Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Pengendalian dan
Penjaminan Kualitas

Falsafah Dasar Kualitas

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Industri 05510008 Dr. Arief Rahmana, ST., MT., CIPMP

Abstract Kompetensi
Modul 1 Menjelaskan konsep dasar Mampu menjelaskan arti dan tujuan
pengendalian dan penjaminan mutu dari pengendalian mutu, sejarah
pengendalian mutu serta proses
pengendalian dan penjaminan mutu
1. Definisi Kualitas
Kualitas sangat penting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan. Abraham et al. (1996)
mengatakan bahwa kualitas produk atau jasa dapat menciptakan keunggulan bersaing.
Disamping itu, menurut Snape et al. (1996) dan Briscoe (2005) kualitas merupakan kunci
sukses keberhasilan sebuah persaingan. Selanjutnya, Russel (1996) mengidentifikasi enam
peranan pentingnya kualitas, yaitu : (1) meningkatkan reputasi perusahaan, (2) menurunkan
biaya, (3) meningkatkan pangsa pasar, (4) dampak internasional, (5) adanya
pertanggungjawaban produk, dan (6) untuk penampilan produk.

Kualitas dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dalam literatur, definisi kualitas telah
dikembangkan berdasarkan pertimbangan normatif dan empirik (Irianto, 2005). Terdapat
beberapa definisi kualitas yang disampaikan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya (Juran, 1962).
2. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery,
reliability, maintability, dan cost effectiveness (Crosby, 1979).
3. Kualitas harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa
mendatang (Deming, 1982).
4. Kualitas adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing,
engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam
pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan (Feigenbaum,
1991).
5. Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang
menunjukkan nilai produk tersebut (Scherkenbach, 1991).
6. Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan bergantung pada
waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan (Elliot, 1993).
7. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan,
orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan
(Goetsch dan Davis, 1997).

‘20 Manajemen Kualitas


2 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
8. Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan konsumen, baik yang dinyatakan secara
tegas maupun yang tersamar (ISO 840 dan Standar Nasional Indonesia 19-8402-1991).

2. Perspektif Kualitas
Terdapat 5 (lima) perspektif yang dapat digunakan untuk memahami tentang kualitas. Kelima
perspektif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dipandang sebagai sesuatu yang dapat dirasakan atau
diketahui tetapi sulit untuk didefiniskan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini
biasanya diterapkan dalam seni musik, drama, seni tari, dan seni rupa.
2. Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan
dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk.
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang
memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya
perceived quality) merupakan produk yang berkualitas tinggi.
4. Manufacturing-based Approach
Persepktif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan
persyaratannya (conformance to requirements).
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga, sehingga bersifat relatif.
Produk yang memiliki kualitas tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.

3. Dimensi Kualitas
Dimensi kualitas dapat ditinjau dari 2 (dua) klasifikasi, yaitu dimensi kualitas produk dan
dimensi kualitas jasa. Kedua klasifikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Dimensi Kualitas Produk
a. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti
b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder
atau pelengkap

‘20 Manajemen Kualitas


3 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
c. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu
sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya
e. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, penanganan keluhan pelanggan
f. Estetika (esthetic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera
g. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap produk tersebut.
2. Dimensi Kualitas Jasa
a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi
b. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap
d. Jaminan (assurance), mencakup keamanan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan.
e. Empati (Emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan memenuhi kebutuhan para pelanggan.

4. Evolusi Konsep Kualitas


Dalam perkembangannya, kualitas mengalami evolusi dari kualitas inspeksi (inspection
quality), pengendalian kualitas (quality control), penjaminan kualitas (quality assurance),
sampai dengan manajemen kualitas total (total quality management). Road map transformasi
dari kualitas inspeksi (inspection quality), pengendalian kualitas (quality control),
penjaminan kualitas (quality assurance), sampai dengan manajemen kualitas total (total
quality management) beserta karakteristiknya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

‘20 Manajemen Kualitas


4 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 1.1 Evolusi Kualitas
(Sumber : Rampersad, 2005)

5. Biaya Kualitas
Paradigma “quality has no cost” mengandung pengertian bahwa produk yang berkualitas
dapat dicipatakan melalui penghilangan segala bentuk pemborosan, yang biasanya
disebabkan oleh produk yang cacat sehingga harus diadakan perbaikan atau harus dibuang.
Dalam paradigma yang baru ini, kualitas sebetulnya tidak berdampak pada peningkatan biaya
kualitas, bahkan akan menghemat biaya tersebut. Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi
atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Dengan perkataan lain biaya kualitas
adalah biaya yang berhubungan dengan pernciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan
pencegahan kerusakan.
Menurut Russel (1996), secara keseluruhan, biaya kualitas tersebut adalah sebagai berikut.
1. Biaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas (cost of achieving good quality),
yaitu biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membuat produk yang berkualitas
sesuai dengan keinginan pelanggan, meliputi :
a. biaya pencegahan (prevention costs) yaitu biaya untuk mencegah kerusakan atau cacat
produk yang terdiri dari :
 biaya perencanaan kualitas (quality planning costs), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan untuk membuat perencanaan akan produk yang baik yang akan
dihasilkan;

‘20 Manajemen Kualitas


5 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 biaya perancangan produksi (production design costs), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan untuk merancang produk sehingga produk yang dihasilkan benar-
benar berkualitas;
 biaya pemrosesan (process costs), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk
dapat menjalankan proses produksi sehingga menghasilkan produk yang
berkualitas;
 biaya pelatihan (training costs), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengadakan pelatihan bagi karyawan sehingga karyawan bertanggungjawab
untuk selalu membuat produk yang baik;
 biaya informasi akan kualitas produk yang diharapkan pelanggan9information
costs), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan survey pelanggan
tentang kualitas produk yang diharpakan pelanggan.

b. Biaya penialian (appraisal costs), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan, meliputi:
 biaya untuk mengadakan inspeksi dan pengujian (inspection and testing costs),
yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pengujian terhadap produk
yang dihasilkan;
 biaya peralatan pengujian (test equipment costs), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengadaan alat untuk pengujian terhadap kualitas produk;
 biaya operator (operator costs), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan upah pada orang yang bertanggungjawab dalam pengendalian
kualitas.
2. Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan menghasilkan produk cacat (cost of poor
quality), meliputi :
a. biaya kegagalan internal (internal failure costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan
karena perusahaan telah menghasilkan produk yang cacat tetapi cacat produk tersebut
telah diketahui sebelum produk tersebut sampai kepada pelanggan. Biaya ini
meliputi :
 biaya yang dikeluarkan karena produk harus dibuang (scrap costs), yaitu biaya
yang telah dikeluarkan perusahaan tetapi produk yang dihasilkan ternyata produk
cacat, sehingga harus dibuang dan adanya biaya untuk membuang prouk tersebut

‘20 Manajemen Kualitas


6 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 biaya pengerjaan ulang (rework costs), yaitu biaya untuk memperbaiki produk
yang cacat
 biaya kegagalan proses (process failure costs), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan dalam proses produksi tetapi ternyata produk yang dihasilkan adalah
produk cacat
 biaya yang harus dikeluarkan karena proses produksi tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya (process downtime costs)
 biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan terpaksa harus menjual
produk di bawah harga patokannya karena produk yang dihasilkannya cacat
(price-downgrading costs).
b. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs), yaitu biaya yang harus dikeluarkan
karena menghasilkan produk cacat dan produk ini telah diterima oleh konsumen,
meliputi :
 biaya untuk memberikan pelayanan terhadap keluhan pelanggan (customer
complaint costs);
 biaya yang harus dikeluarkan karena produk yang telah disampaikan kepada
konsumen dikembalikan karena produk tersebut cacat (product return costs);
 biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani tuntutan konsumen terhadap
adanya jaminan kualitas produk (warranty claims costs);
 biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus memberikan jaminan
atau garansi bagi konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalh baik (product
liability costs);
 biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan tidak dipercaya oleh
konsumen sehingga tidak mau lagi membeli produk ke perusahaan tersebut (lost
sales costs).

6. Pemikiran Beberapa Pakar Kualitas


1. W. Edward Deming
Deming dikenal sebagai bapak dari gerakan total quality managemen. Di Jepang, Deming
memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses statistik
(statistical process control). Atas jasanya bagi industri Jepang, maka setiap tahun diberikan
penghargaan Deming Prize kepada setiap perusahaan yang berprestasi dalam hal kualitas.
Deming menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat membedakan penyebab

‘20 Manajemen Kualitas


7 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
sistematik dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Kontribusi utama yang
membuatnya terkenal adalah Deming Cycle, Deming Fourteen Points, dan Seven Deadly
Diseases.

a. Siklus Deming (Deming Cycle)


Siklus Deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi suatu produk
dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber daya semua departemen (riset,
desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Tahap-tahap dalam Siklus Deming terdiri atas :
1. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (plan)
2. Menghasilkan produk (do)
3. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (check)
4. Memasarkan produk tersebut (act)
5. Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas, biaya,
dan kriteria lainnya (analyze)
b. Empat Belas Poin Deming (Deming’s Fourteen Points)
Empat belas poin Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan Deming
terhadap apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan transisi positif dari
bisnis sebagaimana biasanya sehingga menjadi bisnis berkualitas tingkat dunia. Keempat
belas poin Deming ini adalah sebagai berikut:
1. Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa, dengan maksud
untuk menjadi lebih dapat bersaing, tetap berada dalam bisnis, dan untuk menciptakan
lapangan kerja
2. Adopsilah falsafah baru. Manajemen harus memahami adanya era ekonomi baru dan
siap menghadapi tantangan, belajar bertanggung jawab, dan mengambil alih
kepemimpinan guna menghadapi perubahan.
3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membuat kualitas produk. Bentuklah
kualitas sejak awal
4. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah
5. Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa, untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas, yang pada gilirannya secara konstan
menurunkan biaya.
6. Lembagakan on the job training

‘20 Manajemen Kualitas


8 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan haruslah untuk membantu
orang dan teknologi dapat bekerja dengan lebih baik
8. Hapuslah rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif
9. Hilangkan dinding pemisah antar departemen sehingga orang dapat bekerja sebagai
suatu tim
10. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal tersebut dapat
menciptakan permusuhan
11. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran. Gantikan dengan
kepemimpinan
12. Hilangkan penghalang yang dapat mengurangi kebanggan karyawan atas keahliannya
13. Gantikan program pendidikan dan self-improvement
14. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk
mengerjakannya.
c. Deming’s Seven Deadly Diseases
Deming’s Seven Deadly Diseases merupakan ringkasan dari pandangan Deming terhadap
faktor-faktor yang dapat merintangi transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia.
Ketujuh faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang memiliki pasar
yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan menyediakan
lapangan kerja
2. Penekanan pada laba jangka pendek, pemikiran pada jangka pendek yang didorong
oleh ketakutan akan usaha-usaha pengambilalihan dan tekanan dari bankir dan
pemilik saham untuk menghasilkan deviden
3. Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan sasaran
tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai sasaran
tersebut. Evaluasi prestasi, merit ratings, dan penilaian tahunan merupakan bagian
dari penyakit ini
4. Job shopping oleh para manajer
5. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan keputusan,
hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama sekali terhadap apa
yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui
6. Biaya medis yang terlalu berlebihan
7. Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara yang bekerja
berdasarkan tarif kontingensi.

‘20 Manajemen Kualitas


9 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2. Josep M. Juran
Juran memiliki 2 gelar kesarjanaan (teknik dan hukum) dan mendirikan Juran Institute Inc. di
Welton, Conecticut, yang bergerak dalam bidang pelatihan, penelitian, dan konsultasi
manajemen kualitas. Juran pernah mendapat penghargaan dari Kaisar Jepang berupa medali
Order of the Sacred Treasure atas usahanya dalam mengembangkan kualitas di Jepang dan
membina persahabatan antara Jepang dan Amerika Serikat. Kontribusi Juran yang paling
terkenal antara lain Juran’s Three Basic Steps to Progress, Juran’s Ten Steps to Quality
Improvement, dan Juran Trilogy.
a. Juran’s Three Basic Steps to Progress
Konsep ini menjelaskan tetang tiga langkah yang harus diambil perusahaan bila ingin
mencapai kualitas tingkat dunia. Ketiga langkah tersebut terdiri atas:
1. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan
dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak
2. Mengadakan program pelatihan secara luas
3. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi
b. Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
Konsep ini menjelaskan sepuluh langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
memperbaiki kualitas. Kesepuluh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan
2. Menetapkan tujuan perbaikan
3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4. Menyediakan pelatihan
5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
6. Melaporkan perkembangan
7. Memberikan penghargaan
8. Mengkomunikasikan hasil-hasil
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem reguler
perusahaan.
c. The Juran Trilogy
The Juran Trilogy merupakan ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama. Pandangan
Juran terhadap fungsi-fungsi ini adalah sebagai berikut:

‘20 Manajemen Kualitas


10 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1. Perencanaan Kualitas
Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses yang
dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan siapa yang menjadi pelanggan
b. Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan
c. Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan
d. Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk
menghasilkan keistimewaan tersebut
e. Menyebarkan rencana kepada level operasional
2. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menilai kinerja kualitas aktual
b. Membandingkan kinerja dengan tujuan
c. Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan
3. Perbaikan Kualitas
Perbaikan kualitas harusa dilakukan secara on going dan terus menerus. Langkah-langkah
yang harus ditempuh berkaitan dengan hal ini adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas
setiap tahun
b. Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek
perbaikan
c. Membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap
proyek perbaikan
d. Memberikan tim-tim tersebut apa yang dibutuhkan agar dapat mendiagnosis masalah
guna menentukan sumber penyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan
pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh.
3. Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan, yang menentang
tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik (acceptable quality level). Konsep Crosby
yang terkenal adalah Quality Vaccine dan Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement.
a. Crosby’s Quality Vaccine

‘20 Manajemen Kualitas


11 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Crosby’s Quality Vaccine terdiri atas tiga unsur, yaitu determinasi, pendidikan, dan
pelaksanaan. Setiap perusahaan harus divaksinasi agar memiliki antibodi untuk melawan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan. Ketidaksesuaian ini merupakan sebab, sehingga harus
dicegah dan dihilangkan. Dalam menyiapkan vaksinasi, suatu perusahaan perlu membuat
lima unsur, yaitu:
1. Integritas
2. Sistem
3. Komunikasi
4. Operasi
5. Kebijakan
b. Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
Konsep ini menjelaskan mengenai empat belas langkah untuk perbaikan kualitas. Keempat
belas langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka
panjang
2. Membentuk tim kualitas antar departemen
3. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dari masalah potensial
4. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakans sebagai alat
manajemen
5. Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua karyawan
6. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah yang telah
diidentifikasi
7. Mengadakan program zero defects
8. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas
9. Mengadakan zero defect day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar akan
adanya arah baru
10. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan tim
11. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa hambatan-
hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas
12. Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
13. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus menerus
14. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses yang tidak
pernah berakhir.

‘20 Manajemen Kualitas


12 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
‘20 Manajemen Kualitas
13 Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T., CIPMP.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai