Anda di halaman 1dari 17

EBOLA

Definisi : Ebola adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari genus Ebolavirus, familia
Filoviridae. Menurut WHO, Ebola adalah salah satu penyakit yang diketahui paling mematikan. Ebola
termasuk dalam genus virus Filo yang merupakan penyakit zoonosis yang menyebabkan pendarahan
menyeluruh disertai demam tingkat kematian yang tinggi, berkisar antara 50-90% pada manusia dan
primata

Kasus Ebola di dunia : Ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 di Nzara, Sudan Selatan kemudian
muncul di Yambuku, Republik Demokrat Kongo. Yang terakhir terjadi di sebuah desa di dekat Sungai
Ebola, sehingga penyakit ini diambil dari nama sungai tersebut. Wabah 2014 di Afrika Barat adalah
wabah terbesar sejak virus tersebut pertama kali muncul. Wabah dimulai di Guinea dan kemudian
pindah melintasi perbatasan darat ke Sierra Leone dan Liberia.

Etologi Ebola : Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, famili Filoviridae. Memiliki panjang 1000 nm.
Mengandung molekul lurus dan RNA negatif. Bentuk seperti berfilamen, “U”, “b” dan berbentuk bundar.

Genus Ebolavirus : (1) Bundibugyo ebolavirus (BDBV), (2) Zaire ebolavirus (EBOV), (3) Reston ebolavirus
(RESTV), (4). Sudan ebolavirus (SUDV), (5) Taï Forest ebolavirus (TAFV).

- BDBV, EBOV, dan SUDV : wabah demam berdarah Ebola di Afrika

- RESTV dan TAFV : ditemukan di Filipina dan Cina. Spesies ini dapat menginfeksi manusia, tetapi
tidak ditemukan laporan penyakit atau kematian pada manusia

Patogenesis Ebola

Melalui sirkulasi

1 minggu setelah infeksi, virus bereplikasi pada sel – sel target utama (sel endotel, fagosit mononuklear,
hepatosit)

Virus kemudian mengambil alih sistem kekebalan dan sintesis protein dari sel yang terinfeksi.

Menyebabkan pelepasan sitokin, yang berhubungan dengan demam dan peradangan. Efek sitopatik
infeksi di sel endotel menghilangkan integritas vaskuler.

Tanpa integritas pembuluh darah, kebocoran darah secara cepat menimbulkan perdarahan internal dan
eksternal sampai tahap masif dan bahkan dapat menyebabkan syok hipovolemik

Ebola menular melalui : Darah, muntah, feses manusia pengidap, penularan virus dari hewan ke
manusia, urin dan sperma

Infeksi terjadi : cairan tersebut menyentuh mulut, hidung, luka terbuka orang sehat

Gejala Klinis Ebola

Fase A : Terjadi gejala nonspesifik : panas tinggi, sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah
badan, dan malaise.
Fase B : Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam persisten yang tidak berespon terhadap obat anti
malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri
perut, anoreksia, dan muntah.

Fase C : Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Penderita merasa sehat dengan konsumsi makanan yang baik.
Sebagian penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat dari penyakit.

Fase D : Terjadi agregasi (hari ke 9). Penurunan kondisi kesehatan drastis; gangguan respirasi, gangguan
hemostasis berupa perdarahan pada kulit (petekia); gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma,
gangguan kardiovaskular, dan syok hipovolemik.

Diagnosis Ebola

- Uji RT-PCR : Salah satu cara untuk mendiagnosa penyakit virus Ebola yaitu dengan uji RT-PCR
(Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction).
- Uji Elisa : Pada pasien yang dapat bertahan cukup lama tubuhnya akan menghasilkan respon
imun, immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin G (IgG).
- Isolasi virus dengan kultur sel : Identifikasi virus dengan kultur sel merupakan bakuan emas,
biasanya menggunakan Vero E6 dari sel ginjal Monyet Hijau Afrika.

Pengobatan Ebola

Obat antivirus maupun vaksin untuk penyakit Ebola belum ditemukan hingga saat ini. Terapi yang dapat
diberikan kepada penderitanya hanya sebatas terapi suportif seperti pemberian oksigen, cairan intravena
dan obat-obat simtomatik.

Pengobatan bersifat simptomatis. Biasanya dengan rehidrasi cairan baik oral maupun parenteral untuk
mencegah atau memperbaiki kondisi syok.

Menonaktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan menggunakan :

1. sinar ultraviolet dan radiasi sinar gamma,

2. penyemprotan formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan desinfektan phenolic


serta pelarut lipid-deoxycholate

Pencegahan Ebola : menghindari kontak langsung dengan penderita, mayat dan hewan, produk harus
matang, jika kontak nakes harus APD

Faktor risiko : kontak langsung, tinggal bersama, memakan hewan liar, tinggal bersama perawat ebola
FLU BABI

Definisi : Flu babi merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus influenza H1N1.
Penularan flu babi ini sangat cepat sehingga pernah menyebabkan pandemi pada tahun 2009.

Penyebaran angka kasus

- 1800 : Awal mula ditemukan pada manusia di Kota La Gloria, Meksiko pada April 2009
- kasus di seluruh dunia pada tanggal 15 Juni 2009 Menurut WHO
- Kasus dilaporkan dari 135 negara di seluruh dunia pada tanggal 6 Juli 2009

Kasus tertinggi di Asia : Thailand, India, Indonesia

Etiologi : Virus H1N1 pertama kali diketahui secara klinis tahun 1918 saat masa pandemi influenza,
manusia terinfeksi flu dan babi menunjukkan gejala klinis yang hampir sama. Strain virus diketahui
setelah diisolasi dari babi pada tahun 1930, strain virus ini mempunyai karakter yang sama dengan
influenza pada manusia dan dikenal dengan “influenza A klasik H1N1”.

Patogenesis : Secara umum influenza babi (swine influenza) terikat ke penerima (receptor) SAa2,6Gal.
Virus influensa babi turunan jenis (Swine virus subtype) H1N1, H3N2 dan H1N2 mempunyai beberapa
jalur penularan, yaitu penularan melalui hewan yang dapat menyebabkan penyakit ILI di manusia dan
berakibat kematian (fatal) di 17% kasus. Antibodi terhadap Virus influensa babi/swine virus (H1N1,
H1N2) ditemukan di manusia yang terinfeksi influenza tersebut. Virus flu babi memiliki patogenitas yang
ringan, sehingga banyak orang yang terjangkit tidak terlaporkan, virus ini berbeda dengan virus influensa
burung/influenza A H5N1 (avian influenza) yang mempunyai angka kematian tinggi.

Periode Inkubasi dan Infeksi : Inkubasi (2-7 hari) sesak napas hingga kematian. Pemeriksaan muncul 1
hari sebelum gejala muncul hingga 5-7 hari hingga membaik.

Kelompok kasus pada flu babi

- Confirmed : Ditemukan ILI dan hasil laboratorium ditemukan virus H1N1 dan ditemukan virus
di kultur virus dengan sampel yang sama
- Probable : Seseorang dengan ILI dan positif untuk uji influenza A tetapi negatif dengan PCR
untuk H1 dan H3
- Suspect : Terdapat gejala ILI dan juga memiliki kontak erat dengan pasien

Penularan

1. Penularan langsung dari babi

2. Penularan antar manusia : Melalui droplet, Kontak langsung, Kontak tidak langsung

Diagnosis

- RT-PCR : Memeriksa spesimen saluran nafas dari pasien yang terinfeksi dengan rentang waktu
72 jam atau 4-5 hari pertama.
- Penarikan Spurtum : Pemeriksaan lanjutan untuk membedakan infeksi terjadi disebabkan oleh
virus A atau B.

Diagnnosis
• Anamnesis : Demam, menggigil, nyeri kepala, susah menelan, nyeri otot, dan nyeri sendi.
Penggalian Informasi : Lokasi bepergian, kontak dengan babi, dan gejala klinis penegak diagnosis

• Pemeriksaan Fisik : Peningkatan suhu tubuh >38C, Adanya gejala pernapasan seperti rinorea,
takipnea, dan dispnea Konjungtivis Nyeri tekan Abdomen

• Diagnosis banding : Influenza lainya, Pneumonia, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
Ensefalitis

• Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Labolatorium/darah, Apusen specimen hidung/


tenggorokan, Polymerase-chain reaction, Pemeriksaan hispatologi mukosa pernafasan

Pencegahan : vaksinasi influenza, rutin cuci tangan, menutup mulut saat bersin dan batuk, tidak pergi ke
tempat rawan, hindari kontak

Pengobatan : air putih, pemberian obat dan antivirus

Pengobatan flu babi tidak memerlukan penanganan khusus dan pengobatannya bersifat simtomatis dan
suportif. Penderita harus banyak minum dan istirahat serta memantau diri mereka sendiri dan mencari
pertolongan medis bila kondisi memburuk. Penderita yang termasuk kelompok berisiko tinggi yang
mengalami keparahan dan komplikasi harus diobati dengan antivirus.

Faktor risiko : usia, hamil, penyakit kronis, imun buruk, bekerja di peternakan
FLU BURUNG

Penyebaran di Indonesia dan dunia : Dilaporkan bahwa di Asia ditemukan 44 infeksi H5N1, 32
diantaranya meninggal. Rata-rata korban penyebaran wabah flu burung di Kamboja, Cina, Indonesia,
Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam terjangkit H5N1 di peternakan oleh beberapa unggas. Kasus
penyebaran flu burung pertama kali ditemukan di China pada tahun 2003 lalu menyebar ke Indonesia,
hingga menyebabkan kematian yang memakan korban jiwa sebanyak 165 orang di tahun 2014. Sejak
saat itu, kasus flu burung pun ditetapkan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia

Etiologi : Penyakit flu burung (Avian Influenza) merupakan penyakit yang ditularkan antar unggas. Unggas
penular virus tersebut diantaranya burung, ayam, bebek, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa
hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit
ini bisa terdapat di burung puyuh dan burung unta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi
dapat juga menular ke manusia. Menurut data WHO, virus flu burung jenis H5N1 telah menjangkiti 861
orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian pada 455 orang hingga tahun 2019.

Ada beberapa jenis virus influenza, antara lain tipe A, B, dan C. Virus flu burung merupakan virus
influenza tipe A, sedangkan virus influenza B dan C hanya menginfeksi manusia. Jenis virus influenza A
memiliki dua jenis glikoprotein permukaan, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Kedua
protein permukaan ini menentukan subtipe virus flu burung yang memiliki banyak tipe. Virus influenza
tipe A memiliki 16 subtipe H dan 9 subtipe N.

Influenza Tipe A : Dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30 hari pada
0ºC, Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, Virus akan mati
pada pemanasan 80º C selama 1 menit, 60º C selama 30 menit atau 56º C selama 3 jam, Mati dengan
sinar UV, detergen, desinfektan (seperti formalin), cairan yang mengandung iodin serta natrium kalium
hipoklorit

Patogenesis : Mutasi genetik dari virus Avian Influenza (AI) seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan
lingkungan replikasinya. Selain sebagai bentuk pertahanan diri, mutasi gen ini juga dapat meningkatkan
sifat patogenisitasnya. Virus H5N1 memulai tahap infeksinya ketika virus tersebut memasuki sel hospes
setelah spikes virion menempel dengan reseptor spesifik yang terdapat di permukaan sel hospes. Virion
akan memasuki sitoplasma sel lalu mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya
menggunakan mesin genetik dari sel hospes tersebut. Virus ini dapat bereplikasi membentuk virion-
virion baru dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya.

Penularan : Penularan virus influenza secara umum dapat terjadi kontak langsung, maupun tidak
langsung. Sebagian besar kasus infeksi HPAI pada manusia disebabkan penularan virus dari unggas ke
manusia

Diagnosis : Anamnesis, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanah, pemeriksaan lab, pemeriksaan radiologi

Pengobatan

- Pasien dirawat dalam ruang isolasi selama kurang lebih 7 hari untuk menghindari penularan
lewat udara
- Pemberian oksigen bila terdapat sesak nafas yang mengarah kepada gagal nafas
- Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus)
- Pengobatan terhadap gejala flu seperti pemberian penurun panas dan penghilang pusing,
dekongestan, dan antitusif
- Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari
- Pemberian obat Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama

Pencegahan

1. Menjaga kebersihan diri

2. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita.

3. Menggunakan Alat Pelindung Diri bagi yang biasa kontak dengan unggas.

4. Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda -tanda seperti flu burung harus dimusnahkan
dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1 meter

5. Kontak langsung dengan unggas

6. Membeli unggas yang tidak sehat

7. Tidak mencuci telur unggas

8. Tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat

9. Tidak waspada dengan unggas yang sakit

Faktor risiko : pengetahuan, waktu istirahat, kebersihan, jarak kandang, pergerakan keluar masuk alat
angkut
CHIKUNGUNYA

Pengertian
Chikungunya merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus alpha dan famili
Togaviridae. Penyakit chikungunya ditularkan dari orang menderita penyakit chikungunya
kepada orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini
memiliki kemiripan dengan penyakit influenza, biasanya seluruh anggota keluarga dapat
terserang dengan mudah jika salah satunya sudah terkena penyakit chikungunya. 
Patogenesis
- Masa inkubasi penyakit antara 2-12 hari, tetapi umumnya 3-7 hari.
- Setelah masa inkubasi, suhu badan mendadak meningkat sampai 39-40 C diikuti gejala
menggigil yang intermiten. Fase akut ini berlangsung 2-3 hari
- demam menghilang untuk 1-2 hari dan kemudian timbul lagi sehingga memberi kurve
demam dengan gambaran seperti “pelana” (saddle-back fever).
- Demam pada Chikungunya secara tipikal berlangsung beberapa hari tetapi pada
beberapa kasus rasa lemah (fatigue) yang menyertai penyakit ini dapat berlangsung
lama.
Gejala klinis : demam, myalgia, arthralgia, ruam
Penularan
- Virus chikungunya ditularkan antar manusia melalui nyamuk. Ketika nyamuk yang tidak
terinfeksi menggigit orang viremic (seseorang yang memiliki virus yang bersirkulasi
dalam darah mereka), nyamuk dapat mengambil virus saat menghisap darah.
- Virus kemudian mengalami periode replikasi di dalam nyamuk, sebelum kemudian dapat
ditransmisikan kembali ke inang baru yang tidak terinfeksi, ketika nyamuk berikutnya
menggigit.
- Virus kembali mulai bereplikasi pada orang yang baru terinfeksi ini dan berkembang biak
hingga konsentrasi tinggi. Jika nyamuk menggigit mereka selama mereka memiliki virus
yang beredar dalam darah mereka, nyamuk dapat mengambil virus, dan siklus
penularan dimulai lagi.

Diagnosis

1. Tes Serologi : Dapat mengkonfirmasi keberadaan antibodi anti-chikungunya IgM (antibodi yang
terbentuk lebih awal setelah terinfeksi) dan IgG (antibodi yang baru muncul kemudian)
2. Diuji dengan metode serologis dan virologis

Pengobatan : pengobatan mendukung untuk menghilangkan demam

Faktor risiko : imun, daerah tidak layak, masyarakat tidak phbs


SARS

Etiologi

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah infeksi oleh severe acute respiratory syndrome
coronavirus (SARS-CoV). Genom SARS-CoV telah diurutkan (sequenced) dan tidak terkait dengan
coronavirus manusia ataupun coronavirus hewan yang telah dikenal sebelumnya. Kemungkinan SARS-
CoV awalnya adalah virus pada hewan yang kemudian mengalami mutasi menjadi patogen manusia.

SARS adalah virus di udara dan dapat menyebar melalui tetesan kecil air liur dengan cara yang mirip
dengan pilek dan influenza. Itu adalah penyakit baru pertama yang parah dan mudah menular yang
muncul di abad ke-21 dan menunjukkan kapasitas yang jelas untuk menyebar di sepanjang rute
perjalanan udara internasional. SARS juga dapat menyebar secara tidak langsung melalui permukaan
yang telah disentuh oleh seseorang yang terinfeksi virus

Patogenesis

- SARS-CoV masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan yang pertama akan
menginfeksi sel-sel epitel dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
- Virus akan menginfeksi serta menghancurkan sel kekebalan limpa, kelenjar getah bening perifer
dan sentral, serta jaringan limfoid tubuh lainnya.
- SARS-CoV selanjutnya akan menginfeksi sel imun tubuh dan menetap serta turut bersirkulasi di
dalam tubuh bersamaan dengan sirkulasi sel imun.

Faktor Risiko

- Penyakit diabetes, kardiovaskular, ginjal, kanker, HIV, saraf

Diagnosis

- Anamnesis : Perjalanan penyakit SARS terdiri atas dua fase, yaitu fase 1 dan fase 2. Fase 1
ditandai dengan gejala prodromal flu-like yang muncul dalam 2-7 hari pasca inkubasi. Fase 2
adalah fase saluran pernapasan bawah yang muncul 3 hari pasca inkubasi atau lebih
- Pemeriksaan fisik
- Diagnosis banding : Meliputi penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya, seperti influenza,
pneumonia viral, dan pneumonia bakterial.
- Pemeriksaan penunjang : RT-PCR

Cara penularan : orang ke orang, kontak langsung, sentuhan, udara

Pengobatan

- Obat obatan : analgesik-antiseptik, antivirus, antibiotik untuk infeksi bakteri, obat kortikosteroid
- Alat bantu pernapasan
- Fisioterapi

Cara pencegahan : hindari berpergian, hindari kontak, menjaga pola hidup sehat, masker
MERS

Etiologi

MERS-CoV berasal dari keluarga Corona virus. Corona virus pada manusia pertama kali diklasifikasikan
pada pertengahan 1960-an. Alpha, beta, gamma, dan delta merupakan sub kelompok Corona virus.

Saat ini ada enam Corona virus yang dapat memengaruhi manusia, yaitu: Corona virus Alpha: Corona
virus 229E manusia dan Corona virus NL63 manusia (HCoV-NL63, New Haven coronavirus). Corona virus
Beta: Corona virus OC43 manusia, Corona virus HKUI manusia, SARS-CoV, dan MERS-CoV

Diagnosis

Diagnosis awal dilakukan melalui tahap anamnesa, dokter akan bertanya untuk menggali faktor
penyebab penderita Mers-Cov, seperti kapan mulai terjadi penyakit, sejarah berkunjung ke daerah yang
rentan terkena penyakit, maupun kontak terdekat dengan hewan unta. Setelah itu, akan dilakukan
pengecekan, beberapa pengecekan yang dilakukan yaitu :

- Chest X-Ray : Berguna untuk mengecek bagian paru-paru


- Blood Test : Pengambilan sampel darah untuk diperiksa Nasal or Throat Swab Stool Culture :
Sampel diambil melalui tinja atau rektum untuk mengecek virus
- Sputum Culture : Sampel diambil dari lendir orang yang batuk

Pengobatan : isolasi, pemantauan pada ibu hamil dan anak, tidak ada vaksin, pengobatan suportif

Pencegahan

- MENGGUNAKAN MASKER JIKA SAKIT ATAU SEDANG BERADA DI KERAMAIAN.


- MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN DENGAN MEMBIASAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN
- DENGAN AIR MENGALIR.
- TIDAK MENYENTUH MATA, HIDUNG, DAN MULUT DENGAN TANGAN YANG BELUM
- DIBERSIHKAN.
- ISTIRAHAT CUKUP, ASUPAN GIZI YANG BAIK DAN TIDAK MEROKOK.
- TIDAK MENGKONSUMSI PRODUK HEWANI YANG MENTAH ATAU SETENGAH MATANG
- TERMASUK SUSU DAN DAGING KARENA BERISIKO TINGGI TERINFEKSI BERBAGAI
- PATOGEN YANG MENYEBABKAN PENYAKIT PADA MANUSIA.
- MENGHINDARI KONTAMINASI SILANG DENGAN MAKANAN MENTAH.
- MEMBATASI KONTAK DENGAN KASUS YANG SEDANG DISELIDIKI DAN BILA TAK
- TERHINDARKAN BUAT JARAK DENGAN KASUS, SERTA TIDAK KONTAK DEKAT DENGAN
- ORANG SEDANG SAKIT SAAT BERADA DI KAWASAN TIMUR TENGAH.
- MENERAPKAN ETIKA BATUK KETIKA SAKIT.
- MENYAMPAIKAN KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI PADA MASYARAKAT
PENYAKIT ORAK-FEKAL

DIARE

Patofisiologi Diare

1. Diare sekretonrik : Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi
akibat gangguan absorpsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi klorida tetap
berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh
sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri
akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin, misalnya toksin E.coli atau V.cholera 01.
2. Diare Osmotik : Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dan cairan ekstrasel.
Oleh karena itu, bila di lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap
akan menyebabkan diare, Bila bahan tersebut adalah larutan isotonik, air atau bahan yang larut
maka akan melewati mukosa usus halus tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.

Etiologi

Penyebab diare dikelompokkan:

 Virus : Rotavirus

 Bakteri : E. Coli, shigella sp, vibrio cholera

 Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia Lamblia, Cryptosporidium.

 Keracunana makanan

 Alergi

 Imunodefisiensi

Cara Penuluran (orafekal) : air, tinja terinfeksi, faktor yang meningkatkan risiko diare

Pencegahan : Mengunakan air bersih, Memasak air, Mencuci tgn dgn sabun, Memberikan asi,
Mengunakan jamban yg sehat, Membuang tinja dgn benar

Tatalaksana Diare (LINTAS DIARE)

1. Oralit dengan osmolitas rendah : mencegah dehidrasi


2. Zinc : mengutangi lama dan tingkat gizi buruk
3. Pemberian ASI/makanan
4. Pemberian antibiotik hanya atas indikasi
5. Pemberian nasihat

Penanggulanan Diare

1. Penderita dibawa ke puskesmas


2. Penderita diberi oralit
3. Penderita diberi CRT
4. Peningkatan CRT
5. Menghentikan ASI
6. Tidak memberi cairan
7. Frekuensi makan ditambah

Program pemberantasan

1. Kerjasama lintas program dan lintas sektor


2. Pelatihan
3. Pemantapan manajemen serta pencatatan dan pelaporan kasus diare
4. Pemantapan manajemen persediaan oralit
5. Peningkatan SKD KLB
6. Peningkatan KIE
KOLERA

- Kolera merupakan suatu sindrom epidemiologik klinis yang disebabkan oleh Vibrio cholerae
(V.cholerae)
- Bakteri ini berbentuk batang atau bacill, bersifat Gram-negatif yang motilitasnya positif dan
berbentuk kurva.
- Dari 139 serogroup ‘O’ yang diketahui, hanya serogroup O1 (biotipe el tor dan klasik) dan O139
yang diketahui menyebabkan kolera epidemik
- Salah satu ciri khas dari vibrio cholerae ini adalah dapat tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-
9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik pada pH 7,0.
- Dalam bentuknya yang berat, penyakit ini ditandai oleh diare yang hebat dengan tinja
menyerupai air cucian beras (rice water), yang dengan cepat dapat menimbulkan dehidrasi.

Gejala Klinis Kolera

- Diare yang sangat berat dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan
hipovolema
- Angka kematian < 1% hingga 40%
- Ciri khas : feses berupa cairan putih keruh, tidak berbau, ‘manis’ menusuk.

Transmisi Kolera

- Penularan langsung terjadi melalui kontaminasi fekal-oral atau konsumsi


- Binatang laut dapat menjadi perantara transmisi infeksi vibrio
- Asimtomatik dan simto 4:1 pada kolera asiatik dan el tor 10:1

Patogenesis

- Dalam keadaan alamiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap manusia. Seseorang yang
memiliki asam lambung yang normal memerlukan menelan sebanyak 1010 atau lebih V. cholerae
dalam air agar dapat menginfeksi, sebab kuman ini sangat sensitive pada suasana asam.
- Jika mediatornya makanan, sebanyak 102 - 104 organisme yang diperlukan, karena kapasitas
buffer yang cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dan keadaan yang dapat menurunkan
kadar asam dalam lambung membuat seseorang lebih sensitive terhadap infeksi Vibrio cholerae.

Manifestasi Klinis

- Diare cair dan muntah timbul sesudah masa inkubasi 6jam sampai 72 jam (rata-rata 2-3 hari)
kadang-kadang sampai 7hari.
- Kolera dimulai dengan awitan diare berair tanpa rasa nyeri(tenesmus) dengan tiba-tiba yang
mungkin cepat menjadisangat banyak dan sering langsung disertai muntah.
- Feses memiliki penampakan yang khas yaitu cairan agak keruhdengan lendir, tidak ada darah dan
berbau agak amis. Kolera dijuluki air cucian beras (rise water stool) karena kemiripannyadengan
air yang telah digunakan untuk mencuci beras. nyeriabdominal di daerah umbilikal sering terjadi.
- Pada kasus-kasusberat sering dijumpai muntah-muntah, biasanya timbul setelah awitan diare
kurang lebih 25 % penderita anak-anak mengalamipeningkatan suhu rektum (38-39°C), pada saat
dirawat atau pada 24 jam pertama perawatan gejala klinisnya sesuai dengan penurunan volume
cairan, pada kehilangan 3-5 % BB normal,mulai timbul rasa haus.

Prognosis : tergantung pada kecepatan dimulainya pemberian terapi yang sesuai. Bisa sembuh 100%

Pengendalian dan Pencegahan

- manusia bukan merupakan satu-satunya reservoir V.cholerae O1, V.cholerae O1 ternyata dapat
hidup di alam bebas dan memiliki reservoir alamiah
- pengendalian kolera tidak akan berhasil bila hanya dipusatkan pada individu yang terinfeksi.
Upaya haruslah diarahkan kepada cara-cara untuk mengubah kondisi paparan terhadap reservoir
infeksi yang sebelumnya tidak terdeteksi, atau pengendalian penyebaran sekunder penyakit
- Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi khususnya makanan dan air melalui
pendidikan.
- Pasien kolera seharusnya diisolasi, ekskresinya didisinfeksi dan orangorang kontak diawasi.
- Khemoprofilaksis dengan obat antimikroba mungkin diperlukan
- Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemic kolera, sebaiknya memasak makanan sampai
matang sebelum mengkonsumsinya, kepiting harus dimasak lebih kurang 10 menit, memakan
buah harus dikupas kulitnya dan dicuci, memakan es harus dihindari kecuali kita tahu bahwa es
terbuat dari air mendidih

Imunisasi Kolera : Pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari
vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat memberikan perlindungan yang terbatas pada orang-orang yang
rentan (misal kontak antar anggota keluarga) tetapi tidak efektif sebagai alat kontrol epidemic. Vaksin ini
memberikan proteksi 60 - 80% untuk masa 3 - 6 bulan.
HEPATITIS

Etiologi

Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa virus
yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.

1) Virus hepatitis A (HAV)

2) Virus hepatitis B (HBV)

3) Virus hepatitis C (HCV)

4) Virus hepatitis D (HDV)

5) Virus hepatitis E (HEV)

6) Hepatitis F (HFV)

7) Hepatitis G (HGV)

penyebab yang paling dikenal adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih
disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini
dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243).

Hepatitis A

- Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA
terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi.
- Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna.
- Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik.
- Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis.
- Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
- Di daerah dengan 4 musim, infeksi VHA terjadi secarea epidemic musiman yang puncaknya
biasanya terjadi pada akhir musim semi dan awal musim dingin.
- Penurunan kejadian VHA akhir-akhir ini telah menunjukan bahwa infeksi VHA terbatas pada
kelompok social tertentu yaitu kelompok turis yang sering bepergian, sehingga variasi musiman
sudah tidak begitu menonjol lagi.
- Di daerah tropis puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung untuk terjadi selama musim
hujan dan pola epidemic siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali, yang mirip dengan penyakit
virus lain.
- Insidens tertinggi pada populasi orang sipil, anak sekolah, tetapi dibanyak negara di Eropa Utara
dan Amerika Utara ternyata sebagian kasus terjadi pada orang dewasa.
- Di negara berkembang dimana kondisi hygiene dan sanitasi sangat rendah, paparan universal
terhadap VHA teridentifikasi dengan adanya prevalensi anti-VHA yang sangat tinggi pada tahun
pertama kehidupan
- Peningkatan prevalensi anti-HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata
di daerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar

Hepatitis C

- Dahulu kita hanya mengenal infeksi ini sebagai infeksi virus hepatitis non-A,non-B,
- namun saat ini telah diketahui bahwa infeksi yang hanya memiliki tanda-tanda subklinis ringan
ini ternyata memiliki tingkat kronisitas dan progresifitas kearah sirosis yang tinggi.
- Infeksi virus hepatitis C (HCV) adalah suatu masalah kesehatan global. Diperkirakan sekitar 170
juta orang di dunia telah terinfeksi secara kronik oleh HCV.
- Prevalensi global infeksi HCV adalah 2,9%. Menurut data WHO angka prevalensi ini amat
bervariasi dalam distribusi secara geografi, dengan seroprevalensi terendah di Eropa sekitar 1%
hingga tertinggi 5,3% di Afrika.
- Angka seroprevalensi di Asia Tenggara sektiar 2,2% denagn jumlah penderita sekitar 32,3 juta
orang

Faktor Risiko Hepatitis C

-  Faktor-faktor yang terkait erat dengan terjadinya infeksi HCV adalah penggunaan narkoba
suntik (injection drug user, IDU) dan menerima tranfusi darah sebelum tahun 1990.
-  Tingkat ekonomi yang rendah, perilaku seksual resiko tinggi, tingkat edukasi yang rendah
(kurang dari 12 tahun), bercerai atau hidup terpisah dengan pasangan resmi.
-  Transmisi dari ibu ke anak bisa saja terjadi tatapi lebih sering terkait dengan adanya ko-infeksi
bersama HIV-1 yang alasannya belum jelas.
-  Transmisi nosokomial berupa penularan dari pasien ke pasien telah dilaporkan terjadi pada
pasien yang mejalan kolonoskopi, hemodialisa dan selama pembedahan.
- tidak terdapat bukti tranmisi fekal-oral

Hepatitis E

-  Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air yang tercemar.
-  populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada
bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda
hingga pertengahan
-  HEV RNA terdapat dalam serum dan tinja selama fase akut.
-  Hepatitis sporadik sering terjadi pada anak dan dewasa muda di negara sedang berkembang.
-  Pernah dilaporkan adanya tranmisi maternal-neonatal
- Viremia yang memanjang atau pengeluaran di tinja merupakan kondisi yang tidak sering
dijumpai. Penyebaran virus ini diduga disebarkan juga oleh unggas, babi, binatang buas dan
binatang peliharaan yang mengidap virus ini.
- Kekebalan sepanjang hidup terjadi setelah fase pemulihan

Gejala
Sampai 2 mgg sblm gejala kuning pd kulit terjd demam sedang, anokresia, mual, muntah dan gejala tdk
khas lainnya.  1-5 hr sblm kekuningan pd kulit muncul air kencing berwarna kuning kecoklatan (spt the).
 Tinja mjdwarna pucat  Warna putih mata akan mjd kuning di ikuti kulit kuning  Enzim hati meningkat
pd pemeriksaan lab

Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.

-  Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu, lemas
dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak,
bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat berubah
menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
-  Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6
bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis
meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
-  Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
-  Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan
khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal

Manifestasi Klinis

-  1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi
lebih cokelat.
-  2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah,
anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan
nyeri tekan.
-  3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan
kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

Penularan

-  Penyakit ditularkan scr fecal oral dr mamin yg terinfeksi


-  Dpt jg di tularkan mll hub seksual.
-  Penyakit ini menyerang gol sosek rendah yg sanitasi dan hygienenya krg baik.
-  Penularan berlangsung cepat
-  Tingkat penularan virus hepatitis B pun lebih tinggi dibandingkan hepatitis C, yaitu 5-10 kali
lipat.
-  pada orang dewasa yang terinfeksi virus hepatitis B hanya 10 % yang akan berlanjumenjadi
hepatitis kronis, sedangkan 90 % lainnya akan sembuh sendiri.
-  Hal ini berbeda dengan hepatitis C. Sebanyak 75-80 % orang dewasa yang terinfeksi dapat
berlanjut menjadi hepatitis C kronis dan hanya 20-25% yang dapat sembuh sendiri

Hepatitis – Kanker hati?


-  Dari kelima jenis virus penyebab hepatitis, hanya virus hepatitis B dan C yang berpotensi untuk
menyebabkan kanker hati.
-  Kanker hati adalah pertumbuhan jaringan abnormal dan berlebihan di dalam hati. Kanker ini
dapat menyerang, menyebar, dan menyebabkan kehancuran jaringan tubuh lainnya.
- Seseorang yang menderita hepatitis B akan berisiko terkena kanker hati meskipun tidak
menderita sirosis hati. Sedangkan pengidap hepatitis C kronis tidak berisiko terkena kanker hati,
kecuali sebelumnya terkena sirosis hati.
- Pengidap hepatitis B kronis yang mendapatkan terapi antiviral (antivirus) dapat menurunkan
risiko kanker hati.
- Pengidap hepatitis C akan sangat berisiko terkena kanker hati jika mempunyai riwayat sirosis hati
yang disebabkan oleh konsumsi alkohol secara berlebihan.
- Pengidap hepatitis C kronis yang mendapatkan terapi antiviral (antivirus) dapat terhindar dari
risiko kanker hati. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko pengidap hepatitis C
menyebabkan kanker hati adalah:
- Menderita sirosis hati.
- Berusia lanjut di atas 65 tahun.
- Pria.
- Terdapat peningkatan kadar alpha-fetoprotein, yaitu suatu penanda tumor di dalam darah.
- Pecandu alkohol.
- Pengidap HIV.
- Pencegahan
-  Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A
yang sulit ditetapkan.
-  Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang
sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan
urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum
ikterus.
- PEMBERANTASAN
-  Surveilans epidemiologi
-  Penyelidikan epidemiologi
- utk mengetahui penyebaran pyk
- Sumber pyk dan cara penulara

Anda mungkin juga menyukai