Anda di halaman 1dari 11

SOAL 1 TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI

1.1. Pengertian Mutu dan Sistem Mutu


Definisi mutu menurut ISO 8402 (1886) adalah sifat dan karakteristik
produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai
(Iman Suharto, 1998). Secara subyektif mutu adalah fitnes for use, yaitu sesuatu yang
cocok dengan selera. Secara obyektif Joseph M. Juran mendefinisikan mutu adalah
standar khusus dimana kemampuannya, kinerjanya, keandalannya, kemudahan
pemeliharaan dan karakteristiknya dapat diukur (Juran, 1988). Pengertian mutu
dalam konteks industri jasa konstruksi pada prinsipnya adalah tercapainya
kesesuaian antara hasil kerja yang akan diserahkan oleh kontraktor dan keinginan
pemilik proyek (Wiryodiningrat, et.al, 1997 ; 53).
Untuk mencapai tujuan seperti apa yang ada pada definisi mutu tersebut
maka perlu adanya pengelolaan mutu. Dengan adanya pengelolaan mutu proyek ini
diharapkan tidak ada pekerjaan yang harus diulang karena ada kerusakan atau
pekerjaan yang cacat, sehingga tidak menimbulkan kerugian.
Sistem mutu menurut ISO 8402 meliputi struktur organisasi, pertanggung
jawaban, prosedur, proses, dan berbagai sumber daya untuk mengimplementasikan
manajemen mutu. Tujuan dari sistem mutu adalah memberikan pendekatan yang
sistemik dalam usaha pencegahan kegagalan dari suatu produk. Sistem mutu dari
waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Sistem mutu pada awalnya dikenal
dengan istilah inspeksi (inspection), kemudian berkembang menjadi pengendalian
mutu (Quality Control), selanjutnya menjadi penjaminan mutu (Quality Assurance),
manajemen mutu (Quality Management) dan manajemen mutu terpadu (Total
Quality Management).

1.2. Karakteristik Proyek Konstruksi


Di antara berbagai macam kegiatan proyek, salah satunya adalah kegiatan
proyek konstruksi. Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan penggunaan sumber daya tertentu
untuk melaksanakan suatu sasaran dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk
yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999).
PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 1
Dalam rangkaian kegiatan tersebut terjadi suatu proses, yaitu proses
mengolah semua sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa
bangunan. Sumber daya tersebut terhimpun dalam suatu organisasi, yang bertujuan
untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat anggaran dan sesuai dengan standar
mutu yang telah dispesifikasikan oleh perencana atau yang disyaratkan oleh owner.
Sumber daya yang dimaksud meliputi tenaga kerja, peralatan konstruksi, material
permanen dan sementara, pasokan dan fasilitas, finansial, teknologi atau metode, dan
waktu (Fahrudin, 2006).

Gambar 1.1. Hubungan antara owner dengan Kontraktor dalam kontrak


Konstruksi (Fahrudin, 2006)
Semua proyek dalam mencapai tujuan mempunyai resiko yang mengelilingi
elemen waktu, biaya dan mutu yang mana ketiga-tiganya saling terkait dan tarik-
menarik. Tingkat resiko sangat berkaitan langsung dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan dan waktu yang ditentukan serta mutu dari pengelolaan proyek (Bagy,
2002).

Gambar 1.2. Success-Risk Triangle (Bagy, 2002)

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 2


Pada gambar 1.2, memperlihatkan kerterkaitan antara Goals Triangle,
Players Triangle dan Project Areas Triangle yang akan membentuk Success-Risk
Triangle. Dengan kata lain, gabungan dari ketiga Triangle tersebut sangat berkaitan
dengan suksesnya atau gagalnya suatu proyek. Dalam Goals Triangle dapat dilihat
hubungan antara kinerja waktu, biaya dan mutu/persyaratan yang harus diwujudkan
demi suksesnya suatu proyek. Sedangkan Players Triangle menggambarkan pihak-
pihak yang terlibat dalam proyek yang terdiri dari pemilik, perencana, dan
pelaksana/kontraktor. Untuk mencapai kesuksesan proyek, ketiga pihak harus
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama melaksanakan proyek tepat waktu
dan sesuai anggaran serta sesuai mutu atau persyaratan. Di dalam segitiga terakhir,
yaitu Project Areas Triangle terdiri dari kontrak, jadwal, dan Management of
Changes yang merupakan elemen-elemen utama yang secara langsung berkaitan
dengan resiko dan kesuksesan.
Syah (2004) menjelaskan bahwa tolak ukur suatu proyek dalam
pelaksanaannya harus terpenuhi dalam tiga kriteria, yaitu: biaya proyek yang tidak
melebihi batas; mutu pekerjaan yang memenuhi standar tertentu; dan waktu
penyelesaian pekerjaan yang tepat. Dari ketiga tolak ukur tersebut, mutu konstruksi
merupakan salah satu indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan yang
langsung dipertanggung-jawabkan kepada pelanggan, sehingga harus ditingkatkan
dari waktu ke waktu sejalan dengan kebutuhan/harapan masyarakat dan tuntutan
global. Karena adanya keunikan dari suatu proyek konstruksi, maka untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dilakukan pengelolaan proyek dengan sistem manajemen
proyek

1.3. Manajemen Mutu Proyek


Salah satu Knowledge Area dalam manajemen proyek adalah manajemen
mutu proyek (Duncan, 2000). Manajemen Mutu (Quality Management) adalah
aktivitas yang terkoordinasi untuk membimbing dan mengendalikan organisasi
dalam hal mutu (The Association for Project Management. “The 40 Key
Competencies of Project Management”, diakses dari www.trainersdirect.com,
Februari 2010). Sedangkan LPJKN menyebutkan (Cinantya, 2008) bahwa
manajemen mutu menerapkan standar dan proses yang obyektif untuk mencapai
tujuan subyektif, yaitu kepuasan pemakai jasa (user) lewat penerapan perencanaan

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 3


mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan yang terus menerus pada
keseluruhan masa berlaku proyek.
Manajemen mutu proyek (Project Quality Management) melibatkan proses
yang mensyaratkan dan menjamin bahwa proyek tersebut akan memenuhi kebutuhan
yang disyaratkan termasuk di dalamnya semua aktivitas yang melibatkan fungsi
manajemen secara keseluruhan, antara lain kebijakan mutu, obyektifitas dan
tanggung jawab dan implementasinya terhadap perencanaan mutu/kualitas,
penjaminan mutu, control mutu/kualitas, dan peningkatan mutu/kualitas (PMBOK
dalam Dofir, 2002). Jadi manajemen mutu proyek terdiri dari :
1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning) yaitu untuk mengidentifikasi standar
kualitas mana yang relevan untuk proyek tersebut dan menentukan apakah sudah
memenuhi syarat.
2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance) yaitu untuk mengevaluasi kinerja proyek
secara keseluruhan berdasarkan keyakinan bahwa produk/proyek akan
memenuhi standar yang relevan.
3. Kontrol Mutu/kualitas (Quality Control) yaitu untuk memonitor hasil-hasil
proyek.
Ketiga proses tersebut saling interaksi antara satu proses dengan proses yang lain.
Menurut Husen (2010), mengenai manajemen yang harus diperhatikan antara lain :
a. Perencanaan (Planning)
Pada perencanaan tercantum adanya sasaran, tujuan yang dicapai hingga
kebijakankebijakan lain untuk menunjang keberhasilan. Sehingga dalam
perencanaan perlu dikerjakan secara, cermat, dan meminimalkan risiko kesalahan
kerja, walaupun perencanaan tersebut terus disempurnakan sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses pelaksanaan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Kegiatan ini melingkupi pengelompokan dari jenis-jenis pekerjaan (work
breakdown structure), menentukan personil yang akan bertanggung jawab dalam
pekerjaan tersebut. Sehingga perlu adanya struktur organisasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan pelaksanaan proyek dan kerangka penjabaran yang sesuai
dengan keahlian dan kemampuan dari tiap personilnya.

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 4


c. Pelaksanaan (Actuating)
Kegiatan ini mengimplementasikan dari perencanaan yang telah ditetapkan
dengan melakukan tahapan pekerjaan sesungguhnya secara fisik maupun non
fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan.
d. Pengendalian (Controlling)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan mengenai proses dan aturan kerja
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan hasil yang maksimal.

Berikut merupakan proses manajemen konstruksi :

Gambar 1.3. Proses Manajemen Konstruksi (Husen, 2010)

1.4. Konsep Total Quality Management (TQM) dan Penerapan Manajemen Mutu
Proyek Konstruksi
Konsep dasar Total Quality Management(TQM) antara lain :
1. Memfokuskan pada produk dan pelanggan.
2. Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan filosofi
TQM.
3. Budaya organisasi
4. Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun antara
para personil organisasi dengan pelanggan.
5. Pengetahuan dan keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
6. Tanggungjwab para karyawan
7. Manajemen berdasarkan pada data dan fakta
8. Sudut pnadangan jangka panjang

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 5


Teknik-teknik dalam TQM :

1. Pengendalian proses secara statistik


2. Penyelesaian masalah secara struktur
3. Perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan
4. Manajemn mutu
5. Perencanaan mutu.

Langkah-langkah untuk melaksanakan Total Quality Management(TQM) :

1. Mengadakan penilaian dan perencanaan mengenai kemungkinan penerapan


filosofi TQM.
2. Penerpan dan pengorganisasian filosofi TQM dalam orgnaisiasi jasa
3. Perubahan budaya (dari yang berorientasi standar menjadi berorientasi mutu)
4. Sistem pemberian upah dan pernghargaan.
5. Pengembangan kepemimpinan
6. Membangun tim
7. Melaksanakan sistem penyewaan maupun promosi untuk meningkatkan
performansi organisasi
8. Kesiapan manajemen
9. Teknik analisis Pendidikan dan latihan

Dalam kaitan dengan proyek, mutu adalah karakteristik produk, baik berupa
barang atau jasa, serta karakteristik rangkaian kegiatan pelaksanaan yang sesuai
dengan keinginan pemilik proyek. Secara umum keinginan pemilik proyek
dituangkan dalam dokumen kontrak kerja sebagai persyaratan-persyaratan yang
ditetapkan antara kontraktor dan pemilik proyek yang merupakan parameter mutu
hasil kerja kontraktor yang meliputi biaya, mutu produk, waktu pelaksanaan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja (Wiryodiningrat, 1997).
Dalam pelaksanaan konstruksi, kegagalan dalam pencapaian mutu dapat
disebabkan oleh pihak-pihak seperti kontraktor, perencanaan, atau bahkan gabungan
dari pihak-pihak tersebut. Dalam usaha pencapaian mutu proyek terhadap fasilitas
yang dibangun, terdapat unsur yang mempengaruhi yang dapat dilihat dari pada
gambar 1.3 (Barrie dkk., 1987).

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 6


Gambar 1.4. Unsur-unsur yang mempengaruhi Mutu Proyek Konstruksi

Manajemen mutu proyek dapat didefinisikan sebagai proses yang


diperlukan untuk menjamin bahwa proyek yang dilaksanakan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan (Duncan, 2000).
Penerapan manajemen mutu pada industri konstruksi dapat dijelaskan dalam
diagram alir seperti pada gambar 1.4. Adapun diagram alir tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut (Rounds dan Chi, 1985):
1. Standar mutu ditetapkan dengan tingkat keseragaman yang lebih tinggi dan
lengkap, berdasarkan data dan masukan dari proyek sebelumnya.
2. Tahap desain dan perencanaan, tahap konstruksi, serta evaluasi, menjadi satu
kesatuan dalam sistem manajemen mutu, dan jika terjadi kegagalan mutu
(defect), langsung diidentifikasi dan diperbaiki seawal mungkin.
3. Pangkalan data mutu dikembangkan dari umpan (feed back) untuk membatasi
pekerjaan yang berulang-ulang akibat kecacatan/kegagalan mutu (defect)

Gambar 1.5. Management Mutu Flow Chart pada Industri Konstruksi


(Rounds dan Chi, 1985)
PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 7
Sektor-sektor berbeda dengan pertumbuhan industri konstruksi,
menunjukkan pada pertumbuhan yang berbeda di seluruh dunia, seperti :
1. Industri konstruksi menyumbangkan nilai yang sangat besar pada perdapatan
perkapita dunia, yaitu sekitar 1/10 dari GDP dunia.
2. Industri konstruksi merupakan industri yang potensial dalam penyerapan tenaga
kerja yang besar, yaitu sekitar 7% dari seluruh tenaga kerja di dunia.
3. Industri konstruksi menyerap 2/5 dari total penyerapan energi di seluruh dunia
yang membuat industri ini menjadi sektor terbesar dalam penyerapan energi.

Industri yang terdiri dari perusahaan besar maupun perusahaan kecil.


Dengan berbagai sektor konstruksi yang merupakan industri yang berbeda dengan
industri lainnya, maka pembagian jenis konstruksi akan sangat membantu dalam
memahami struktur industri ini.

Berikut menurut Widiasanti dan Lenggogeni, (2013), dalam konstruksi


dapat dibagi menjadi 2, antara lain :

a. Teknologi konstruksi
Merupakan teknologi konstruksi yang berhubungan dengan metode maupun
teknik yang digunakan untuk menempatkan material fisik dan elemen-elemen
konstruksi yang lain pada tempatnya di lapangan. Sehingga konstruksi yang
ditanyakan merupakan salah satu yang penting yang akan dihadapi manajer
konstruksi. Untuk itu setiap metode yang digunakan sangat penting untuk dapat
dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya serta metode tersebut agar selalu
dapat diperbaharui.
b. Manajemen konstruksi
Manamen konstruksi mengacu bagaimana sumber daya tersebut tersedia untuk
dapat membangun suatu konstruksi yang baik bagi manajer, sehingga dapat
diaplikasikan dengan baik dalam suatu konstruksi yang dihasilkan. Dalam
manajemen konstruksi sumber daya yang diperlukan biasa di sebut dengan 5 M,
antara lain :
- Manpower (tenaga kerja)
- Machiner (alat dan peralatan)
- Material (bahan bangunan)
- Money (uang)
- Method (metode)
PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 8
Dengan melibatkan waktu dan mengaplikasikan 5 sumber daya tersebut
di atas yang digunakan untuk membangun konstruksi dengan baik dan hasil yang
maksimal. Selain sumber daya 5 M tersebut juga melibatkan perencanaan baik
yang dipertimbangkan dari segi waktu, kualitas, dan biaya yang dianggarkan.
Sehingga seorang manajer adalah bagaimana cara memanfaatkan sumber
daya semaksimal mungkin dengan efektif dan efisien dalam kerangka
perencanaan waktu, kualitas, dan biaya untuk memenuhi pencapaian tujuan
owner. Konsep dasar dari pembangunan konstruksi adalah kemampuan manajer
dalam menempatkan sumber daya manusia, peralatan, material, dengan
pembiayan biaya terbatas, dan dengan waktu yang telah ditentukan, serta kualitas
sesuai dengan yang direncanakan.
Pekerjaan konstruksi selalu dimulai dengan hal sebagai berikut,
diantaranya: penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal, dan pengendalian
yang digunakan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan rencana. Sehingga dalam
perencanaan konstruksi merupakan suatu proses untuk menentukan tujuan bahkan
sasaran dengan keterlibatan pencapaian dari sumber daya.
Sehingga perencanaan yang dibuat dengan baik akan mengikat dan
mengarahkan pelaksanaan kegiatan konstruksi untuk memanfaatkan sumber daya
yang efektif dan efisien demi mewujudkan sasaran dan tujuan awal.
Penjadwalan konstruksi tersebut merupakan alat untuk menentukan
waktu yang diperlukan untuk kegiatan konstruksi dan penyelelesaiannya. Selain
itu sebagai alat untuk menentukan kapan konstruksi tersebut dapat dimulai dan
kegiatan konstruksi dapat diselesaikan. Ketepatan penjadwalan konstruksi dalam
pelaksanaannya sangat berpengaruh agar terhindar dari kerugian timbul. Misalkan
terjadi pembengkakan biaya konstruksi karena hal tertentu bahkan bisa berakibat
proses penyerahan konstruksi yang mengalami keterlabatan.
Menurut Edwin (1961) menyampaikan bahwa Personnal management is
the planning, organizing, directing, and controlling of the prorucement,
development, compensation, maintenance, and separation, of human resources,
to the end that individual, organization, and societal objectives are accomplished.
Manajemen personalia merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian, dari pengadaan (Edwin, 2002).
Berikut merupakan Siklus Hidup Proyek Konstruksi.

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 9


Gambar 1.6. Siklus Hidup Proyek Konstruksi

Keterangan:
- Stage 1 Feasibility
- Stage 2 Planning and Design
- Stage 3 Production
- Stage 4 Tunnover and Start Up

PERENCANAAN MUTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI | 10


DAFTAR PUSTAKA

Budihardja, S. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu Terhadap Biaya


Mutu Pada Proyek Konstruksi Gedung di Surabaya (Doctoral dissertation,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Chasanah, U., & Sulistyowati, S. (2017). PENERAPAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Neo Teknika, 3(1).

Susila, H. (2013). Penerapan Manajemen Mutu Pada Proses Pembangunan Struktur Beton
Gedung Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Di Surakarta. Jurnal Teknik
Sipil dan Arsitektur, 13(17).

Anda mungkin juga menyukai