DALAM PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
MAKALAH
Makalah ini dibuat guna memenuhi suatu syarat dalam penyelesaian Mata Kuliah
Hukum Lingkungan Kelas A/BT.01 dengan Dosen Pengampuh: Dr. M. Hatta Roma T.,SH.,
MHPada perkuliahan Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Afidah Rizkyah D10120343
Syafira Trinanda As Syiffa D10120347
Made Cantika Fika Dewi D10120356
Donnallo Debora D10120358
Munifa Nursarifa D10120375
Nurul Mutia Dewi D10120387
Moh Aditya Sukardi D10120393
Putri K. Datuamas D10120408
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO PALU
2022
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisaan...........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB IIPEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Tujuan Dan Fungsi Hukum Lingkungan Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air di sisi pemerintah dan masyarakat...............................................4
B. Substansi Hukum Lingkungan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air....9
C. Proses Dan Prosedur Perizinan Pengelolaan Sumber Daya Air..............15
D. Waktu Penyelesaian Perizinan Peengelolaan Sumber Daya Air.............17
E. Pengawasan Penyelenggaraan Perizinan Pengelolaan Sumber Daya Air
........................................................................................................................22
F. Penyelesaian Pengaduan Dan Sengketa Sumber Daya Air......................25
G. Sanksi /Hukuman Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air........................29
H. Hak Dan Kewajiban Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air....................32
I. Jenis Pemberian Perizinan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air.........37
BAB IIIPENUTUP...............................................................................................41
A. Kesimpulan....................................................................................................41
B. Saran...............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405), hlm. 2.
2
Nadia Astriani, “Pengaturan Air Dalam Sistem Hukum Indonesia,” Jurnal Bina Hukum
Lingkungan vol 5, no. 2 tahun 2021, hlm. 19-20, http://bhl-jurnal.or.id/index.php/bhl/article/
download/bhl.v5n2.10/pdf diakses pada tanggal 21 Mei 2022, Pkl. 20.17 Wita.
3
Adi lazuardi, “mentri PUPR tekankan pemanfaatan TIK bagi pengelola sumber daya air”,
Antara, https://www.antaranews.com/berita/2781553/menteri-pupr-tekankan-pemanfaatan-tik-
bagi-pengelolaan-sumber-daya-air di akses tanggal 21 Mei 2022.Pkl. 21.39 Wita.
1
4
Dari masalah di atas setidaknya bisa menggambarkan kodisi dan potensi sumber
daya air di Indonesia, sehingga kita bias lebih bijak dalam mengelolah dan
memanfaatkan air sebagaimana mestinya.
Sebagaimana yang di atur didalamUndang-Undang Nomor 17 Tahun
2019 pasal11 ayat 7terkait izin penggunaan sumber daya air terbagi dua jenis
yakni sumber daya air untuk kebutuhan bukan usaha adalah kebutuhan untuk
memenuhi pokok sehari-hari entah itu dalam jumlah kecil atau jumlah besar,
penggunaan sumber daya air biasanya juga untuk kebutuhan rayat dalam pertanian
misalnya penggunaan pertanian di luar sistem irigasi yang sudah ada dan
pertanian rakyat yang bukan merupakan kegiatan usaha. Sedangkan izin
penggunaan sumber daya airuntuk kebutuhan usaha adalah suatu kebutuhan usaha
yang ditujukan untuk menikatkan kemanfaatan sumber daya air bagi
kesejahteraan rakyat, penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan usaha
diantara sumber daya air sebagai media, air dan daya air sebagai materi, sumber
daya air sebagai media dan/atau air, sumber air dan/atau daya air sebagai media
dan materi.5
Pengaturan terkait sumber daya air sangatlah banyak, maka dari itu
dalam makalah ini dimuat berbagai perbandingan-perbandingan dari pengaturan
tersebut untuk meninjau secara jelas legalitas serta alasan di balik adanya revisi
dari peraturan-peraturan yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penegakan hukum lingkungan dan administrasi tekait
perizinan dalam pengelolaan sumber daya air?
2. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terkait sanksi dan penyelesaian
sengketa dalam pengelolaan sumber daya air?
4
Juanlie Rems Yosua Sendow et al eds, “Pemberlanjutan Ketentuan Pidana Dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air:,” jurnal lex crimen, Vol 10, No.2
Tahun 2021, hlm 192,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/download/
33110/31308&ved=2ahUKEwj52rif5Of3AhW3S2wGHTr1D3IQFnoECA0QAQ&usg=AOvVaw0
YrkBkClLGqXc2JE- w8g-2 diakses pada tanggal 18 Mei 2022, pkl. 20.11 Wita.
5
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air.(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tahun Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6405), hlm. 11.
2
C. Tujuan Penulisaan
1. Untuk mengetahui penegakan hukum lingkungan dan administrasi terkait
teknik perizinan dalam pengelolaan sumber daya air.
2. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana terkait sanki dan
penyelesaiaan sengketa pengelolaan sumber daya air.
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
diantaranya sebagai berikut:
1. Memperluas pemikiraan dan pendapat hukum, memberikan konrtibusi
dan memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum pada
umumnya, dan hukum lingkungan khususnya yang berkaitan dengan
kajian hukum penegakan hukum lingkungan dalam pengelolaan sumber
daya air.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas agar mengetahui
pentingnya pengetahuan dan pemahaman terkait dengan hukum
lingkungan.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang ilmu
hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Tujuan dan Fungsi Hukum Lingkungan Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air Di Sisi Pemerintah Dan Masyarakat
Izin sebagai instrument yuridis yang digunakan oleh pemeritah untuk
memegaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna
mencapai saatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrument, izin berfungsi selaku
ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyaarakat adil dan makmur itu dijelmakan.
Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan
kontret yang dihadapi.Dengan mengikat tindakan-tidakan pada suatu sistem
perizinan, pembuat Undang-Undang dapat mengejar berbagai tujuan.
Tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
1. Sisi pemerintahan
Tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut
a. Untuk melaksanakan peraturan
Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturantersebut
sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidakdan sekaligus
untuk mengatur ketertiban.
b. Sebagai sumber pendapatan daerah
Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secaralangsung
pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiapizin yang
dikeluarkan pemohon harus membayar retribusiterlebih dahulu.
Semakin banyak pula pendapatan di bidangretribusi tujuan akhirnya,
yaitu untuk membiayaipembangunan.
2. Sisi masyarakat
Tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut:
a. Untuk adanya kepastian hukum
b. Untuk adanya kepastian hak
c. Untuk memudahkan fasiltas
Motif-motif untuk menggunakan sistem izin dapat berupa :
4
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan – “struen”) aktivitas-
aktivitas (misalnya izin bangunan)
b. Mencegah bahwa bagi lingkungan (izin-izin lingkungan)
c. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (izin tebang,
izinmembongkar pada monumen-monumen)
d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni didaerah
padat penduduk)
e. Pengarah, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas(izin
berdasarkan “Drank-en Horecawet”, dimana pengurus harusmemnuhi
syarat-syarat tertentu).
Jadi, izin yang digunakan oleh penguasa sebagai instrumen
untukmempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti carayang
dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret.Instrumen izin digunakan oleh
penguasa pada sejumlah besar bidang kebijaksanaan.Ini terutama berlaku bagi
hukum lingkungan, hukum pengaturan ruang dan hukum perairan.Namun juga
dalam hukum administrasi sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan, pemberian
izin merupakan gejala yang penting.
Pencantuman motif untuk sistem izin dalam undang-undang mempunyai
konsekuensi penting bagi organ penguasa yang berwenang.Dalam memutuskan
pemberian izin, organ ini tidak boleh menggunakan alasan yang tidak sesuai
dengan tujuan dari sistem peraturan.
Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi
penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib,dimaksudkan agar
izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha,bangunan dan bentuk kegiatan
masyarakat lainnya yang bertentangan satusama lain, sehingga ketertiban dalam
setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi mengatur
dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan
peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan,
5
dengan kata lain fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang
dimilki oleh pemerintah.6
Kepatuhan terhadap norma hukum itu ditempuh melalui penegakan
hukum. Baik itu hukum pidana, hukum administrasi, maupu hukum perdata
memuat sarana-sarana yuridis yang dapat dipaksakan agar dapat kepatuhan dalam
peristiwa kongkrit atau pemberian hukuman ketika terjadi ketidak patuhan hukum
atau pelangaran hukum. Semua peraturan tertulis, baik itu peraturan perundang-
undangan maupun perizina, yang akan diterapkan terhadap warganegara hanya
akan terlaksana jika dapat ditegakan. Pembaruhan dalam waktu yang lama
terhadap norma hukum tidak terjadi dengan sendirinya. Pelaksanaan penegakan
hukum mengenai norma-norma hukum yang dibuat dan ditetapkan oleh
pemerintah pada umumnya dilakukan secara langsung oleh pemerintah tampa
keterlibatan pihak ke tiga atau tanpa melalui proses peradilan di muka penegak
hukum.
Namun adapula penegakan sanksi terhadap warga negara yang harus
melalui upaya administrasi atau peradilan administrasi.Hukum lingkungan sangat
rumit dan banyak seginya, pelangaranya pun beranekarangam, mulai dari yang
paling ringan sampai yang paling berbahaya.Oleh karena itu, penanggulangannya
atau penyelesaianyapun beraneka ragam, mulai dari peneragan hukum sampai
pada penerapan sanksi. Hukum lingkungan menepati titik silang berbagai bidang
hukum kelasik, ia dapat ditegakkan dengan salah satu instrument, yaitu instrument
administrative bahkan dapat ditegakan dengan tiga instrument sekaligus yakni
perdata dan pidana.
Pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 3 Mengatur mengenai Tujuan
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:7
6
Maurizcha Salsabilla Rifa’I, “penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Izin Pemanfaatan
Sumber Daya Air Guna Muria Di Kabupaten Kudus,” Universitas Islam Indonesia, https://dspace
uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/6738/Penegakan%20Hukum%20Terhadap%20Pelanggaran
%20Izin%20Pemanfaatan%20Sumber.pdf?sequence=1&isAllowed=ydiakses pada tanggal 17 Mei
2022, Pkl. 23.57 Wita, hlm. 43-45.
7
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059), hlm. 8-9.
6
1. Melindungi wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
2. Menjamin kelangsungan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
4. Menjaga kelestarian fungsing lingkungan hidup;
5. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan masa depan;
7. Menjamin pemenuhan dan perlindungan ha katas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asak manusia;
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara biijaksana;
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
10. Mengantisipasi isu lingkungan global.
\-
Sangat jelas asal ini memuat tujuan-tujuan dari adanya dan pentingnya
perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam yang salah satunya termasuk
pengelolaan Sumber Daya Air.Tidak jauh berbeda mengenai tujuaan
pengelolaannya dapat dilihat pada Undang-Udang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang
Sumber Daya Air.8
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 76 – pasal 83 memuat tentang
sanksi administrative. Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota dapat
menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhap izin lingkungan,
berupa teguran tertulis; paksaan pemerintah; pemberlakuan izin lingkungan; dan
pencabutan izin. Penerapan sanksi dapat dilakukan jika pemerintah menganggap
pemerintah daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap
penlanggaran di lakukannya.9
Berdasarkan pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
Tentang Perairan Diatur Beberapa Penegakan Hukum:10
8
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190;Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405), hlm. 28.
9
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup) Loc.cit.
10
Lihat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 65; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046),
hlm 12-13.
7
1. Diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun dan
atau denda setinggi-tinnginya Rp 5.000.000, (lima juta rupiah).
a. Barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan sumber-
sumber air yang tidak berdasarkan perencanaan dan perencanaan
teknis tata pengaturan air dan tata pengairan serta pembagunan
pengairan sebgaimana tersebut dalam pasal 8 ayat 1 undang-undang
ini.
b. Barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan sumber
sumber air tampa izin dari pemerintah sebagaiman tersebut dalam
pasal 11 ayat 2
c. Barang siapa yang sudah memperoleh izin dari pemerintah untuk
pengusahaan air dan atas sumber-sumber air sebagaimana tersebut
dalam pasal 11 ayat 2, tetapi dengan sengaja tidak melakukan dan/atau
sengaja tidak ikut membantu terdapat pada pasal 13 a ayat 1 huruf a,
b, c, dan g undang-undang ini.
2. Perbuatan pidana dimaksud dalam ayat satu pasal 15 adalah kejahatan.
3. Barangsiapa karna kelalaliannya menyebabkan terjadinya pelangaran atas
ketentuan tersebut dalam pasal 8 ayat 1, pasal 11 ayat 2 dan pasal 3 ayat
1 huruf a, b, c dan d undang-undand ini, diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bula n dan atau denda setinggi-
tingginya Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupia)
4. Perbuatan pidana dimaksud dalam pasal 15 ayat 3 adalah pelangaran.
Sebagaimana hukum fungsional (functioneel rechtsgebeid), undang-
undang penegelolaan lingkungan hidup (UUPLH). Menyediakan tiga
macam penegakan pengelolaan lingkungan, yaitu penegakan
administrasi, perdata, dan pidana.
8
paksa (dwangsom), dan penarikan izin.Terdapat beberapa macam
upaya penegakan hukum lingkungan administratif.
11
Maurizcha Salsabilla Rifa’I, “penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Izin Pemanfaatan
Sumber Daya Air Guna Muria Di Kabupaten Kudus,” Universitas Islam Indonesia,
https://dspace .uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/6738/Penegakan%20Hukum%20Terhadap
%20Pelanggaran%20Izin%20Pemanfaatan%20Sumber.pdf?sequence=1&isAllowed=ydiakses
pada tanggal 17 Mei 2022, pkl. 15.06 Wita.
9
hidup bukan hanya mengatur tentang perbuatan pidana pencemaran
atau kerusakan.12
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan
lingkungan secara konsekuen dan untuk memfasilatasi permasalahan
proses pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup, dengan
menghasilkan manfaat terselesainya masalah sengketa lingkungan
pada akhirya berdampak pada meningkatnya kepercayaan
masyarakat.Sanksi pidana lingkungan pengelolaan perairan diatur
pada undang-undan nomor 17 tahun 2019 tentang sumber daya air
pada pasal 69-74.13
12
Lihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68).
13
Maurizcha Salsabilla Rifa’I, “penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Izin Pemanfaatan
Sumber Daya Air Guna Muria Di Kabupaten Kudus,” Universitas Islam Indonesia,
https://dspace .uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/6738/Penegakan%20Hukum%20Terhadap
%20Pelanggaran%20Izin%20Pemanfaatan%20Sumber.pdf?sequence=1&isAllowed=ydiakses
pada tanggal 17 Mei 2022, pkl. 16.50 Wita.
14
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059), hlm. 51.
10
penegakan ini terfokus pada permitaan gantirugin oleh korban
terhadap pencemaran atau perusakan lingkungan. Namun upaya
penegakan hukum perdata merupakan upaya hukum yang
meringankan tugas Negara, arti Negara tidak perlu mengeluarkan
biaya penegakan hukum (Law Neforcemet Cost) karena penegakan
hukum disini dilakukan oleh rakyat dan otomatis ditanggung olehh
rakyat. Jalur hukum perdata di Indonesia kurang disenangi orang
karena prosesnya berlarut-larut
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui jalur:
1) Melalui pengadilan (in court atau litigasi);
2) Melalui luar pengadilan (out court/settlement) atau biasanya
dikenal dengan penyelesaian sengketa (aps) atau mekanisme
alternative penyelesaian sengketa (maps).
15
Maurizcha Salsabilla Rifa’I, “penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Izin Pemanfaatan
Sumber Daya Air Guna Muria Di Kabupaten Kudus,” Universitas Islam Indonesia,
https://dspace .uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/6738/Penegakan%20Hukum%20Terhadap
%20Pelanggaran%20Izin%20Pemanfaatan%20Sumber.pdf?sequence=1&isAllowed=ydiakses
pada tanggal 17 Mei 2022, pkl. 18.43 Wita.
11
tempat dan wadah-wadah air, baik yang terdapat di atas maupun dibawah
permukaan tanah.16
Pada pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 ini
menjelaskan bahwa air dan sumber-sumbernya, termaksuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi social serta digunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.sesuai dengan Undang-
Undang tersebut mengelolah sumber daya air oleh Negara haruslah
berjalan sebagai mana mestinya bukan malah menimbulkan berbagai
permasalahan yang dapat merugikan rakyat, permasalahan yang timbul
biasanya krisis atau kurangnya air bersi terutama pada kota-kota besar
yang ada di Indonesia.
Pada pasal 3ayat (2) hak menguasai oleh Negara termaksuk dalam
ayat (1) pasal ini memberikan wewenang kepada pemerintah untuk:17
a. Mengelolah serta mengembangkan kemanfaatanair daan atau sumber-
sumber air;
b. Menyusun, mengesahkan, dan atau memebrukan izin berdasarkan
perencanaan dan perencanna teknis tata pengaturan air dan tata
pengairan;
c. Mengatur, mengesahkkan dan atau memberikan izin peruntukan,
penggunaan, penyediaan air, dan atau sumber-sumber lainnya;
d. Mengatur, mengesahkan dan autau memberikan izin pengusahaan air
dan atau sumber-sumber lainnya;
e. Menentukan dan mengaru perbuatan-perbuatan hukum dan hubungan-
hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam persoalan
air dan atau sumber-sumber lainnya.
12
b. Melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap
sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya
c. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air, yang dapat
merupakan penggunaan serta lingkungannya;
d. Melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap bagunan-banguna
pengairan, sehingan tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
19
Astriani, Nadia, et al,"Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan Kearifan Tradisional:
Perspektif Hukum Lingkungan." Jurnal Arena Hukum Vol 13, No 2 tahun 2020, hlm
200,https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena/article/view/719diakses pada tanggal
17 Mei 2022, pkl 20.10 Wita.
20
Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32; Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
4377, hlm. 2.
21
Ibid, hlm. 5
13
Pada pasal (7) dan (8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air menjelaskan dua hak pemanfaatan air mengenai
hak guna air tidak dapr di sewakan atau dipindah tangankan, sebagian
atau seluruhnya. Pada pasal (8) undang-undang ini hak guna pakai air
diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
pertanian rakyat yang berda di dalam sistem irigasi. Hak guna pakai air
sebagaimana di maksud memerlukan izin apabila:22
a. Cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami
sumber air;
b. Ditujukan untuk keperluan kelompok yang mmemerlukan air dalam
jumblah besar; atau
c. Digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah
ada.
22
Ibid, hlm. 6
23
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405 ), hlm. 2.
24
Ibid., hlm 5
14
c. Keadilan
d. Keseimbangan
e. Kemandirian
f. Kearifan local
g. Wawasan lingkunagn
h. Kelestarian
i. Keberlajuntan
j. Keterpaduan dan keselarasan dan
k. Transparansi dan akuntabilitas
15
a. Dengan kemudahan perizinan beruhasa di daerah, kemudahan
berusahan bagi masyarakat, iinsentif dan fasilitas bagi UMK koperasi,
serta dengan menjamin perlindungan ke pekerja/buruh, dihaarapkan
dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan pemerataan
pembagunaan daerah;
b. Pelaksanaan kewenangan perizinan tetap dilakukan oleh pemerintah
daerah, sesuai kewenangan berdasarkan norma, standard prosedur dan
kriteria (NSPK) yang di tetapkan oleh pemerintah pusat melalui
peraturan pemerintah;
c. Penyederhanakan pelayanan perizinan akan dilakukan secara
elektronik sesuai NSPK;
d. Permohonan perizinan dianggap disetujui bila batas waktu dalam
service level agreement (SLA) telah terlewati.
Peraturang menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat
Republik Indonesia nomor 01/PRT/M/2016 tentang tata cara perizinan
pengusaha sumber daya air dan penggunaan sumber daya air.
16
Kedua, proses perizinan memerlukan dukungan keahlianaparatur tidak
hanya dalam mengikuti tata urutan prosedurnya,tetapi hal-hal lain yang sangat
mendukung kelancaran prosesperizinan itu sendiri. Pengoptimalan penggunaan
teknologiinformasi, misalnya dianggap menjadi solusi yang sangat tepatuntuk
mengefisiensikan prosedur perizinan.
Ketiga, proses perizinan tidak terlepas dari interaksi antarapemohon
dengan pemberi izin. Dalam interkasi tersebut terkadangmuncul perilaku yang
menyimpang baik yang dilakukan olehaparatur maupun yang dipicu oleh
kepentingan bisnis pelaku usaha,sehingga aparatur pelaksana perizinan dituntut
untuk memilikiperilaku yang positif dengan tidak memanfaatkan situasi
demikepentingan pribadi27
17
c.q direktur jenderal sumber daya air melalui UPP. Ayat (2) permohonan izin
pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air sebagai mana
di maksud, diajukan oleh:29
1. Orang perseorangan yang memiliki identitas hukum;
2. Direktur utama atau pimpinan badan usaha;
3. Penerima kuasa dari direktur atau utama pimpinan badan usaha yang
penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau peribahan yang
di buktikan dengan surat kuasa;
4. Kepala cabang badan usaha yang diangkat oleh kantor pusat yang
dibuktikan dengan dokumen autentik; atau
5. Pejabat yang menurut perjanjian kerjasama berhak mewakili badan usaha
yang bekerja sama.
29
Lihat Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan
Sumber Daya Air.hlm. 13.
30
Ibid., hlm. 14
31
Ibid., hlm. 15
18
2. Pemegang izin pengusahaan sumber daya air wajib menyisikan sebagian
dari laba usaha untuk kegiatan konvensi sumber daya air dalam rangka
menjalankan tanggungjawab sosial dan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Izin diberikan berdasarkan urutan prioritas pemanfaatan sumber daya air,
rencana penyediaan air atau zona pemanfaatan ruang pada sumber air
yang terdapat dalam rencana pengelolaan sumber daya air, serta alokasi
air yang telah diperhatikan secara ketat; dan
4. Memperhitungkan keperluan air untuk pemeliharaan sumber air dan
lingkungan hidup;
32
Ibid., hlm. 16-17
19
sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air sebagaimana di maksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diperpanjang.33
Pada BAB V tentang perpanjangan, perubahan dan pencabutan izin
pengusaha sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air. Bagian
kesatuan mengenai perpanjang izin pengusahaan sumber daya air atau izin
penggunaan sumber daya air pasal 40.
Ayat (1)
Izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air
yang akan habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan mengajukan
permohonan perpanjang izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air secara tertulis kepada Menteri c.q direktur jenderal sumber daya
air paling lambat 3 (tidak) bulan sebelum jangka waktu izin berskhir.
Ayat (2)
Izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang tidak terdapat
perubahan:34
1. Kuota air;
2. Lokasi pegambilan air;
3. Cara pengambilan air; dan/atau
4. Bagunan pengambilan air.
Ayat (3)
Dalam hal 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu izin pengusaha sumber
daya air atau izin penggunaan sumber daya air berakhir, permohonan
perpanjangan izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber
daya air belum diajukan, izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air tidak dapat diperpanjang dan penggunaan sumber daya air dapat
mengajukan permohonan izin baru.
Ayat (4)
Dalam hal permohonan perpanjangan izin pengusaha sumber day air atau
izin penggunaan sumber daya air sudah diajukan 3 (tiga) bulan sebelum jangka
33
Ibid., hlm. 29.
34
Ibid.
20
waktu berakhirnya izin, perpanjangan izin paling lambat ditetapkan sebelum
berakhirnya izin.
Ayat (5)
Dalam hal permohonanperpanjangan izin pengusahaan sumber daya air
atau izin penggunaan sumber daya air belum diajukan dalam jangka waktu
4(empat) bulan sebelum jangka waktu izin berakhir, Menteri C.Q Direktur
Jenderal sumber daya air memberitahukan mengenai masa berakhirnya izin.
Ayat (6)
Pemeberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat dilakukan
secara tertulis atau lisan oleh Menteri c.q Direktur Jenderal Sumber Daya Air.35
Ayar (7)
Format surat permohonan perpanjangan izin pengusahan sumber daya air
atau izin penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan menteri ini.36
Pada pasal 41 ayat (1) penetapan keputusan perpanjangan izin
pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air diberikan
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya permohonan perpanjangan
izin beserta persyaratan lengkap; ayat (2) persyaratan lengkap untuk perpanjangan
izin pengusahaan sumber daya air sebagaimana diksud pada ayat (1), meliput:
1. Nama, pekerjaan, dan alamat pemohon;
2. Maksud dan tujuan pengusahaan sumber daya air;
3. Rencana lokasi penggunaan/pengambilan air;
4. Jumblah air dan/atau dimensi ruang pada sumber air yang diperlukan
untuk diusahakan;
5. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengusaha sumber daya air;
6. Gambar tipe prasarana yang telah disetujui oleh BBWS/BWS;
7. Rekapitulasi volume pengambilan air 1(satu) tahun terakhir;
8. Buktik setor/pembayaran pajak air permukaan 1 (satu) tahun terakhir:
9. Bukti sector/pembayaran biaya jasa pengelolaan sumber daya air 1 (satu)
tahun terkhir;
10. Salinan izin pengusahaan sumber daya air yang akan diperpanjang
11. Laporan pemantauan dan pengelolaan lingkungan;
12. Rekomendasi teknis dari kepala BBWS/BWS; dan
35
Ibid., hlm. 30
36
Ibid.
21
13. Fotokopi akta perusahaan.
Ayat (4) persyaratan perpanjangan izin sebagai mana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) yang telah diyatakan lengkap oleh UPP dilanjutkan ke proses
verifikasi ayat (5) verifikasi sebagaimana dimaksyd pada ayat (4), dilakukan
untuk memeriksa:
1. Rekomendasi teknis;
2. Kesesuaian antara permohonan perpanjangan izin dengan rekomendasi
teknis; dan
3. Kelayakan teknis perpanjangan izin.
37
Ibid., hlm. 30-32
22
dalam hal Meteri c.q Direktur Jenderal sumber daya air menolak permohonan
perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Meteri c.q Direktur
Jenderal sumber daya air wajib memberitahukan alas an penolakan permohonan
perpanjangan izin ; ayat (3) permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dalam hal Meteri c.q Direktur Jenderal sumber daya air menerima permohonan
perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Meteri c.q Direktur
Jenderal sumber daya air menetapkan perpanjangan izin pengusahaan sumber
daya air atau izin penggunaan sumber daya air.38
Pada bagian ketiga tentang pencabutan izin pengusahaan sumber daya air
atau izin penggunaan sumber daya air pada pasal 47
Ayat (1)
Pencabutan izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air dilakukan dalam hal:
1. Pemegang izin tidak melaksankan ketentuan dan wajiban yang tercantum
dalam izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber
daya air; atau
2. Pemegang izin melakukan penyalahgunaan izin pengusahaan sumber
daya air atau izin penggunaan sumber daya air.
Ayat (2)
Dalam hal izin pengusahaan sumber daya air atau izin pengguna sumber
daya air memerlukan konstruksi pada sumber air, selain ketentuan pencabutan izin
pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pencabutan izin pengusahaan sumber sumber daya air
atau izin penggunaan sumber daya air juga dilakukan apabila:39
1. Pelaksanaan konstruksi tidak sesuai dengan ketentuan dalam izin
pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air; atau
2. Pemegang izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air tidak melaksanakan konstruksi paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak ditetapkannya izin.
38
Ibid., hlm. 32-33
39
Ibid., hlm. 37-38
23
izin sumber daya air dan rekomendasi teknis pengelolaan sumber daya air. Jika
apabila memenuhui dari penjelasan kedua tadi maka pemberian izin wajib
menetapkan keputusan pemberian izin paling lambat 4 (empat) bulan sejak
permohonan izin diterima secara lengkap.40
24
1. Pengawasan atas pelakasanaan izin pengusahaan sumber daya air atau
izin penggunaan sumber daya air bertujuan untuk menjamin di taatinya
ketuntuan yang tercantu dalam izin
2. Pengawasan sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1), atantara lain
terhadap:
a. Kesesuaiaan identitas antara pemegang izin dengan pengguna
sumber daya air atau pengusaha sumber daya air;
b. Kesesuaiaan antara pelaksana dengan ketentuan dalam izin beserta
ketentuan peraturan mengenai standar, prosedur dan kriteria yang
berkait;
c. Kesesuaian antara prasarana dan sarana yang tercantum dalam izin
dengan prasarana dan sarana yang di bangun
d. Dampak negatif yang di timbulkan ; atau
e. Pengusaha sumber daya air atau pengguna sumber daya air yang
belum memperoleh izin.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh
BBWS/BWS dan dapat melibatkan peran masyarakat.
4. Peran masyarakat dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dapat diwujudkan dalam bentuk laporan atau pengaduan kepada
Mentri C.Q Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
5. Hasil pengawasaan sebagaimana di maksud pada ayat (1), merupakan
bahan atau masukan bagi perbaikan, penertiban, dan/atau peningkataan
penyelenggaraan pengusahaan sumber daya air atau penggunaan sumber
daya air.
6. Menteri c.q Direkrut Jenderal Sumber Daya Air wajib menindak lanjuti
laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dalam
bentuk peringatan, pemeberian sanksi, dan bentuk tindak lainnya.
25
pedoman pelaporan dan pengaduan masyarakat dalam pengawasan sumber daya
air.43
43
Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. (Lembaran Negaraa
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32; Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
4377, hlm. 5-6.
44
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405 ), hlm. 36.
45
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059), hlm. 53.
26
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan, ganti
kerugian dan pemulihan lingkungan pasal 87 yaitu setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu. Setiap orang yang melakukan pemindah tanganan, pengubahan
sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegitan dari suatu badan usaha yang melanggar
hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum dan/atau kewajiban badan usaha
tersebut.Pengadilan dapat menetapkan berdasarkan peraturan perundang-undang.46
Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada pasal 93 membahas tentang gugatan
administrative bahwa setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan
tatan usaha Negara apabila:47
a. Badan atau pejabat tata usaha Negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetap tidak dilengkapi
dengan dokumen amdal;
b. Badan atau pejabat tata usaha Negara menerbitkan izin lingkungan
kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan
dokemn UKL-UP; dan/atau
c. Badan atau pejabat tata usaha Negara yang menerbiarkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
d. Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha Negara
mengacu pada hukum acara peradilan tata usaha Negara.
27
Pada dasarnya penyelesaian pengaduan dan sengketa sumber daya air
telah diatur di dalam pasal 10 Undang-undang No. 17 tahun 2019 tentang sumber
daya air dalamsalah satu poinnya bahwa dalam mengatur dan mengelola sumber
daya air, pemerintah pusat bertugas memfasilitasi penyelesaian sengketa antara
provinsi dalam pengelolaan sumber daya air.49 Pada pasal 13 dalam mengatur dan
mengelola sumber daya air pemerintah provinsi bertugas salah satunya untuk
memfasilitasi penyelesaian sengketa antara kabupaten dan/atau antara kota dalam
pengelolaan sumber daya air.50 Pada pasal 15 dalam mengatur dan mengelola
sumber daya air pemerintah daerah kabupaten/kota bertugas salah satunya untuk
menfasilitasi penyelesaian sengketa yang dimaksud diatas dapat dilakukan melalui
berbagai cara, misalnya, mediasi, peringatan, fasilitas, dan/ atau pengambilihan
kewenangan. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk meperoleh kesempatan antara para pihak dengan bantuan
mediator.51
Pemerintah pusat berwenang memberikan dewan nasional dan dewan
wilayah sungai lintas Negara dan wilayah sungai strategis nasional. Sedangkan
pemerintah provinsi berwenang membentuk dewan atau dengan nama lain
ditingkat provinsi atau wilayah sungai lintas kabupaten/kota.
Sedangkan menurut T.O. Ihromi jika dilakukan penyelesaian sengketa
yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti dengan memberikan saja, mengelak (avoidance), paksaan (coercion),
mediasi (mediation), pengelolaan sumber daya air dengan diberikan saja jarang
dilakukan karena jika dilakukan dalam jangka waktu panjang akan berdampak
pada pemenuhan kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari dimana air itu
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus selalu dipenuhi. Penyelesaian
dengan cara mengelak biasanya dilakukan jika pihak yang dirugikan benar-benar
mengiginkan untuk mengurangi hubungan atau bahkan menghentikan hubungan
49
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405 ), hlm. 9.
50
Ibid., hlm. 12
51
Ibid., hlm. 14.
28
dengan pihak yang merugikan. Penyelesaiaan sengketa dengan paksaan biasanya
dilakukan oleh salah satu pihak yang memaksakan kepada pihak lain untuk
memecahkan masalah yang terjadi diantara mereka, jika suatu sengketa sudah
tidak dapat diselesaika melalui perundingan maka diperlukanadanya mediasi,
namun ini hanya dapat dilakukan apabila kedua belah pihak yang bersengketa
masih berada di dalam suatu wilayah.52
Penyelesaiaan sengketa yang terjadi akibat kasus lingkungan hidup dapat
dilakukan melalui pengadilan maupun diluar pengadilan.Jika penyelesaiaan
sengketa melalui pengadilan harus berpedoman pada pendekatan tiga instrument
yaitu hukum administrasi, hukum pidana, dan hukum perdata.
a. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui instrument hukum
administrasi penyelesaian sengketa dengan hukum administrasi yaitu
penyelesaian sengketa tata usaha Negara yang dilakukan oleh instansi
yang mengelurkan keputusan tersebut. Instrument administrasi bertujuan
perbuatan dan pengbaian yang melanggar hukum atau tidak memenuhi
persyaratan, berhenti atau mengembalikan kepada keadaan semula
sebelum adanya pelangaran. Jadi fokus sanksi administrasi adalah
perbuatan. Selain dari wewenang untuk menerapkan paksaan
administrative (bestuurdwang), hukum lingkungan juga mengelalo sanksi
administrasi yang lain yaitu penutupan perusahaan, larangan memakai
peralatan tertentu, uang paksaan (dwangsom), dan penarikan izin. Tujuan
paksaan administrasi dari pemerintah adalah untuk memperbaiki hal-hal
yang terjadi akibat dilanggarnya suatu peraturan.
b. Ada dua jenis pengawasan di dalam instrument hukum administrasi
yaitu pengawasan preventif dan pengawasan represif. Pengawasan
preventif adalah mengendalikan dampak lingkungan dan mencegah
pencemaran atau kerusakan lingkungan, sedangkan pengawasan represif
adalah mengembalikan keadaan seperti semula, menyelamatkan dan
52
Wulandari, Andi Sri Rezky dan Anshori Ilyas, "Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia: Tata
Pengurusan Air dalam Bingkai Otonomi Daerah," Jurnal Gema Keadilan “ Vol 6, no. 3 tahun
2019, hlm 291-292, https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/view/6750 Diakses pada
tanggal 18 Mei 2022, pkl. 07.55 Wita.
29
mengedalikan kegiatan illegal tersebut. Pengawasan represif ini
dilakukan setelah terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan.
c. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui instrumen hukum
pidana penegakan hukum lingkungan kepidanaan tidak lain adalah
penegakan terhadap ketentuan-ketentuan pidana dari hukum lingkungan.
Penegakan hukum pidana dapat menimbulkan akibat penjara yang
efektif. Ini merupakan penegakan hukum yang bersifat upaya terakhir
apabila akibat dari perusakan dan pencemaran lingkungan tersebut
menimbulkan dampak yang besar dan menyebabkan banyak timbulnya
korban jiwa.
d. Penyelesai sengketa lingkungan hidup melalui instrument hukum perdata
ada dua macam cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan sengketa
lingkungan hidup yaitu penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan
penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Tujuan dari dilaksanakannya
penyelesaiaan sengketa diluar pengadilan adalah untuk mencari
kesepakatan antara kedua belah pihak tentang bentuk serta besarnya ganti
rugi atau menentukan suatau tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh
pihak yang mencerminkan sebagai jaminan bahwa perbuatan tertentu
tidak akan dilakukan lahi dimasa yang medatang.53
53
Kartika Chandra kirana,”Pengelolaan sumber daya air berdasarkan perspektif hukum indonesia”,
jurnal Indonesia sosial teknologi:p-ISSN:2723-6609e-ISSN:2745-5254” Vol2 no. 11 tahun 2021,
hlm. 1986, https://jist.publikasiindonesia.id/index.php/jist/article/view/275 diakses pada tanggal 18
Mei 2022, Pkl. 09.10 Wita.
30
Pelaksanaan penegakan hukum mengenai norma-norma hukum yang
dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah pada umumnya dilakukan secara langsung
oleh pemerintah sendiri tampa keterlibatan pihak ketiga atau tanpa melalui proses
peradilan di muka haki. Namun ada pula pnegakan sanksi terhadap warga Negara
yang harus melalaui upaya administrasi atau peradilan administrasi.
Hukum lingkungan sangat rumit, banyak segi nya.Pelanggarannya pun
beraneka raga, mulai dari yang paling ringan seperti pembuangan sampah dapur
sampai kepada yang paling berbahaya seperti pembuangan limbah berbahaya dan
beracun serta radiasi otom.Oleh karena itu, penanggulanggannya pun beraneka
ragam, melai dari penerangan hukum sampai pada penerapan sanksi.54
Penegakan hukum lingkungan sebagaimana disebutkan sebelumnya
sangat rumit, karena hukum lingkungan menempati titik silang berbagai bidang
hukum klasik.Ia dapat ditegakkan dengan salah satu instrument, yaitu instrument
berdasarkan pasal 15 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan
Diatur Beberapa Penegakan Hukum;55
1. Diancam dengan hukuman penjara selama 2 (dua) tahun dan/atau dengan
denda setinggi-tingginya RP 5.00.000.
a. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan/atau
sumber-sumber air yang tidak berdasarkan perencanaan dan
perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan serta
penbagunan pengairan sebagimana tersebut dalam 8 ayat (1) undang-
undang ini.
b. Barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan/atau
sumber-sumber air tanpa izin dari pemerintah sebagaimana tersebut
dalam pasal 11 ayat (2) undang-undang ini
c. Barang siapa yang sudah memperoleh izin dari pemerintah untuk
pengusaha air dan atau sumber-sumber air sebagaimana tersebut
54
Sendow dan Juanlie Ry, "Pemberlakuan Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air." JurnalLex Crimen 10 no. 2 tahun 2021, hlm 198,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/download/33110/31308diakses pada
tanggal 18 Mei 2022, Pkl 10.11 Wita.
55
Lihat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 65; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3046),hlm. 13.
31
dalam pasal 11 ayat (2) Undang-Undang ini, tetapi dengan sengaja
tidak melakukan dan sengaja tidak ikut membantu dalam pasal a13
ayat (1) huruf a,b,c dan d undang-undang
2. Perbuatan pidana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah kejahatan
3. Barang siapa karena kelailaian menyebabkan terjadinya pelangaraan atas
ketentuan tersebut dalam pasal 8 ayat (1), pasal 11 ayat (2) dan pasal 13
ayat(1) huruf a, b, c, dan undang-undang ini diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau sengan setinggi-
tingginya Rp 50.000
4. Perbuatan pidana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini adalh pelanggaran 19
sebagai hukum funsional (funcitioneel rechtsgebeid), undang-undang
pengelolaan lingkungan hidup (UUPLH) menyediakan tiga macam
penegakan pengelolaan lingkungan yaitu penegakan hukum administrasi,
perdata dan pidana56
Sanksi atau hukuman pidana terdapat sumber daya air ini lebih lanjut
diatur pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya
Air.Pada pasal 68 hal-hal ataupun kegiatan yang sengaja mengakibatkan rusaknya
sumber daya air dan prasarana air dibedakan dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (Sembilan) tahun serta dengan paling sedikit Rp
5.000.000.000 (lima milar rupia) dan paling banyak Rp 15.000.000.000 (lima
belas rupiah).57
Pada pasal 71 mengatur tentang kelalaian setiap orang menyebabkan
daya rusak air serta terganggunya kondisi tata air aliran sungai, kerusakan sumber
air dan perasarananya di pidana dengan pidana paling singkat 4 bulan paling lama
1 tahun denda paling sedikit Rp 500.000.000 dan paling banyak Rp
2.000.000.000.58
Pada pasal 73 mengatur tentang kelalaian setiap orang yang melakukan
kegiatan kontruksi prasarana sumber daya air dan nonkonstruksi terhadap sumber
56
57
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405 ), hlm. 45.
58
Ibid., hlm. 46
32
daya air tanpa izindari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun
menggunakan sumber daya air untuk keburuhan usaha tanpa izin, dipidan dengan
penjara paling singkat 3 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit
Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah)59
Bilamana suatu perbuatan dapat disebut sebagai suatu tindak pidana,
maka perbuatan tersebut harus memenuhi 5 unsur, sebagai berikut:
1. Harus ada suatu kelakuan (gedraging)
2. Kelakuan itu haru sesuai dengan uraian undang-undang
3. Kelakuan itu adalh kelakuan tanpa hak (melawan hukum)
4. Kelakuan itu dapat diberatkan (dipertanggung jawabkan) kepada pelaku
5. Kelakuan itu diancam dengan pidana.
59
Ibid., hlm. 47
60
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059), hlm. 44-45.
33
Peraturan Menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat republik
Indonesia Nomor 01/RRT/M/2016 tentang tata cara perizinan pengusahaan
sumber daya air dan penggunaan sumber daya air.
Pada BABVI tentang hak dan kewajiban pemegang izin pengusaha
sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air.
1. Pemegang izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air berhak untuk;61
a. Memperoleh danmengusahakan air permukaan, sumber air
permukaan, da/atau daya air pasalnya yang kepermukaan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam izin pengusahaan sumber
daya air atau izin penggunaan sumber daya air; dan
b. Membangun prasarana dan sarana sumber daya air dan bangunan
lain sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin
pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air.
2. Pemegang izin Dalam hal terjadi perubahan kondisi sumber air dan
ketersediaan air, izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air sebagai mana di maksud pada ayat (1), dapat di
sesuaikan.
Pada bagian kedua pasal 48 membahas mengenai kewajiban pemegang
izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air.
Pasal 49
1. Pemegang izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air wajib untuk:62
a. Mematuhi kepatuhan dalam izin;
b. Membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan membayar
kewajiban keuangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
peraturan-undangan;
c. Melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air;
d. Melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air;
e. Melakukan usaha pengendalian terjadinya pencemaran air;
f. Melakukan perbaikan kerusakan lingkugan yang disebabkan oleh
kegiatan yang ditimbulkan; dan
g. Memberikan akses untuk penggunaan air bagai pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat di sekitar kegiatan.
2. Pemegang izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan
sumber daya air yang memerlukan konstruksi pada sumber air, selain
mempunyai kewajiban sebagai mana dimaksud pada ayat (1), juga
berkewajiban untuk :
61
Lihat Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan
Sumber Daya Air.hlm. 38-39.
62
Ibid., hlm. 39-40.
34
a. Memcegah terjadinya pencemaran air akibat pelaksanaan konstruksi;
b. Memulihkan kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh
kegiatan konstruksi;
c. Menjamin kelangsungan pemenuhan air bagi kebutuhan pokok
sehari-hari masyarakat disekitar lokasi kegiatan yang terganggu
akibat pelaksanaan konstruksi;
d. Memberikan tanggapan yang positif dalam hal timbul gejola sosial
masyarakat disekitar lokasi kegiatannya; dan
e. Melaksanakan oprasi dan/atau pemerintah terhadap prasarana
dan/atau sarana yang dibangun.
3. Dalam hal pelaksanaan izin pengusaha sumber daya air atau izin
penggunaan sumber daya air menimbulkan kerugian pada masyarakat,
pemegang izin pengusaha sumber daya air atau izin penggunaan sumber
daya air wajib memberikan ganti kerugian yang ditimbulkan.
4. Kewajiban untuk membayar jasa pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hruf b dikecualikan bagi pemegang
izin penggunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan pokok
yang memerlukan air dalam jumblah besar atau yang cara
penggunaannya dilakukan dengan mengubah kondisi alamiah sumber air.
35
perannya dalam konsevasi sumber daya air serta perlindungan dan pengamanan
prasarana sumber daya air.63
Pasal 62
1. Dalam menggunakan sumber daya air, masyarakat berkewajiban untuk:64
a. Melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air;
b. Melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air;
c. Melakukan usaha penghematan dalam penggunaan air;
d. Melakukan usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya
pencemaran air;
63
Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.(Lembaran Negaraa
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32; Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
4377, hlm. 45.
64
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air. (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6405 ), hlm. 38-39.
36
e. Melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan yang ditimbulkan
f. Memberikan akses untuk menggunakan sumber daya air dari sumber
air yang berada ditanah yang diakuinya bagai masyarakat;
g. Memberikan kesempatan kepada pengguna air lain untuk
mengalirkan air melalui tanah yang disukainya;
h. Memperhatikan kepentingan umum; dan
i. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
65
Nadia astriani, ida nurlinda dan amiruddi.a.dajaan imami, “pengelolaan sumber daya air
berdasarkan kearifan tradisional:perspektif hukum lingkungan,” jurnal area hukum Vol 13 no. 2
tahun 2020, hlm. 7, https://jurnal.hukumonline.com/a/6133a82073d3357f6deb9aed/pengelolaan-
sumber-daya-air-berdasarkan-kearifan-tradisional-perspektif-hukum-lingkungan diakses pada
tanggal 18 Mei 2022, pkl. 11.47 Wita.
37
Tahun2004 Tentang Sumber Daya Air menegaskan bahwa hak guna air
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari memerlukan izin apabila:66
a. Cara menggunakannya dilakukan deengan mengubah kondisi alam
sumber air;
b. Ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam
jumblah besar; atau
c. Digunakan untuk pertania rakyat diluar sistem irigasi yang sudah ada.
Pengusahaan sumber daya air yang dimaksud seperti badan usaha milik
Negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik desa, sadan usaha
milik suasta, koperasi atau perseorangan.
Bedasarkan pasal 18 ayat (2) Peratiran Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
66
Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. (Lembaran Negaraa
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32; Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
4377, hlm. 7-8.
67
Lihat Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan
Sumber Daya Air.hlm. 38-39.
Ibid., hlm 13.
38
Permohonan izin, pengusaha sumber daya air secara tertulis memuat
data:68
a. Nama, pekerjaa, dan alamat pemohon;
b. Maksud dan tujuan pengusahaan sumber daya air;
c. Rencana lokasi penggunaan/pengambilan air;
d. Bentuk pengusaha atau jumblah air yang diperlukan untuk diusahkan
e. Jangka waktu yang diperluka untuk megusahakan sumber daya air;
f. Jenis prasarana dan teknologi yang akan digunakan;
g. Rancangan desai bangunan dan/atau prasarana yang diperlukan;
h. Rencana pelaksanaan pembangunan bagunan dan/atau prasarana; dan
i. Hasil konsultasi public atas rencana pengusahaan sumber daya air.
Pemebrian izin pengusaha sumber daya air berhak untuk menetapka
izin, megubah izin, memperpanjang izin serta memberikan sangsi
administratif, selai itu pemberian izin mempunyai tanggung jawab untuk
memenuhi kuota air sesuai dengan perjanjian ketersediaan air serta
memfasilitasi.
68
Lihat Peratiran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1015 Nomor 344; Tambahan
Lembaran Negara Indoneesia Nomor 5801), hlm. 13.
69
Ibid., hlm. 15.
39
Jangka waktu diberikan izin pengusaha air tanah ini diberikan untuk
jangka waktu paling lama tiga tahun, masa berlaku perizinan ini di tetapkan oleh
Gubernur dengan memperhatikan kondisi air, lingkungan sumber, air dan tujuan
pengusahaan.
Menurut Permen PURP Nomor 1 Tahun 2016, izin usaha pegusaha
sumber daya air ini tidak dapat disewakan atau dipindah tangankan secara
sebagian ataupun secara keseluruhan pada pihak lain. Untuk men dapatkan izin
pengusaha sumber daya air dapat diajukan secara tertulis kepada menter,
gubernur, serta bupati/walikota yang terkait dengan sumber daya air.70
Sebelum mengelolah sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan,
diperlukan analisis dampak lingkungan, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 disebut bahwa analisis dampak lingkungan (AMDAL) ialah
pemrakasaan usaha dan/atau kegiatan wajibmenyampaikan laporan rencana
pengelolaan lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha da/atau
kegiatan yang bersangkutan, instansi yang ditugasi mengadilikan dampak
lingkungan dan Gubernur. Berasarkan peraturan perundang-undangan segala
bentuk izin terhadap pengelolaan sumber daya air di berikan oleh pemerintah atau
pemeritahan daerah sesuai dengan kewenangannya.
70
Lihat Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan
Sumber Daya Air.
40
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam lingkunganyang mencakup sumber daya alam, air menjadi salah
satu senyawa penting yang mampu menopang kehidupan.Air dapat dibutuhkan
dalan skala kecil maupun dalam skala besar, baik dalam jangka waktu yang
pendek maupunjangka waktu yang panjang. Oleh karnanya di butuhkan
ketentuan-ketentuan tertentu terkait dengan pengelolaan sumber daya air demi
keberlangsungan hidup serta menjaga kelestarian sumber daya air itu sendiri
Sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari, dalam pengelolaan sumber daya
air telah diatur ketentuannya dalam peraturan perundang-undangan peraturan
pemerintah, maupun peraturan menteri. Hal tersebut kemudian dapat menjadi
landasan bagi setiap masyarakat untuk mengelola sumber daya air sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan ketersediaan air di lingkungan masing-
masing
B. Saran
Untuk pengelolaan sumber daya air dalam jangka waktu yang panjang
serta memerlukan ketersediaan air dalam skala besar, masyarakat sebaiknya
mengajukan izin dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan memperhatikan dampak yang akan terjadi terhadap
sumber daya air di masa mendatang.
Sebaiknya dalam pengelolaan sumber daya air di perlukan adanya
analisis dampak lingkungan (AMDAL). Agar keberlangsungan lingkungan hidup
juga terjadi seiring dengan pengelolaan sumber daya
41
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Umdang Nomor 24 Tahun 1997Tentangg Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
B. Jurnal
Nadia Astriani, “Pengaturan Air Dalam Sistem Hukum Indonesia,” Jurnal Bina
Hukum Lingkungan 5, no. 2 tahun 2021, hlm 19-20, http://bhl-
jurnal.or.id/ index.php/bhl/article/download/bhl.v5n2.10/pdf diakses pada
tanggal 21 Mei 2022.
Adi lazuardi, “mentri PUPR tekankan pemanfaatan TIK bagi pengelola sumber
daya air”, Antara, https://www.antaranews.com/berita/2781553/menteri-
pupr-tekankan-pemanfaatan-tik-bagi-pengelolaan-sumber-daya-air di
akses tanggal 21 mei 2022.
Astriani, Nadia, et al,"Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan Kearifan
Tradisional: Perspektif Hukum Lingkungan." Jurnal Arena Hukum 13,
no 2 tahun 2020, hlm 200, https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena
/article /view/719 diaksen pada tanggal 17 Mei 2022.
Juanlie rems yosua sendow, refly singal dan cevonie m. ngatung, “pemberlanjutan
ketentuan pidana dalam undang-undang nomor 17 tahun 2019 tentang
sumber daya air:,” jurnal lex crimen, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5059. Vol 10, no.2 tahun 2021, hlm
192,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ej
ournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/download/
42
33110/31308&ved=2ahUKEwj52rif5Of3AhW3S2wGHTr1D3IQFnoEC
A0QAQ&usg=AOvVaw0YrkBkClLGqXc2JE-w8g-2 diakses pada
tanggal 18 Mei 2022.
Graceas, Indiana Sandy, "Kewenangan Pemberian Izin Dan Pengawasan Terhadap
Pengelolaan Sumber Daya Air Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 85/Puu-Xi/2013." Dih: Jurnal Ilmu Hukum 13, no 25 tahun 2017,
hlm 61, http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/dih/article/download /22
21/1896 diakses pada tanggal 18 Mei 2022.
Chalid, Hamid dan Arief Ainul Yaqin, "Studi Tentang Hukum Air Dan
Problematika Pemenuhan Hak Asasi Manusia Atas Air Di
Indonesia." Jurnal Hukum & Pembangunan 48 no. 2 tahun 2018, hlm.18,
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/1671/1490 diakses
pada tanggal 18 mei 2022.
Wulandari, Andi Sri Rezky dan Anshori Ilyas, "Pengelolaan Sumber Daya Air di
Indonesia: Tata Pengurusan Air dalam Bingkai Otonomi
Daerah," JurnalGema Keadilan 6, no. 3 tahun 2019, hlm 291-292,
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/view/6750 Diakses
pada tanggal 18 Mei 2022.
Kartika Chandra kirana,”pengelolaan sumber daya air berdasarkan perspektif
hukum indonesia”, jurnal Indonesia sosial teknologi:p-ISSN:2723-
6609e-ISSN:2745-5254 2 no. 11 tahun 2021, hlm. 1986,
https://jist.publikasi indonesia.id/index.php/jist/article/view/275 diakses
pada tanggal 18 Mei 2022.
Sendow dan Juanlie Ry, "Pemberlakuan Ketentuan Pidana Dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air." Jurnal Lex
Crimen 10 no. 2 tahun 2021, hlm 198, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.
php/lexcrimen/article/download/33110/31308 diakses pada tanggal 18
Mei 2022.
Nadia astriani, ida nurlinda dan amiruddi.a.dajaan imami, “pengelolaan sumber
daya air berdasarkan kearifan tradisional:perspektif hukum
lingkungan,”jurnal area hukum 13 no. 2 tahun 2020, hlm 7,
43
https://jurnal.hukumonline.com/a/6133a82073d3357f6deb9aed/pengelola
an-sumber-daya-air-berdasarkan-kearifan-tradisional-perspektif-hukum-
lingku ngan diakses pada tanggal 18 Mei 2022.
44