada
ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 11
- Riwayat Tb tidak ada
Agustus 2020 dengan:
- Riwayat konsumsi obat TB tidak ada. Riwayat Wajah : tidak ditemukan kelainan
kontak dengan pasien TB tidak ada.
Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan
- Pasien saat ini bekerja dirumah saja.
- Riwayat penggunaan suara berlibihan tidak Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
ada.
Extremitas : tidak dilakukan pemeriksan
Reflux Symptom Index (RSI)
1 Suara serak atau ada masalah pada suara 0 1 2 3 4 5
2 Membersihkan tenggorok (mendehem) 0 1 2 3 4 5
3 Mukus tenggorok berlebih atau post nasal drip 0 1 2 3 4 5
4 Sulit menelan makanan, cairan atau pil 0 1 2 3 4 5
5 Batuk setelah makan atau berbaring 0 1 2 3 4 5
6 Kesulitan bernafas atau sering tersedak 0 1 2 3 4 5
7 Batuk yang mengganggu 0 1 2 3 4 5
8 Sensasi seperti ada yang menempel di tenggorok 0 1 2 3 4 5
9 Heartburn, nyeri pada dada, saluran pencernaan atau perut 0 1 2 3 4 5
11
1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak Ada Tidak ada
Radang Tidak Ada Tidak ada
Daun telinga Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Dinding liang telinga
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Ada / Tidak Tidak ada Tidak Ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Sekret/serumen
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak Ada Tidak Ada
Membran timpani
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Reflek cahaya Ada , arah jam 5 Ada, arah jam 7
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada
Jenis - -
Perforasi
Kwadran - -
Pinggir - -
Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne Positif Positif
Schwabach Laterasasi tidak ada
Tes garpu tala
Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesimpulan Normal Normal
Timpanometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Deformitas Tidak Ada Tidak Ada
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Sinus Paranasal Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri Ketok Tidak ada Tidak ada
12
Rinoskopi Anterior
3. Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup Lapang
Koana Sempit - -
Lapang - -
Warna Merah muda Merah muda
Mukosa Edema - -
Jaringan granulasi - -
Ukuran - -
Warna - -
Konka superior
Permukaan - -
Edema - -
Adenoid Ada/ tidak - -
Tertutup sekret - -
Muara tuba eustachius
Edema mukosa
Lokasi - -
Massa
Ukuran - -
13
Bentuk - -
Permukaan - -
Ada/ tidak Tidak Tidak
Post nasal drip
Jenis - -
5. Laringiskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglotis Bentuk Normal Normal
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Pinggir rata/ tidak rata Rata
Massa - -
Aritenoid Warna hiperemis hiperemis
Edema + +
Massa - -
Gerakan Simetris simetris
Ventrikular band Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Massa - -
Plika vokalis Warna Merah muda Merah muda
14
-Mengurangi makanan pedas dan asam. gejala LPR: suara serak, globus pharyngeus, dan
nyeri tenggorok.
-Mengurangi minum-minumanbersoda.
Penegakan diagnosis pada kasus
-Olahraga Laryngopharyngeal Reflux berdasarkan gejala klinis
yang dihitung dengan penilaian (Reflux Symptoms
Prognosis
Index/RSI) dan pemeriksaan Laring (Reflux Finding
Quo ad vitam : bonam Score/ RFS). Akan tetapi pemeriksaan penunjang
sering digunakan untuk menegakkan diagnosis.
Quo ad functionam : bonam
Belfasky (2002) membuat tabel penilaian gejala LPR
Quo ad sanationam : bonam melalui pemeriksaan laringoskop fleksibel (Reflux
Finding Score/ RFS). Skor dimulai dari nol (tidak ada
DISKUSI kelainan) dengan nilai maksimal 26 dan jika nilai RFS
Pasien perempuan berusia 21 tahun ≥7 dengan tingkat keyakinan 95% dapat di diagnosis
datang ke Poliklini THT-KL RSUP Dr. M. Djamil sebagai LPR. Nilai ini juga dapat dengan baik
Padang dengan keluhan utama suara serak yang memprakirakan efektifitas pengobatan pasien.4
memberat sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini disertai Penatalakasanaan pada pasien dengan
dengan adanya keluhan sering berdehem, sukar Laryngopharyngeal Reflux membutuhkan penanganan
menelan, sulit bernafas atau rasa tercekik serta multidisiplin ilmu, seperti spesialis THT-KL, spesialis
adanya rasa mengganjal pada tenggorok. Keluhan Penyakit Dalam, spesialis Gizi dan beberapa ilmu
utama yaitu suara serak pada pasien seringkali terjadi terkait lainnya. Secara umum penatalaksanaan
15
Laryngopharyngeal Reflux adalah modifikasi gaya 1. Jaworek AJ, Earasi K, Lyons KM, Daggumati S, Hu
hidup, pola makan dan terapi obat. Pemilihan terapi A, Sataloff RT. Acute infectious laryngitis: A case
pada pasien berdasarkan berat-ringannya gejala series. Ear Nose Throat J. 2018
refluks dan respon terhadap terapi yang diberikan.
Tatalaksana medikamentosa seperti pemberian H2 2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J RR. Buku
Inhibitor dan Proton Pump Inhibitor perlu ajar ilmu is kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
dipertimbangkan pada pasien kasus dan leher. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Laryngopharyngeal Reflux. Proton Pump Inhibitor Universitas Indonesia;
(PPI) atau penghambat pompa proton merupakan
terapi LPR yang utama dan paling efektif dalam
3.Tauber S, Gross M, Wolfgang J. Association of
menangani kasus refluks. Cara kerja PPI dengan
laryngopharyngeal symptoms with gastroesophageal
menurunkan kadar ion hidrogen cairan refluks tetapi
reflux disease. Laryngoscope. 2002;112:879–86.
tidak dapat menurunkan jumlah dan durasi refluks. PPI
dapat menurunkan refluks asam lambung sampai lebih 4. Ford CN. Evaluation and management of
dari 80%. Akan tetapi efektifitas obat terhadap LPR laryngopharyngeal reflux. JAMA. 2005;294:1534- 40.
tidak seoptimal efektifitasnya pada kasus GERD.
5. Tutuian R, Castell DO. Diagnosis of
Salah satu kepustakaan menyebutkan rentang waktu
laryngopharyngeal reflux. Curr Opin Otolaryngol Head
pengobatan dapat sampai 6 bulan atau lebih dengan
Neck Surg. 2004;12:174–9.
menggunakan PPI 2 kali sehari untuk memperbaiki
laring yang cedera.2,21
6. Koufman JA, Belafsky P, Postma GN.
Laryngopharyngeal reflux symptoms improve before
KESIMPULAN
changes in physical findings. Laryngoscope.
Refluks Laring Faring/ Laryngopharyngeal
2001;111:979–81.
Reflux (LPR) dapat didefinisikan sebagai pergerakan
asam lambung secara retrograd menuju faring dan 7. Park W, Hicks DM, Khandwala F, Richter JE,
laring serta saluran pencernaan atas. Penyebab LPR Abelson TI, Milstein C, dkk. Laryngopharyngeal reflux:
adalah refluks retrograd dari asam lambung atau prospective cohort study evaluating optimal dose of
isinya pepsin ke saluran esofagus atas dan proton-pump inhibitor therapy and pretherapy
menimbulkan cedera mukosa karena trauma langsung predictors of response. Laryngoscope.
sehingga terjadi kerusakan silia yang menimbulkan 2005;115:1230–8.
tertumpuknya mukus, aktivitas mendehem dan batuk
8. Poelmans J, Tack J. Extraesophageal
kronis akibatnya akan terjadi iritasi dan inflamasi.
manifestations of gastroesophageal reflux. Gut. 2005
Diagnosis ditegakkan berdasarkaan gejala
54:1492–9.
klinis (Reflux Symptoms Index/RSI) dan pemeriksaan
Laring (Reflux Finding Score/ RFS). Besaran skor RSI 9. Qadeer M, Swoger J, Milstein C, Hicks DM, Ponsky
pada kecurigaan LPR adalah skor ≥ 13 dan skor RFS J, Richter JE, dkk. Correlation between symptoms and
≥7. Laringoskopi fleksibel merupakan pemeriksaan laryngeal signs in laryngopharyngeal reflux.
utama untuk mendiagnosis LPR karena lebih sensitif Laryngoscope. 2005;115:1947–52.
dan mudah dikerjakan di poliklinik.
Penatalaksanaan LPR meliputi 10. Ford CN, MD. Evaluation dan Management of
medikamentosa dengan obat-obatan anti refluks, Laryngopharyngeal Reflux. JAMA, September 2005
perubahan gaya hidup dengan modifikasi diet serta Vol 294;1534-154011. Koufman, James A.
secara bedah dengan operasi funduplikasi. Laryngopharyngeal reflux 2002: a new paradigm of
airway disease.Ear Nose and Throat
DAFTAR PUSTAKA Journal.September 2002
16