Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH UPAYA PENANGANAN SAMPAH DI BEKASI

PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2013


TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Mata Kuliah: Hukum Islam
Dosen Pengampu: Bapak Zulkifli, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
GISELA AURELYA
MUHAMAD YULIARDO
SKETZANKA GUEHARA
ZAKI ABDILLAH
SUCI MUSTIKA
ALDO SETIAWAN
DANIEL SIANTURI
MUH MUHARRAM
RAMADAN EKA
FIRMAN
ATHALLAH LUTHFI
M ROY GAFARA
RIZKI LA SEPTIANO

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
KATA PENGANTAR
Pertama-tama mari panjatkan Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa dan maha
penyayang, Tuhan yang telah melipahkan rahmat dan karunianya sehingga memudahkan penulis
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun makalah ini
berjudul “Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta”.
Adapun dengan ini penulis menyusun makalah dalam rangka sebagai bentuk
penilaian tugas Semester III Mata Kuliah Hukum Islam. Adapun tujuan lain dari pembuatan
makalah ini adalah untuk menambah wawasan betapa pentingnya memahami Upaya Penanganan
Sampah Di Jakarta.
Tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
penulis dalam mengerjakan tugas makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang penulis
miliki. Maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari teman-teman ataupun dosen agar di lain
waktu Penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.

Jakarta, 17 Oktober 2023

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.1 Dasar Hukum Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta ................................................................7
2.2 Sebab Dari Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta......................................................................8
2.3 Ulasan Dari Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta ....................................................................8
2.4 Tujuan Dari Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta ...................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
..........................................................................................................................11
3.1 Hubungannya Dengan Taklifi Dan Wad’I Yang Mana Pemerintah Daerah Sesuai Dengan
Wajib, Sunah, Mubah, Haram Dan Makruh......................................................................................11
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................14
4.2 Saran .................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................15

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

4|Page
Meningkatnya angka kelahiran di Indonesia berdasarkan Kemendagri melalui Direktorat
Jenderal Dukcapil, daerah jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2020 tedapat di Provinsi
Jawa Barat dengan jumlah penduduk 48.220.094 jiwaMeningkatnya jumlah penduduk di
Provinsi Jawa Barat tentunya membawa dampak terhadap peningkatan volume sampah yang
disebabkan oleh produksi kegiatan rumah tangga. Imbas dari peningkatan sampah tersebut
ialah warga yang tinggal atau menetap di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar
Gebang, hal ini tidak luput dari faktor ekonomi karena hampir banyak warga sekitar bekerja
sebagai pemulung, sehingga warga yang tinggal di sekitaran Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu Bantar Gebang sangat terbiasa dengan polusi yang disebabkan oleh penumpukan
sampah

Sampai saat ini permasalahan mengenai volume sampah di Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu menjadi persoalan yang rumit dikarenakan membawa banyak dampak negatif yang
ditimbulkan seperti tercemarnya air tanahpolusi sampahkeadaan tanah disekitar menjadi
rusak yang berimbas kepada masyarakat sekitar yang bertempat tinggal di kawasan
tersebutMelihat dari data yang diperoleh pada tahun 2019 setiap harinya diperlukan sekitar
36.991 truk sampah yang diangkut dari Jakarta ke Bantar Gebang dengan berat sekitar 5,6
tonBerbagai upaya telah dilakukan dalam perbaikan pengelolaan TPST, namun
permasalahan yang selalu muncul ialah kapasitas daya tampung yang semakin hari
menyusut, yang mana kapasitas maksimum ialah 49 juta ton, namun kini tersisa 10 juta ton
ditahun 2020. Fenomena yang muncul inilah membuat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta memprediksi bahwa Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang
hanya mampu bertahan sampai dengan 2021.3

Air merupakan sumber daya alam yang sangat memiliki banyak kegunaandan hampir
sebagian besar masyarakat membutuhkan air bersih untuk kegiatan sehari-hariMasalah
utama yang sering dihadapi masyarakat khususnya daerah Tempat Pengolahan Terpadu
Sampah Bantar Gebang ialah tercemarnya air kali dikarenakan berdekatan dengan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu Bantar GebangSecara fungsional Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu Bantar Gebang berasal dari Provinsi DKI Jakarta dan secara teknis menerapkan
metode Sanitary LandfillSanitary Landfill merupakan sistem pengelolaan atau pemusnahan
sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekungmemadatkannya
dan kemudian menimbunnya dengan tanahNyatanya penggunaan metode Sanitary Landfill
justru membuat lingkungan di sekitaran Bantar Gebang menjadi tercemar. Penggunaan
metode Sanitary Landfill ternyata dirasa kurang baik, karena dari prosesnya akan
menghasilkan lindi yang mengandung banyak zat organik, anorganik, dan logam berat yang
mana lindi tersebut dihasilkan dari sampah itu sendiri maupun air hujan yang larut ke dalam
tumpukan sampah dan mengalir ke kali

Air lindi yang mengalir karena air hujan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu akan
mengalir menuju kali terdekat yaitu Kali Ciketing yang dimana Kali Ciketing juga
berdekatan dengan Tempat Pemrosesan Akhir Sumur Batu milik Pemerintah Kota
BekasiBerdasarkan data dan kajian yang dibuat dan dilakukan oleh tim PMO Jabodetabek
pada bulan November 2021 hingga Februari 2022 terdapat beberapa daerah yang sudah
5|Page
tercemar lindi akibat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang yang mengalir ke
kalisalah satunya ialah kali JambeLembangsariKec Tambun SelatanKab BekasiJawa Barat"

Permasalahan lingkungan hidup akibat sampah di TPST Bantar Gebang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang. Semakin meningkatnya
populasi manusia sebagai pelaku konsumsi semakin meningkat pula volume sampah setiap
harinyaAdanya penumpukan sampah dengan menggunakan metode Sanitary Landfill di
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang tentunya akan berdampak pada
kesehatan masyarakat yang tinggal di daerah tersebutApalagi untuk mereka yang
menggantungkan hidupnya dalam pekerjaan seperti pemulung

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menajdi dasar hukum, sebab, ulasan dan tujuan dari Upaya Penanganan Sampah Di
bekasi?
2. Bagaimana hubungannya dengan Taklifi dan Wad’I yang mana pemerintah daerah sesuai
dengan wajib, sunah, mubah, haram dan makruh?

6|Page
1.3 Tujuan Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui dasar hukum, sebab, ulasan dan tujuan dari Upaya
Penanganan
Sampah Di Bekasi
2. Pembaca dapat melihat hubungannya dengan Taklifi dan Wad’I yang mana pemerintah daerah
sesuai dengan wajib, sunah, mubah, haram dan makruh

7|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta
Dasar hukum untuk Upaya Penanganan Sampah Di Bekasi biasanya didasarkan
pada hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Beberapa dasar hukum yang relevan yang
bisa menjadi landasan untuk kebijakan semacam itu termasuk:
1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945): UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia
dan memberikan kerangka kerja dasar bagi pengaturan lingkungan, kebersihan, dan tata
kota. Beberapa pasal yang relevan termasuk Pasal 28H tentang hak atas lingkungan hidup
yang baik dan Pasal 33 tentang perekonomian nasional.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup: Undang-Undang ini merupakan undang-undang lingkungan
hidup yang mengatur perlindungan, pelestarian, dan pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia. Ini menjadi dasar hukum penting untuk kebijakan lingkungan.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah: Undang-Undang
ini mengatur pemerintahan daerah di Indonesia dan memberikan wewenang kepada
pemerintah daerah, termasuk Pemda DKI Jakarta untuk mengatur masalah tata kota dan
kebersihan di wilayah mereka.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah: Undang-undang ini memberikan kerangka kerja hukum nasional yang
mengatur pengelolaan sampah di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta. Ini mencakup
tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah dan tindakan yang
diperlukan untuk pengurangan, pemisahan, pengumpulan, transportasi, pengolahan,
dan pembuangan sampah dengan aman dan berkelanjutan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga: Peraturan ini menjelaskan lebih
rinci tentang tata cara pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga. Ini mencakup pemisahan sampah, pengelolaan sampah organik, sampah
anorganik, dan upaya untuk mengurangi sampah plastik.
6. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah: Peraturan ini
menjelaskan Pengelolaan Sampah, Pengurangan Sampah, Sistem Pengelolaan
Sampah,
8|Page
Pengelolaan Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun, Kepatuhan Terhadap Standar
Lingkungan, Denda dan Sanksi, Pengawasan dan Penegakan.

2.2 Sebab Dari Upaya Penanganan Sampah Di BEKASI


Tempat pembuangan akhir (TPA) Sumur Batu milik Pemerintah Kota Bekasi sudah
overload. Tak ada lokasi lain yang dijadikan tempat membuang sampah sehingga
pemerintah setempat tetap membuang sampah di sana meskipun berisiko longsor.

"Persoalan sampah harus bisa diselesaikan di tingkat lingkungan," kata Wali Kota Bekasi,
Rahmat Effendi, Ahad, 11 Mei 2014. Jika mengandalkan TPA tanpa ada pengolahan di
tingkat warga, persoalan sampah tak akan dapat teratasi.

Pemkot Bekasi mulai membuat 112 lokasi tempat pengolahan sampah terpadu di
lingkungan. Di setiap kelurahan terdapat dua TPST yang digunakan untuk mengolah sampah
rumah tangga. "Dapat mengurangi beban sampah di masyarakat, khususnya sampah rumah
tangga," kata Rahmat. "Minimal mengurangi 20 persen volume sampah," katanya.

Sampah di lokasi pengolahan akan diolah atau didaur ulang, digunakan ulang,
pengkomposan, insinerasi, dan pembuangan akhir. Misalnya, sampah organik dapat
dijadikan pupuk kompos untuk kepentingan warga maupun taman kota. "Kami optimistis
sampah liar dapat ditekan," katanya.

Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu mengatakan penggalakan pembuatan lubang
biopori dapat mengurangi volume sampah di masyarakat. Setiap rumah diimbau membuat
lubang biopori. "Sampah organik dapat dimasukkan ke dalamnya," kata Syaikhu.

Lubang yang dibuat dengan kedalaman sekitar 1,2 meter dan diameter 10-30 sentimeter ini
ditimbun dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik itu
kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang kemudian mampu menciptakan pori-pori di
dalam tanah. "Warga mengolah sendiri sampahnya," katanya.

Dia berharap jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sumur Batu dapat
ditekan. Sebab, hanya sampah nonorganik yang dibuang. "Persoalan sampah dapat diatasi di
tingkat warga," kata Ahmad.

2.3 Ulasan Dari Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta


Upaya penanganan sampah di Bekasi adalah langkah penting untuk mengatasi tantangan
yang kompleks dan mendesak yang dihadapi oleh salah satu kota di indonesia. Adapun
yang menjadi

9|Page
ulasannya karena Bekasi menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah akibat
pertumbuhan penduduk yang cepat, urbanisasi tinggi, dan pola konsumsi yang tinggi. Hal
ini menciptakan beban besar pada infrastruktur pengelolaan sampah yang ada. Upaya
penanganan sampah telah menyebabkan perubahan dalam persepsi masyarakat terhadap
pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Kesadaran lingkungan semakin meningkat di
kalangan masyarakat Bekasi, yang merupakan langkah positif.
Pemerintah daerah telah memulai berbagai program untuk pengelolaan sampah yang lebih
berkelanjutan, seperti pemisahan sampah, daur ulang, dan pengurangan penggunaan plastik sekali
pakai. Ini adalah langkah yang penting dalam mengurangi dampak sampah pada
lingkungan. Meskipun ada perbaikan, Jakarta masih menghadapi tantangan dalam penanganan
sampah. Terjadi krisis sampah yang parah pada tahun 2015 yang memunculkan keraguan
tentang kemampuan pemerintah dalam mengelola sampah dengan efektif. Keberlanjutan upaya
penanganan sampah tetap menjadi isu yang perlu diatasi.
Keterlibatan pihak swasta dan inovasi teknologi dalam pengelolaan sampah
telah membantu dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah. Solusi berbasis teknologi
dan kerja sama dengan sektor swasta dapat membantu mengatasi masalah ini. Jakarta juga harus
mematuhi undang-undang perlindungan lingkungan dan peraturan nasional dalam
pengelolaan sampah. Kepatuhan hukum sangat penting dalam menjaga lingkungan yang sehat
dan berkelanjutan. Peran aktif masyarakat dan aktivis lingkungan sangat penting dalam
mendorong perubahan positif dalam pengelolaan sampah. Mereka membantu memantau dan
mengawasi pelaksanaan kebijakan serta mendesak pemerintah untuk bertindak lebih lanjut.
Bekasi perlu terus memperluas infrastruktur untuk pengelolaan sampah yang mencakup
pengumpulan, pemisahan, pengolahan, dan pembuangan sampah yang lebih efisien dan ramah
lingkungan. Meskipun terdapat tantangan yang serius dalam pengelolaan sampah di bekasi,
langkah-langkah positif telah diambil dalam upaya mengatasi masalah ini. Upaya
penanganan sampah yang lebih baik merupakan langkah penting dalam menjadikan Jakarta
sebagai kota yang lebih bersih, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan untuk penduduknya.

2.4 Tujuan Dari Upaya Penanganan Sampah Di Jakarta


Tujuan dari upaya penanganan sampah di Bekasi adalah menciptakan lingkungan yang
bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk penduduk kota. Upaya ini bertujuan untuk
mengatasi
10 | P a g e
berbagai masalah yang terkait dengan pengelolaan sampah, termasuk dampak negatif pada
kualitas udara, air, dan tanah, serta kesehatan masyarakat. Tujuan spesifik dari penanganan
sampah di Jakarta mencakup mengenai pengurangan volume sampah yang dihasilkan oleh
penduduk Jakarta melalui program pemilahan sampah, daur ulang, dan pengurangan
penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pada
lingkungan dan mengurangi beban tempat pembuangan sampah.
Meningkatkan pengelolaan sampah secara berkelanjutan dengan memperbaiki
infrastruktur pengelolaan sampah, seperti tempat pembuangan sampah, fasilitas daur ulang, dan
fasilitas pengolahan sampah. Mencegah terulangnya krisis sampah serius seperti yang terjadi
pada tahun 2015, dengan memperbaiki manajemen sampah dan meningkatkan kapasitas
tempat pembuangan sampah yang ada. Melindungi ekosistem alam, mengurangi pencemaran air
dan tanah akibat pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik, serta mengurangi
dampak negatif pada kualitas udara yang disebabkan oleh pembakaran sampah terbuka.
Mengurangi potensi penyebaran penyakit, meningkatkan kualitas air minum,
dan mengurangi risiko dampak kesehatan akibat polusi udara dan pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh pengelolaan sampah yang buruk. Memastikan bahwa pengelolaan
sampah di Bekasi mematuhi undang-undang dan peraturan lingkungan yang berlaku,
termasuk peraturan nasional tentang pengelolaan sampah. Meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan pengurangan penggunaan plastik sekali
pakai. Memastikan bahwa Bekasi memenuhi komitmen internasional Indonesia terkait dengan
pengurangan sampah plastik dan perlindungan lingkungan.

11 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hubungannya Dengan Taklifi Dan Wad’I Yang Mana Pemerintah Daerah Sesuai
Dengan Wajib, Sunah, Mubah, Haram Dan Makruh
Taklifi adalah istilah dalam hukum Islam yang merujuk pada perintah (amal wajib) dan
larangan (amal haram) dalam agama Islam. Dalam konteks hukum Islam (fiqih), istilah ini
digunakan untuk mengkategorikan tindakan manusia dalam beberapa kategori berdasarkan tugas
agama.1 Upaya penanganan sampah di Bekasi dapat dikaitkan dengan konsep Taklifi dalam
Islam, yang mencakup kewajiban (wajib), sunah, mubah, haram, dan makruh. Meskipun
taklifi lebih berkaitan dengan aspek ibadah dan etika dalam agama Islam, prinsip-
prinsip ini dapat diaplikasikan ke dalam tindakan-tindakan sehari-hari, termasuk upaya
penanganan sampah. Berikut adalah cara hubungannya:
1. Wajib: Dalam konteks penanganan sampah di bekasi, tindakan-tindakan yang diwajibkan
atau wajib dapat merujuk kepada praktik-praktik pengelolaan sampah yang diperlukan
oleh hukum nasional atau peraturan daerah. Contohnya adalah pemisahan dan daur
ulang sampah, pengelolaan sampah berbahaya, dan pembuangan sampah yang sesuai
dengan standar lingkungan yang berlaku.
2. Sunah: Tindakan-tindakan yang dianjurkan atau sunah dalam pengelolaan sampah dapat
mencakup praktik-praktik yang mendukung pengurangan sampah, pelestarian lingkungan,
dan penggunaan yang bijak dari sumber daya alam. Ini mungkin mencakup
kampanye kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik dan praktik-
praktik ramah lingkungan.
3. Mubah: Pengelolaan sampah yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam dan
tidak melanggar hukum atau peraturan lingkungan adalah tindakan yang
diperbolehkan atau mubah. Pemerintah daerah dapat memilih praktik-praktik yang sesuai
dengan hukum dan etika Islam.
4. Haram: Tindakan yang dilarang atau haram dalam pengelolaan sampah dapat mencakup
pembuangan sampah sembarangan, yang dapat mencemari lingkungan dan merusak

1
Kitab Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Zuhayli

12 | P a g e
ekosistem. Ini dianggap haram karena melanggar prinsip-prinsip kelestarian alam dalam
Islam.

5. Makruh: Tindakan-tindakan yang kurang disukai dalam Islam dalam konteks penanganan
sampah mungkin mencakup praktik-praktik yang dapat merugikan lingkungan atau
kesehatan masyarakat, bahkan jika mereka tidak secara eksplisit dilarang. Menghindari
tindakan-tindakan makruh di dalam pengelolaan sampah adalah tindakan yang baik.
Pemerintah daerah Jakarta, dalam upaya penanganan sampah, dapat mengambil inspirasi
dari prinsip-prinsip Taklifi dalam Islam untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dengan nilai-
nilai Islam, seperti menjaga lingkungan, mengurangi dampak negatif pada alam, dan
mempromosikan keberlanjutan. Oleh karena itu, konsep Taklifi dapat berperan dalam
membimbing dan menginspirasi upaya penanganan sampah yang sesuai dengan nilai-nilai agama
dan keberlanjutan.
Wad'i adalah istilah dalam konteks hukum Islam (fiqih) yang mengacu pada sesuatu yang
diberlakukan oleh hukum Islam. Dalam bahasa Arab, "wad'i" dapat diterjemahkan sebagai
"diberlakukan" atau "dilaksanakan." Ini berarti sesuatu yang telah ditetapkan atau diberlakukan
oleh hukum Islam sebagai kewajiban, larangan, atau peraturan tertentu yang harus diikuti oleh
umat Islam. Istilah ini biasanya digunakan dalam konteks hukum Islam untuk merujuk
pada tindakan atau kewajiban yang diberlakukan oleh hukum agama. 2 Dalam hukum Islam,
tindakan yang diberlakukan (wad'i) dapat mencakup hal-hal seperti kewajiban menunaikan
ibadah, mengikuti aturan-aturan dalam kehidupan sehari-hari, dan mematuhi prinsip-prinsip etika
Islam. Istilah ini membantu untuk mengidentifikasi dan menjelaskan tindakan atau peraturan
yang harus diikuti oleh umat Islam sesuai dengan prinsip-prinsip agama mereka.
Konsep "Wad'i" yang mengacu pada sesuatu yang diberlakukan oleh hukum Islam
memiliki relevansi terbatas dalam konteks upaya penanganan sampah di BEKASI. Wad'i
lebih berfokus pada aspek perintah dan larangan dalam agama Islam, sementara pengelolaan
sampah lebih terkait dengan isu lingkungan dan peraturan pemerintah. Namun, jika kita
mencoba mengaitkan konsep Wad'i dengan upaya penanganan sampah, kita dapat
melihatnya sebagai
berikut:

2
Ibn Manzur, Lisan al-Arab. (Beirut: Dar Sader, 1988), jilid 12, halaman 261.
13 | P a g e
1. Wajib: Dalam konteks pengelolaan sampah, pemerintah daerah diharapkan
untuk menjalankan praktik-praktik yang wajib menurut undang-undang dan
peraturan lingkungan. Ini mencakup pemisahan dan daur ulang sampah, serta
pembuangan sampah yang sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku.
2. Sunah: Tindakan yang disarankan dalam upaya penanganan sampah mungkin mencakup
praktik-praktik yang mendukung pengurangan sampah, pelestarian lingkungan, dan
penggunaan yang bijak dari sumber daya alam. Contohnya adalah kampanye kesadaran
masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.
3. Mubah: Pengelolaan sampah yang sesuai dengan peraturan lingkungan dan etika Islam
dapat dianggap sebagai tindakan yang diperbolehkan atau mubah. Pemerintah
daerah memiliki fleksibilitas dalam memilih praktik-praktik yang sesuai dengan hukum
dan etika Islam.
4. Haram: Tindakan yang melanggar peraturan lingkungan atau mencemari lingkungan dan
ekosistem alam dapat dianggap sebagai tindakan yang dilarang atau haram. Pembuangan
sampah sembarangan yang merusak lingkungan dapat dianggap sebagai tindakan haram
dalam konteks ini.
5. Makruh: Praktik-praktik yang dapat merugikan lingkungan atau kesehatan
masyarakat, meskipun tidak secara eksplisit dilarang, dapat dianggap sebagai tindakan
yang kurang disukai atau makruh.
Dalam pengelolaan sampah, pemerintah daerah diharapkan untuk mematuhi undang-
undang dan peraturan yang berlaku, serta mempromosikan praktik-praktik yang
berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Meskipun konsep Wad'i
tidak secara langsung terkait, prinsip-prinsip Islam dapat memberikan panduan etika
dan moral bagi pemerintah dalam menjalankan upaya penanganan sampah yang sesuai dengan
nilai-nilai agama dan keberlanjutan.

14 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya tentang upaya penanganan sampah di Bekasi, konsep Taklifi
dan Wad'i dalam Islam, serta hubungannya dengan pengelolaan sampah, dapat ditarik kesimpulan
bahwa upaya penanganan sampah di Bekasi adalah inisiatif penting yang bertujuan menciptakan
lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk penduduk kota. Konsep Taklifi
dalam Islam mencakup kewajiban, anjuran, diperbolehkan, dilarang, dan kurang disukai dalam
hukum agama. Dalam konteks pengelolaan sampah, konsep ini dapat membimbing pemerintah
daerah dalam menjalankan praktik-praktik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan
menjaga keberlanjutan lingkungan. Konsep Wad'i dalam Islam mengacu pada sesuatu yang
diberlakukan oleh hukum agama. Dalam pengelolaan sampah, pemerintah daerah diharapkan
untuk mematuhi undang-undang dan peraturan lingkungan yang berlaku, serta
mempromosikan praktik-praktik yang berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Pemerintah daerah di Bekasi diharapkan untuk mematuhi kewajiban hukum dalam
pengelolaan sampah, seperti pemisahan sampah, daur ulang, dan pembuangan yang sesuai
dengan standar lingkungan. Praktik-praktik yang mendukung pengurangan sampah,
pelestarian lingkungan, dan kesehatan masyarakat dapat dianggap sebagai praktik-praktik yang
dianjurkan (sunah) dalam Islam. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa pengelolaan
sampah sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam, menghindari tindakan yang mencemari
lingkungan (haram), dan menghindari praktik-praktik yang merugikan lingkungan (makruh).
Kesimpulan utama adalah bahwa upaya penanganan sampah di Bekasi dapat
mencerminkan nilai-nilai Islam, seperti menjaga lingkungan, keberlanjutan, dan etika, dan
pemerintah daerah perlu mematuhi peraturan hukum serta mempromosikan praktik-praktik yang
sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan lingkungan.

4.2 Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkuat upaya penanganan
sampah di Jakarta, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan,
serta mengintegrasikan nilai-nilai etika dan moral Islam dalam pengelolaaan sampah

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Zuhayli
Ibn Manzur, Lisan al-Arab. (Beirut: Dar Sader, 1988), jilid 12, halaman 261.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai