Anda di halaman 1dari 24

Zoonosis

Kausa Virus
1

Kasus viral zoonosis di Indonesia


Kesmavet FKH UB 2020
Kesmavet FKH UB 2020 2
Zoonosis kausa Virus
Prioritas

• Rabies
• Avian Influenza
• Japanese B Encephalitis

Kesmavet FKH UB 2020 3


Rabies
Penyebab
Virus - Rhabdovirus

Hewan Rentan
Karnivora (terutama anjing dan kucing),
kelelawar, sapi, kuda, marmut, kelinci,
raccoon, skunks
Kesmavet FKH UB 2020 4
Cara Transmisi
Dari hewan ke hewan: melalui gigitan hewan
terinfeksi (melalui air liur yang mengandung
virus)

Penularan ke manusia
• melalui gigitan hewan terinfeksi (hewan
penular/pembawa rabies, HPR) – 99%
gigitan anjing
• melalui kontak (luka) dengan organ, saliva,
material virus (otopsi, laboratorium)
• melalui udara (kelelawar, percikan di lab)
• Donor organ

Kesmavet FKH UB 2020 5


Gejala klinis pada Manusia
• Onset 2 – 12 minggu, sampai 8 bulan (setelah
exposure) – tergantung lokasi gigitan dan keparahan
• Kematian biasanya terjadi 2-10 hari setelah gejala
pertama timbul
• Gejala klinis: diawali demam, sakit kepala, gatal-gatal
di sekitar luka gigitan, perilaku abnormal, hipersalivasi,
hipersensitif terhadap cahaya dan bunyi, sulit menelan,
hidrofobia

Kesmavet FKH UB 2020 6


STRATEGI PENGENDALIAN

1. Vaksinasi
2. Surveilans
3. Manajemen Populasi
4. Pengawasan Lalu Lintas
5. KIE (komunikasi Informasi Edukasi)

Kesmavet FKH UB 2020 7


Pencegahan dan Pengendalian
• Vaksinasi pada HPR
• Vaksinasi pada orang yang berisiko
• Pengendalian anjing liar atau tidak
berpemilik
• Pengawasan lalu lintas HPR
• Komunikasi, informasi, edukasi – public
awareness
• Penanganan P3K gigitan: luka dicuci
dengan air sabun dengan seksama, beri
antiseptik, bawa ke
Puskesmas/Dokter/Rumah
Kesmavet FKH UB 2020 Sakit 8
INFLUENZA
AVIAN
9
Kesmavet FKH UB 2020
10
Etiologi
• Avian influenza virus
– Genus Influenzavirus A
– Family Orthomyxoviridae
• Classified into subtypes
based on surface antigens
– Hemagglutinin
• 16 types
– Neuraminidase
• 9 types

Kesmavet FKH UB 2020


Kejadian Flu Burung di Indonesia
pada unggas dilaporkan untuk pertama kali
Total kasus AI pada manusia sampai dengan
pada Oktober 2003 di Jawa Barat, kemudian
tahun 2018 adalah sebanyak 284 orang dan
menyebar ke provinsi lain dan
240 diantaranya meninggal dengan nilai case
mengakibatkan kematian lebih dari 12 juta
fatality rate nya 86,4%.
unggas.

2005

2003 2018

Kejadian infeksi AI pada manusia di


Indonesia dilaporkan sejak tahun
2005

Kesmavet FKH UB 2020 11


• Berdasarkan patogenitasnya, virus AI 12
dapat dikasifikasikan menjadi 2 yaitu
low pathogenic avian influenza (LPAI)
dan high pathogenic avian influenza
(HPAI)
Transmisi
• Influenza virus shed in feces, saliva,
nasal secretions
• Fecal-oral  Predominant mode of
transmission
• Other possible modes :
• Fecal-cloacal
• Respiratory
Kesmavet FKH UB 2020
Kasus Avian Influenza yang terjadi pada
manusia di Indonesia cara penularannya
adalah sebagai berikut:
• Penularan yang terbanyak melalui kontak
langsung sebesar 45% (87 kasus);
• Penularan berikutnya melalui penularan
lingkungan sebesar 41% (79 kasus);
• Penularan yang tidak jelas/unconclusives
sebanyak 12% (22 kasus);
• Penularan melalui pupuk atau kotoran
hewan sebesar 2% (4 kasus)

Kesmavet FKH UB 2020 13


• Biosecurity
• Quarantine
• Intensify disinfecting measures
• Monitoring/Surveillance
• Stamping Out / Depopulation
Control • (Differentiating Infected from Vaccinated
Animals) DIVA Vaccination - only for LPAI and
not for HPAI because it might prolong the
shedding of the virus
• Proper Disposal

Kesmavet FKH UB 2020 14


15

Japanese B
Encephalitis

Kesmavet FKH UB 2020


• Japanese encephalitis (JE) merupakan suatu
penyakit infeksi virus Japanese Encephalitis yang
ditularkan oleh nyamuk.
• Penyakit ini merupakan penyebab penyakit
radang otak tersering di sebagian besar Asia dan
sebagian Pasifik Barat, termasuk di Indonesia.
• Penyakit ini awalnya ditemukan di Jepang pada
tahun 1871 dengan sebutan “summer
encephalitis”.

JE bisa menyebabkan kematian. Didapatkan


67.900 kasus JE setiap tahunnya, dengan angka
kematian  20-30% dan mengakibatkan gejala
gangguan saraf sisa pada 30-50%. Angka
kematian ini lebih tinggi pada anak, terutama
anak berusia kurang dari 10Kesmavet
tahun. FKH UB 2020 16
Area
berisiko
penularan
JE

https://www.cdc.gov/japan
eseencephalitis/maps/inde
x.html
Kesmavet FKH UB 2020 17
Kejadian di Indonesia
• Di Indonesia dilaporkan terdapat beberapa kasus pada manusia tahun
2015, yaitu di daerah provinsi Bali, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, Yogyakarta, Jawa Barat dan Jakarta. (idai.or.id)

Gejala Klinis pada Manusia


• Gangguan syaraf, terutama anak-anak di bawah umur 14 tahun
(Gautama, 2005)
• Demam 38 C, penurunan kesadaran, konvulsi, penurunan system
sensoris dan motoris, kelemahan gerak dan tonus otot (Gautama 2005)

Kesmavet FKH UB 2020 18


Kesmavet FKH UB 2020 19
Gejala Klinis pada Hewan

• Pada hewan pada umumnya tidak


menimbulkan GK
• Pakda kuda dan kedelai dapat
menyebabkan ensefalitis
• Babi yang merupakan reservoir JE
jarang ditemukan gejala ensefalitis
• Induk babi bunting yang terinfeksi virus
JE dapat mengakibatkanlahir mati,
keguguran dan mumifikasi. Anakan
babi yang lahir dapat mengalami
kelainan saat dilahirkan (Dong et al,
2004)

Kesmavet FKH UB 2020 20


• Penularan virus JE sebenarnya
hanya terjadi antara nyamuk, babi,
dan atau burung rawa.
• Manusia bisa tertular virus JE bila
tergigit oleh nyamuk Culex
tritaeniorhynchus yang terinfeksi.
Biasanya nyamuk ini lebih aktif
pada malam hari.
• Nyamuk golongan Culex ini
banyak terdapat di persawahan
dan area irigasi.

Kesmavet FKH UB 2020 21


Kejadian penyakit JE pada manusia biasanya meningkat pada
musim hujan. Peningkatan penularan penyakit ini disebabkan
beberapa faktor risiko, antara lain:
1) Peningkatan populasi nyamuk pada musim hujan;
2) Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang didapat secara
alamiah maupun melalui imunisasi;
3) Tinggal di daerah endemik JE;
4) Perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan digigit oleh
nyamuk misalnya tidur tanpa menggunakan kelambu.

Kesmavet FKH UB 2020 22


Program Imunisasi Japanese Encephalitis di Indonesia

• Pelaksanaan kampanye imunisasi JE dilaksanakan dengan sasaran anak


usia 9 bulan sampai 15 tahun dan dilakukan di seluruh Provinsi Bali pada
tahun 2017. Setelah pelaksanaan program imunisasi JE di Bali selesai,
maka imunisasi JE akan dimasukkan ke dalam imunisasi dasar pada anak
usia 9 bulan,
• Vaksin JE yang digunakan merupakan virus hidup yang dilemahkan.
Organisasi Kesehatan Dunia  merekomendasikan pemberian dosis
tunggal vaksin JE di area endemis. Untuk perlindungan jangka panjang
dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya. Vaksin JE
direkomendasikan untuk wisatawan yang akan tinggal selama lebih dari 1
bulan di daerah endemis.
(idai.or.id)
Kesmavet FKH UB 2020 23
Terima kasih

Kesmavet FKH UB 2020 24

Anda mungkin juga menyukai