Pengendalian dan
Penjaminan Kualitas
01
Teknik Teknik Industri 05510008 Dr. Arief Rahmana, ST., MT., CIPMP
Abstract Kompetensi
Modul 1 Menjelaskan konsep dasar Mampu menjelaskan arti dan tujuan
pengendalian dan penjaminan mutu dari pengendalian mutu, sejarah
pengendalian mutu serta proses
pengendalian dan penjaminan mutu
1. Definisi Kualitas
Kualitas sangat penting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan. Abraham et al. (1996)
mengatakan bahwa kualitas produk atau jasa dapat menciptakan keunggulan bersaing.
Disamping itu, menurut Snape et al. (1996) dan Briscoe (2005) kualitas merupakan kunci
sukses keberhasilan sebuah persaingan. Selanjutnya, Russel (1996) mengidentifikasi enam
peranan pentingnya kualitas, yaitu : (1) meningkatkan reputasi perusahaan, (2) menurunkan
biaya, (3) meningkatkan pangsa pasar, (4) dampak internasional, (5) adanya
pertanggungjawaban produk, dan (6) untuk penampilan produk.
Kualitas dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dalam literatur, definisi kualitas telah
dikembangkan berdasarkan pertimbangan normatif dan empirik (Irianto, 2005). Terdapat
beberapa definisi kualitas yang disampaikan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya (Juran, 1962).
2. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery,
reliability, maintability, dan cost effectiveness (Crosby, 1979).
3. Kualitas harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa
mendatang (Deming, 1982).
4. Kualitas adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing,
engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam
pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan (Feigenbaum,
1991).
5. Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang
menunjukkan nilai produk tersebut (Scherkenbach, 1991).
6. Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan bergantung pada
waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan (Elliot, 1993).
7. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan,
orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan
(Goetsch dan Davis, 1997).
2. Perspektif Kualitas
Terdapat 5 (lima) perspektif yang dapat digunakan untuk memahami tentang kualitas. Kelima
perspektif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dipandang sebagai sesuatu yang dapat dirasakan atau
diketahui tetapi sulit untuk didefiniskan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini
biasanya diterapkan dalam seni musik, drama, seni tari, dan seni rupa.
2. Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan
dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk.
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang
memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya
perceived quality) merupakan produk yang berkualitas tinggi.
4. Manufacturing-based Approach
Persepktif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan
persyaratannya (conformance to requirements).
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga, sehingga bersifat relatif.
Produk yang memiliki kualitas tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.
3. Dimensi Kualitas
Dimensi kualitas dapat ditinjau dari 2 (dua) klasifikasi, yaitu dimensi kualitas produk dan
dimensi kualitas jasa. Kedua klasifikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Dimensi Kualitas Produk
a. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti
b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder
atau pelengkap
5. Biaya Kualitas
Paradigma “quality has no cost” mengandung pengertian bahwa produk yang berkualitas
dapat dicipatakan melalui penghilangan segala bentuk pemborosan, yang biasanya
disebabkan oleh produk yang cacat sehingga harus diadakan perbaikan atau harus dibuang.
Dalam paradigma yang baru ini, kualitas sebetulnya tidak berdampak pada peningkatan biaya
kualitas, bahkan akan menghemat biaya tersebut. Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi
atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Dengan perkataan lain biaya kualitas
adalah biaya yang berhubungan dengan pernciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan
pencegahan kerusakan.
Menurut Russel (1996), secara keseluruhan, biaya kualitas tersebut adalah sebagai berikut.
1. Biaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas (cost of achieving good quality),
yaitu biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membuat produk yang berkualitas
sesuai dengan keinginan pelanggan, meliputi :
a. biaya pencegahan (prevention costs) yaitu biaya untuk mencegah kerusakan atau cacat
produk yang terdiri dari :
biaya perencanaan kualitas (quality planning costs), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan untuk membuat perencanaan akan produk yang baik yang akan
dihasilkan;
b. Biaya penialian (appraisal costs), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan, meliputi:
biaya untuk mengadakan inspeksi dan pengujian (inspection and testing costs),
yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pengujian terhadap produk
yang dihasilkan;
biaya peralatan pengujian (test equipment costs), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengadaan alat untuk pengujian terhadap kualitas produk;
biaya operator (operator costs), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan upah pada orang yang bertanggungjawab dalam pengendalian
kualitas.
2. Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan menghasilkan produk cacat (cost of poor
quality), meliputi :
a. biaya kegagalan internal (internal failure costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan
karena perusahaan telah menghasilkan produk yang cacat tetapi cacat produk tersebut
telah diketahui sebelum produk tersebut sampai kepada pelanggan. Biaya ini
meliputi :
biaya yang dikeluarkan karena produk harus dibuang (scrap costs), yaitu biaya
yang telah dikeluarkan perusahaan tetapi produk yang dihasilkan ternyata produk
cacat, sehingga harus dibuang dan adanya biaya untuk membuang prouk tersebut