Anda di halaman 1dari 7

Pelayanan Informasi Obat

 kamelia

 Feb, 08, 2018

 Komunitas

 No Comments

Pelayanan Informasi Obat adalah sebuah proses pencarian dan pemberian


informasi kepada pasien atau nakes lain mengenai informasi obat resep, obat
herbal, obat bebas dengan pencarian yang akurat dan objektif dan di evaluasi
kembali sebelum memberikan informasi obat tersebut terhadap pasien
maupun nakes lainnya.

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat
Resep, Obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat
dan lain-lain (Permenkes, 2014).
Pelayanan Informasi Obat telah diatur didalam UU no 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, dan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 72 tahun 2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit.

Tahapan Pelayanan Informasi Obat (Julianti dan Widayati, 1996) :

◊ Permintaan Informasi Obat, meliputi :

(a) mencatat data permintaan informasi

(b) mengkategorikan permasalahan, misalnya:

(1) aspek farmasetika meliputi: (identifikasi obat, perhitungan farmasi, stabilitas, dan
toksisitas obat)

(2) ketersediaan obat

(3) harga obat

(4) efek samping obat

(5) dosis obat

(6) interaksi obat

(7) farmakokinetik

(8) farmakodinamik

(9) aspek farmakoterapi

◊ Mengumpulkan latar belakang masalah yaitu:

(a) Menanyakan lebih dalam terkait karakteristik pasien

(b) Menanyakan tentang informasi yang diperoleh pasien sebelumnya


◊ Melakukan penelusuran data:

(a) Rujukan umum

(b) Rujukan sekunder

(c) Rujukan primer

◊ Menyusun jawaban sesuai dengan permintaan:

(a) Jawaban harus jelas, lengkap dan benar

(b) Jawaban dapat diperoleh kembali pada rujukan asal

(c) Jawaban tidak boleh memasukkan pendapat pribadi.

◊ Melakukan pemantauan dan tindak lanjut, yaitu menanyakan kembali kepada


penanya manfaat informasi yang telah diberikan baik lisan maupun tertulis.

Alur Pelayanan Informasi Obat (Juliantini dan Widayati, 1996).


Pada Pelayanan Informasi Obat, saat terjadi komunikasi dua arah antara
penanya dan pemberi jawaban, maka kegiatan tersebut harus
didokumentasikan. Pendokumentasian berguna dalam mempermudah
penelusuran kembali data informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif
lebih singkat.

Manfaat dokumentasi antara lain (Depkes RI, 2006):

• Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam


menjawab pertanyaan dengan lengkap.

• Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.

• Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

• Media pelatihan tenaga farmasi.

• Basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan layanan.

• Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan informasi


obat.

Dokumentasi berisi terkait (Depkes RI, 2006):

• Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan.

• Tanggal dan waktu jawaban diberikan.

• Metode penyampaian jawaban.

• Pertanyaan yang diajukan.

• Orang yang meminta jawaban.

• Orang yang menjawab.

• Kontak personal untuk tambahan informasi.


• Lama penelusuran informasi.

• Referensi sumber informasi yang digunakan.

Gambar 2. Contoh Form Dokumentasi Pelayanan Informasi Obat (Permenkes No.


35 Tahun 2014).

Menurut Permenkes No. 58 Tahun 2014, kegiatan pelayanan informasi obat


meliputi :

• Menjawab pertanyaan

• Menerbitkan bulletin, leaflet, poster, dan newsletter

• Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan


penyusunan Formularium Rumah Sakit

• Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan


kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan

• Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga


kesehatan lainnya

• Melakukan penelitian
Selanjutnya, sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung
ketersediaan dan perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam pelaksanaan
pelayanan informasi obat.

Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat, sebaiknya disediakan sarana


fisik, seperti :

• Ruang kantor

• Ruang rapat

• Perpustakaan

• Komputer

• Telepon dan faksimili

•Jaringan internet dan lain-lain

•In house dan data base

Apabila tidak ada sarana khusus, pelaksanaan pelayanan informasi obat dapat
menggunakan ruangan instalasi farmasi beserta perangkat pendukungnya.

Referensi:

Permenkes. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelayanan Informasi


Obat di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit, Jakarta.

Juliantini, E., dan Widayati, S., 1996, Pelayanan Informasi Obat RSUD. Dr.
Soetomo, Prosiding Kongres Ilmiah XI ISFI, 3-6 Juli 1996, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai